• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEA FARMING DI PULAU PANGGANG

DAFTAR LAMPIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kelompok sea farming yang berada di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu merupakan kelompok usaha yang melakukan budidaya ikan kerapu pada kegiatan pembesaran. Pembentukan kelompok sea farming bertujuan untuk mempermudah pengelolaan dan pembinaan kegiatan budidaya ikan kerapu. Kelompok tersebut dibina oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) yang bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta.

Pengembangan program sea farming di kawasan Kepulauan Seribu telah berjalan sejak tahun 2005 dan telah ada reorientasi perilaku ekonomi penduduk setempat yang umumnya nelayan, yang pada awalnya mengandalkan sistem perikanan tangkap mulai mengembangkan usaha budidaya, meski penangkapan ikan masih menjadi salah satu aktivitas penting. Secara mikro, program ini telah menumbuhkan dan menggerakkan perekonomian, karena selain sistem produksi, program sea farming diharapkan dapat menjadi alternatif dalam kegiatan ekonomi. Sea farming akan berjalan dengan baik apabila konsepsi dan implementasi dalam teknik dan pengembangan dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik serta menggunakan pendekatan yang tepat dan saling mendukung antar sektor primer, sekunder dan tersier.

Pembudidayaan ikan kerapu dalam kerangka program sea farming ini mempraktekkan kegiatan budidaya ikan kerapu macan dengan sistem keramba jaring apung. Tiap pembudidaya ikan kerapu di Pulau Panggang menggunakan

tingkat faktor produksi yang berbeda-beda dalam usaha budidayanya. Hal ini tentu menghasilkan output yang berbeda-beda juga sehingga perlu dicari berapa tingkat faktor produksi optimal yang digunakan agar dihasilkan output yang optimal. Dengan penggunaan faktor produksi yang optimal akan menghasilkan produksi ikan kerapu yang optimal yang dapat meningkatkan keuntungan pembudidaya ikan. Ditambah lagi dengan masa panen ikan kerapu yang dapat mencapai 7-10 bulan, tentunya hasil output ikan kerapu harus optimal untuk menutupi tenggang waktu tersebut dimana nelayan tidak mendapatkan pendapatan dari budidaya (belum panen).

Analisis kelayakan pada usaha budidaya ikan kerapu juga harus dilakukan dalam mengukur keefektifan penggunaan jumlah faktor produksi tersebut, sehingga dalam penelitian ini dilakukan suatu kajian untuk melihat seberapa besar manfaat yang didapat dengan berbudidaya ikan kerapu.

Identifikasi pada kondisi dengan proyek (usaha budidaya ikan kerapu) dilakukan penilaian manfaat yang diterima oleh anggota kelompok sea farming. Dengan demikian dapat diketahui apakah usaha budidaya ikan kerapu yang dilakukan oleh anggota kelompok sea farming di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu layak atau tidak layak. Kerangka pemikiran tersebut secara rinci disajikan pada Gambar 3, sebagai berikut.

41

--- : Ruang Lingkup Studi

Gambar 3. KerangkaPemikiran Optimalisasi Budidaya Ikan Kerapu Produksi Optimal Layak Tidak Layak Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Analisis Sensitivitas Faktor-Faktor Budidaya Analisis Kelayakan Kondisi

-Penurunan stok ikan -Tingkat kesejahteraan -Lingkungan Sea Farming Alternatif : -Perikanan Budidaya Overfishing

Potensi Sumberdaya Kelautan Kepulauan Seribu

Usaha Budidaya Ikan Kerapu dengan Keramba Jaring Apung

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra dari kegiatan sea farming di Kepulauan Seribu. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dan atau informasi dari pembudidaya di daerah Pulau Panggang serta dari instansi pemerintahan Kabupaten Administratif dan masyarakat sekitar Pulau Panggang. Peta lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan yakni dari Maret 2011 sampai dengan Mei 2011. Penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahap. Tahapan yang pertama yaitu pra penelitian. Pra penelitian merupakan proses survei lapang ke lokasi penelitian dengan tujuan untuk pengamatan karakteristik lokasi penelitian, masalah-masalah yang ada di lokasi penelitian, pengembangan kerangka berpikir, hingga penyusunan proposal. Tahapan ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada bulan Maret hingga Mei 2011. Tahapan selanjutnya dilanjutkan dengan proses pengambilan data. Pengambilan data dilaksanakan kurang lebih selama dua minggu, yaitu pada minggu ketiga bulan Mei sampai akhir bulan Mei 2011.

