• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah suatu lembaga keuangan yang dikenal fokus terhadap penyaluran kredit di bidang agribisnis dan UMKM. Hal tersebut dikarenakan BRI dikenal lebih dekat dengan rakyat yaitu dengan adanya BRI unit dengan bunga bersaing dan persyaratan yang mudah sehingga membuat masyarakat kecil percaya terhadap BRI dan lebih memilih meminjam dana pada BRI dibanding dengan lembaga keuangan lainnya5.

Program kredit yang dikeluarkan oleh BRI untuk UMKM diantaranya adalah Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Umum Pedesaan merupakan program kredit di BRI yang sudah berdiri sejak tahun 1984. Kupedes merupakan kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga bersaing yang bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha mikro yang layak (feasible). Plafond maksimum Kupedes di BRI dalam sektor mikro sampai mencapai Rp 100 juta. Kredit ini merupakan kredit untuk UMKM dengan persyaratan yang tergolong mudah.

Kredit perbankan biasanya menggunakan agunan sebagai jaminannya begitupun Kupedes. Hal tersebut dapat menyulitkan pihak UMKM yang mempunyai masalah dalam hal permodalan dan tidak punya harta untuk dijadikan agunan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kredit tanpa agunan yang diberi nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). BRI merupakan salah satu bank yang dipercaya pemerintah untuk menyalurkan kredit tersebut. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro yang dikeluarkan oleh BRI Unit sebesar lima juta rupiah dan pada tahun 2010 dikeluarkan addendum baru untuk meningkatkan menjadi dua puluh juta rupiah (Menteri Perekonomian 2010).

Adanya kerjasama tersebut mengakibatkan BRI mempunyai dua program kredit yaitu Kupedes yang merupakan kredit komersial BRI dan KUR Mikro yang merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah. Kupedes dan KUR merupakan program yang berasal dari BRI dan kredit tersebut diperuntukan untuk UMKM, akan tetapi kedua program tersebut memiliki tingkat pengembalian (NPL) yang berbeda. Kupedes memiliki NPL sebesar 3,03 persen pada akhir

      

5 BRI. 2008. Kupedes. http://www.bri.co.id/tentang kami/Kupedes/tabid/61/default.aspx [10 februari 2011] 

Januari 2011 (BRI Unit Cibungbulang 2011). Sedangkan tingkat NPL KUR Mikro cukup rendah yaitu sebesar 1,32 persen. NPL ini dapat mengindikatorkan banyaknya tunggakan kredit karena NPL merupakan jumlah sisa kredit yang termasuk ke dalam Kurang lancar, diragukan dan macet. NPL juga dapat mencerminkan bahwa tingkat pengembalian KUR Mikro yang cukup besar karena tingkat NPL di bawah 3 persen sedangkan NPL Kupedes kurang baik karena di atas 3 persen. Kupedes yang merupakan kredit komersial dari BRI dan dalam persyaratan peminjaman harus memiliki agunan berupa harta keluarga tetapi mengapa memiliki tunggakan yang lebih besar dari KUR Mikro. Sedangkan seperti yang diketahui jika nasabah ingin menambah jumlah pinjaman, jumlah agunan juga harus disesuaikan dengan jumlah pinjaman tersebut. Tunggakan yang berbeda tersebut dapat disebabkan oleh tingkat pengembalian yang berbeda antara nasabah di kedua program tersebut.

Perbankan dalam memilih debiturnya melakukan lima prinsip yang dikenal dengan prinsip 5 C yaitu Character (Karakter), Capacity (Kapasitas), Capital (Kapital), Collateral (Jaminan), Condition of Economy (Kondisi Ekonomi). Penilaian tersebut berpengaruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit. Untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit, kelompok debitur dibedakan dalam tiga karakteristik yaitu terdiri faktor tingkat pendidikan (hanya untuk program KUR Mikro), jumlah tanggungan dalam keluarga dan pendapatan bersih rumah tangga merupakan karakteristik rumah tangga. Alasan pemilihan karakteristik rumah tangga dalam penelitian ini adalah objek penelitian ini yaitu KUR Mikro dan Kupedes yang merupakan kredit untuk usaha mikro. Seperti yang diketahui bahwa usaha mikro belum mempunyai pencatatan keuangan usaha secara baik sehingga antara asset rumah tangga dengan asset usaha belum bisa dipisahkan dan pada umumnya usaha mikro ini merupakan home industry sehingga peran keluarga sangat berpengaruh. Alasan tersebut membuat karakteristik rumah tangga ini perlu untuk diteliti. Karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit meliputi faktor omset. Pemilihan variabel ini dikarenakan omset sangat berpengaruh untuk melihat kelancaran usaha. Variabel ini sangat penting untuk diteliti karena kredit yang diberikan harus melihat prospek usaha

nasabahnya sehingga tunggakan kredit dapat dihindari. Selain itu karakteristik kredit meliputi jangka waktu pengembalian, frekuensi peminjaman kredit dan nilai agunan juga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Variabel yang termasuk dalam karakteristik kredit ditentukan oleh pihak bank yaitu berapa lama nasabah tersebut dapat mengambil kredit, berapa kali dan harus menyerahkan agunan berapa besar. Walaupun variabel tersebut ditentukan oleh pihak bank, akan tetapi nasabah tetap mengetahuinya dan variabel ini juga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit.

