Sekolah Atlet Ragunan Jakarta merupakan salah satu pusat pendidikan untuk melatih para atlet yang membutuhkan kesehatan dan status gizi yang baik. Hal ini bertujuan untuk mendukung aktivitas belajar dan aktifitas fisik baik di sekolah, lapangan maupun di asrama. Kualitas makanan yang dikonsumsi oleh siswa SMA Ragunan Negeri Jakarta berpengaruh terhadap prestasi olahraga mereka. Menurut Moeloek dan Arjatmo (1984), keadaan gizi dan prestasi olahraga mempunyai hubungan yang sangat erat. Oleh karena itu, pihak asrama harus menyediakan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan energi zat gizi sampel melalui penyelenggaraan makanan di asrama. Penyelenggaraan makanan yang baik dari segi kualitas dan kuantitas akan menghasilkan makanan yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan gizi masing-masing sampel. Selain itu, setiap makanan yang dikonsumsi oleh atlet juga erat kaitannya dengan seberapa besarnya daya tahan tubuh dari atlet tersebut. Kapasitas daya tahan tubuh atlet dapat dilihat dari status gizi maupun dari derajat kesehatan tiap atletnya. Dimana setiap atlet juga memiliki tingkat preferensi yang berbeda-beda terhadap menu makanan yang disajikan oleh pihak asrama. Karena selama tinggal di asrama, para atlet tidak hanya mengkonsumsi makanan dari dalam asrama saja, namun juga sering mengkonsumsi makanan dari luar asrama (kantin, warung, dan pedagang kaki lima). Total konsumsi energi dan zat gizi sampel diperoleh dari konsumsi makanan yang disediakan oleh asrama dan makanan dari luar asrama. Konsumsi pangan setiap sampel dipengaruhi oleh preferensi, kebiasaan makan dan sosial budaya asal daerah masing-masing sampel.
Makanan yang dikonsumsi baik makanan yang disediakan oleh pihak sekolah maupun makanan yang diperoleh dari luar sekolah secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kecukupan energi serta zat gizi lain seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral sampel. Apabila tingkat kecukupan akan zat gizi baik maka akan berpengaruh langsung terhadap status gizi sampel. Status gizi yang baik pun akan berdampak pada tingkat kesehatan sampel yang nantinya akan dapat mementukan dalam pencapaian prestasi sampel.
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan anatara asupan zat gizi dan komposisi lemak tubuh dengan kapasitas daya tahan tubuh atlet di sekolah atlet Ragunan Jakarta
Keterangan :
= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti
Sistem Penyelenggaraan Makanan Preferensi Atlet Terhadap Penyelenggaraan Makanan Makanan Pelatnas Konsumsi Pangan Makanan Luar Kebiasaan Makan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Prestasi
Kesehatan
Kapasitas Daya Tahan Tubuh
METODOLOGI
Desain, Tempat, dan Waktu
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh atlet. Penelitian ini mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian ini dilaksanankan di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta pada bulan Maret - April 2011.
Jumlah dan Cara Penarikan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah siswa yang terdaftar sebagai atlet dari 3 cabang olahraga yang berbeda di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta sebagai. Cabang-cabang olahraga yang dipilih berdasarkan tingkat intensitas yang berbeda (intensitas sedang, berat dan berat sekali) yaitu dari cabang bulutangkis sebanyak 12 orang, cabang atletik sebanyak 13 orang, dan cabang gulat sebanyak 8 orang. Siswa-siswa ini adalah calon atlet Indonesia binaan Menpora yang sedang menerima pendidikan dan pembinaan, sampel ditentukan secara
purposive sampling dengan kriteria atau persyaratan bahwa sampel merupakan
siswa Sekolah Atlet Ragunan Jakarta baik kelas I, II, dan III. Selain itu, sampel tidak mengalami cidera dan tidak mempunyai masalah dengan pihak-pihak tertentu terutama institusi sekolah. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 33 atlet dari 3 cabang olahraga yang berbeda.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan sampel dan penyebaran kuesioner. Data primer ini meliputi, karakteristik sampel (jenis kelamin, usia, dan status gizi, pengukuran antropometri, serta komposisi lemak tubuh. Sedangkan data sekundernya meliputi data hasil tes kebugaran (tes balke) dan gambaran umum mengenai profil sekolah.
Faktor-faktor yang dianalisis terdiri dari : pengukuran antropometri sampel, komposisi lemak tubuh yang diwakili oleh pengukuran lemak tubuh menggunakan skinfold thickness, tingkat kecukupan kalori sampel terhadap makanan yang disediakan oleh menza, dan pengukuran VO2max.
Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian
No Jenis data Variabel Cara pengumpulan data
1. Karakteristik sampel Jenis kelamin Melalui pengisian kuesioner Usia
2. Antropometri sampel dan status gizi
Berat badan Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak
Tinggi badan Tinggi badan diukur dengan menggunakan microtouise dengan ketelitian 0.1 cm
IMT/U IMT dihitung dengan
menggunakan rumus IMT/U 3. Pengetahuan gizi Pertanyaan
mengenai gizi dan gizi olahraga
Pengisian kuesioner oleh sampel
4. Konsumsi pangan Kebiasaan makan Pengisian kuesioner oleh sampel
Konsumsi makan Metode Recall 2 x 24 jam 5. Komposisi lemak tubuh % total lemak tubuh Pengukuran langsung
menggunakan Skinfold
Thickness
6. Tingkat kebugaran Nilai VO2 max Hasil tes balke
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahapan pengkodean dimulai dengan cara menyusun kode-kode tertentu sebagai panduan dalam mengentri dan pengolahan data. Kemudian data dientri ke tabel yang sudah ada. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan program Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0 for windows. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman.
Data karakteristik sampel diperoleh dengan cara menggunakan pertanyaan yang ada pada kuesioner. Data karakteristik ini pada akhirnya akan memberikan gambaran mengenai atlet yang dijadikan sebagai sampel.
Data antropometri sampel yang diukur berupa data tinggi badan, berat badan yang pada akhirnya digunakan untuk mengukur data status gizi. Indikator status gizi contoh yang tergolong sebagai kelompok remaja dihitung menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh. Nilai IMT diperoleh dari nilai berat badan dan tinggi badan, dengan rumus:
Untuk kategori remaja, metode pengukuran status gizi menurut antropometri yang umumnya dilakukan adalah metode pengukuran status gizi antropometri berdasarkan IMT/U. Pengukuran status gizi dengan parameter IMT menurut umur (IMT/U) direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk remaja. Indikator ini memerlukan informasi mengenai umur.
Tabel 5 Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja berdasarkan IMT/U
Kategori Status Gizi Nilai Z-Skor
Kurus -3 SD ≤ Z-score ≤ -2SD
Normal -2 SD ≤ Z-score ≤ +1 SD
At risk +1 SD ≤ Z-score ≤ +2 SD
Gemuk +2 SD ≤ Z-score ≤
Obese Z-score ≥ +3 SD
Data pengetahuan gizi sampel diperoleh dengan memberikan pertanyaan kepada sampel melalui kuesioner. Pertanyaan yang diberikan kepada sampel berjumlah 15 pertanyaan tentang gizi secara umum dan tentang gizi olahraga. Pertanyaan yang diberikan dinilai dengan memberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah sehingga skor total untuk nilai pengetahuan gizi sampel yaitu 15. Persentase hasil pengetahuan gizi sampel kemudian dibandingkan dengan skor pengetahuan gizi berdasarkan Khomsan (2000) yaitu kurang jika skornya kurang dari 60% (<60%), sedang jika skornya berada antara 60-80% dan baik jika skornya lebih dari 80% (>80%).
Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan zat gizi sampel yatu energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi. Data konsumsi pangan dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 2004).
Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:
KGij = Kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j Bj = Berat makanan –j yang dikonsumsi
Gij = Kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan makanan –j BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j
Untuk menentukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sampel digunakan rumus:
AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan:
AKGI = Angka kecukupan gizi sampel Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg)
AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG 2004).
Untuk vitamin dan mineral dihitung langsung dengan menggunakan angka kecukupan tanpa menggunakan AKGl. Selanjutnya tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus.
TKG = (K/AKGI) x 100 TKG = Tingkat kecukupan zat gizi
K = Konsumsi zat gizi
AKGI = Angka kecukupan gizi sampel
Untuk menentukan kecukupan energi sampel digunakan formula WKNPG tahun 2004 (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Formula yang digunakan yaitu. Proses Estimasi AKE Remaja
AKE = (88.5 – 61.9U) + 26.7B (Akf) + 903TB + 25 AKE = Angka kecukupan energi (kkal)
U = Usia (tahun) B = Berat badan (kg)
Akf = Angka Kegiatan Fisik (untuk remaja sangat aktif) laki laki 1.42 dan wanita 1.31
TB = Tinggi badan (cm)
Data tingkat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai V02 max. Data nilai VO2 max yang diperoleh merupakan data sekunder yaitu dengan menggunakan data hasil tes balke sampel. Tes balke dilakukan dengan cara mengukur denyut nadi sampel sebelum melakukan tes, kemudian sampel berlari terus menerus tanpa henti selama selang waktu 15 menit. Kemudian setelah selesai melakukan tes, denyut jantung sampel diukur kembali kemudian dihitung
jarak yang telah ditempuh oleh sampel selama berlari 15 menit tersebut. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan tes Balke (Balke VO2 max calculator). Selain menggunakan
software, hasil perhitungan jarak yang telah ditempuh sampel juga dapat
dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut.
%VO2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15) – 133) x 0.172] + 33.3 Data denyut jantung digunakan untuk mengetahui seberapa sanggup sampel melakukan olahraga dalam rentang target denyut jantung. Sebelum dan sesudah berolahraga denyut jantung sampel dihitung, kemudian dibandingkan dengan data denyut jantung normal untuk individu yang berprofesi sebagai atlet. Uji Statistik yang Digunakan pada penelitian ini antara lain
1. Hubungan antara pengetahuan gizi sampel dengan tingkat kecukupan energi diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson
2. Hubungan antara jenis kelamin sampel dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson
3. Hubungan antara usia sampel dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson
4. Hubungan antara berat badan sampel dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson
5. Hubungan antara tinggi badan sampel dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisi korelasi Pearson
6. Hubungan antara status gizi sampel dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Spearman
7. Hubungan antara komposisi lemak tubuh sampel dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson
8. Hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi sampel dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson
Kelemahan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan ataupun kekurangan, khususnya kekurangan serta hambatan saat proses pengambilan data. Salah satunya adalah sulitnya untuk mengatur waktu antara peneliti dengan sampel, seperti yang diketahui sampel pada penelitian ini merupakan calon atlet binaan yang tentunya sudah memiliki jadwal baik latihan maupun belajar yang sudah ditetapkan dan tidak dapat diganggu gugat. Sehingga peneliti kesulitan untuk melakukan wawancara yang mendetail serta saat pengisian kuesioner. Sehingga
hasil yang diperoleh menjadi kurang maksimal. Selain itu, pada data hasil tes kebugaran (VO2Max), peneliti tidak dapat melakukan atau memperoleh hasil tes kebugaran yang terbaru karena pada cabang olahraga gulat tidak memiliki pelatih fisik sehingga agak sulit untuk melakukan tes kebugaran kembali. Akhirnya peneliti memutuskan untuk menggunakan hasil tes yang sudah ada sebelumnya. Hal ini membuat hasil yang diperoleh kurang dapat menggambarkan tingkat kebugaran atlet saat ini.
Definisi Operasional
Aktifitas fisik adalah aktifitas yang dilakukan oleh sampel sehari-hari selama masa pendidikan dan pelatihan di SMA Negeri Ragunan Jakarta.
Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan.
Atlet adalah siswa yang memiliki keahlian di bidang olahraga dan memiliki prestasi di bidang olahraga.
Bugar adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti baik fisik maupun mental.
Daya tahan tubuh atau endurance adalah kemampuan atlet untuk bertahan menghadapi kelelahan ketika diberikan beban kerja untuk suatu periode waktu tertentu.
Daya tahan kardiorespirasi yaitu kesanggupan jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan latihan untuk mengambil oksigen dan mendistribusikan ke jaringan yang aktif untuk metabolisme tubuh
Frekuensi makan adalah kebiasaan berapa kali jumlah makan sampel selama masa penelitian.
Kecukupan gizi adalah jumlah masing- masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi atlet agar hampir semua atlet hidup sehat.
Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan seorang atau sekelompok atlet untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan aktifitas fisik berupa energi dan zat gizi (protein, lemak, dan karbohidrat).
Makanan dari luar adalah makanan yang diperoleh sampel dari luar menza, baik dari kantin asrama maupun dari luar asrama.
Penyelenggaraan makanan adalah suatu sistem terpadu yang prosesnya dimulai dari perencanaan menu sampai penyajian hidangan.
Preferensi sampel adalah sikap dan tingkat kepuasan konsumen terhadap penyelenggaraan makanan di asrama.
Sampel adalah siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta pada cabang olahraga voli. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh atlet yang diakibatkan oleh
konsumsi, absorpsi, dan penggunaan zat gizi yang ditemtukan melalui Indeks Massa Tubuh (IMT) dan dikelompokkan menjadi 5 kategori berdasarkan WHO (2000) : underweight (IMT , 18.5), normal (IMT 18.5-22.9), at risk (IMT = 23-24.9), obesitas I (IMT = 25-29.9), dan obesitas II (IMT > 30).
Tingkat konsumsi energi dan zat gizi adalah persentase perbandingan antara jumlah konsumsi energi dan zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan angka kecukupan energi dan zat gizi.
VO2 max adalah kemampuan tubuh dalam mengkonsumsi oksigen yang merupakan suatu indikator untuk menentukan kebugaran dalam melakukan aktivitas.