• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gizi lebih merupakan salah satu gizi yang multifaktorial. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian gizi lebih pada anak diantaranya adalah

parental fatness, densitas energi konsumsi, densitas asupan zat gizi, karakteristik anak, karakteristik keluarga, aktivitas fisik, kebiasaan makan anak serta riwayat pemberian ASI eksklusif.

Parental fatness berhubungan dengan status gizi orang tua yang dapat diketahui dari IMT yang diukur berdasarkan rasio antara berat badan dan kuadrat tinggi badan. Karakteristik anak meliputi jenis kelamin, berat badan lahir, dan status gizi (IMT/U). Karakteristik keluarga meliputi pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi ibu yang diukur dengan memberikan pertanyaan pada kuesioner yang ditujukan untuk ibu. Aktivitas fisik lebih menyoroti pada tingkat aktivitas fisik apakah tergolong sedentary, aktif atau sangat aktif.

Beberapa peneltian menunjukkan bahwa biaya bahan makanan berkorelasi dengan densitas energi maupun zat gizi dalam makanan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmon et al. (2005) menunjukkan bahwa pada setiap level dari asupan energi, semakin tinggi densitas energi makanan maka semakin rendah

biaya makanannya. Densitas energi yang tinggi adalah alasan untuk makan berlebihan sehingga meningkatkan prevalensi overweight (Drewnowski 2005). Anak-anak cenderung mengkonsumsi makanan dengan densitas energi tinggi yang biasanya tinggi kandungan karbohidrat sederhana dan lemak. Makanan tersebut cenderung memberikan rasa lezat dan harga murah sehingga banyak disukai. Konsumsi makanan dengan kepadatan energi tinggi (banyak mengandung lemak, gula dan kurang menggandung serat) serta rendah zat gizi secara berlebihan berkontribusi dalam peningkatan asupan energi total (Maillot et al. 2007). Densitas gizi yang akan diteliti meliputi densitas energi makanan, densitas energi konsumsi, densitas zat gizi pangan, dan densitas asupan zat gizi.

Kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi dapat menentukan tingkat konsumsi pangan. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu bahan pangan, sehingga untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi (Zulaikhah 2012).

Kebiasaan makan mencakup riwayat pemberian ASI eksklusif, apakah seorang anak diberikan ASI sampai dengan 6 bulan atau kurang. Selain itu, faktor yang ingin diteliti juga apakah anak diberikan makanan padat kurang dari 6 bulan atau tidak. Konsumsi pangan yang diteliti adalah konsumsi makan harian, konsumsi makanan berlemak, dan makanan mengandung karbohidrat. Konsumsi makanan berlemak dan makanan mengandung karbohidrat diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi pada anak yang nantinya berhubungan dengan terjadinya gizi lebih pada anak.

Gambar 2 Kerangka pemikiran densitas gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Karakteristik Anak

-Berat Lahir Anak

Status Sosial Ekonomi

-Pendapatan Keluarga (Daya Beli)

-Harga Pangan

Status Gizi (IMT/U) Pengetahuan Gizi Ibu

Aktivitas Fisik Anak

- Tingkat Aktivitas Fisik

Riwayat Makan Anak

- Pemberian ASI Eksklusif - Pemberian Makanan Padat < 6 Bulan - Pemberian Susu Formula < 6 Bulan

Tingkat Kecukupan Zat Gizi

- Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

- Tingkat Kecukupan Lemak

Konsumsi dan Kebiasaan Makan Anak

-Frekuensi Makanan Berlemak

-Frekuensi Makanan Mengandung Karbohidrat

-Densitas Asupan Zat Gizi & Energi Konsumsi

-Densitas Energi Makanan & Zat Gizi Pangan

Faktor Genetik

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain observasional analitik dengan menggunakan jenis cross sectional. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pekayon 16 Pagi. SDN Pekayon 16 Pagi dijadikan lokasi penelitian dan dipilih secara purposive dengan pertimbangan sekolah tersebut memiliki keluarga dengan status sosial ekonomi yang heterogen dan memiliki jumlah murid yang paling banyak dibandingkan dengan SD lain di Kelurahan Pekayon. Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2015 sampai dengan Mei 2016. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan Etik dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia No. 274/UN2.F1/ETIK/2016.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Populasi dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar (SD) di SDN Pekayon 16 Pagi. Subjek pada penelitian ini yaitu anak sekolah dasar kelas 3, 4 dan 5 yang bersekolah di SD Pekayon 16 Pagi. Kriteria inklusi adalah anak laki- laki atau perempuan kelas 3, 4 dan 5 dengan kondisi sehat dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi adalah subjek tidak bersedia mengikuti penelitian, pengisian kuesioner tidak lengkap, dan sedang menjalani upaya perbaikan pola makan seperti diet.

