Anak-anak usia sekolah dasar merupakan generasi penerus bangsa. Kegagalan dalam memahami kebutuhan anak akan berujung kegagalan dalam membantu menjadikan anak yang berkualitas. Kecukupan konsumsi makanan dan minuman yang seimbang, status anemia serta lingkungan belajar anak memerlukan perhatian penting agar tercapai proses tumbuh kembang yang optimal dan menjadi manusia yang berkualitas. Anak yang memiliki status gizi normal, tidak mengalami anemia, lingkungan belajar baik, tercukupinya asupan cairan serta mempunyai prestasi belajar yang baik merupakan cikal bakal sumber daya manusia yang berpotensial untuk pembangunan bangsa. Kecukupan zat gizi dapat dipenuhi dari konsumsi pangan yang baik, sehingga komposisi zat gizi haruslah seimbang, bergizi dan beragam sesuai dengan jumlah dan kebutuhan yang dianjurkan menurut umur anak. Begitupun dengan kecukupan air, anak sekolah merupakan salah satu kelompok rentan mengalami kurang air tubuh serta dapat mengganggu konsentrasi belajar.
Kebiasaan makan dan kebiasaan minum akan mempengaruhi konsumsi pangan seseorang. Konsumsi pangan akan mencerminkan asupan energi serta zat gizi lain kemudian dengan membandingkan angka kecukupan gizi dapat diketahui tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang dinyatakan dalam persentase. Konsumsi pangan secara langsung juga dapat mempengaruhi densitas energi dan tingkat kecukupan zat gizi. Densitas asupan zat gizi yang baik akan mengindikasikan tingkat kecukupan zat gizi yang baik, demikian pun sebaliknya. Selain itu konsumsi pangan juga akan mempengaruhi asupan cairan. Asupan cairan merupakan seluruh cairan yang masuk ke dalam tubuh baik yang berasal dari minuman maupun dari makanannya. Konsumsi air yang rendah dapat menyebabkan tubuh kehilangan cairan atau dehidrasi. Berdasarkan asupan dan kebutuhan cairan maka dapat diketahui persentase tingkat konsumsi cairan. Ketidakcukupan air akan membuat siswa sulit berkonsentrasi sehingga mempengaruhi prestasi belajar.
Prestasi belajar juga dapat dipengaruhi dari faktor sosial. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan bagaimana cara anak belajar. Sarana yang lengkap juga turut mempengaruhi proses belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa sendiri. Selain itu, masalah lainnya yang dihadapi anak sekolah adalah anemia. Anemia dapat mengakibatkan berkurangnya daya pikir dan konsentrasi seseorang serta menurunnya prestasi belajar pada anak sekolah karena mengalami kesulitan berkonsentrasi karena kurangnya oksigen akibat rendahnya kadar hemoglobin menurunkan oksigenasi pada susunan syaraf pusat. Status anemia dipengaruhi dari konsumsi makanan yang mengandung zat besi serta yang mempengaruhi penyerapan besi dalam tubuh. Status anemia, konsumsi air yang cukup serta lingkungan belajar yang baik pada anak usia sekolah diduga berhubungan dengan prestasi belajar seorang anak di sekolah. Kerangka penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.
