• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi LC dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama

14

pengembangan perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) sampai evaluasi.

Efektifitas implementasi LC biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut ternyata belum

memuaskan, maka dapat dilakukan siklus berikutnya yang pelaksanaannya harus lebih baik dibanding siklus sebelumnya dengan cara mengantisipasi kelemahan-kelemahan siklus sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan.

LC tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 fase Pada

LC 5 Phase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu LC 5 Phase sering dijuluki LC 5-E (Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation) (Lorsbach, 2002).

Model pembelajaran ini bisa membantu cara berpikir siswa dan membuat kimia menjadi salah satu pelajaran yang menyenangkan. Tahapan ini harus dilakukan semuanya dengan urutan di atas.

15

Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada Gambar. 1 di bawah ini.

Gambar. 1 the 5 E Learning Cycle Model

( Sumber: www.coe.ilstu.edu)

Fase-fase Learning Cycle 5-E :

1. Engagement (Menarik Perhatian-Mengikat)

Fase Engage merupakan fase awal untuk menggali pengetahuan awal dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Pada fase ini guru menciptakan teka-teki yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan (misalnya: mengapa hal ini terjadi? bagaimana cara mengetahuinya? dll), dan jawaban siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh siswa. Fase ini bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan

keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam fase eksplorasi.

16

Pada fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun secara berkelompok tanpa instruksi atau pengarahan secara langsung dari guru, untuk mengeksplorasi fenomena ilmiah, memanipulasi bahan, dan berusaha untuk memecahkan masalah. Pada fase ini siswa melakukan percobaan (secara il-miah), melakukan pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat ke-simpulan dari percobaan yang dilakukan. Dalam kegiatan ini guru sebaiknya ber-peran sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya) dan menguji hipotesis mereka melalui

eksperimen atu observasi.

Sesuai dengan teori Piaget, pada kegiatan eksplorasi siswa diharapkan mengalami ketidaksetimbangan kognitif (disequilibrium). Siswa diharapkan bertanya kepada

dirinya sendiri: “Mengapa demikian” atau “Bagaimana akibatnya bila..” dan sete -rusnya. Kegiatan eksplorasi memberi kesempatan siswa untuk menguji dugaan dan hipotesis yang telah mereka tetapkan. Mereka dapat mencoba beberapa alter-natif pemecahan, mendiskusikannya dengan teman sekelompoknya, mencatat ha-sil pengamatan dan mengemukakan ide dan mengambil keputusan memecahkan-nya (Dasna, 2005:81).

Kegiatan pada fase ini sampai pada tahap presentasi atau komunikasi hasil yang diperoleh dari percobaan atau menelaah bacaan. Dari komunikasi tersebut diha-rapkan diketahui seberapa tingkat pemahaman siswa terhadap masalah yang dipe-cahkan (Dasna, 2005:82).

3. Explaination (Menjelaskan)

Kegiatan belajar pada fase penjelasan ini bertujuan untuk melengkapi, menyem-purnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk meleng-kapi penjelasannya. Pada kegiatan ini sangat penting adanya diskusi antar

anggo-17

ta kelompok untuk mengkritisi penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan yang lainnya. Pada kegiatan yang berhubungan dengan percobaan, guru dapat memperdalam hubungan antar variabel atau kesimpulan yang diperoleh siswa. Hal ini diperlukan agar siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep yang baru diperolehnya

4. Elaboration (Penerapan konsep)

Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dan ketrampilan yang dimiliki pada situasi baru. Guru dapat

mengarahkan siswa untuk memperoleh penjelasan alternatif dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi alam situasi yang baru. Guru dapat

memulai dengan mengajukan masalah baru yang memerlukan pengujian lewat ekplorasi dengan melakukan percobaan, pengamatan, pengumpulan data, analisis data sampai membuat kesimpulan. Kegiatan fase ini bertujuan untuk mening-katkan pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka ketahui, sehingga siswa dapat melakukan akomodasi melalui hubungan antar konsep dan pemahaman siswa menjadi lebih mantap.

5. Evaluation (Evaluasi)

Pada fase akhir evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut.

18

Kegiatan belajar pada fase evaluasi, guru ingin mengamati perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses belajar pada fase ini guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab dengan menggunakan lembar observasi, fakta atau data dari penjelasan dari sebelumnya yang dapat diterima. Kegiatan pada fase evaluasi berhubungan dengan penilaian kelas yang dilakukan guru meliputi penilaian proses dan evaluasi penguasaan konsep yang diperoleh siswa.

Setelah melakukan fase-fase diatas, siswa diharapkan mampu lebih berperan aktif dalam pembelajaran, dan siswa termotivasi untuk menggali dan memperkaya wawasan lebih banyak mengenai konsep yang telah dipelajari dan mengaplikasi-kannya juga pada bidang-bidang lain selain bidang sains tentunya. Siswa juga diharapkan dapat membangun sendiri pegetahuan kognitif melalui indera untuk melihat gejala-gejala yang ada di sekitarnya dan kedudukan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) dan evaluasi berfungsi membantu siswa

menemukan konsep pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase sendiri yang pada dasarnya sesuai dengan pendekatan konstruktivisme. Model pembelajaran LC ini dirasakan sesuai jika diterapkan pada pembelajaran kimia.

19

Dokumen terkait