43

Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi. Tahapan ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada awal bulan Juni sampai akhir bulan September 2011.

4.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Metode penelitian survei yakni penelitian yang dilakukan pada suatu populasi, baik pada populasi besar maupun kecil, dengan sumber data yang berasal dari bagian populasi tersebut (Nazir, 1988). Dengan metode survei dapat ditemukan hubungan antar variabel, distribusi, dan kejadian-kejadian contoh populasi.

4.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data

image. Data text adalah data yang berbentuk alphabet, sedangkan yang dimaksud dengan data image adalah data yang memberikan informasi spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, tabel dan sejenisnya (Fauzi, 2001).

Data text digunakan untuk melihat karakteristik pembudidaya ikan kerapu. Karakteristik lokasi penelitian seperti keadaan geografis dan topografi, jumlah penduduk, tingkat pendidikan penduduk, mata pencaharian penduduk. Karakteristik pembudidaya ikan kerapu dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pengalaman usaha, jumlah tanggungan keluarga. Keadaan usaha pembudidaya dapat dilihat dari teknik budidaya, volume air, pemasaran, peralatan budidaya

yang digunakan, dan produksi yang dihasilkan. Data image yang digunakan berupa peta kelurahan, dan dokumentasi lokasi penelitian.

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah peneliti dan langsung diperoleh dari objek yang diteliti. Pengumpulan data primer diperoleh melalui kuesioner, wawancara dengan responden, dan pengamatan langsung di lapang. Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain seperti, Badan Pusat Statistik, Departemen-departemen dan instansi pemerintah lainnya. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari Kementrian Kelautan dan Perikanan Jakarta, Badan Pusat Statistik Jakarta, PKSPL-IPB, Sudin Kelautan dan Perikanan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dan internet.

4.5 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh untuk responden pembudidaya ikan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pengambilan contoh dengan teknik anggota populasi dipilih sebagai contoh untuk memenuhi tujuan tertentu (Fauzi, 2001). Pertimbangan menggunakan metode tersebut karena pengambilan contoh memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Responden pembudidaya ikan dipilih sebanyak 32 orang dengan kriteria :

1) Responden yang dipilih adalah anggota kelompok sea farming

2) Responden melakukan budidaya sampai memproduksi ikan kerapu ukuran konsumsi

45

4.6 Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (OLS) untuk menduga fungsi produksi Cobb-Douglas, analisis nilai produk marjinal (NPM) untuk optimalisasi dan analisis kelayakan untuk menilai kemungkinan pengembangan usaha budidaya ikan kerapu.

4.6.1 Metode Kuadrat Terkecil

Analisis data yang dilakukan dengan Metode Kuadrat Terkecil/OLS

(ordinary least square) menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi maka dapat disusun suatu model ekonometrik sebagai berikut:

Y = b 0 X1

b1 X

2 b2 X3 b3 X4 b4 X5 b5 X6 b6 e,

Dalam rangka mempermudah pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Bentuk fungsi Cobb-Douglas yang ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan linier berganda adalah sebagai berikut :

Ln Y = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 + b6 Ln X6 + e

dimana:

Y = Output/hasil ikan kerapu X1 = Volume keramba (m3) X2 = Jumlah bibit (kg) X3 = Jumlah pakan rucah (kg)

X4 = Tenaga kerja persiapan (HOK) X5 = Tebaran bibit (ekor/m3)

X6 = Tenaga kerja pemeliharaan (HOK) b0 = Konstanta regresi

b1-6 = Koefisien regresi e = Galat atau error

4.6.2 Elastisitas Produksi

Elastisitas produksi digunakan untuk melihat sebrapa besar perubahan produksi akibat perubahan pemakaian input (faktor produksi). Koefisien regresi (b1) yang terdapat pada fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas input (X) terhadap output (Y) (Soekartawi, 2003). Elastisitas produksi (Ep) dapat dihitung dengan menjumlahkan pangkat pada fungsi produksi Cobb-Douglas. Elastisitasproduksi dapat dituliskan melalui rumus sebagai berikut:

Karena

adalah produk marjinal (MPP), maka besarnya Ep tergantung dari

besarnya MPP suatu input.