Anak kelas 3, 4 dan 5 di sekolah dasar terpilih akan dipilih secara acak dengan asumsi anak-anak tersebut sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mengerti dengan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner, dan mampu mengisi kuesioner dengan baik. Sedangkan anak kelas 6 tidak dijadikan subjek karena sudah sibuk dengan persiapan Ujian Nasional (UN). Jumlah subjek dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Cochran 1977):

Keterangan :

= nilai t pada derajat kepercayaan 95% N = jumlah populasi

s = standar deviasi

Berdasarkan penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Simanjutak dan Hartono (2010) rata-rata z-score IMT/U anak usia 10 sampai dengan 12 tahun di SD 04 Petang adalah sebesar 1.6129 dengan standar deviasi 0.39836. Berdasarkan rumus di atas didapatkan bahwa besar sampel adalah sebanyak 156. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling with proportional allocation. Pengambilan subjek dilakukan secara proporsional dilakukan dengan mengambil subjek dari setiap strata ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata. Kemudian dilakukan teknik simple random sampling dengan menggunakan angka acak. Adapun jumlah subjek untuk masing-masing kelompok status gizi dengan menggunakan rumus menurut Scheffer et al. (1979) adalah sebagai berikut.

Keterangan :

nh = jumlah subjek yang diinginkan setiap strata

N = jumlah populasi murid kelas 3, 4, dan 5 SDN Pekayon 16 Pagi Nh = jumlah populasi pada setiap strata

n = jumlah subjek minimal

Berdasarkan rumus diatas, jumlah subjek dari masing-masing strata didapatkan sebagai berikut.

Gambar 3 Kerangka sampel penelitian Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer mencakup karakteristik anak (umur, jenis kelamin, dan berat lahir anak), karakteristik keluarga (pengetahuan gizi ibu, IMT ayah, dan IMT ibu), biaya bahan makanan, densitas energi makanan, densitas energi konsumsi, densitas zat gizi pangan, densitas asupan zat gizi, tingkat kecukupan zat gizi, pengukuran antropometri (berat badan anak, tinggi badan anak, dan status gizi anak), riwayat pemberian ASI eksklusif, kebiasaan makan anak (makanan

Didapatkan Jumlah Populasi dari Setiap Kelompok Status Gizi Nkurus=238, Nnormal=49, Ngemuk=111

Didapatkan Jumlah Subjek dari Setiap Kelompok Status Gizi Berdasarkan Rumus

 nkurus=103, nnormal=21, ngemuk=48

Kelas 4 (4 Rombongan Belajar,

N = 135)

Kurus Normal Gemuk Kelas 3

(4 Rombongan Belajar, N = 116)

Kurus Normal Gemuk

Kelas 5 (4 Rombongan Belajar,

N = 147)

berlemak, makanan mengandung gula), dan tingkat aktivitas fisik. Sedangkan data sekunder berasal dari data SDN Pekayon 16 berupa gambaran umum sekolah, kegiatan ekstrakurikuler sekolah, jadwal kegiatan belajar mengajar di sekolah serta data siswa yang meliputi nama, tanggal lahir, dan jenis kelamin. Berat badan anak diukur langsung menggunakan timbangan injak yang telah dikalibrasi dengan ketelitian 0.1 kg, dan pengukuran tinggi badan anak menggunakan

microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Data status gizi anak diperoleh dengan menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007. Nama, umur, dan tanggal lahir anak diperoleh dengan pengisian kuesioner olah anak.

Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Data berat lahir anak, karakteristik keluarga, pola konsumsi anak yang terdiri dari frekuensi konsumsi makanan berlemak dan makanan mengandung karbohidrat, dan riwayat pemberian ASI eksklusif diperoleh dari pencatatan kuesioner dengan metode wawancara. Konsumsi pangan anak diketahui dengan metode food recall 2 x 24 jam pada hari sekolah dan hari libur. Data aktivitas fisik anak diperoleh dari dari pencatatan kuesioner mengenai alokasi waktu kegiatan yang dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam, yaitu satu hari sekolah dan satu hari libur dengan metode wawancara. Kebiasaan makan anak diukur menggunakan kuesioner FFQ (Food Frequency Questionnaire) semi kuantitatif.

