• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDONESIA TOCOM AFET SHFE

3.1. Kerangka Pemikiran

Harga merupakan sinyal penting dalam pasar komoditas pertanian, hal ini dikarenakan harga produk di bidang pertanian cenderung fluktuatif. Seperti halnya yang terjadi pada harga karet alam yang cenderung fluktuatif bahkan mengarah pada tren penurunan harga. Indonesia memiliki kepentingan yang sangat besar terkait adanya fluktuasi harga karet alam mengingat komoditas ini memiliki peran strategis dalam perekonomian.

Secara umum faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga karet secara langsung adalah besarnya jumlah permintaan, jumlah penawaran dan cadangan (stock) karet alam. Sedangkan secara tidak langsung faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pertumbuhan ekonomi negara konsumen, rasio harga karet sintetik dengan karet alam, pergerakan nilai tukar mata uang negara-negara produsen dan konsumen karet alam serta aktivitas pasar berjangka (Khin et al. 2008).

Namun terjadi ketidakseimbangan (imbalance) penawaran dan permintaan karet (surplus/defisit dari penawaran karet alam), dan berpengaruh terhadap cadangan (stock) karet alam dunia. Secara teoritis, harga diharapkan akan bereaksi dengan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan. Dimana kenaikan harga terjadi karena defisit penawaran dan turunnya harga karena surplus penawaran, akan tetapi hipotesis tersebut tidak didukung kenyataan yang ada saat ini dimana harga karet selalu dalam kondisi penurunan harga. Hal tersebut tentunya akan menyulitkan bagi pelaku pasar dalam mengambil keputusan.

Hal ini diperkuat Ng (1986) dalam Anwar (2005) yang menyatakan tidak berpengaruhnya surplus/defisit pasokan dan cadangan terhadap harga karet dunia, disebabkan oleh adanya imperfectknowledge terhadap penawaran dan permintaan global karet alam pada waktu tertentu (adanya senjang waktu karena masalah akses informasi) serta adanya kegiatan spekulasi dan hedging pada kegiatan pemasaran karet alam dunia seperti forward purchase, future contract, longterm arrangement, dan sebagainya.

Pasar berjangka merupakan suatu alat manajemen resiko yang dapat mengurangi fluktuasi harga salah satunya karet selain itu harga juga dapat terbentuk dengan transparan. Hal ini dikarenakan pasar berjangka menyediakan suatu forum untuk bertukar informasi mengenai kondisi supply dan permintaan. Jika pasar berjangka efisien, maka harga berjangka harus sama dengan perkiraan atau ramalan dari harga fisik pada saat kontrak jatuh tempo. Dengan demikian adanya pasar berjangka dapat membantu terintegrasinya pasar-pasar lokal ke dalam pasar nasional bahkan internasional.

Para pelaku pasar berjangka pasar juga tidak terbatas kepada para trader

dan konsumen yang akan melakukan hedging untuk produk yang dijual dan dibeli. Bahkan, adanya spekulan yang memainkan peran penting dalam menyediakan banyak kebutuhan likuiditas di pasar berjangka, dan umumnya sebagai kelompok pengguna terbesar pasar berjangka untuk tujuan berinvestasi. Sebaliknya, para petani (produsen) jarang sekali aktif di pasar berjangka, akan tetapi dengan adanya pasar berjangka petani mendapat manfaat langsung dari keberadaan pasar berjangka dimana mempermudah akses informasi mengenai harga yang akan datang, dan didapatkan harga yang lebih tinggi karena harga terbentuk dari

kekuatan supply dan demand serta manfaat lainnya lebih diperoleh biaya rendah untuk pemasaran dan pengolahan (Shim, 2006).

Kenyataannya, sampai sekarang perdagangan karet alam Indonesia masih bertumpu pada perdagangan di pasar fisik dengan mekanisme penetapan harga karet alam Indonesia dalam perdagangan langsung mengacu pada harga karet yang terbentuk di Singapore Commodity Exchange (SICOM) dan Tokyo

Commodity Exchange (TOCOM) untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam

negosiasi harga karet. Bahkan, secara umum pola perkembangan harga karet di pasar fisik Indonesia mengikuti perkembangan harga karet alam di bursa berjangka karet dunia. Hal ini mengindikasikan adanya pola integrasi spasial antara pasar karet alam Indonesia dan bursa karet dunia.

Menurut Goletti (1995) dan Barret (1996), dua pasar dianggap terintegrasi apabila perubahan harga di satu pasar diwujudkan dalam respon harga yang sama pada pasar lainnya mengacu pada terdapatnya pergerakan serempak atau hubungan jangka panjang harga-harga. Selanjutnya Ardeni (1989) menyatakan pasar antar kawasan yang terintegrasi secara penuh jika harga dari pasar yang berbeda bergerak bersama dan perbedaan harga antara pasar tersebut sama besarnya dengan biaya transfer yang mencakup biaya transportasi dan biaya- biaya transaksi.

Selain itu harga karet alam akan sangat dipengaruhi oleh harga minyak mentah karena hampir lebih dari 70 persen dari seluruh produksi karet dunia digunakan oleh industri mobil. Apalagi industri karet sintesis yang merupakan produk komplementer maupun subsitusi karet alam sebagian besar menggunakan minyak bumi sehingga mudah mengalami guncangan sebagai akibat kenaikan

harga minyak bumi. Hal inilah yang menjadikan pemicu harga karet di pasaran dunia secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh keadaan pasar minyak dan gas bumi.

Perubahan nilai tukar juga sangat mempengaruhi harga karet alam baik di pasar Indonesia dan pasar berjangka dunia. Dalam jangka pendek harga karet dapat naik/turun tergantung pergerakan mata uang. Secara arbitrase harga antara pasar relatif sama dan hanya beda karena biaya transportasi, akan tetapi pada kenyataannya harga bervariasi antar pasar jika dikonversi dalam mata uang yang sama sehingga dalam jangka panjang perubahan nilai tukar akan mempengaruhi permintaan dan penawaran karet alam sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada pembentukan harga karet alam.

Dengan demikian penelusuran keberadaan integrasi pasar karet alam di Indonesia dengan pasar berjangka karet alam dunia tentunya akan memberikan gambaran mengenai dampak perkembangan harga yang diterima di pasar fisik Indonesia, sehingga dapat memberikan informasi penting menyangkut cara kerja pasar karet alam yang berguna untuk memperbaiki kebijakan liberalisasi pasar, memantau pergerakan harga, melakukan peramalan harga dan memperbaiki kebijakan investasi infrastruktur pemasaran karet alam untuk kepentingan kesejahteraan petani karet alam di Indonesia. Hal ini yang menjadi dasar untuk dilakukan penelitian yang berupaya mengungkap apakah sebenarnya karet alam di pasar fisik Indonesia terintegrasi dengan pasar berjangka dunia. Secara umum kerangka berfikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan: Bagian yang diteliti adalah bagian yang dicetak tebal

NR = Karet Alam dan SR = Karet Sintesis