• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan akan diselenggarakannya makanan banyak didasarkan atas adanya kebutuhan segolongan masyarakat yang membutuhkan makanan akibat kebutuhan biologis tubuhnya yang tidak dapat dipenuhi oleh berbagai hal. Penyelenggaraan makanan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan makanan dalam jumlah besar/banyak. Penyelenggaran makan umumnya banyak terdapat di institusi, salah satu contohnya penyelenggaran makan di Panti Werdha.

Karakteristik contoh seperti umur dan jenis kelamin mempengaruhi kebutuhan energi maupun zat gizi lain dan konsumsi pangan. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia (Muchtaromah 2010). Dengan adanya penyelenggaraan makan, maka diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mereka. Lansia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit sehingga memerlukan asupan gizi yang cukup yang berasal dari konsumsi pangan baik dari dalam maupun luar panti agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Aktivitas fisik yang dilakukan lansia dapat mempengaruhi status kesehatan lansia. Aktivitas fisik pada lansia membantu menyeimbangkan fisiologi tubuh, terutama kerja otak sebagai sistem koordinasi tubuh. Dengan asupan gizi yang baik maka aktivitas fisik pun dapat berlangsung dengan baik sehingga keadaan kesehatan dan status gizi yang diharapkan mampu tercapai dan dapat dipertahankan.

Jika lansia mengalami keadaan sakit maka nafsu makan akan turun sehingga konsumsi makanan menjadi berkurang. Pengukuran konsumsi pangan dapat dilihat dari tingkat kecukupan. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi merupakan total konsumsi pangan lansia yang dibandingkan dengan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan. Jika nafsu makan lansia berkurang berlangsung lama dapat mengakibatkan tingkat kecukupan yang rendah dan status gizi lansia menjadi tidak normal serta kondisi kesehatan yang menurun. Bagan kerangka hubungan konsumsi, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :

: Variable yang diteliti : Variable yang tidak diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Bagan kerangka hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan pada lansia

Sistem penyelenggaraan makan

Konsumsi Pangan - Dalam Panti - Luar panti Status Kesehatan - Riwayat Penyakit - Lama sakit - Frekuensi Sakit - Tindakan pengobatan Karakteristik contoh - Umur - Jenis Kelamin Tingkat kecukupan Status Gizi - Berat Badan (Kg) - Tingi Badan (cm) Aktivitas Fisik - Jenis aktivitas

- Alokasi waktu untuk aktivitas fisik

Asupan Energi dan Zat Gizi

Kebutuhan Zat Gizi - Jenis Kelamin - Usia

- Berat Badan (Kg) - Tinggi Badan (cm) - Aktifitas Fisik

METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang dilakukan dalam satu waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werda Salam Sejahtera, Kota Bogor. Lokasi penelitian ditentukan secara purposif dengan pertimbangan bahwa panti memiliki jumlah lansia yang relatif banyak, kemudahan akses dan perizinan serta populasi yang beragam. Penelitian dilaksanakan selama bulan November- Desember 2011.

Cara Penarikan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah semua penghuni Panti Sosial Tresna Werda Salam Sejahtera yang berjumlah 65 orang. Contoh yang diambil harus memenuhi kriteria yaitu lansia laki-laki dan perempuan berusia ≥60 tahun, tidak mengalami gangguan pendengaran, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia diwawancara sebagai contoh. Berdasarkan kriteria yang ditentukan jumlah contoh yang memenuhi kriteria sebanyak 32 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh dan keluarga (nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, sumber pendapatan), konsumsi pangan (recall 2x24 jam), aktivitas fisik (recall 2x24 jam), status gizi (berat badan, tinggi badan) dan status kesehatan (jenis penyakit, lama sakit, frekuensi sakit dan tindakan pengobatan). Pengumpulan data karakteristik contoh dan keluarga, konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status kesehatan dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, sedangkan pengumpulan data status gizi diperoleh dengan menggukur berat badan menggunakan timbangan dan pengukuran tinggi badan diukur dengan mengkonversi dari perhitungan tinggi lutut yang diukur menggunakan meteran. Data sekunder meliputi data keadaan umum panti, menu makanan, jadwal kegiatan penghuni panti dan riwayat penyakit penghuni Panti Sosial Tresna Werda Salam Sejahtera Bogor. Jenis dan cara pengumpulan data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan pengolahan data dimulai dari proses editing, coding, entry, cleaning dan selanjutnya dianalisis. Untuk pengolahan dan analisis data, digunakan program Microsoft Excell dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) Versi 16.0 for Windows. Data karakteristik contoh dan keluarga (nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, status perkawinan, sumber pendapatan) ditabulasi kemudian dianalisis secara deskriptif.

Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data

Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan Data Karakteristik

contoh dan keluarga

nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, sumber pendapatan

Wawancara menggunakan kuesioner

Konsumsi pangan Recall 2x24 jam Wawancara menggunakan kuesioner dan recall 2x24 jam

Aktivitas Fisik Jenis dan alokasi waktu untuk aktivitas fisik dan olah raga

Wawancara menggunakan kuesioner dan recall 2x24 jam

Status Gizi  Berat Badan (kg)  Tinggi Badan (cm)  IMT (kg/m2

)

 Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan CAMRY dengan derajat ketelitian 0,1 kg.  Tinggi badan diukur dengan

mengkonversi dari perhitungan tinggi lutut menggunakan meteran BUTTERFLY dengan derajat ketelitian 0,1 cm

 IMT dihitung dengan perbandingan BB dan TB. Status Kesehatan Jenis Penyakit

Lama Sakit Frekuensi Sakit Tindakan Pengobatan Skor Morbiditas

Wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder riwayat penyakit

Data konsumsi pangan diperoleh dari recall selama 2x24 jam. Data yang dihitung yaitu kandungan energi, protein, vitamin (A dan C) dan mineral (Ca dan Fe) dengan menggunakan program Nutrisurvey. Asupan energi dan protein contoh dibandingkan dengan kebutuhan zat gizi yang telah dikoreksi dengan berat badan aktual contoh. Kebutuhan energi contoh dihitung berdasarkan FAO/WHO/UNU diacu dalam Almatsier (2004) dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan kebutuhan protein sehari yang dianjurkan pada usia lanjut adalah 0,8

g/kg BB (Depkes 2003). Rumus FAO/WHO/UNU untuk menentukan Angka Metabolisme Basal (AMB) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rumus FAO/WHO/UNU untuk menentukan Angka Metabolisme Basal

Kelompok Umur (tahun) AMB (kkal/hari) Laki-laki Perempuan 0-3 60,9 B*) - 54 61 B*) – 51 3-10 22,7 B + 495 22,5 B + 499 10-18 17,5 B + 651 12,2 B + 746 18-30 15,3 B + 679 14,7 B + 496 30-60 11,6 B + 879 8,7 B + 829 ≥60 13,5 B + 487 10,5 B + 596

Keterangan: *) Berat Badan

Kebutuhan zat gizi dihitung dengan menggunakan hasil kebutuhan energi yang dikalikan dengan aktivitas fisik. Menurut FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR= Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Aktivitas fisik kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu ringan (1,40≤PAL≤1,69), sedang (1,70≤PAL≤1,99), dan berat (2,00≤PAL≤2,39) (FAO/WHO/UNU 2001). Jenis aktivitas fisik yang dilakukan contoh dikelompokkan menjadi 18 jenis aktivitas berdasarkan PAR seperti yang terlihat pada Tabel 5.

Tingkat kecukupan zat gizi dapat dihitung dengan rumus (Hardinsyah, dkk 2002):

TKG i =

x100%

AKGi

Ki

TKGi = tingkat kecukupan energi dan zat gizi i Ki = konsumsi sumber energi dan zat gizi i AKGi = Angka kebutuhan zat gizi i yang dianjurkan

Penggolongan tingkat kecukupan yaitu sebagai berikut (Depkes 1996): Defisit tingkat berat : <70%

Defisit tingkat ringan : 80-89%

Normal : 90-119%

Lebih : ≥120%

Sedangkan untuk tingkat kecukupan vitamin dan mineral dikategorikan menjadi dua yaitu kurang (<77%) dan cukup (≥77%) (Gibson 2005).

