• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam menunjang proses penelitian agar tetap terarah pada fokus penelitian maka disusun suatu kerangka dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian identifikasi kasus yang bertujuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan pariwisata modal sosial. Nilai-nilai yang terkandung inilah sebagai basis tindakan yang berkaitan dengan tindakan bersama dalam perkembangan pariwisata di Kota Solo dalam rangka memberikan rekomendasi untuk pengambilan kebijakan pengembangannya.

Tahap awal penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sumber data sekunder seperti daftar lokasi wisata, kegiatan yang menunjang pariwisata dan golongan masyarakat yang berpartisipasi dalam perkembangan pariwisata di Kota Solo, kemudian dilakukan survey lapangan untuk mengetahui gambaran umum nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan pariwisata di Kota Solo. Survey lapangan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan analisis data kualitatif Miles dan Huberman. Terakhir, selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada para ahli serta pelaku yang menjadi penunjang dalam pengembangan pariwisata di Kota Solo sehingga nantinya dapat mengeksplorasi nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan pariwisata

Tabel 2.2 Kerangka Pemikiran

Apa • Kegiatan bersama untuk mencapai kepentingan bersama • Kerjasama dan keinginan sebagai kesatuan, interaksi

masyarakat

Identifikasi • Struktur : asosiasi, jaringan, aktivitas–basis tindakan • Kognisi:norma, nilai, kepercayaan, timbal balik, anggapan Bagaimana • Ikatan, menghubungkan keterkaitan jaringan di dalam dan

diluar kelompok/komunitas Variabel

penting

• Hubungan kepercayaan→ timbal balik dan

pertukaran→ aturan umum dan norma→ keterkaitan jaringan

38 3.1 Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan metodologi penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Alamiah disini mempunyai arti bahwa penelitian kualitatif dilakukan dalam lingkungan yang alami tanpa adanya intervensi atau perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Sangat tidak dibenarkan untuk memanipulasi atau mengubah latar penelitian (Moleong, 2005).

Denzin dan Lincoln (1994) menganggap metodologi kualitatif mampu menggali pemahaman yang mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus daripada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah populasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dalam rangka memahami partisipasi masyarakat dengan nilai modal sosial terhadap perkembangan pariwisata Kota Solo secara mendalam dengan latar alamiah tanpa adanya intervensi atau manipulasi baik dari penulis sendiri maupun dari pihak lain.

3.1.1 Pemilihan Desain Penelitian

Penelian ini mengacu pada pendapat Denzin dan Lincoln (1998) yang mengatakan bahwa desain penelitian meliputi lima langkah yang saling berurutan, yaitu:

1. Menempatkan bidang penelitian (Field of inquiry) dengan menggunakan pendekatan kualitatif/interpretative atau kuantitatif/verifikasional.

2. Pemilihan paradigma teoritis penelitian yang dapat memberitahukan dan memandu proses penelitian.

3. Menghubungkan paradigm penelitian yang dipilih dengan dunia empiris lewat metodologi.

4. Pemilihan metode pengumpulan data. 5. Pemilihan metode analisis data.

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menempatkan bidang penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi paradigma penelitian, yakni paradigma interpretatif yang dipilih sebagai panduan, dan kemudian dihubungkan dengan metode studi kasus yang dipilih sebagai metode penelitian. Data kemudian dianalisis dalam perspektif tafsir (hermeneutik) atas makna yang muncul dari dalam. Langkah terakhir yaitu berkaitan dengan metode pengumpulan data dan analisis data. Adapun metode yang dipilih berupa metode wawancara, analisis dokumen, dan observasi

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan nilai nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan pariwisata. Denzin dan Lincoln (2009) penelitian kualitatif merupakan fokus perhatian dengan beragam metode yang mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya. Penelitian kualitatif mencakup penggunaan subjek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris seperti studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks-teks hasil pengamatan historis, interaksional, dan visual, yang menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan problematic dalam kehidupan seseorang.

Pendekatan kualitatif dinilai tepat dalam penelitian ini karena penelitian ini dikembangkan dengan mengkaji berbagai aspek, seperti nilai, budaya, struktur organisasi serta aspek-aspek lainnya yang mempengaruhi perkembangan pariwisata di Kota Solo serta dampaknya bagi ekonomi lokal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam perspekttif interpretatif.

3.1.3 Reabilitas dan Validitas Data

Bryman dalam Petra (2010) mengemukakan bahwa reabilitas mengacu kepada apakah peneliti telah menggunakan langkah-langkah yang tepat dalam mengukur kekonsistenan dengan temuan yang telah dikategorikan. Hasilnya stabil ataukah tidak. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian yang dapat di percaya dan reliable. Rekaman-rekaman yang dilakukan oleh interview tersebut. Peneliti menyalin semua kata demi kata dalam wujud verbatim wawancara serta

mempelajari secara berulang-ulang sehingga menjadikan penelitian ini dapat dipercaya dan representable mungkin. Semua data empiris akan peneliti cantumkan sebagai lampiran dalam penelitian ini.

Bryman dalam Petra (2010) Validitas adalah kriteria lain yang perlu dipertimbangkan dalam keabsahan penelitian. Validitas berfokus pada integritas dan kebenaran dalam membentuk kesimpulan. Di dalam studi kasus ini peneliti mencoba menggali apakah modal social mampu berperan dalam pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Namun, di dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan desain eksplorasi untuk menemukan jawaban dalam pertanyaan penelitian ini. Kesimpulan ditarik dalam penelitian ini melalui pendekatan eksplorasi karena faktor-faktor lain dapat mempengaruhi hasil dari variabel dependent.

Bryman dalam Petra (2010) mengatakan bahwa validitas mengacu pada apakah hasil penelitan dapat digeneralisasikan dan diterapkan pada konteks lain. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya pendekatan eksplorasi penelitian ini memberikan lebih pemahaman umum dari masalah ini dan karena itu dapat sebagai acuan dalam penelitian lain dalam konteks masyarakat yang serupa. Selain itu proses dalam wawancara berlangsung secara alami tanpa campur tangan peneliti.

3.1.4 Studi Kasus

Yin (1996) mengatakan bahwa studi kasus ini lebih banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan “how” (Bagaimana) dan “why

(apa/apakah), dalam kegiatan penelitian. Dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan aspek partisipasi masyarakat dengan nilai modal sosial terhadap perkembangan pariwisata. maka diperlukan analisis yang mendalam untuk menelaah masalah atau fenomena yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata. Atas dasar tersebut, metode studi kasus digunakan dalam penelitian ini untuk menggali mengapa Kota Solo merupakan kota dengan tingkat wisatawan tertinggi no dua di Jawa Tengah walaupun tidak mempunyai wisata alam yang diunggulkan. Studi kasus ini merupakan metode yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini dalam rangka mengungkapkan fenomena dan permasalahan yang terkait dengan penelitian tersebut.

Creswell (1998) dalam Herdiansyah (2009) menyatakan bahwa studi kasus (case study) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu sistem yang berbatas (bounded system) pada suatu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai penggalian yang mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks. Studi kasus merupakan suatu model penelitian kualitatif tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama kurun waktu tertentu. Secara lebih dalam, studi kasus merupakan suatu model yang bersifat komprehensif, intens, terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena kontemporer (berbatas waktu).

Terdapat beberapa bentuk studi kasus yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan metodologi yang mendasarinya. Stake (1995) dalam Herdiansyah (2012:79-80) mengemukakan tiga bentuk studi kasus.

1. Studi Kasus Intrinsik (Intrinsic Case Study)

Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi atas kasus di lakukan karena alasan peneliti untuk mengetahui secara intrinsic suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Bukan untuk alasan ekternal lainnya.

2. Studi Kasus Instrumental (Intrumental Case Study)

Studi kasus instrumental merupakan studi atas kasus untuk alasan ekternal, bukan karena ingin mengetahui hakikat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebagai sarana untuk memahami hal lain di luar kasus seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada. 3. Studi Kasus Kolektif (Collective Case Study)

Studi kasus ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi atas fenomena atau populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus kolektif ingin membentuk suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan yang diperoleh setiap kasus.

Dokumen terkait