III. KERANGKA PEMIKIRAN
2. Lingkungan Industri
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Proses manajemen strategi diawali dengan visi dan misi yang dibangun oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Selanjtnya, diidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perkembangan Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Pada tahap ini dilakukan analisis faktor eksternal dan internal untuk menetapkan strategi pengembangan kelompok tani agar dapat meningkatkan kinerja dan daya saingnya. Analisis lingkungan internal kelompok tani berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok tani tersebut. Sedangkan analisis eksternal kelompok tani berguna untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani Cibeureum Jempol.
Kekuatan Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah sebagai perkumpulan anggota petani yang mau berkembang, berwawasan, berkerakyatan serta berusahatani dalam agribisnis. Melalui adanya Kelompok Tani Cibeureum Jempol diharapkan para petani beras organik di Mulyaharja khusunya memiliki wadah aspirasi sehingga petani yang ada akan menjadi lebih kuat baik dalam penerapan teknologi, sistem budidaya, permodalan dan sebagainya. Kelompok Tani Cibeureum Jempol juga diharapkan dapat membantu petani dalam hal pemasaran atau penjualan beras organik/sehat sehingga mampu meningkatkan tingkat pendapatan para petani anggota melalui sistem usahatani yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sehingga kelompok tani juga dapat terus berkembang.
Penurunan penjualan beras organik pada bulan April dan Juli 2008 merupakan kendala yang dihadapi oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol.
Hadirnya kelompok tani yang sejenis seperti Lemah Duhur dan Alam Lestari yang sama-sama mengembangkan usahatani beras organik merupakan kendala yang menuntut Kelompok Tani Cibeureum Jempol untuk dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat agar dapat bersaing dengan keadaan apapun. Untuk menetapkan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal khususnya kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimilikinya.
Faktor internal ini terdiri dari struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan, dan sumberdaya perusahaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor ekonomi, sosial, politik, kebijakan pemerintah, teknologi, pendatang baru, pembeli, produk pengganti dan pesaing. Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dapat diketahui apakah saat ini usaha dari Kelompok Tani Cibeureum Jempol memiliki potensi untuk dikembangkan dan terus bertahan di masa yang akan datang.
Pengidentifikasian ini dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi Kelompok Tani Cibeureum Jempol didalam bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) yang bertujuan untuk
mengetahui apakah kekuatan yang dimiliki lebih besar dari kelemahan atau sebaliknya dan apakah usaha yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol mampu memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang ada. Lalu dari hasil matriks IFE dan EFE dilakukan penentuan alternatif strategi dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Penentuan alternatif strategi ini terdiri dari empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang, strategi penyesuaian kelemahan dan peluang, strategi penyesuaian
kekuatan dan ancaman, serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman.
Keempat alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks akan dipilih strategi yang terbaik untuk dapat diterapkan dalam manajemen Kelompok Tani Cibeureum Jempol dalam pengembangan usaha beras organik dengan analisis yang lebih objektif dengan intuisi yang baik dalam matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) dengan alat analisis ini nantinya dapat diketahui prioritas
strategi yang akan diusahakan Kelompok Tani Cibeureum Jempol dilihat dari nilai/skor totalnya (Weighted Actractiveness Score/WAS).
Hasil matriks QSPM di Kelompok Tani Cibeureum Jempol akan diperlihatkan dari perolehan skor. Skor yang tertinggi menunjukkan bahwa altermatif strategi tersebut penting sebagai prioritas utama untuk diterapkan dan perolehan skor terrendah menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut merupakan prioritas terakhir yang dipilih untuk dilaksanakan oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol.
Sistem operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Visi dan Misi Kelompok Tani Cibeureum Jempol
Faktor Eksternal
Analisis Posisi Kelompok Tani Cibeureum Jempol dengan matriks Internal-Eksternal
Formulasi Strategi dengan matriks SWOT
Pemilihan Strategi Terbaik Untuk Kelompok Tani Cibeureum Jempol dengan matriks QSP
- Penurunan produksi beras organik - Penurunan penjualan
- Keterbatasan sarana dan prasarana - Keterbatasan pendidikan anggota dalam teknologi
- Semakin menyempitnya lahan produktif
Analisis Lingkungan Perusahaan
Rekomendasi Strategi Pengembangan
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok tani Cibeureum Jempol di Kelurahan Muyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Penelitian di kelompok tani ini sengaja dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok tani Cibeureum Jempol ini merupakan salah satu kelompok tani di Kelurahan Mulyaharja yang tetap berusahatani beras organik dari mulai hulu hingga hilir. Pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan tiga orang responden yang terdiri dari ketua kelompok tani, pesaing sekaligus rekanan kelompok tani Cibeureum Jempol, serta pihak penyuluh yang merangkap agen pemasar ke swalayan-swalayan seperti Hero dan Giant. Sejumlah responden dipilih berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap perkembangan usaha kelompok tani Cibeureum Jempol. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan lembaga yang erat kaitannya dengan produksi beras organik. Data penunjang lainnya didapat dari situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan pembanding. Data internal yang dibutuhkan antara lain:
1) Gambaran Umum Kelompok Tani Cibeureum Jempol
Nama, sejarah, perkembangan dan keadaaan umum kelompok tani.