Pihak sekolah akan membantu pemantauan pengisian dan pengumpulan kuesioner. Setiap anak mendapatkan surat pengantar dari sekolah untuk orang tua berisi keterangan mengenai cara pengisian kuesioner sehingga orang tua lebih mudah dalam mengisinya. Kuesioner yang sudah dikumpulkan kemudian diperiksa kelengkapan pengisiannya oleh enumerator. Cara pengumpulan data primer dalam penelitian ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis Data Alat Ukur

1. Karakteristik anak

- Umur

- Jenis Kelamin Anak - Berat Lahir Anak

Observasi/Wawancara menggunakan kuesioner 2. Karakteristik

Keluarga

- Pengetahuan Gizi Ibu - Indeks Massa Tubuh

(IMT) Ayah - IMT Ibu

- Pendapatan Keluarga

Wawancara menggunakan kuesioner

3. Harga Pangan Harga pangan per 100 kkal

Survei pasar, supermarket, distributor, maupun internet

4. Asupan Pangan -Densitas Energi Makanan -Densitas Energi

Konsumsi

-Densitas Zat Gizi Pangan

-Densitas Asupan Zat Gizi

Metode food recall 2 x 24 jam pada hari sekolah dan hari libur

Tabel 7 Jenis dan cara pengumpulan data (lanjutan)

No. Variabel Jenis Data Alat Ukur

5. Tingkat Kecukupan Zat Gizi -Tingkat Kecukupan Energi -Tingkat Kecukupan Protein -Tingkat Kecukupan Lemak

Metode food recall 2 x 24 jam pada hari sekolah dan hari libur

6. Pengukuran Antropometri

- Berat Badan - Tinggi Badan - Status Gizi Anak

-Timbangan injak dengan ketelitian 0.1 kg

-Microtoise dengan ketelitian 0.1 cm

-Status gizi anak diukur dengan Z- score IMT/U 7. Riwayat Pemberian Makan Anak -Riwayat Pemberian ASI Wawancara menggunakan kuesioner

8. Kebiasaan Makan -Frekuensi Makanan Berlemak -Frekuensi Makanan Mengandung Karbohidrat FFQ (Food Frequency Questionnaire) Semi Kuantitatif

9. Aktivitas Fisik Tingkat Aktivitas Fisik Recall aktivitas fisik dimulai dari bangun tidur pagi sampai dengan tidur pada malam hari. Pengisian kuesioner dengan metode pencatatatan dan wawancara 2 x 24 jam selama 1 hari sekolah dan 1 hari libur Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan cleaning. Tahap yang awal dilakukan adalah editing data untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah data bersih yaitu data tersebut telah terisi semua, konsisten, relevansi, dan dapat dibaca dengan baik. Hal ini dilakukan dengan melakukan analisis atau pembersihan terhadap data yang hilang (missing data), sehingga tidak digunakan dalam analisis. Setelah itu, tiap data dilakukan coding untuk memudahkan keperluan analisa statistik dalam penelitian. Kemudian dilakukan cleaning untuk memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Selanjutnya data diolah serta dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan program SPSS 16.0 for Windows.

Data mengenai karakteristik anak, karakteristik keluarga, riwayat pemberian ASI eksklusif, kebiasaan makan, aktivitas fisik, status gizi dan lingkungan ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data mengenai harga pangan diperoleh dengan metode mystery guest ke pasar, toko, atau tempat

penjualan makanan lainnya yang menjual makanan yang dikonsumsi oleh anak. Harga pangan dikonversikan ke dalam rupiah/100 kkal.