Dengan demikian, elastisitas produksi merupakan perbandingan antara produk marjinal dengan produk rata-rata.

Berdasarkan persamaan di atas rumus elastisitas produksi dapat dituliskan sebagai berikut:

4.6.3 Skala Usaha (Return to Scale)

Skala penerimaan (return to scale) perlu dihitung untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti mengikuti kaidah increasing,

47

dengan menjumlahkan koefisien regresi (bi) yang terdapat pada fungsi produksi

Cobb-Douglas. Secara rinci dapat dituliskan sebagai berikut:

4.6.4 Analisis Optimasi

Kegiatan usaha bertujuan untuk memperoleh pendapatan bersih yang maksimum, sehingga produsen (pembudidaya ikan kerapu) harus mengetahui berapa banyak input-input produksi yang digunakan. Dengan demikian, maka diperlukan informasi mengenai daya produksi dari input-input produksi yang digunakan. Apabila harga input-input produksi diketahui, dengan bantuan fungsi produksi, kombinasi-kombinasi input produksi optimum, perbandingan harga input-input produksi haruslah sama dengan produk marjinal untuk setiap input yang digunakan. Dengan kata lain, nilai produk marjinal harus disamakan dengan harga masukan. Kalau produk marjinal lebih besar dari perbandingan harga dari input-output, MPPxi > Pxi/Py, penggunaan input produksi itu haruslah dikurangi. Demikian pula, kalau produk marjinal dan perbandingan harganya sama, ini berarti efisien secara ekonomi.

Dari fungsi produksi Cobb-Douglas produk marjinal penggunaan input produksi dapat dihitung melalui koefisien produksi dan produk rata-rata (APP), atau dengan membedakan fungsi produksi. Pada penelahaan ini, produk marjinal diturunkan dengan membedakan fungsi produksi terhadap input produksi yang ingin dioptimalkan, dengan variabel-variabel input lainnya yang dihitung pada rata-rata geometrisnya (sebagai lawan dari rata-rata hitungannya). Penggunaan rata-rata hitungan memberikan produk marjinal yang bias.

Seperti telah dibicarakan sebelumnya, pada titik kombinasi input produksi yang optimum perbandingan harga input-output pada produk marjinal haruslah sama untuk setiap input produksi yang digunakan. Secara matematis, hal ini berarti keuntungan dapat dimaksimumkan bila NPM = Px, karena NPM = MPP . Py. Produk marjinal (MPP) merupakan perkalian antara elastisitas produksi (Ep) dengan produksi rata-rata (APP). Koefisien regresi (bi) yang terdapat pada fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas produksi, maka :

dimana : MPP = produk marjinal APP = produk rata-rata Ep = elastisitas produksi

Sehingga nilai produk marjinal (NPM) dapat dihitung dengan rumus:

dimana:

NPMxi = nilai produk marjinal input ke-i bi = koefisien regresi dari input ke-i

Y = produksi

Xi = input ke-i

Py = harga persatuan produksi

Berdasarkan persamaan MPP dan NPM diatas, maka dapat diketahui input optimal (Xi*) dengan rumus:

49

dimana:

Xi* = input optimal ke-i

̅ = produksi (output) rata-rata bi = koefisien regresi dari input ke-i

4.6.5 Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan digunakan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan kerapu, maka dilakukan perbandingan antara manfaat dan biaya. Kriteria kelayakan yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV),

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR).

1) Net Present Value (NPV)

Pengembangan usaha budidaya ikan kerapu macan bertujuan untuk mendapatkan hasil netto (net benefit) yang maksimal yang dapat tercapai dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Sebagai ukuran dalam hal ini adalah net present value dari usaha yang merupakan selisih antara NPV dari

benefit dan NPV dari cost.

