• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia adalah makhluk hidup yang terikat dengan manusia sekitarnya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan makhluk lainnya, karena manusia selalu tergantung dengan makhluk yang lain. Menurut Soerjono Soekanto (1990: 61) bahwa interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Dalam kehidupan, interaksi yang dilakukan oleh manusia dikarenakan adanya komunikasi dan proses sosialisasi yang terjadi. Setiap manusia selalu melakukan proses sosialisasi dalam kehidupannya. Seperti halnya orang dewasa yang telah dulu melakukan interaksi dan sosialisasi dalam kehidupan mereka, remajapun melakukan hal yang sama.

Kesehatan reproduksi adalah termasuk salah satu dari sekian banyak problem remaja yang perlu mendapat perhatian bagi semua kalangan, baik orang tua, guru, dan maupun konselor sekolah. Beberapa permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang ada yaitu peningkatan aktivitas seksual, pergaulan dan seks bebas, kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi, IMS, HIV dan AIDS serta Narkoba.

Karena kompleksnya permasalahan, hampir selalu remaja diperlakukan sebagai target sasaran atau objek. Padahal remaja mempunyai banyak potensi yang dapat diikutsertakan dalam pembangunan. Dilihat dalam kodratnyapun setiap remaja memiliki kemampuan untuk bereproduksi, sehingga dengan demikian mereka

mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan generasi penerus yang bekualitas.

Jika kita lihat dari permasalahan remaja serta hasil penelitian yang ada dan bayangan perilaku seksual remaja yang tidak terdeteksi, diperlukan suatu konsep pendidikan yang memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi secara benar. Pembongkaran dan penataan perilaku seks remaja tidak sehat menuju perilaku seks sehat dan bertanggungjawab harus segera dilakukan dan ditindaklanjuti dengan melibatkan banyak pihak seperti orang tua, pendidik, petugas kesehatan, psikolog, agamawan, dan aktivis LSM yang konsen di bidang kesehatan reproduksi remaja. Pendampingan-pendampingan akan sosialisasi informasi perilaku seks yang sehat dan benar bagi remaja sudah saatnya dilaksanakan secara terbuka dan metode belajar demokratis dari remaja, oleh remaja dan untuk remaja merupakan salah satu metode yang perlu diimplementasikan.

Pemberian informasi kesehatan reproduksi kepada remaja melalui Peer Educator remaja, dapat digunakan untuk menjawab solusi permasalahan remaja itu sendiri. Dengan adanya Peer Educator remaja, diharapkan informasi tentang kesehatan reproduksi yang ada dapat diterima oleh remaja dengan benar.

Sebagai peer educator, remaja harus menjalankan perannya dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi. Peran remaja itu didapat dari status mereka sebagai peer educator. Sebagaimana dijelaskan pada bab ini, bahwa peran adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.

Lebih ideal bila setiap orang dapat memenuhi semua peran dalam serangkaian peran dengan kemudahan yang sama, tetapi hanya sedikit orang yang mampu berbuat sedemikian rupa. Desakan peran (role strain) mengacu pada kesulitan seseorang dalam menjalankan peran mereka. Sebagaimana yang dijelaskan, peer educator remaja juga mengalami apa yang dinamakan dengan desakan peran, mengingat bahwa remaja (peer educator) mempunyai peran yang cukup besar dari status mereka.

Dengan adaya desakan peran, kesesuaian dan kesenjangan biasanya akan terjadi dalam proses berjalannya sebuah peran. Begitu juga dengan peran yang dijalankan oleh peer educator remaja dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja. Kesesuaian di sini adalah adanya kesamaan antara peran, perilaku peran dan hasil peran tersebut. Sebaliknya kesenjangan akan tercipta apabila ada ketidaksamaan atau ketidaksesuaian antara peran yang dijalankan, perilaku peran serta hasil dari peran itu sendiri.

Bagan kerangka pemikiran

Desakan/Beban Peran (Role Strain)

Kesesuaian Kesenjangan

Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja : 1. Peningkatan Aktivitas Seksual,

Pergaulan dan Seks Bebas

2. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) 3. Aborsi

4. Narkoba

5. IMS, HIV dan AIDS

Peran Peer Educator Remaja Remaja

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian, termasuk alat-alat apa yang digunakan untuk mengukur maupun untuk mengumpulkan data serta bagaimana melakukan penelitian di lapangan (Nazir, 1988).

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Lexy J. Moleong, 2000: 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode ini, diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh dan menyeluruh). Holistik didasarkan pada suatu premis bahwa tidak ada sesuatu gejala apapun yang dapat menjelaskan dirinya sendiri. Setiap gejala hanya dapat dipahami atau dijelaskan maknanya oleh gejala-gejala lainnya yang terkait dengan gejala tersebut, yang secara bersama-sama gajala-gejala tersebut merupakan unsur yang saling terkait satu sama lain secara menyeluruh.

Bikle (dalam Moleong, 2000) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif lebih banyak menekankan segi “proses” daripada “hasil”. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.

Dari pemaparan di atas, menunjukkan bahwa penelitian kualitatif sangat mementingkan metode pemahaman (verstehen) dari penelitian untuk membimbingnya menemukan hal-hal yang tidak diduga sebelumnya dalam membangun sebuah teori (building theory). Selain menekankan pentingnya kedudukan penelitian sebagai instrumen penelitian yang melakukan pengamatan dengan sasaran penelitian yang dilihat secara holistik (utuh dan menyeluruh), penelitian kualitatif juga sangat mengutamakan proses penelitian daripada hasil.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu metode yang menggambarkan data yang ada secara utuh dan menyeluruh, yang pelaksanaanya tidak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data saja, tetapi meliputi sebuah analisis dan sebuah interpretasi data. Dengan alasan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mengetahui dan menjelaskan peran Peer Educator (PE) remaja dalam pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, diharapkan penelitian ini dapat menjelaskan secara menyeluruh dan mendalam objek yang akan diteliti yaitu peer educator remaja dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada remaja, khususnya remaja sekolah.

Dokumen terkait