• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang, permasalahan serta kajian teori yang dikemukakan bahwa produksi menurun akibat kepras yang berulang ulang dilakukan oleh petani, tidak adanya pengaturan penanaman oleh petani (tanam optimal) untuk lahan sawah bulan Mei, Juni, Juli dan untuk lahan tegalan bulan Agustus, September, Oktober, maka yang digambarkan model kerangka pemikiran dari penelitian ini.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini diawali oleh adanya Sistem Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang semula ingin menjadikan petani tebu sebagai tuan di atas tanahnya sendiri ternyata mengakibatkan petani tebu semakin enggan meremajakan tanamannya sehingga produktivitas industri gula semakin menurun. Selain itu, sistem yang dikembangkan selama TRI ternyata tidak mampu membuat sistem produksi pergulaan berjalan sebagaimana mestinya. Komposisi tanaman tebu yang seharusnya tertata dalam blok-blok pertanaman masak awal, masak tengah, dan masak akhir yang dibedakan berdasarkan varietas tebu, di lapangan menjadi kacau. Pabrik gula yang umumnya bekerja sama dengan satu atau beberapa orang pemasok tebu membuat sistem bertambah kacau.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Kondisi Pert anam an Tebu (Sist em TRI)

- Perencanaan w ilayah belum t erkoordinasi sem purna sehingga kom posisi t anam an plant cane dan rat oon t idak berim bang

- Variet as beragam , kepras berulang

- Pengelolaan dan pem eliharaan m inim al , produksi gula m enurun. - Wakt u t anam & t ebang t dk opt im al

- Produkt ivit as t ebu, rendemen dan produkt ivit as hablur m enurun

Kebijakan Akselerasi Peningkat an Produksi Gula Nasional

- Fakt or t anam an / on farm (kebun bibit , Rehabilit asi / bongkar rat oon) unt uk peningkat an produksi t ebu

- Fakt or pabrik / off farm (rendem en) unt uk peningkat an produksi gula. - Penguat an M odal Usaha Kelom pok (PM UK).

Program Bongkar Rat oon

- Perbaikan kom posisi Variet as , kualit as agar produksi t ebu m eningkat . - Variet as unggul, budidaya sesuai pet unjuk t eknis agar rendem en dan

produksi gula m eningkat .

- Penguat an kelem bagaan melalui PM UK. - Dukungan dana APBN dalam bent uk PM UK

Keragaan Pabrik Gula di JaTim

PENINGKATAN : Luas areal, Produksi t ebu,produkt ivit as t ebu,rendem en,produksi gula, produkt ivit as gula

Adanya sistem ini menyebabkan tidak adanya insentif bagi petani tebu untuk meremajakn tanaman ratoonnya yang sudah ditebang (dikepras) lebih dari tiga kali atau bahkan belasan kali, sehingga varietas tebu yang ada merupakan varietas lama yang banyak terserang penyakit. Apalagi ditambah dengan pemeliharaan dan pengelolaan tanah yang minimal. Akibatnya produktivitas tebu, rendemen, dan produktivitas hablur semakin menurun.

Menghadapi kondisi seperti ini, pemerintah kemudian mengeluarkan perbaikan dan koreksi terhadap berbagai kebijakan yang menyangkut pergulaan. Salah satu produk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah adanya Program Akselerasi Peningkatan Produksi Gula Nasional 2003-2007 yang didasarkan pada solusi fundamental atas permasalahan yang terjadi dalam sistem dan usaha agribisnis pergulaan. Terdapat tiga subprogram besar yang akan dilakukan yaitu: (1) rehabilitasi atau peremajaan perkebunan tebu, (2) rehabilitasi pabrik gula, dan (3) peningkatan investasi untuk pengembangan industri Produk Pendamping Gula Tebu (PPGT) dan industri gula baru di luar Jawa.

Salah satu kegiatan yang berkaitan dengan kewenangan Departemen Pertanian di dalam program akselerasi adalah rehabilitasi atau peremajaan perkebunan tebu (dikenal dengan istilah “bongkar ratoon”) guna memperbaiki komposisi tanaman dan varietas sehingga produktivitasnya mendekati produktivitas potensial. Hal ini penting mengingat gula sebenarnya diproduksi di dalam tanaman tebu, sementara

pabrik hanya memeras nira tebu untuk diolah menjadi gula kristal. Untuk mendukung program akselerasi tersebut, maka pemerintah menyalurkan dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) yang diambil dari APBN guna keperluan membangun kebun bibit dan membongkar tanaman ratoon milik petani serta memperbaiki prasarana pengairan pada perkebunan tebu.

Sasaran dari program akselerasi sampai dengan tahun 2007 adalah terpenuhinya kapasitas produksi gula nasional yaitu 3 juta ton gula kristal, dengan rendemen rata-rata 8,79% dan hablur rata-rata 7,74 ton per hektar. Dari target produksi tersebut, sekitar 40% atau 1,2 juta ton merupakan target produksi di Jawa Timur sebagai provinsi penghasil gula utama di Indonesia. Oleh karena itu, tidak salah apabila dikatakan bahwa industri gula Jawa Timur sering dianggap sebagai lokomotif penggerak industri gula nasional.

Program Akselerasi Peningkatan Produksi Gula Nasional di Jawa Timur mencakup tiga kegiatan yaitu: (1) rehabilitasi tanaman melalui

bongkar ratoon, (2) penguatan kelembagaan, dan (3)

rehabilitasi/peningkatan kinerja pabrik gula dari sisi on farm berupa pembangunan Kebun Bibit. Melalui program akselerasi ini diharapkan produksi dan produktivitas gula meningkat. Namun, pada kenyataannya, program akselerasi baru menyentuh sebagian aspek on-farm, yaitu berupa kegiatan bongkar ratoon yang ditindaklanjuti dengan replanting tanaman tebu varietas unggul dan dukungan berupa pembangunan kebun

bibit secara berjenjang, serta peningkatan pemberdayaan petani tebu dan koperasi.

Kegiatan bongkar ratoon diprioritaskan pada tanaman tebu di atas keprasan ketiga. Tanaman tebu yang telah dikepras 3 kali kemudian dibongkar dan diganti dengan tanaman tebu baru. Tanaman tebu pengganti merupakan varietas tebu yang bersertifikat dan direkomendasikan oleh P3GI. Penanaman varietas unggul tersebut tentu saja diikuti dengan pengairan dan rasionalisasi pemupukan. Dengan cara demikian diharapkan tanaman tebu memiliki produktivitas yang tinggi. Pada akhirnya produktivitas yang tinggi diharapkan mampu mempengaruhi aruhi produktivitas hablur dan rendemen yang dihasilkan.

3.2. Hipotesis

1. Pelaksanaan Program Bongkar Ratoon di Jawa Timur sudah

mencapai target.

2. Dampak dari program bongkar ratoon terhadap keragaan Pabrik

Gula di Jawa Timur ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan pada luas areal giling, produksi tebu, produksi gula, rendemen, produktivitas tebu, produktivitas gula

Dokumen terkait