Keterangan:
: Variabel yang diteliti : Hubungan yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan tidak diteliti Gambar 1 Kerangka penelitian hubungan status anemia, kecukupan air dan
lingkungan belajar dengan prestasi belajar anak obes di Kota Bogor Prestasi Belajar - genetik - IQ - afektif/psikomotorik Lingkungan belajar Status gizi -Antropometri (IMT/U) -Biokimia (Status Anemia) - penyakit infeksi
Karakteristik keluarga siswa :
- Besar keluarga - Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua
Karakteristik Siswa : - Umur
- Uang saku - BB dan TB
Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi: - Energi - Protein - Vitamin A - Vitamin C - Fe Kecukupan Air Konsumsi anak SD (recall 3x24 jam) Densitas gizi : - Dietary energy density (DED)
- Densitas asupan zat gizi (Energi, Protein, Vitamin A, Vitamin C, Fe)
- aktivitas fisik
4 METODE
Desain, Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Ekawidyani et al. (2015)
yang dibiayai oleh NHF (Neys-van Hoogstraten Foundation) dengan judul
Overweight among school children: It’s causes and effects on physical fitness,
anemia, and academic performance. Persetujuan etik pada penelitian ini telah
disetujui oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Nomor: 222/H2.F1/ETIK/2014. Persetujuan etik pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional. Desain studi cross sectional
menggunakan pendekatan point time dimana penyebab dan efek diobservasi pada
saat yang sama. Penelitian ini dilakukan sejak Bulan Februari 2014 sampai dengan April 2015. Tempat penelitian yaitu pada enam Sekolah Dasar (SD) negeri dan swasta dengan tingkat sosial ekonomi menengah ke atas yaitu Sekolah Dasar Negeri Polisi 1, Sekolah Dasar Negeri Polisi 4, Sekolah Dasar Negeri Polisi Lima, Sekolah Dasar Negeri Bantarjati 9, Sekolah Dasar At-Taufiq, dan Sekolah Dasar Pertiwi.
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
Pemilihan enam Sekolah Dasar (SD) tersebut sebagai tempat penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa kondisi sosial ekonomi
menengah ke atas sehingga jumlah anak berstatus gizi obesitas cukup banyak dan memiliki karakteristik yang sama serta kemudahan dalam memperoleh ijin penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak kelas V di enam SD yang dipilih. Bagan penarikan sampel disajikan pada Gambar 2.
Screening
Pengembalian EC
Simple random sampling
Gambar 2 Bagan Penarikan Sampel 316 siswa status gizi
obesitas
Jumlah siswa kelas 5 di 6 sekolah (N = 822 siswa)
466 siswa status gizi normal 112 siswa status gizi
obesitas 102 siswa status gizi
obesitas
112 siswa status gizi normal 102 siswa status gizi
Jumlah seluruh anak kelas V di SD Negeri Polisi 1 sebanyak 198 siswa, SD Negeri Polisi 4 sebanyak 182 siswa, SD Negeri Polisi 5 sebanyak 105 siswa, SD Negeri Bantarjati 9 sebanyak 72 siswa, SDI At-Taufiq sebanyak 105 siswa dan SD Pertiwi sebanyak 160 siswa. Sampel untuk penelitian Ekawidyani et al (2015)
dipilih secara purposive berdasarkan kesediaan dari pihak sekolah, orangtua dan
anak untuk mengikuti penelitian ini. Kriteria inklusi sampel yaitu terdaftar sebagai anak kelas V dari sekolah tersebut, tidak memiliki penyakit seperti asma, mengikuti seluruh rangkaian penelitian dan tergolong status gizi gemuk (termasuk obesitas) dan status gizi normal berdasarkan standar WHO. Anak dikategorikan kegemukan dan obesitas apabila IMT/U +1 SD < Z ≤ +2 SD dan IMT/U >+2 SD, serta normal apabila IMT/U -2 SD < Z ≤ +1 SD (Kemenkes 2013). Jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
Sumber : Lemeshow et al. (1990)
keterangan:
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan N = populasi
α = derajat kepercayaan
p = 18.79% prevalensi anak sekolah dasar gemuk di Kota Bogor (Madanijah et al. 2013)
q = (1 – p)
d = kesalahan yang dapat ditaksir (presisi=0.05)
Sampel untuk penelitian ini dipilih secara simple random sampling dari total
sampel penelitian Ekawidyani et al. (2015). Jumlah minimal dalam penelitian ini
diperoleh sebanyak 183 siswa dan penambahan menjadi 204 siswa sesuai kriteria inklusi.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang akan dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi secara langsung, wawancara terstruktur menggunakan kuesioner, pengukuran antropometri dan pengambilan darah. Data primer meliputi karakteristik orang tua (besar keluarga, pendidikan, pekerjaan serta pendapatan orang tua), karakteristik siswa (umur dan uang saku), kadar Hb,