Data status gizi anak diperoleh dengan menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007. Klasifikasi yang telah diperoleh berdasarkan indikator IMT/U yaitu

overweight (+1 SD<Z<+2SD), obesitas (+2 SD<Z<+3 SD), normal (-2 SD<Z<+1 SD), thinness (-3 SD<Z<-2 SD), dan overthinness (<-3 SD) (WHO). Data berat badan dan tinggi badan orang tua digunakan untuk menghitung IMT ibu. IMT dihitung dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2). Aktivitas fisik merupakan jenis kegiatan yang dilakukan subjek dan lama waktu melakukan aktivitas dalam sehari. Aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi. PAL adalah besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Rumus PAL adalah sebagai berikut:

Keterangan:

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PARi : Physical activity ratio dari masing-masing aktivitas (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam)

Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas

Untuk menghitung nilai PAL, perlu diketahui nilai Physical Activity Ratio

(PAR). Nilai PAR berbeda untuk setiap aktivitas fisik yang dilakukan. Menurut FAO/WHO/UNU (2001), nilai PAR diklasifikasikan berdasarkan jenis aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang seperti yang tercantum pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik

Aktivitas Physical Activity Ratio

Tidur 1.0

Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2

Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1.4

Makan 1.5

Duduk 1.5

Mengendarai mobil/berjalan 2.0

Memasak 2.1

Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2

Mandi dan berpakaian 2.3

Menyapu, mencuci baju, dan piring tanpa mesin 2.3

Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2.8

Berjalan 3.2

Berkebun 4.1

Olahraga ringan (jalan kaki) 4.2

Kegiatan yang dilakukan dengan duduk 1.5

Transportasi dengan bus 1.2

Kegiatan ringan 1.4

Sumber: FAO/WHO/UNU. Human Energy Requirements. WHO Technical Report Series, no. 724. Geneva: World Health Organization; 2001.3

Nilai PAR kemudian dikalikan dengan alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik tersebut sehingga seluruh waktu yang dihitung berjumlah 24 jam. Kemudian dengan perhitungan rumus, nilai PAL dapat diketahui. Nilai PAL dikategorikan untuk mendeskripsikan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan tiap individu, sebagaimana tercantum dalam Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Ringan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69 Sedang (active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99 Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2.00-2.40

Data konsumsi rumah tangga secara kuantitatif dihitung menggunakan jumlah dan jenis pangan aktual yang dikonsumsi berdasarkan food recall 2 x 24 pada hari sekolah dan hari libur. Data konsumsi pangan kemudian dikonversikan ke dalam bentuk energi, protein, lemak, karbohidrat, dan zat gizi lainnya menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (2007). Magnesium, kalium, natrium, dan asam lemak jenuh dihitung menggunakan software Nutrisurvey dan gula tambahan diperoleh dari nutrition fact produk makanan. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah :

Keterangan :

Kgij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan atau pangan yang dikonsumsi

Bj = Berat bahan makan j (gram)

Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = Persentase bahan makanan j yang dapat dimakan

Perhitungan kecukupan energi dan protein yang dikoreksi dengan berat badan aktual sehat berdasarkan kelompok usia digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

AKG = Angka kecukupan energi atau protein Ba = Berat badan aktual sehat (kg)

Bs = Berat badan rata-rata yang tercantum dalam AKG

AKGi = Angka kecukupan energi atau protein yang tercantum dalam AKG Tingkat kecukupan merupakan persentase konsumsi aktual anak dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2013. Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

TKGi = Tingkat kecukupan energi dan zat gizi i

AKGi = Kecukupan energi dan zat gizi i yang dianjurkan Ki = Konsumsi energi dan zat gizi i

Kgij= (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

AKG = (Ba/Bs) x AKGi

Skor densitas energi ditentukan berdasarkan data asupan konsumsi dari

recall konsumsi 2 x 24 jam. Data asupan per hari menurut jenis pangan dikonversi ke dalam gram dan kilokalori (kkal). Nilai atau skor densitas energi pangan dihitung menggunakan metode dietary energy density (DED) dengan membandingkan jumlah asupan energi (kkal) dengan total berat pangan (gram) sebagaimana formulanya adalah sebagai berikut.

Metode yang digunakan untuk menentukan densitas zat gizi pangan adalah

Nutrient Rich Food Index (NRF 9.3), yang merekomendasikan untuk mengoptimalkan 9 jenis zat gizi esensial yaitu protein, serat, vitamin A, vitamin C, vitamin E, kalsium (Ca), zat besi (Fe), magnesium (Mg), dan kalium (K) dan membatasi konsumsi 3 jenis zat gizi yaitu gula tambahan, asam lemak jenuh, dan natrium (Drewnowski 2009). Acuan yang digunakan untuk melihat RDV dan MRV adalah berdasarkan Drewnowski (2010) pada Tabel 10. Persamaan yang digunakan untuk menghitung densitas zat gizi pangan dengan metode NRF 9.3 adalah sebagai berikut:

Keterangan:

AEi : Jumlah asupan zat gizi esensial ke-i ARj : Jumlah asupan zat gizi yang dibatasi ke-j

RDVi : Reference Daily Value untuk zat gizi esensial ke-i

MRVj : Maximum Recommended Value untuk zat gizi yang dibatasi ke-j

Tabel 10 Acuan RDV dan MRV untuk zat gizi berdasarkan konsumsi 2000 kkal

Zat gizi RDV MRV Protein (g) 50 - Serat (g) 25 - Vitamin A (IU) 5000 - Vitamin C (mg) 60 - Vitamin E [IU (mg)] 30 (20) - Kalsium (mg) 1000 - Zat besi (mg) 18 - Kalium (mg) 3500 - Magnesium (mg) 400 - Lemak jenuh (g) - 20 Gula tambahan (g) - 50 Natrium (mg) - 2400

Selanjutnya, skor NRF9.3/100 kkal dibandingkan dengan skor densitas energi makanan untuk mengetahui kualitas zat gizi pangan tersebut. Apabila semakin rendah skor DED dan semakin tinggi skor NRF 9.3 maka semakin baik kualitas gizi pangan tersebut begitu juga sebaliknya (Drewnowski 2009).

Densitas asupan zat gizi (DG) dihitung berdasarkan Drewnowski (2005) dan diklasifikasikan berdasarkan standar dari FAO. Rumus perhitungan densitas asupan zat gizi adalah sebagai berikut:

Nilai densitas asupan zat gizi (DG), khususnya untuk vitamin dan mineral selanjutnya diklasifikasikan ke dalam kategori kurang apabila nilai DG lebih kecil dari standar FAO, serta kategori cukup apabila nilai DG sama atau lebih besar dari standar FAO. Sementara itu, densitas asupan protein memiliki tiga pengategorian menurut standar FAO, yaitu rendah, cukup, dan tinggi. Tabel berikut menjelaskan mengenai standar densitas asupan zat gizi berdasarkan standar FAO.

Tabel 11 Standar densitas asupan zat gizi

Zat gizi FAO

Protein*, g - Rendah - Cukup - Tinggi <20 20-40 >40 Kalsium,mg 500-800 Zat besi, mg 7-40 Vitamin A, μg RE 700-1000 Vitamin C, mg 50-60

Keterangan: *Diadaptasi berdasarkan WHO (1998) dan Drewnowski (2005) Data pengetahuan gizi diukur dengan memberikan skor terhadap setiap jawaban pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan gizi. Data pengetahuan gizi ibu didapatkan dengan memberikan 20 buah pertanyaan pilihan ganda dengan memilih jawaban yang paling benar (correct-answer multiple choice) dan 5 pernyataan yang alternatif jawabannya benar atau salah dalam bentuk kuesioner. Skor jawaban ibu setiap satu pertanyaan diberi skor satu (1) bila memilih jawaban benar dan skor nol (0) bila memilih jawaban yang salah atau tidak memilih jawaban. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dihitung dengan cara menjumlahkan skor dan diklasifikasikan menjadi tiga kategori tingkat pengetahuan, yaitu kurang jika skor nilai kurang dari 60% (<60%), cukup jika skor antara 60-80%, dan baik jika lebih dari 80% (>80%) (Khomsan 2000). Pengkategorian variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 12 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Sumber

1. Jenis Kelamin Anak 1. Laki-laki 2. Perempuan

Peneliti 2. Berat Lahir Anak 1. Normal

2. BBLR

Tabel 12 Kategori variabel penelitian (lanjutan)

No Variabel Kategori Sumber

3. Status Gizi Anak Berdasarkan IMT/U 1. Kurus: <-2 SD 2. Normal: -2 SD<Z<1 SD 3. Gemuk: ≥ 1 SD Soekirman (2000) 4. IMT Ibu 1. Gizi Tidak Lebih : < 25 kg/m2

2. Gizi Lebih : ≥ 25.00 kg/m2

WHO (2004) 5. Pengetahuan Gizi Ibu 1. Kurang : <60 %

2. Sedang : 60-80 % 3. Baik : > 80 % Khomsan (2000) 6. Pendapatan Rumah Tangga 1. Kuintil 1 2. Kuintil 2 3. Kuintil 3 4. Kuintil 4 5. Kuintil 5 Peneliti 7. Status Sosial Ekonomi