Visi, misi dan tujuan kelompok tani.
Nama pendiri dan jumlah anggota awal kelompok tani.
Kelengkapan untuk usaha pertanian secara organik
Struktur organisasi kelompok tani beserta tugas dan tanggungjawabnya Tingkat keterampilan anggota kelompok tani serta karyawan
Tingkat pendidikan anggota kelompok tani serta karyawan Jumlah anggota kelompok tani serta karyawan
Pelayanan yang diberikan kepada kelompok tani Intensif yang diberikan untuk memotivasi karyawan Pelatihan-pelatihan yang pernah dan sering diikuti.
2) Keuangan
Sumber dan jumlah modal awal kelompok tani Cibeureum Jempol.
Perkembangan modal hingga sekarang Kondisi keuangan kelompok tani
Sistem manajemen keuangan kelompok tani Biaya-biaya
3) Produksi dan Operasi Proses produksi Luas lahan
Sarana dan prsarana produksi on-farm dan off-farm Bahan baku
Tenaga kerja
Kapasitas sarana dan prasarana Perkembangan teknologi yang dimiliki Pengawasan produksi
Kualitas produk yang dihasilkan 4) Pemasaran
Jenis produk yang dihasilkan beserta dengan harga pada masing-masing produk yang dihasilkan
Jumlah penjualan produk setiap periode (perbulan atau pertahun) Kemampuan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan mengenai pasar Saluran distribusi
Daerah pemasaran
Strategi penetapan harga dan fleksibilitas penetapan harga Promosi penjualan dan periklanan
Pengembangan produk-jasa atau pasar baru Variasi kemasan
5) Penelitian dan Pengembangan Intensitas pelaksanaan litbang Inovasi teknologi
Pengembangan produk
Jumlah karyawan bagian litbang Anggaran pelaksanaan litbang
Jenis data yang dikumpulkan untuk melakukan analisis faktor lingkungan eksternal adalah :
1) Sosial, Budaya dan Demografi
Budaya daerah sekitar atas makanan pokok
Tanggung jawab sosial kelompok tani terhadap angggota dan masyarakat sekitar Jumlah penduduk
Laju pertumbuhan penduduk 2) Ekonomi
Keadaan perekonomian secara umum Tingkat pendapatan masyarakat Perkembangan tingkat harga produk Perkembangan tingkat bahan baku 3) Politik dan Kebijakan Pemerintah
Stabilitas politik dan keamanan
Perundang-undangan serta peraturan dalam perdagangan Kebijakan pemerintah
4) Teknologi
Perkembangan teknologi produksi Perkembangan teknologi informasi Biaya aplikasi teknologi
5) Pelanggan
Loyalitas pelanggan terhadap produk perusahaan Harga yang diterima pelanggan
Kualitas produk yang dibeli pelanggan Kekuatan tawar menawar pelanggan 6) Pesaing
Adanya produk substitusi Jumlah pesaing
Kekuatan pesaing Kelemahan pesaing
Sasaran dan strategi pesaing 7) Pemasok
Jumlah pemasok
Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku Keberadaan pemasok lain
Kekuatan tawar menawar pemasok Lokasi pemasok
Bentuk kerjasama
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Perumusan alternatif strategi bagi Kelompok Tani Cibeureum Jempol dilakukan dengan menggunakan matriks. Proses perumusan alternatif strategi melalui tiga tahap yaitu : 1) Tahap pengumpulan data (Input Stage); 2) Tahap analisis (Matching Stage);
dan 3) Tahap pengambilan keputusan (Decision Stage).
4.3.1 Proses Perumusan Alternatif Strategi
1. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analsis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Penjelasan mengenai data eksternal dan internal telah disebutkan pada bab kerangka pemikiran.
Dimana hal pertama yang dilakukan dalam tahap ini adalah menetapkan visi, misi dan tujuan organisasi, selanjutnya dilakukan identifikasi data internal dan eksternal perusahaan/organisasi.