recall makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 3 x 24 jam yaitu pada dua
hari sekolah dan satu hari libur, serta kondisi lingkungan belajar. Data sekunder meliputi data mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan prestasi belajar
n = Zα2 p qN d2(N-1) + Zα2 p q
yang diperoleh dari hasil tes siswa. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data 1 Karakteristik contoh
-Umur -Uang saku
Primer Wawancara langsung dengan siswa menggunakan kuesioner 2 Karakteristik keluarga
siswa
-Besar keluarga -Pendidikan orang tua -Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua
Primer Kuesioner dibawa pulang oleh siswa untuk diberikan dan diisi oleh orang tua
3 Antropometri contoh -Berat badan
-Tinggi badan
Primer Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak digital
Tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm
4 Konsumsi (makanan
dan minuman) Primer Wawancara langsung dengan siswa menggunakan kuesioner metode recall 3 x 24 jam yaitu dua hari sekolah dan satu hari libur 5 Anemia
-Kadar Hb Primer Metode Cyanmethemoglobin menggunakan alat HemoCue 6 Lingkungan belajar
-Tempat dan waktu -Fasilitas belajar -Perhatian orang tua -Suasana belajar -Lingkungan pergaulan -Pola belajar
Primer Wawancara langsung dengan siswa menggunakan kuesioner
7 Prestasi belajar Primer Hasil tes siswa 8 Gambaran umum lokasi
penelitian -Profil sekolah
Sekunder Data sekunder dari pihak sekolah
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing kuesioner, coding, entry data, dan analisis data. Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah
makanan dalam gram/URT dikonversi ke dalam nilai zat gizi dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM), sehingga dapat diketahui kandungan gizi masing-masing bahan pangan yaitu energi, protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi adalah :
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:
KGij = kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j Bj = berat makanan –j yang dikonsumsi
Gij = kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan makanan –j BDDj = bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j
(Sumber : Hardinsyah dan Briawan 1994)
Data konsumsi air dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan sumbernya, yaitu air putih, air berasa dan berwarna selain air putih, air kemasan dan air metabolik. Perhitungan air yang berasal dari minuman langsung diukur banyaknya konsumsi air yang diminum, tanpa konversi. Perhitungan konsumsi air yang berasal dari makanan dikonversikan ke dalam kandungan air dengan menggunakan DKBM. Rumus menghitung air metabolik adalah :
Rumus untuk mencari asupan cairan sehari adalah
Keterangan :
TIChari = total intake cairan sehari (mL)
MAPhari = volume minuman air putih sehari (mL)
MALhari = volume minuman lainnya (berasa dan berwarna) sehari (mL)
MAKhari = volume air dalam minuman kemasan sehari (mL)
AMhari = jumlah air metabolik sehari (mL)
Kebutuhan air pada anak-anak usia 1-18 tahun digunakan rumus Darrow yang disajikan pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2 Kebutuhan air berdasarkan berat badan
Berat badan (kg) Kebutuhan Air (ml)
< 10 100/Kg BB
10-20 1000 + (50/kg BB untuk setiap kenaikan BB> 10 kg) > 20 1500 + (20/kg BB untuk setiap kenaikan BB > 20 kg)
Sumber : Astuti et al. (2014)
Untuk menghitung tingkat kecukupan cairan adalah :
TIC hari = MAP hari + MAL hari + MAK hari + AM hari
Jumlah air metabolik (mL) = (1.07 x berat lemak (g)) + (0.41 x berat protein (g)) + (0.55 x berat karbohidrat (g))
Tingkat Kecukupan Cairan = Konsumsi cairan sehari x 100% Kebutuhan cairan harian
Perhitungan kecukupan energi dan protein pada penelitian ini berdasarkan IOM (2005). Kecukupan energi untuk status gizi normal menggunakan rumus model persamaan estimasi kecukupan berdasarkan umur 10-18 tahun yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Model persamaan estimasi kecukupan berdasarkan umur 10-18 tahun
Jenis
Kelamin Persamaan Kecukupan Energi (kkal) Laki-laki TEE = [88.5 – (61.9xU) + PA x (26.7xBB+
903xTB)]+ 25 Kal Keterangan : PA = 1.13 (ringan)