Tabel 5 Jenis aktivitas yang dilakukan contoh

Kategori Jenis aktivitas PAR (kkal/mnt) Pria Wanita Ringan Tidur 1 1 Berbaring 1,2 1,2 Duduk diam 1,2 1,2 Berpakaian 2,4 3,3 Membaca 1,2 1,3 Nonton Tv 1,6 1,7 Mendengarkan radio 1,6 1,4 Sedang Berdiri 1,4 1,5 Kebersihan diri 2,3 2,3 Makan dan minum 1,4 1,6 Berjalan 2,1 2,5 Ibadah 1,5 1,5 Berat Mencuci Baju - 2,8 Menyapu - 2,3 Mengepel - 4,4 Senam 3,5 4,2 olahraga (joging) 6,6 6,3 Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Pengolahan data status gizi menggunakan data hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan. Tinggi lutut digunakan sebagai prediksi tinggi badan. Gibson (2005) merekomendasikan model prediksi tinggi badan lansia, dengan rumus:

Laki-laki : (2,08 x TL) + 59,01

Perempuan : (1,91 x TL) – (0,17 x U) + 75

status gizi lansia ditentukan berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :

Status gizi dikategorikan menjadi empat, yaitu kurang (IMT <18,5 kg/m2), normal (18,5 kg/m2<IMT<22,9 kg/m2), pre-obese (23<IMT<24,9 kg/m2), obese-I

(25<IMT< 29,9 kg/m2) dan obese-II (IMT > 30,0 kg/m2) (WHO 2000 dalam PDGKI 2008).

Status kesehatan contoh meliputi jenis penyakit, lama sakit, frekuensi sakit dan tindakan pengobatan. Riwayat penyakit dilihat dari jenis penyakit yang dialami oleh contoh selama 6-12 bulan terakhir. Lama dan frekuensi penyakit dianalisis berdasarkan sebaran data. Skor mobiditas diperoleh dengan mengalikan lama hari sakit dengan frekuensi sakit untuk setiap jenis penyakit, seperti rumus berikut (Dijaissyah 2011):

Skor Morbiditas = Lama hari sakit x Frekuensi sakit

Skor morbiditas dapat dikategorikan berdasarkan perhitungan interval kelas (Sugiono 2009). Sedangkan status kesehatan berbanding terbalik dengan skor morbiditas. Status kesehatan yang tinggi menunjukkan skor morbiditas yang rendah.

Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan inferensia. Analisis statistik deskriptif disajikan berupa tabel silang, rata-rata dan standar deviasi pada variable karakteristik contoh dan keluarga, konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan. Uji statistik inferensia yang digunakan yaitu uji beda independent t-test dan uji korelasi Pearson. Uji beda independent t-test untuk melihat perbedaan antara laki-laki dan perempuan, sedangkan uji korelasi pearson untuk menganalisis hubungan konsumsi zat gizi dengan status gizi, aktivitas fisik dengan status gizi, konsumsi dengan status kesehatan dan aktivitas fisik dengan status kesehatan. Variabel dan indikator data yang dianalisis dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Variabel dan indikator data yang dianalisis

No Variabel Indikator

1 Karakteristik contoh dan keluarga

Umur 1. Usia pertengahan (Middle age), 45-59 tahun 2. Lanjut usia (elderly), 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old), 75-90 tahun 4. Usia sangat tua (very old), > 90 tahun Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

Tingkat Pendidikan 1.Tidak sekolah 3. SMP 5. PT 2.SD 4. SMA

Pekerjaan 1. Tidak bekerja 4. Wiraswasta 2. PNS 5. Lainnya : ... 3. Karayawan swasta

