• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguasaan konsep yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru. Pelaksanaan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk menentukan perbedaan penguasaan konsep reaksi reduksi-oksidasi antara model pembelajaran LC 5-E

dengan model pembelajaran SBEI dari siswa SMAN 7 Bandar Lampung.

Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran (X) dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep kimia siswa (Y). Semua data diambil dari dua kelas yang berbeda, satu kelas sebagai eksperimen 1 dan satu kelas sebagai eksperimen 2. Pada kelas eksperimen 1 diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran LC 5-E, sedangkan pada kelas eksperimen 2 diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran SBEI. Model pembelajaran LC 5-E dan SBEI masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda.

Adapun keunggulan model pembelajaran LC 5-E adalah, menempatkan siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri dari konsep ilmiah, mengeksplorasi dengan cara melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur, memperdalam pemahaman tersebut dengan cara menjelaskan konsep dengan bahasa mereka sendiri, kemudian mene-rapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan pemberian soal lain. Pada tahap akhir pembelajaran siswa

30

diberikan evaluasi penilaian kelas yang dilakukan guru sehingga guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

Sedangkan kelemahannya, pada proses pembelajaran LC 5-E sering di dominasi oleh pimpinan kelompok, efektifitas pembelajaran LC 5-E akan rendah apabila guru kurang menguasai materi, kurang menguasai langkah-langkah pembelajaran dan kurang menguasai siswa. Pembelajaran LC 5-E juga menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu guru dituntut harus menyiapkan teknik pengelolaan kelas, mengatur kerja kelompok yang lebih terencana dan terorganisasi. Sehingga model pembelajaran LC 5-E

memerlukan waktu yang cukup lama dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.

Keunggulan pembelajaran Empiris-induktif yaitu memiliki waktu eksplorasi yang lebih lama sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan berbagai fakta di lapangan melalui observasi atau dengan praktikum, sehingga terjadi pengkonstruksian konsep baru di bawah arahan guru, dan dengan konsep baru

tersebut siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

pembelajaran SBEI guru berfungsi sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. Untuk mengenalkan konsep yang baru, guru hanya mengarahkan saja berdasarkan konsep yang sudah di eksplorasi oleh siswa. memudahkan pengkonstruksian suatu konsep sehingga terjadi suatu proses asimilasi pada siswanya berdasarkan hasil praktikum. Selama proses pembelajaran terjadi dialog interaktif antara siswa

31

dengan siswa, dan antara siswa dengan guru sehingga semua siswa terlibat langsung dan aktif.

Adapun kelemahan pembeljaran SBEI yaitu, memerlukan waktu yang lama untuk menemukan atau mempelajari sutau konsep baru jika siswa belum terbiasa

melakukan praktikum. Apabila siswa belum terbiasa untuk mengeksplorasi konsep yang didapatkan selama melaksanakan praktikum, belum terbiasa mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum, dan belum terbiasa melakukan praktikum. Maka diperlukan kesabaran guru untuk mendengarkan pendapat, ide serta gagasan dari siswa pada saat mengeksplorasi konsep yang diperoleh selama melaksanakan praktikum,agar siswa merasa dihargai dan penting selama proses belajar berlangsung. Sehingga proses pembelajaran ini memerlukan waktu yang lama untuk menemukan atau mempelajari suatu konsep baru. Guru juga diharuskan membuat petunjuk (LKS) yang jelas sehingga memudahkan siswa untuk mendapatkan data yang dinginkan untuk memplajari konsep yang dipelajari, juga guru perlu mengarahkan siswanya dalam hal pengkonstruksian konsep yang baru.

Berdasarkan karakteristik kedua model pembelajaran tersebut, digarapkan penguasaan konsep reaksi reduksi-oksidasi dari siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC5-E akan lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan empiris-induktif. Karena model pembelajaran LC 5-E adalah pengembangan fase-fase LC dari 3 fase menjadi 5 fase. Fase engagement dalam LC 5-E termasuk dalam proses asimilasi, sedangkan fase evaluation masih merupakan proses

32

aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial.

Implementasi LC 5-E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu:

1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa. 2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi

baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.

3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. (Hudojo, 2001)

Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pe-merolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini lebih cenderung bahwa model pembelajaran

learning cycle 5 phase akan memberikan penguasaan konsep kimia yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran SBEI.

Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut:

X1 Y1

Y1 > Y2

X2 Y2

Gambar 1. Model teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan:

X1 = Pembelajaran learning cycle 5 phase

X2 = Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif

Y1 = Penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran learning cycle 5 phase pada materi reaksi redoks

33

Y2 = Penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembalajaran siklus belajar empiris-induktif pada materi reaksi redoks

I. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas X4 dan X5 semester genap SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penguasaan konsep reaksi reduksi-oksidasi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 7 Bandar Lampung pelajaran 2011-2012 diabaikan.

3. Perbedaan rata-rata penguasaan konsep reaksi redoks semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

Dokumen terkait