PA = 1.26 (aktif) PA = 1.42 (sangat aktif)
TEE + 0.1 TEE
Perempuan TEE = [135.3 – (30.8xU) + PA x (10xBB + 934xTB)]+ 25 Kal
Keterangan : PA = 1.31 (aktif)
PA = 1.16 (ringan) PA = 1.56 (sangat aktif)
TEE + 0.1 TEE
Sumber : IOM (2005) Keterangan :
TEE = total energy expenditure – total pengeluaran energi (kkal)
PA = koefisien aktifitas fisik
U = umur (tahun), BB = berat badan (kg), TB = tinggi badan (m)
Tabel 4 menunjukkan persamaan untuk menduga kebutuhan energi untuk orang yang mengalami overweight dan obese berdasarkan IOM (2005) :
Tabel 4 Kebutuhan energi untuk usia 3-18 tahun yang mengalami overweight
dan obese Jenis
Kelamin Persamaan Faktor aktifitas fisik Laki-laki TEE = 114 – 50.9 x Umur (th) +
PA (19.5 x BB (kg) + 1161.4 x TB (m))
PA =1.12 jika dugaan PAL antara 1.4 sampai1.6 (ringan)
PA = 1.24 jika dugaan PAL antara1.6 sampai 1.9 (aktif)
PA = 1.45 jika dugaan PAL antara 1.9 sampai 2.5 (sangat aktif)
Perempuan TEE= 389 – 41.2 x Umur (th) + PA (15.0 x BB (kg) + 701 x TB (m))
PA =1.18 jika dugaan PAL antara 1.4 sampai1.6 (ringan)
PA = 1.35 jika dugaan PAL antara1.6 sampai 1.9 (aktif)
PA = 1.60 jika dugaan PAL antara 1.9 sampai 2.5 (sangat aktif)
Sumber : IOM (2005) Keterangan :
TEE = Total Energy Expenditure – total pengeluaran energi (kkal)
PA = koefisien aktifitas fisik
Kecukupan protein dihitung berdasarkan angka kecukupan protein dalam Kemenkes (2014) dan IOM (2005). Perhitungan kecukupan protein disesuaikan
dengan berat badan masing-masing individu serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein, sebagaimana berikut:
Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein Keterangan :
AKP = angka kecukupan protein (g/kgBB/hari) BB = berat badan aktual (kg)
Faktor koreksi mutu protein dewasa = 1.3 dan bagi anak dan remaja = 1.5 Faktor koreksi mutu protein perempuan hamil = 1.2
Angka kecukupan vitamin dan mineral meliputi vitamin A, vitamin C dan zat besi dihitung berdasarkan AKG 2012 (Kemenkes 2014) menggunakan rumus berikut ini:
AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan:
AKGI = angka kecukupan gizi contoh Ba = berat badan aktual sehat (kg) Bs = berat badan standar (kg)
AKG = angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan berdasarkan AKG 2012 Selanjutnya tingkat kecukupan gizi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin (Kemenkes 2014). Berikut rumus kecukupan zat gizi yang digunakan :
TKG = (K/AKGI) x 100 Keterangan :
TKG = tingkat kecukupan zat gizi K = konsumsi zat gizi
AKGI = angka kecukupan gizi contoh
Nilai atau skor densitas energi pangan dihitung menggunakan metode
dietary energy density (DED) yang membandingkan antara jumlah asupan energi
dengan total berat pangan (kkal/g), sebagaimana tercantum seperti dibawah ini (Wang et al. 2013).
Keterangan :
DED = Dietary energy density (kkal/g)
Semakin rendah skor DED maka semakin baik kualitas gizi pangan tersebut dan juga sebaliknya. Kategori skor densitas energi terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategori densitas energi
Variabel Kategori
Densitas energi pangan (DED) DED tinggi (4-9 kkal/g pangan) DED sedang (1.5-4 kkal/g pangan) DED rendah (0.6-1.5 kkal/g pangan) DED sangat rendah (0-0.6 kkal/g pangan)
Sumber : Rolls (2009)
Penentuan densitas asupan zat gizi (DG) berdasarkan Drewnowski (2005) dan dikategorikan berdasarkan standar dari FAO. Berikut ini merupakan rumus dalam menentukan densitas asupan zat gizi (DG) :
Selanjutnya, nilai densitas asupan zat gizi (DG) kemudian dikategorikan berdasarkan standar FAO. Nilai densitas asupan protein dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah, cukup dan tinggi. Untuk nilai densitas asupan vitamin dan mineral dikategorikan ke dalam kategori kurang jika nilai DG lebih kecil dari standar FAO dan kategori cukup jika nilai DG sama atau lebih besar dari standar FAO. Pengkategorian nilai densitas zat gizi berdasarkan standar FAO disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Standar densitas asupan zat gizi
Zat gizi Standar FAO
Protein*, g Rendah < 20 Cukup 20 – 40 Tinggi > 40 Kalsium, mg 500 - 800 Zat besi, mg 7 – 40 Vitamin A, µg RE 700 – 1000 Vitamin B1 1.0-1.6 Vitamin C, mg 50 – 60 Keterangan:
Pada Tabel 7 dapat dilihat cara pengkategorian dan pengelompokan variabel yang akan diteliti serta sumber yang digunakan.