Status Perkawinan 1. Menikah 3. Duda/Janda 2. Tidak menikah

Sumber pendapatan 1.Sosial 3. Sendiri 5. Lainnya:... 2.Keluarga 4. Pensiunan

2 Konsumsi Pangan Tingkat kecukupan Energi dan Protein 1. Defisit tingkat berat <70%

2. Defisit tingkat sedang 70-79% 3. Defisit tingkat ringan 80-89% 4. Normal 90-119% 5. Lebih ≥120%

Tingkat kecukupan Vitamin dan Mineral 1. Kurang <77%

2. Cukup ≥77%

3 Aktivitas fisik 1. Ringan (1,40≤ PAL≤1,69) 2. Sedang (1,70≤PAL≤1,99) 3. Berat (2,00≤PAL≤2,39) 4 Status Gizi 1. Kurang (IMT <18,5 kg/m2)

2. Normal (18,5 kg/m2 < IMT 22,9 kg/m2) 3. Pre-obese (23 < IMT > 24,9 kg/m2) 4. Obese I (25 < IMT > 29,9 kg/m2) 5. Obese II (IMT > 30,0 kg/m2) 5 Status Kesehatan

Jenis Penyakit Dianalisis berdasarkan sebaran data Lama Sakit Dianalisis berdasarkan sebaran data Frekuensi Sakit Dianalisis berdasarkan sebaran data Tindakan Pengobatan 1. Puskesmas

2. Dokter 3. Obat warung 4. Obat tradisonal Skor Morbiditas 1. Rendah (0-20)

2. Sedang (21-40) 3. Tinggi (41-60) Status Kesehatan 1. Rendah (41-60)

2. Sedang (21-40) 3. Tinggi (0-20)

Definisi Operasional

Contoh adalah lansia laki-laki dan perempuan yang berusia ≥60 tahun yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera.

Panti Werdha adalah pelayanan kesejahteraan bagi lanjut usia dengan memberikan tempat tinggal, pelayanan makanan dan pelayanan kesehatan.

Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani oleh contoh diukur dengan lamanya tahun pendidikan dan jenjang pendidikan.

Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang menghasilkan uang/pendapatan yang pernah dilakukan oleh contoh sebelum masuk panti werdha.

Sumber Pendapatan adalah sumber biaya yang diperoleh contoh untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya baik sandang, pangan dan papan. Status Perkawinan adalah status pernikahan contoh saat ini yang dikategorikan

menjadi tidak menikah, menikah dan duda/janda.

Konsumsi Pangan adalah jenis makanan yang dikonsumsi oleh lansia yang berasal dari makanan yang disediakan oleh panti maupun makanan dari luar panti yang diperoleh dengan cara me-recall selama 2x24 jam.

Asupan Energi dan Zat Gizi adalah jumlah konsumsi makanan yang berasal dari makanan yang disediakan oleh panti maupun makanan dari luar panti. Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi adalah total asupan energi dan zat gizi

yang berasal dari makanan yang disediakan oleh panti maupun makanan dari luar panti dibagi dengan kebutuhan zat gizi dikali dengan 100%. Aktivitas Fisik adalah aktivitas sehari-hari lansia yang dilakukan selama 2x24

jam dan kebiasaan berolahraga.

Tingkat Aktivitas Fisik adalah nilai aktivitas fisik sebagai penjumlahan Physical Activity Rate (PAR) yang telah dikalikan dengan alokasi waktu tiap aktivitas dan dibagi dengan 24 jam kemudian hasilnya dikategorikan menjadi ringan (1,40≤ PAL≤1,69), sedang (1,70≤PAL≤1,99), dan berat (2,00≤PAL≤2,39). Status Gizi adalah keadaan gizi lansia yang ditentukan dengan pengukuran

berat badan dan tinggi badan untuk kemudian dihitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dan dikategorikan menjadi kurang (IMT<18,5 kg/m2), normal (18,5 kg/m2<IMT<22,9 kg/m2), pre-obese (23<IMT<24,9 kg/m2), obese I (25<IMT<29,9 kg/m2) dan obese II (IMT>30,0 kg/m2)

Jenis Penyakit adalah macam-macam jenis penyakit yang diderita oleh contoh selama 6-12 bulan terakhir.

Lama Sakit adalah jumlah hari sakit yang dialami lansia selama 6-12 bulan terakhir setiap penyakit kambuh.

Frekuensi Sakit adalah jumlah pengulangan atau kekambuhan penyakit yang dialami contoh selama 6-12 bulan terakhir.

Skor Morbiditas adalah suatu nilai yang menunjukkan keparahan penyakit yang di hitung dari lamanya sakit dikalikan dengan frekuensi sakit selama 6-12 bulan terakhir.

Status Kesehatan adalah kondisi kesehatan lansia yang dilihat dari jenis penyakit, skor morbidiats dan tindakan pengobatannya selama 6-12 bulan terakhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Panti Werda Salam Sejahtera Bogor

Panti Werda Salam Sejahtera Bogor didirikan pada tahun 1996. Pendirian Panti Werda tersebut berawal dari suatu pertemuan yang diberi nama “Ikatan Kekerabatan/Kekeluargaan Tio Chiu”. Pertemuan ini menghasilkan gagasan- gagasan salah satunya muncul gagasan mulia dengan tujuan “Untuk mengadakan bentuk kegiatan yang lebih berarti, bukan untuk kalangan terbatas, tetapi untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas”. Gagasan tersebut yaitu membangun dan membentuk sebuah panti diberi nama “Panti Werda Salam Sejahtera” di bawah naungan “Yayasan Kasih Mulia Sejahtera”.

Lokasi Panti Werdha Salam Sejahtera Kota Bogor cukup strategis baik untuk hubungan dengan masyarakat lingkungan sekitarnya, pusat perbelanjaan dan Pemerintah Kota Bogor sehingga penghuni panti tidak merasa diasingkan dan dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi rasa ketentraman lahir bathin. Panti Werdha Salam Sejahtera Bogor terletak di Jalan Pajajaran Belakang Gedung Olympic, diapit oleh dua gedung pertokoan dan di belakangnya terdapat perumahan penduduk. Pembangunan Panti Salam Sejahtera di atas sebidang tanah seluas ± 3.600 m2, hibah dari Bapak Eddy Mulianto, seorang anggota Yayasan Kasih Mulia Sejahtera. Fasilitas yang disediakan oleh panti dapat dilihat pada Tabel 7.

Tenaga kerja yang ada di panti berjumlah 25 orang yang meliputi tenaga administrasi, pengurus harian, perawat, pengolah makanan dan tenaga keamanan. Jam kerja dimulai pukul 09.00-16.00 WIB, terkecuali bagi pengolah makanan dan keamanan. Adapun struktur organisasi harian di Panti Werda Salam Sejahtera Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.

Lansia yang akan masuk dan tinggal di Panti Werda Salam Sejahtera Bogor harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan panti, sekaligus dengan biaya sewa kamar tiap bulan, harga disesuaikan dengan luas kamar. Dana operasional panti berasal dari donatur dan biaya sewa kamar tiap bulannya. Harga kamar yang berukuran kecil yaitu Rp. 750.000,-/bulan, kamar besar yaitu Rp. 1.250.000,-/bulan dan kamar di gedung baru Rp. 2.800.000,- /bulan. Beberapa persyaratan untuk menjadi penghuni Panti Werda Salam Sejahtera, antara lain: berusia di atas 60 tahun, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta mandiri, ada sanak famili yang bertanggung jawab minimal tiga

orang, menyerahkan foto terbaru dan bersedia membayar iuran sewa kamar per bulan.

Tabel 7 Fasilitas yang disediakan di panti

No Jenis Ruangan Jumlah Fungsi 1 Administrasi

a. Ruang Sekretariat 1 sebagai pusat informasi b. Ruang Rapat 1 sebagai tempat pertemuan 2 Ruang Kesehatan

a. Poliklinik 1 sebagai tempat perawatan kesehatan bagi lansia. 3 Ruang Hiburan

a. Ruang karaoke 1 salah satu sarana hiburan bagi lansia

b. Ruang perpustakaan 1 berfungsi sebagai tempat membaca bagi lansia

c. Serbaguna 1 sebagai tempat berkumpul d. Gazebo 1 sebagai tempat untuk berhandai

taulan dengan sesama penghuni panti.

4 Ruang Ibadah 2 sebagai tempat beribadah 5 Ruang Penyelenggaraan Makanan

a. Ruang Penyimpanan Bahan

1 sebagai tempat menyimpan bahan makanan kering.

b. Dapur 1 sebagai tempat pengolahan bahan makanan bagi lansia serta pegawai panti.

c. Ruang Makan 1 sebagai tempat makan bersama. Ruangan ini berkapasitas 150 orang 6 Ruang Beristirahat

a. Wisma A 26 sebagi tempat istirahat b. Wisma B 26

c. Wisma C 26 d. Wisma D 75

7 Ruang Binatu 1 sebagai tempat penyimpanan pakaian

Panti Werdha Salam Sejahtera Bogor mengelola penyelenggaraan makan bagi penghuni panti maupun karyawan harian. Penghuni panti memiliki waktu empat kali makan, yang terdiri dari tiga kali makan utama dan satu kali makan selingan. Makan pagi pada pukul 07.00 WIB, makan siang pada 12.00 WIB dan makan malam pada pukul 17.30 WIB. Makanan yang disajikan di panti berupa makanan lengkap di antaranya makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah. Selain disediakan makanan lengkap, panti juga menyediakan makanan selingan yang biasa diberikan pada sore hari yaitu pukul 15.00 WIB. Pihak panti juga menetapkan dua hari dalam satu minggu sebagai hari minum

susu bersama setiap hari Senin dan Kamis pada waktu selingan. Para penghuni panti diwajibkan makan di ruang makan yang telah disediakan.

Selain penyelenggaraan makan, Panti Werdha Salam Sejahtera juga menyediakan poliklinik. Para penghuni panti dapat memantau kesehatannya satu minggu sekali yaitu setiap hari Kamis. Di poliklinik terdapat dua orang dokter dan empat orang perawat yang jaga setiap harinya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Para penghuni panti pun memiliki jadwal tertentu untuk melakukan fisioterapi.

Para penghuni panti memiliki kegiatan tertentu yang sudah diatur oleh pengelola panti. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh penghuni panti yaitu senam pagi setiap hari jum’at yang dilakukan pada pukul 08.00-09.00 WIB. Kegiatan lainnya yaitu kegiatan rohani, latihan karaoke, gunting rambut, perayaan ulang tahun penghuni panti dan sebagainnya.

Gambar 2 Struktur Organisasi Panti Werda Salam Sejahtera Kota Bogor Ketua Pengurus

Wakil Ketua

Sekretaris Bendahara

Wakil Sektetaris Wakil Bendahara

Ketua Harian

Pelaksana Tata Usaha Bendahara

Pengolah Makanan Bagian Kebersihan Bagian Kebun Suster

Karakteristik Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah lansia laki-laki dan perempuan yang berusia >60 tahun. Jumlah keseluruhan contoh adalah 32 orang lansia, terdiri dari 20 lansia berjenis kelamin perempuan dan 12 lansia berjenis kelamin laki- laki. Menurut WHO dalam Notoatmojo (2007), lansia dibedakan menjadi empat kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Sebagian besar contoh (68,8%) tergolong lanjut usia tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun baik pada contoh laki-laki (66,7%) maupun perempuan (65%). Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh

Kategori

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % Umur (Tahun) 60-74 4 33,3 6 30,0 10 31,2 75-90 8 66,7 13 65,0 21 65,6 > 90 0 0 1 5,0 1 3,1 Total 12 100 20 100 32 100 Pendidikan Tidak Sekolah 1 8,3 2 10,0 3 9,4 SD 10 83,3 12 60,0 22 68,8 SMP 1 8,3 6 30,0 7 21,9 Total 12 100 20 100 32 100 Pekerjaan Tidak Bekerja 0 0 2 10,0 2 6,2 PNS 0 0 2 10,0 2 6,2 Karyawan Swasta 10 83,3 0 0 10 31,2 Wiraswasta 0 0 2 10,0 2 6,2 Lainnya 2 16,7 14 70,0 16 50,0 Total 12 100 20 100 32 100 Status Perkawinan Tidak Menikah 1 8,3 2 10,0 3 9,4 Duda/Janda 11 91,7 18 90,0 29 90,6 Total 12 100 20 100 32 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa pendidikan tertinggi contoh adalah SMP. Namun sebagian besar contoh (68,8%) memiliki pendidikan terakhir SD baik contoh laki-laki (83,3%) maupun perempuan (60%). Pendidikan lansia tergolong rendah. Menurut para lansia bahwa jumlah sekolah yang masih terbatas, akses menuju sekolah yang sulit dan keterbatasan ekonomi merupakan alasan utama sehingga mereka sulit untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Berdasarkan jenis pekerjaan terdahulunya, sebagian besar contoh laki- laki (83,3%) memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta yaitu sebagai buruh pabrik, sedangkan sebagian besar contoh perempuan (70%) sebagai biarawati dan pengasuh anak yang dikategorikan sebagai pekerjaan lainnya. Hampir seluruh contoh (90%) status pernikahannya tergolong janda dan duda.

Sumber Pendapatan

Sumber pendapatan merupakan asal biaya yang digunakan oleh lansia untuk memenuhi kebutuhan dasar dan membiayai iuran sewa kamar per bulan. Sebagian besar sumber pendapatan contoh (96,9%) berasal dari keluarga baik dari anak, cucu, sepupu maupun keponakan. Hal ini seiring dengan yang menganjurkan contoh (81,3%) untuk masuk panti yaitu keluarga sehingga keluarga contoh bertanggungjawab dalam hal pembiayaan selama di panti. Hanya satu orang contoh sumber pendapatannya berasal dari perkumpulan keagamaan.

Karateristik Keluarga Contoh

Ada beberapa alasan sehingga para lansia ingin tinggal di panti di antaranya yaitu perubahan tipe keluarga, merasa tidak ingin merepotkan anggota keluarga lainnya dan perlunya bersosialisi dengan teman sebayanya (Widyastuti 2006). Sebaran contoh berdasarkan anjuran masuk panti dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan anjuran masuk panti

Yang menganjurkan masuk panti n %

Keluarga 26 81,3 Kemauan Sendiri 11 34,4

Lainnya 5 15,6

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (81,3%) mendapat anjuran dari keluarga untuk masuk dan tinggal di panti. Tidak adanya yang mengawasi merupakan alasan utama contoh dianjurkan untuk masuk panti oleh pihak keluarga. Selain adanya anjuran dari keluarga, kemauan sendiri (34,4%) dan anjuran dari pihak lainnya (15,6%) merupakan faktor pendorong contoh ingin tinggal di panti. Tidak ingin merepotkan dan ingin mencari ketenangan di hari tua merupakan alasan yang mendukung sehingga contoh ingin tinggal di panti atas dasar kemauan sendiri. Berbagai pihak lainnya yang mengajurkan contoh tinggal di panti di antaranya teman dan pengurus gereja, karena ada beberapa contoh yang terdahulu berprofesi sebagai biarawati sehingga pengurus gereja menganjurkan contoh tinggal di panti.

Sebelum tinggal di Panti Werdha Salam Sejahtera, terdapat dua contoh yang pernah tinggal di panti lain yaitu selama tiga bulan dan 10 tahun. Tidak adanya sanak keluarga dan merasa sungkan tinggal bersama anggota keluarga

Dokumen terkait