Faktor tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan bersih rumah tangga dan frekuensi peminjaman merupakan faktor-faktor penilaian yang termasuk ke dalam prinsip character (karakter). Faktor omset termasuk ke dalam penilaian prinsip capacity (kapasitas), capital (kapital) dan condition of economy (kondisi ekonomi). Faktor nilai agunan termasuk ke dalam penilaian prinsip collateral (agunan). Variabel jangka waktu pengembalian merupakan proyeksi dari jenis usaha sehingga variabel jenis usaha termasuk ke dalam capacity (kapasitas)

Pemilihan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit berdasarkan hasil diskusi dengan pimpinan BRI Unit Cibungbulang, AMBM (Asisten Manajemen Bisnis Mikro), dan Mantri BRI Unit Cibungbulang serta disesuaikan dengan kondisi nasabah BRI Unit Cibungbulang yang merupakan usaha mikro. Faktor yang termasuk ke dalam karakteristik rumah tangga adalah Faktor tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki tentang KUR, bahwa KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah tapi 20 persen kerugian tetap ditanggung pihak bank. Oleh karena itu diduga semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka debitur semakin memahami bahwa meskipun KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah tapi BRI tetap menanggung kerugian akibat penunggakan pembayaran kredit. Oleh karena itu diharapkan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan nasabah maka semakin memahami dengan benar tentang KUR dan semakin lancar dalam pengembalian kredit. Faktor jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Hal

tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Faktor pendapatan bersih rumah tangga berkaitan dengan pendapatan usaha yang telah dikurangi dengan risiko-risiko atau pengeluaran-pengeluaran keluarga dan biaya-biaya tak terduga serta yang telah ditambah dengan pendapatan sampingan. Semakin tinggi tingkat pendapatan bersih rumah tangga maka semakin besar kelancaran pengembalian kredit.

Pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit yang termasuk kedalam karakteristik usaha berdasarkan kondisi yang berkaitan dengan usaha yang akan dijalankan. Faktor omset berkaitan dengan jumlah pendapatan kotor yang diterima dari menjalankan usaha. Omset tersebut sangat mempengaruhi pengembalian kredit sehingga diduga semakin tinggi omset maka akan semakin lancar dalam pengembalian kredit.

Pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit yang termasuk kedalam karakteristik kredit adalah faktor jangka waktu pengembalian berkaitan dengan karakter dari nasabah terhadap lamanya pengembalian kredit dan beban bunga yang akan ditanggung. Semakin lama jangka waktu pengembalian kredit pada umumnya tingkat bunga yang ditanggung akan semakin besar dan semakin besar risiko-risiko yang tidak terduga yang ditanggung bank. Oleh karena itu diduga bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Faktor frekuensi peminjaman kredit berkaitan dengan karakter nasabah yang dapat dipercaya dan hal tersebut sudah terbukti dari pengalaman kredit sebelumnya. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin tinggi frekuensi peminjaman kredit maka semakin tinggi tingkat kelancaran pengembalian kredit karena tingkat kepercayaan bank terhadap nasabah tinggi. Faktor nilai agunan berkaitan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu kredit. Semakin tinggi benda berharga yang dikorbankan (agunan) maka nasabah akan semakin lancar dalam pengembalian kredit karena nasabah tidak ingin kehilangan benda berharga tersebut.

Semua karakteristik tersebut diperkirakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro dan Kupedes sehingga pihak BRI perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam menyetujui suatu permohonan kredit. Hasil analisis faktor-faktor dari semua karakteristik nasabah yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit tersebut akan menghasilkan tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes serta karakteristik nasabah yang layak diberikan kredit.

Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjadi saran bagi BRI Unit Cibungbulang untuk mengatasi penunggakan pengembalian kredit dan hasil tersebut juga menjadi saran bagi pihak BRI agar lebih hati-hati dalam pemilihan debitur sehingga lancar dalam mengembalikannya. Kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Tingkat Pengembalian (NPL) Lancar Menunggak: 1. DPK 2. Kurang Lancar 3. Diragukan 4. Macet Pengembalian Kredit (NPL) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengembalian KUR Mikro

dan Kupedes Collateral (Agunan): Agunan Condition of Ekonomi (Kondisi Ekonomi): Omset Capacity (Kapasitas): Omset, Jangka Waktu Pengemba- lian Capital (Modal): Omset Charakter (Karakter): Tingkat Pendidikan, Jumlah Tanggungan keluarga, Pendapatan Bersih Rumah Tangga, Frekuensi Pengambi- lan Kredit

IV METODE PENELITIAN

Dokumen terkait