Tabel 7 Cara pengkategorian dan pengelompokkan variabel penelitian
No Data Kategori Sumber
1 Besar anggota keluarga - Keluarga kecil (≤ 4 orang) - Keluarga sedang (5 – 6 orang) - Keluarga besar (≥ 7 orang)
BKKBN (1998) 2 Tingkat Pendidikan
orang tua - Pendidikan Dasar (SD) - Pendidikan Menengah (SMP/SMA) - Pendidikan Tinggi (PT)
Kemendikbud (2012) 3 Pekerjaan orang tua - Tidak bekerja
- Pegawai - Wiraswasta - Petani/Nelayan/Buruh - Lainnya Kemenkes (2014)
4 Pendapatan orang tua - ≥ garis kemiskinan (294700)
- < garis kemiskinan (294700) BPS (2014) 5 Densitas energi - DED tinggi (4-9 kkal/g pangan)
- DED sedang (1.5-4 kkal/g pangan) - DED rendah (0.6-1.5 kkal/g pangan) - DED sangat rendah (0-0.6 kkal/g
pangan)
Rolls (2009)
6 Densitas protein Protein :
- Rendah (< 20 g) - Cukup (20 g – 40 g) - Tinggi (> 40 g) WHO (1998) dan Drewnoski (2005) 7 Densitas vitamin dan
mineral Kurang (nilai densitas lebih kecil dari standar) - Vitamin A < 700 – 1000 µg RE
- Vitamin C < 50 – 60 mg - Fe < 7 - 40 mg
Cukup (nilai densitas sama atau lebih besar dari standar)
- Vitamin A 700 1000 µg RE - Vitamin C 50 – 60 mg - Fe 7-40 mg WHO (1998) dan Drewnoski (2005)
8 Status anemia - Anemia (< 12.0 g/dL)
- Tidak anemia (≥ 12.0 g/dL) Kemenkes (2013) 9 Kecukupan air - Kurang (<90%)
- Cukup (90%-110%) - Berlebih (≥110%)
Depkes (2005) 10 Tingkat kecukupan
energi dan protein -- Defisit tingkat berat (70% AKG) Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) - Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) - Normal (90-119% AKG)
- Kelebihan (120% AKG)
Depkes (1996)
11 Tingkat kecukupan
vitamin A - Kurang (< 600 µg RE AKG) - Normal (600 µg RE AKG) - Lebih (> 600 µg RE AKG)
Kemenkes (2013)
Tabel 7 Cara pengkategorian dan pengelompokkan variabel penelitian (Lanjutan)
No Data Kategori Sumber
12 Tingkat kecukupan
vitamin C Perempuan - Kurang (< 50 mg AKG) - Normal (50-65 mg AKG) - Lebih (> 65 mg AKG) Kemenkes (2013) Laki-laki - Kurang (< 50 mg AKG) - Normal (50-75 mg AKG) Lebih (> 75 mg AKG) 13 Tingkat kecukupan zat
besi (Fe) Perempuan - Kurang (< 20 mg AKG) - Normal (20-26 mg AKG) - Lebih (> 26 mg AKG) Laki-laki - Kurang (< 13 mg AKG) - Normal (13-19 mg AKG) - Lebih (> 19 mg AKG) Kemenkes (2013)
14 Lingkungan belajar - Baik > 60 - Sedang 47 – 60 - Kurang < 47
Slamet (1993) 15 Prestasi belajar - Sangat baik (80 – 100)
- Baik (70 – 79) - Cukup (60 – 69) - Kurang (50 – 59)
Kemendikbud (2012)
Setelah dilakukan pengolahan data, tahap selanjutnya adalah analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) version 19.0 for windows. Analisis yang akan digunakan adalah
univariat, uji beda, bivariat serta analisis multivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel dengan gambaran distribusi frekuensinya dalam bentuk jumlah dan persentase. Analisis uji beda dilakukan untuk melihat perbedaan variabel antara siswa obes dan normal, menggunakan uji Independent T-test jika data berdistribusi normal sedangkan uji Mann Whitney jika data tidak
berdistribusi normal. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu variabel dependen dengan salah satu variabel independen. Uji hubungan menggunakan Spearman.