1. Tinggi : Kuintil 4 dan 5 2. Menengah : Kuintil 3 3. Rendah : Kuintil 2 dan 1

Peneliti 8. Densitas Energi Konsumsi Laki-laki 1. Rendah <1.7 kkal/g 2. Sedang 1.7-2.1 kkal/g 3. Tinggi > 2.1 kkal/g Perempuan 1. Rendah <1.6 kkal/g 2. Sedang 1.6 – 2.0 kkal/g 3. Tinggi > 2.0 kkal/g Rolls BJ et al. (2006) 9. Densitas Energi Makanan

1. Sangat Rendah 0-0.6 kkal/g 2. Rendah 0.6-1.5 kkal/g 3. Medium 1.5-4 kkal/g 4. Tinggi 4.0-9.0 kkal/g

Rolls BJ (2009)

10. Densitas zat gizi pangan 1. Kuintil 1 (Skor <1) 2. Kuintil 2 (Skor 1-10) 3. Kuintil 3 (Skor 11-20) 4. Kuintil 4 (Skor 21-30) 5. Kuintil 5 (Skor > 30) Drewnowski (2010) 11. Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

1. Defisit Tingkat Berat : < 70% AKG

2. Defisit Tingkat Sedang : 70–79% AKG 3. Kurang : 80-89% AKG 4. Cukup: 90-119 % AKG 5. Lebih : ≥ 120 % AKG Depkes (1996) 12. Tingkat Kecukupan Lemak

1. Kurang : < 25% dari energi total 2. Cukup: 25-35% dari energi total 3. Lebih: > 35% dari energi total

Hardinsyah dan Tambunan dalam WNPG VIII 2004 13. Riwayat Pemberian ASI Eksklusif 1. ASI Eksklusif 2. Tidak ASI Eksklusif

Tabel 12 Kategori variabel penelitian (lanjutan)

No Variabel Kategori Sumber

14. Frekuensi Konsumsi Makanan Berlemak 1. Jarang (≤ median) 2. Sering (> median) Peneliti 15. Frekuensi Konsumsi Makanan Mengandung Karbohidrat 1. Jarang (≤ median) 2. Sering (> median) Peneliti

16. Aktivitas Fisik 1. Sedentary 2. Cukup Aktif 3. Sangat Aktif

FAO/WHO/UNU

Analisis Data

Hasil pengolahan data dianalisis menggunakan software Microsoft Excel

2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi, persentase, dan rataan. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu variabel dependen dengan salah satu independen. Sebelum, dilakukan analisis bivariat peneliti melakukan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan antara status gizi anak dan status sosial ekonomi dengan densitas energi konsumsi, densitas vitamin C, densitas protein serta densitas kalsium. Selain itu, korelasi Pearson juga digunakanuntuk mengetahui hubungan antara densitas energi makanan dan densitas gizi pangan dengan harga pangan. Sementara itu, uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara status gizi anak dan status sosial ekonomi dengan densitas zat besi dan densitas vitamin A. Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui nilai korelasi variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis yang digunakan adalah multiple linear regression dengan metode Backward. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Model yang digunakan adalah sebagai berikut. Keterangan : y : Z-skor IMT/U β0-15 : Intercept X1 : Berat lahir X3 : Jenis kelamin X3 : IMT ibu

X4 : Pengetahuan gizi ibu

X5 : Pemberian makanan padat < 6 bulan X6 : Pemberian susu formula < 6 bulan X7 : Pemberian ASI eksklusif

X8 : TKE y = β 0 +β 1 x 1 +β 2 x 2 +β 3 x 3 +β 4 x 4 +β 5 x 5 +β 6 x 6 +β 7 x 7 +β 8 x 8 +β 9 x 9 +β 10 x 10 +β 11 x 11 + β 12 x 12 +β 13 x 13 +β 14 x 14 +β 15 x 15 +ε

X9 : TKP

X10 : TKL

X11 : Densitas energi konsumsi X12 : Densitas protein

X13 : Frekuensi konsumsi makanan mengandung karbohidrat X14 : Frekuensi konsumsi makanan berlemak

X15 : Tingkat aktivitas fisik

ε : Galat (error)

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan

Dokumen terkait