Data eksternal dan internal organisasi yang teridentifikasi akan dirangkum dalam suatu matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation(IFE) dimana data-data tersebut merupakan faktor strategis. Matriks EFE digunakan untuk mengetahui peluang terbesar dan terkecil yang dimiliki perusahaan dan ancaman terbesar maupun ancaman yang tidak mempengaruhi perusahaan, sedangkan matriks IFE digunakan untuk mengetahui kekuatan paling besar dan terkecil yang dimiliki maupun kelemahan terbesar dan terkecil yang dimiliki prusahaan. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada perusahaan maka kita dapat mengetahui bagaimana efektivitas strategi yang dilakukan oleh perusahaan selama ini juga dapat menentukan strategi yang dapat memanfaatkan faktor internal dan eksternal yang ada sehingga dapat lebih meningkatkan usaha.
2. Tahap Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif untuk menganalsis perumusan strategi. Model-model yang dapat digunakan sebagai alat analisis adalah matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) (David, 2004).
Matriks SWOT merupakan alat analisis penting yang dapat membantu manajer dalam mengembangkan empat macam strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies) dan strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies). Masing-masing strategi dijabarkan sebagai berikut :
a. Strategi S-O, startegi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi S-T, strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi W-T, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3. Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan. Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik, yang paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta lingkungan eksternal. Untuk itu alat analisis yang dapat digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
4.3.2 Matrix IFE dan EFE
Menurut David (2004) tahapan dalam membuat matriks IFE/EFE adalah sebagai berikut :
1) Tuliskan daftar semua kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman suatu organisasi. Peluang dan kekuatan didaftar terlebih dahulu baru kemudian ancaman dan kelemahan dari organisasi. Daftar dibuat secara rinci pada kolom pertama.
2) Berikan bobot terhadap daftar yang telah dibuat untuk menunjukkan relatif tingkat kepentingan faktor dalam menuju kesuksesan organisasi. Pembobotan berkisar
antara 0.00 (tidak penting) sampai 1.00 (sangat penting) yang diletakkan pada kolom kedua. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu.
3) Tentukan rating tiap faktor yang menunjukkan keefektifan strategi suatu organisasi saat ini dalam merespon faktor-faktor tersebut pada kolom ketiga. Untuk matriks IFE, 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan minor, 3 = kekuatan minor dan 4 = kekuatan utama sedangkan untuk matriks EFE, 4 = respon tinggi, 3 = respon diatas rata-rata, 2 = respon rata-rata dan 1 = respon kurang. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk memperoleh skor pembobotan.
4) Jumlahkan skor-skor tersebut sehingga diperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 pada matriks IFE menunjukkan kondisi internal perusahaan yang sangat buruk. Nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perusahaan sangat baik. Nilai 2.5 pada matriks IFE menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada tingkat rata-rata sedangkan nilai 2.5 menggambarkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata untuk matriks EFE. Nilai 1 pada matriks EFE menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang-peluang untuk menghindari ancaman-ancaman.
Nilai 4 mengindikasikan bahwa perusahaan saat ini telah dengan sangat baik memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman-ancaman. Contoh Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 5 dan Matriks EFE pada Tabel 6.
Tabel 5. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Faktor-faktor Internal Bobot Rating Skor Pembobotan Kekuatan
1.
2.
dst…
Kelemahan 1.
2.
dst…
Total
Sumber : David, 2004
Tabel 6. Bentuk Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)
Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Skor Pembobotan Peluang
1.
2.
dst…
Ancaman 1.
2.
dst…
Total
Sumber : David, 2004
4.3.3 Penentuan Bobot Setiap Variabel
Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara penilaian bobot faktor strategis eksternal dan internal organisasi kepada informan yang telah dipilih, yang mengetahui betul kondisi dan permasalahan pada suatu organisasi. Penentuan bobot untuk matriks IFE dan matriks EFE dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison Scales (Kinnear dan Taylor dalam Rohmiatin, 2006). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian setiap faktor penentu eksternal dan internal.
Untuk menentukkan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis eksternal organisasi dapat dilihat pada Tabel 7 dan bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Organisasi
Faktor Strategis Eksternal A B C D …… Total Bobot A
B C
……..
Total
Sumber : David, 2004
Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Organisasi
Faktor Strategis Internal A B C D …… Total Bobot A
B C
……..
Total
Sumber : David, 2004
Gabungan kedua matriks IFE dan EFE menghasilkan matriks eksternal-internal yang berisikan Sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE.
Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasi Sembilan strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya ke sembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :
1) Sel I, II dan IV disebut strategi Tumbuh dan Bina. Strategi yang cocok adalah Strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horisontal).
2) Sel III, V dan VII disebut strategi Pertahankan dan Pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila perusahaan berada dalam sel ini.
3) Sel VI, VIII dan IX disebut strategi Panen dan Divestasi.