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa obes dengan menggunakan uji regresi logistik. Menurut Dahlan (2009), analisis regresi logistik dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1) variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai ρ < 0.25 diikutsertakan dalam analisis regresi logistik dan variabel yang mempunyai ρ > 0.25 tidak diikutsertakan dalam analisis; 2) analisis regresi logistik dilakukan dengan metode Backward LR dengan kriteria ρ<0.05 dan tingkat kepercayaan (CI) sebesar 95%.
Y= log F = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3+ ε 1-F Keterangan: Y = prestasi belajar F = fungsi kumulatif β0 = konstanta β1X1 = status anemia β2X2 = kecukupan air β3X3 = lingkungan belajar ε = Galat (error) Definisi Operasional
Siswa adalah anak kelas 5 SD dari enam SD di kota Bogor yang dipilih secara
simple random sampling serta berstatus gizi obesitas dan normal.
Obesitas adalah adalah status gizi lebih dengan IMT/U +1 SD < Z ≤ +2 SD dan
IMT/U >+2 SD.
Prestasi belajar adalah hasil pembelajaran siswa dari nilai rata-rata tiga mata
pelajaran setelah tes yang diberikan dari lembaga belajar terpercaya dan merupakan salah satu indikator dalam mengukur kognitif siswa.
Status anemia adalah anemia gizi besi yang meliputi keadaan anemia atau tidak
anemia siswa berdasarkan pemeriksaan kadar hemoglobin. Siswa dinyatakan anemia jika kadar hb < 12 gr/dl.
Kecukupan air adalah tercukupinya air di dalam tubuh berdasarkan hasil
perhitungan konsumsi cairan.
Lingkungan belajar adalah situasi belajar di rumah yang mempengaruhi
kegiatan belajar siswa meliputi empat variabel yaitu tempat dan fasilitas belajar, perhatian orang tua, suasana belajar dan lingkngan pergaulan serta pola belajar siswa.
Uang saku siswa adalah uang saku per hari yang digunakan siswa untuk jajan di
sekolah dan tidak termasuk uang transportasi (angkutan umum).
Umur adalah umur siswa saat penelitian dilangsungkan dan ditanyakan melalui
pengisian kuesioner.
Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
kakak, atau adik serta anggota keluarga lainnya yang tinggal satu rumah dengan siswa.
Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang terakhir diikuti
oleh orang tua siswa.
Pendapatan orang tua adalah rata-rata total pendapatan kedua orang tua dalam
sebulan.
Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan konsumsi siswa dari rata-rata zat
gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin C dan Fe) terhadap kebutuhan gizi yang dianjurkan menurut umur kemudian dinyatakan dalam persen.
Konsumsi pangan adalah semua jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
Konsumsi cairan adalah jumlah cairan (air putih dan selain air putih) yang
dikonsumsi siswa dan diperoleh melalui recall 3x24 jam.
Densitas energi adalah perbandingan jumlah total asupan energi dengan total
berat pangan yang dikonsumsi siswa dan diperoleh dengan metode recall
3x24 jam (dua hari sekolah dan satu hari libur).
Densitas asupan gizi adalah perbandingan asupan zat gizi terhadap total asupan
energi dari makanan yang dikonsumsi oleh siswa setiap hari dan diperoleh dengan metode recall 3x24 jam (dua hari sekolah dan satu hari libur).