Keterangan :

NPV = Jumlah pendapatan bersih diwaktu sekarang selama n tahun

Bt = Benefit usaha pada tahun ke-t (Rp) Ct = Biaya usaha pada tahun ke-t (Rp) n = Umur usaha

apabila :

1. NPV < 0 (negatif), berarti bahwa sampai pada t tahun usaha masih merugi sehingga tidak layak dilaksanakan.

2. NPV = 0, berarti bahwa biaya sama dengan penerimaan sehingga usaha tidak mendapat keuntungan atau merugi.

3. NPV > 0 (positif), menunjukkan kondisi usaha menguntungkan, dengan semakin besarnya NPV maka semakin besar pula manfaat yang akan dicapai.

2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Secara matematis ditulis dengan rumus : ∑ Net B/C = ∑ Keterangan :

Net B/C = Net Benefit-Cost Ratio

Bt = Benefit pada tahun-t Ct = Biaya pada tahun-t Bt-Ct = Benefit bersih

i = Tingkat suku bunga (%) n = Umur usaha

t = periode atau tahun usaha ( t = 0,1,2,………,n)

apabila :

Net B/C > 1, berarti usaha layak dilaksanakan Net B/C = 0, berarti usaha impas

51

3) Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV usaha sama dengan nol. Internal Rate of Return merupakan arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas yang keluar. IRR secara matematis ditulis dengan rumus :

[ ]

Keterangan :

IRR = Besarnya Internal Rate of Return dalam persen (%) = Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV(+) = NPV positif

NPV(-) = NPV negatif Apabila :

IRR < tingkat diskonto : Usaha tidak layak dilaksanakan IRR = tingkat diskonto : Usaha tidak untung dan tidak rugi IRR > tingkat diskonto : Usaha layak dilaksanakan

4.6.7 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi terhadap manfaat dan biaya selama usaha berlangsung. Asumsi yang digunakan adalah penurunan harga output/penerimaan. Penentuan besarnya penurunan harga output berdasarkan fluktuasi harga yang terjadi di lokasi penelitian. Asumsi yang kedua adalah penurunan hasil produksi. Melalui analisis sensitivitas akan diketahui faktor-faktor apa saja yang paling sensitif. Dalam mengukur tingkat sensitivitas digunakan formula Switching Value (SV) yang

menggambarkan tingkat perubahan parameter tertentu yang menyebabkan NPV= 0.

Metode switching value yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase perubahan terhadap perubahan harga jual dan produksi ikan kerapu macan yang dihasilkan.

4.7 Batasan dan Pengukuran

1) Satu siklus produksi adalah waktu yang dibutuhkan dalam satu kali masa penebaran sampai masa panen diukur dalam satuan hari. Satu siklus produksi dalam usaha pembesaran ikan kerapu macan adalah 8-12 bulan atau setara dengan 240-360 hari.

2) Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi output (produksi ikan kerapu macan). Faktor produksi yang diduga dapat mempengaruhi produksi ikan kerapu macan adalah bibit (kg/musim tanam), pakan rucah (kg/musim tanam), pakan pelet (kg/musim tanam), tenaga kerja (orang/musim tanam), volume keramba jaring apung (m3), tebaran bibit (ekor/m3).

3) Produksi adalah berat total ikan kerapu yang dihasilkan dalam satu siklus produksi (kg).

4) Total penebaran bibit adalah jumlah bibit ikan kerapu yang ditebar dalam satu siklus produksi diukur dalam satuan kg per musim tanam, dengan ketentuan berat bibit per ekor adalah (1) ukuran 10-11 cm setara dengan 25 gram, (2) ukuran 12-13 cm setara dengan 30 gram, (3) ukuran 14-15 cm setara dengan 50 gram, dan (4) ukuran 16-18 cm setara dengan 100 gram.

53

5) Pakan adalah makanan yang dibutuhkan ikan berasal dari luar perairan dalam bentuk ikan rucah dan pelet yang diukur dalam satuan kg.

6) Tenaga Kerja adalah jumlah orang yang diperlukan dalam satu siklus produksi, diukur dalam Hari Orang Kerja (HOK). Satu HOK setara dengan 8 jam.

7) Volume keramba jaring apung adalah tempat yang digunakan untuk usaha budidaya pembesaran ikan kerapu diukur dalam satuan m3.

5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah tersebut adalah sebagai berikut:

5.1.1 Luas Wilayah dan Administrasi

Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dibentuk pada tahun 2002 dan terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara terdiri dari tiga kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Harapan, Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau Panggang sedangkan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdiri dari Kelurahan Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Pari dan Kelurahan Pulau Untung Jawa. Pusat pemerintahan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu terletak di Kelurahan Pulau Panggang tepatnya di Pulau Pramuka dan Pulau Karya.

Kelurahan Pulau Panggang terdiri atas dua pulau pemukiman yaitu Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Kelurahan Pulau Panggang memiliki luas wilayah 62,10 hektar. Kelurahan ini merupakan salah satu kelurahan yang memiliki luas wilayah paling kecil dibandingkan kelurahan-kelurahan lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

55

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2001 mengenai pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, batas-batas wilayah Kelurahan Pulau Panggang adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : 05o41’41”LS – 05o41’41” LS Sebelah Selatan : 106o44’50” BT

Sebelah Barat : 106o19’30” BT

Sebelah Timur : 05o47’00” LS – 05o45’14” LS Kondisi geografis sebagai berikut:

Kondisi tinggi tanah dari permukaan laut : 1 meter Suhu udara rata-rata : 27oC – 32oC Jarak dari Pusat Pemerintahan Kelurahan

Jarak dari Pusat Kantor Kec. Kep. Seribu Utara : 9 km Jarak dari Pusat Kantor Kab. Adm. Kep. Seribu : 2 km Jarak dari Pusat Pemerintahan Prov. DKI Jakarta : 74 km

Jarak antara Pulau Panggang dari pusat pemerintahan kecamatan yakni Kecamatan Kepulauan Seribu Utara kurang lebih 9 km dan jarak antara Pulau Panggang dengan kantor pusat Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang terdapat di Pulau Pramuka kurang lebih 2 km, jarak ini dapat ditempuh dengan menggunakan ojek kapal yang merupakan alat transportasi sehari-hari antara Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Sedangkan jarak ke Ibukota Provinsi DKI Jakarta sekitar 74 km yakni jarak dari Pulau Panggang ke Pelabuhan Muara Angke, Jakarta.

Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau. Dari seluruh pulau yang ada, hanya ada dua pulau yang dihuni, yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Panggang,

yang terdiri atas tiga rukun warga di Pulau Panggang dan dua rukun warga di Pulau Pramuka, sedangkan pulau-pulau lainnya digunakan untuk tempat peristirahatan, Penghijauan Umum (PHU), pariwisata, Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA), Tempat Pemakaman Umum (TPU) dan mercusuar. Secara rinci nama-nama pulau, luas dan peruntukannya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Nama, Luas dan Peruntukan Pulau-Pulau di Kelurahan Pulau Panggang.

No Nama Pulau Luas (ha) Peruntukan

1 Pulau Opak Kecil 1.10 Peristirahatan 2 Pulau Karang 0.50 Peristirahatan 3 Pulau Kotok Kecil 1.30 PHU

4 Pulau Kotok Besar 20.75 Pariwisata 5 Pulau Gosong Pandan 0.20 Peristirahatan

6 Pulau Semak Daun 0.75 PHPA

7 Pulau Panggang 9.00 Pemukiman

8 Pulau Karya 6.00 TPU

9 Pulau Pramuka 6.00 Pemukiman

10 Pulau Gosong Sekati 0.20 Peristirahatan

11 Pulau Air 2.90 Peristirahatan

12 Pulau Peniki 3.00 Mercusuar

13 Lainnya 9.50

Sumber: Sudin Perikanan Kepulauan Seribu, 2007

5.1.2 Kondisi Perairan

Secara umum, kondisi fisik, kimia dan biologi Kelurahan Pulau Panggang tidak jauh berbeda dengan kondisi di Kepulauan Seribu. Iklim di Kepulauan Seribu secara fisik berada dalam sistem musim equator yang dipengaruhi oleh variasi tekanan udara. Musim barat terjadi pada bulan Oktober – April dimana tiupan angin dari arah barat laut – utara sangat kuat dengan kisaran antara 7 – 20

57

knot atau bahkan lebih dari 20 knot pada musim barat umumnya sejalan dengan musim hujan. Musim timur terjadi pada bulan April – Oktober dengan kecepatan angin 7 – 15 knot. Kedalaman dan arus perairan secara umum di daerah Kepulauan Seribu berkisar antara 2 – 35 m dan 0.06 – 0.25 m/detik. Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh lokasi dan musim.

Kualitas fisika dan kimia air di Kepulauan Seribu secara umum masih dalam kisaran yang normal dimana kecerahan mencapai level 100 persen (8,5 – 9 meter) dan keseluruhan sebesar 30 NTU. Demikian halnya dengan peubah, nitrit, nikel, BOD5, oksigen terlarut, COD, amoniak, masih dibawah batas ambang kecuali untuk Pulau Lancang Kecil kandungan nikel mencapai 35 persen diatas batas ambang (batas ambang unsur ini adalah 0.020 ppm).

Ekosistem kawasan Pulau Seribu terdiri dari beberapa ekosistem yang berupa mangrove, terumbu karang dan padang lamun. Setiap jenis ekosistem tersebut akan menjadi pembatas geografis organisme akuatik yang ada. Berdasarkan aspek fisika dan kimia, maka perairan laut Kepulauan Seribu masih memenunhi standard biological requirement untuk biota akuatik.

5.2 Potensi Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Panggang pada bulan Agustus tahun 2009 sebanyak 5.454 jiwa. Komposisi penduduknya terdiri dari 2.893 penduduk laki-laki dan 2.661 penduduk perempuan. Sehingga rasio jenis kelamin penduduk di Kelurahan Panggang ini sebesar 92 yang berarti dalam setiap 100 orang penduduk laki-laki terdapat 92 orang penduduk perempuan. Secara rinci jumlah penduduk menurut kelompok umur disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2009

No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah (orang) Laki-Laki (orang) Perempuan (orang) 1 0-4 tahun 372 365 737 2 5-9 tahun 265 263 528 3 10-14 tahun 266 260 526 4 15-19 tahun 267 261 528 5 20-24 tahun 237 223 460 6 25-29 tahun 256 246 502 7 30-34 tahun 214 192 406 8 34-39 tahun 210 198 408 9 40-44 tahun 244 139 283 10 45-49 tahun 128 120 248 11 50-54 tahun 151 138 289 12 55-59 tahun 118 115 233 13 60-64 tahun 86 80 166 14 65-69 tahun 43 34 77 15 70-74 tahun 26 8 34 16 >75 tahun 10 19 29 Jumlah 2.893 2.661 5.454

Sumber: Sudin Perikanan Kepulauan Seribu, 2009

Jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 3.523 jiwa dan penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 64 tahun ke atas) sebanyak 1.931 jiwa. Sehingga angka rasio beban tanggungan penduduk Kelurahan Pulau Panggang sebesar 54,81% , yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 55 penduduk usia tidak produktif. Apabila dibandingkan antara luas wilayah daratan (62,10 ha) dengan jumlah penduduk yang mencapai 5.454 jiwa, maka kepadatan penduduk Kelurahan Pulau Panggang

59

mencapai 87,83 jiwa per km2.Angka ini menunjukkan bahwa Kelurahan Pulau Panggang termasuk daerah yang padat penduduknya. Keadaan ini dapat dilihat langsung pada kondisi perumahan penduduk, khususnya yang tinggal di Pulau Panggang, dimana rumah-rumah penduduk sangat rapat sehingga di pulau tersebut tidak ada tempat terbuka seperti taman atau fasilitas umum lainnya. Kondisi ini membutuhkan penataan pemukiman agar tercipta lingkungan pemukiman yang layak dan sehat untuk dihuni.

5.3 Karakteristik Masyarakat Kelurahan Pulau Panggang

Penduduk Kelurahan Pulau panggang yang memiliki mata pencaharian sebanyak 2.302 orang. Jumlah tersebut sebagian besar bermata pencaharian