Nilai-nilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0-4,0),
Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks IE (Internal Evaluation) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat pada Gambar 2.
Total skor IFE
4,0 Tinggi 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0
Tinggi Total 3,0
Skor EFE Sedang 2,0
Rendah 1,0
Gambar 3. Matriks IE
Sumber : David, 2004
4.3.4 Matriks SWOT
Setelah menganalisis dengan matriks IFE dan EFE maka dilakukan berbagai kombinasi dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya : 1) strategi dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan;
2) tidak ada batas jumlah strategi yang dapat diperiksa atau dievaluasi; dan 3) membutuhkan ketelitian dalam memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait dalam proses keputusan.
I II III
IV V VI
VII VIII IX
Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planning) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini. Hal tersebut disebut dengan analisis situasi.
Analisis SWOT dituangkan ke dalam matriks SWOT yang menghasilkan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT (Tabel 9).
Tabel 9. Matriks SWOT Analisis Internal
Analisis Eksternal
Kekuatan (S)
Daftar 5-10 faktor-faktor kekuatan
Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu :
1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukkan 2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan 3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan 4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan
5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk strategi SO 6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk strategi WO 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi ST 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi WT
4.3.5 Matriks QSPM
Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta situasi lingkungan eksternal. Untuk itu dapat digunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Ada 6 langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu :
1. Tuliskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan
2. Berikan bobot untuk masing-masing peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.
Bobot ini harus identik dengan bobot yang diberikan pada matriks IFE dan EFE 3. Tuliskan alternatif strategi yang dievaluasi
4. Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan berikan nilai AS (Atractiveness Score) yang berkisar antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 = tidak dapat diterima, nilai 2 = mungkin dapat diterima, nilai 3 = kemungkinan besar dapat diterima dan nilai 4 = dapat diterima. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan dangan berikan nilai AS.
5. Kalikan bobot dengan nilai AS
6. Hitung nilai totalnya (Weighted Atractiveness Score/WAS)
Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang paling baik. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Matriks QSPM
Fakator Kunci Bobot
Alternatif Strategi
Strategi I Strategi II Strategi III
AS WAS AS WAS AS WAS
Peluang - -
Ancaman -
-
Kekuatan -
-
Kelemahan -
- Total
Sumber :David, 2004
2.1 Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonisan dengan iklim dan lingkungan sekitar. Pertanian organik memiliki arti bahwa pada saat melakukan proses produksi hanya digunakan pupuk kandang atau kompos saja. Di Indonesia, pertanian organik sudah dimulai semenjak tahun 1997 pada saat harga sarana produksi pertanian (saprotan) seperrti pupuk pestisida dan pestisida kimia melambung tinggi.
Menurut IFOAM 2004 dalam Januar 2006, pertanian organik adalah sistem pertanian yang mengedepankan daur ulang unsur hara dan proses alami dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan keberhasilan produksi. Lebih jauh menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI, 2002), sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pangan organik yang dirancang untuk : 1) mengembangkan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan; 2) meningkatkan aktivitas biologis tanah; 3) menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang; 4) mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui; 5) mengandalkan sumberdaya yang dapat diperbaharui pada sistem pertanian yang dikelola secara lokal; 6) mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan oleh praktek - praktek pertanian; 7) menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan yang hati - hati untuk menjaga
integritas organik dan mutu produk pada seluruh tahapan; dan 8) bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang akan diproduksi.
Pertanian organik memiliki kelebihan, diantaranya : 1) tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun; 2) tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non organik; 3) produk tanaman organik lebih mahal sehingga lebih menguntungkan petani. Selain itu, pertanian organik juga memiliki kekurangan diantaranya : 1) kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit karena umumnya masih dilakukan secara manual; dan 2) penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman non-organik.
2.2 Prinsip Pertanian Organik
Prinsip pertanian organik menurut Pracaya dalam Januar 2006, yaitu pertanian yang berteman akrab dengan lingkungan, tidak merusak ataupun mencemaran lingkungan hidup sekitarnya. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya : (1) memupuk dengan kompos, pupuk kandang; (2) memupuk dengan pupuk hijau; (3) memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak, rumah pemotongan hewan (RPH), septic tank; dan (4) mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam polikultur.
Sedangkan pertanian organik menurut IFOAM, prinsip-prinsip pertanian organik terdiri dari :
1. Prinsip Kesehatan
Pada dasarnya, pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
2. Prinsip Ekologi
Pada prinsip ekologi, diartkan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Sehingga pada setiap kegiatan budidaya baik pertanian, peternakan dan pemanenan produk organik harus sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam.
3. Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihakdi segala tingkatan : seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihakdi segala tingkatan : seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan