• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini akan mengkaji teori-teori apa saja yang digunakan sebagai landasan dalam penyusunan penelitian mengenai perilaku kewirausahaan pada pengrajin tempe. Teori-teori konsep yang digunakan adalah teori mengenai kewirausahaan yang telah dikemukakan oleh para ahli, teori mengenai perilaku kewirausahaan, serta dikaitkan dengan beberapa temuan-temuan baru berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh banyak peneliti dari berbagai negara guna mendukung penelitian ini berlangsung.

Kerangka Teoritis Kewirausahaan pada UMK

Kewirausahaan atau entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai between taker atau go between yang dalam bahasa Indonesia sebagai perantara. Terdapat beberapa definisi kewirausahaan menurut para ahli. Kewirausahaan didefinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu, atau kemampuan untuk menciptakan produk baru yang memiliki nilai tambah melalui keberanian dalam mengambil risiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan dalam manajemen dan membaca peluang yang ada. Kewirausahaan adalah menciptakan kekayaan bagi individu dan nilai tambah kepada masyarakat melalui usaha baru dan inovasi (Kao 2001). Casson et al (2006) mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan, sikap, perilaku seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah kepada upaya mencari, menciptakan produk baru dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik guna memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sementara menurut Kuratko (2009) menyatakan bahwa kewirausahaan tidak hanya sekedar penciptaan bisnis semata, namun disertai dengan perilaku aktif mencari peluang, berani mengambil risiko, serta memiliki kegigihan dalam berkreativitas untuk menghasilkan bisnis yang inovatif.

Sementara pengertian seorang wirausaha menurut Meredith et al (1996) adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan yang ada, mengumpulkan sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan sukses. Hal senada diungkapkan Zimmerer et al (2008) bahwa wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru yang berhadapan dengan risiko dan ketidakpastian, bertujuan mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang-peluang yang signifikan serta menyusun sumber- sumber usaha. Sementara Raymond Kao dan Russel Knight (Alma 2010) memberikan definisi wirausaha dengan menekankan kepada aspek kebebasan berusaha yang dinyatakan “an entrepreneur is a independent, growth oriented owner-operator”. Apabila dicermati lebih dalam siapa yang dapat dikategorikan sebagai wirausaha masih memiliki persepsi yang berbeda. Beberapa memiliki

pendapat bahwa wirausaha adalah pemilik usaha atau bisnis yang besar dengan perkembangan yang pesat, memiliki produk yang beraneka ragam, dengan konsumen yang ada dimana-mana, serta memiliki managemen yang sudah baik. Beberapa juga memiliki pandangan bahwa pemilik warung kecil maupun pedagang kaki lima adalah seorang wirausaha.

Wirausaha dapat diartikan orang yang mampu mengambil keputusan sendiri untuk mau membangun usaha sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, berani mengambil risiko serta dapat membaca peluang yang ada. Seseorang dapat dikatakan sebagai wirausaha dengan dinilai dari kepribadiannya bukan dari institusinya. Menurut Alma (2010) pengertian wirausaha adalah seseorang yang selain mampu berusaha dalam bidang ekonomi dan niaga secara tepat guna, efektif, serta efisien, namun juga berkarakteristik atau berkepribadian merdeka lahir batin dan berbudi luhur. Wirausaha ini lebih menekankan kepada jiwa serta semangat yang diaplikasikan pada segala aspek kehidupan. Wirausaha berbeda dengan pengusaha, wirausaha sebagai orang yang memulai bisnis, ikut terlibat dalam usaha yang dijalankan, serta memiliki sifat berani mengambil risiko, inovatif, memanfaatkan peluang yang ada, dan memperoleh balasan jasa berupa keuntungan atau laba yang diperoleh. Sementara pengusaha adalah seseorang yang memiliki bisnis namun tidak terlibat dalam usaha yang dijalankan, pengusaha hanya menerima keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut.

Beberapa peneliti mencoba mengkategorikan wirausaha berdasarkan beberapa hal seperti niat, visi, serta aspirasi kewirausahaan (Gunawan 2014). Beberapa tipe wirausaha adalah (1) Regular Entrepreneurs atau wirausaha ekonomi, yaitu wirausaha yang berfokus pada keuntungan (profit) dan kurang mempertimbangkan pada keberlanjutan lingkungan. Seseorang menjadi wirausaha karena keuntungan dan adanya penghargaan karena kekayaan dan keuntungan yang diperoleh. (2) Social Entrepreneurs adalah adalah wirausaha yang mempertimbangan faktor keuntungan dan non keuntungan yang berusaha memberikan kontribusi kepada masyarakat dan memberlakukan perubahan sosial yang positif menggunakan prinsip kewirausahaan. (3) Ecopreneurs, Perbedaan antara pengusaha dan ecopreneurs terletak pada tujuan bisnis yang mana pengusaha lebih berorientasi pada keuntungan; sementara ecopreneurs keduanya, keuntungan dan berorientasi keramahan terhadap lingkunga. Meskipun banyak pengusaha hanya terfokus pada keuntungan, peningkatan jumlah ecopreneurs mengadopsi paradigma yang berbeda, fokus pada penghijauan serta memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat yang disebabkan oleh bisnis mereka.

Proses kewirausahaan dapat terjadi dengan beberapa tahapan, yang diawali dengan adanya ide baru untuk menciptakan sesuatu (inovasi), kemudian tahapan pemicu yaitu tahapan dimana seseorang dipengaruhi oleh faktor tertentu sebagai pemicu untuk memutuskan menjadi wirausaha, setelah itu tahapan pelaksaaan membuka usaha baru, dan yang terakhir adalah pertumbuhan usaha. Berikut lebih jelasnya tahapan proses pembentukan kewirausahaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Adapun faktor pendorong seseorang menjadi wirausaha menurut Ducheneaut dalam Casson et al (2006) adalah adanya kebosanan terhadap pekerjaaan, kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, kepemilikan modal, adanya faktor turunan dari keluarga, pendidikan, status pernikahan, serta adanya keinginan untuk tidak terikat atau kebebasan dalam bekerja. Fenomena yang

terjadi menjadi wirausaha seringkali menjadi pilihan terakhir bagi seseorang yang tidak mendapat pekerjaan. Akhirnya banyak wirausaha bermunculan yang memilih menjadi wirausaha UMKM. Tanpa disadari dengan semakin banyak wirausaha yang bermunculan memberikan dampak yang baik terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja serta menyumbang pada pendapatan negara. Bahkan menurut Irawan (2007) UMKM diyakini menjadi faktor penting pemulihan ekonomi setelah krisis finansial yang melanda Asia sejak tahun 1997.

Gambar 3 Model Proses Kewirausahaan Sumber : Bygrave (1994)

Wirausaha UMKM terbentuk dari masyarakat kecil yang berusaha untuk mempertahankan hidup. Dikarenakan jumlahnya yang sangat banyak dan menyebar hampir di seluruh penjuru Indonesia, sehingga UMKM memiliki posisi strategis dalam perekonomian negara. Di beberapa negara maju, kewirausahaan didorong untuk semakin maju dan berkembang karena keberadaan kewirausahaan menjadi salah satu perangsang munculnya inovasi. Sementara pada negara berkembang seperti Indonesia masalah pengangguran menjadi masalah sosial dan ekonomi yang salah satunya dapat dikurangi dengan adanya kewirausahaan. Kewirausahaan dapat tumbuh dan berkembang di kalangan kelas menengah ke bawah yang menjadi harapan untuk memperoleh pendapatan. Dibeberapa negara miskin seperti Peru dan Philipines, kewirausahaan tumbuh di kalangan masyarakat kelompok miskin guna memberikan pendapatan (Irawan 2007).Oleh karena itu, kewirausahaan tidak hanya menjadi isu pada negara yang kaya dan memiliki perekonomian yang baik tetapi juga bagi negara yang masih berkembang. Bentuk kewirausahaan yang berkembang adalah sebagian besar usaha kecil dan mikro (UMK).

Apabila dicermati kewirausahaan muncul karena adanya dorongan perilaku dan sikap kepribadian yang dimiliki. Dikarenakan perilaku-perilaku ini yang dapat menunjukkan bagaimana kewirausahaan yang dilakukan, serta perilaku ini yang menunjukkan bahwa seseorang dapat dikategorikan menjadi

Innovation (Inovasi)

Triggering Event (Pemicu)

Implementation (Pelaksanaan)

seorang wirausaha. Lewin dalam Dirlanudin (2010) seorang ahli jiwa mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara perilaku dengan kepribadian seseorang. Hubungan tersebut dirumuskan menjadi Personality = f (heredity, experience), artinya kepribadian merupakan fungsi dari pembawaan sejak lahir dan lingkungan (pengalaman). Berdasarkan teori tersebut, terdapat aspek-aspek pembawaan dari lahir sebagai sifat keturunan atau genetic. Selain itu adanya pengaruh lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Dirlanudin (2010) mengemukakan bahwa pada dasarnya lingkungan memberikan input berupa pengaruh pada seseorang berupa motivasi untuk melakukan proses perubahan berupa suatu tindakan atau perilaku tertentu.

Manusia memiliki sifat dasar yang dibawanya sejak lahir, sifat dasar tersebut adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan motivasi untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Baik kebutuhan berprestasi, menunjukkan kemampuan diri, serta berkuasa (need for power, need for affiliation, and need for achievement). Berdasarkan sifat dasar tersebut, manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup ekonominya dengan dasar motivasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari segi perekonomian.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara pengaruh lingkungan seseorang serta sifat dasar manusia akan menimbulkan kebutuhan serta motivasi untuk berkembang. Motivasi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan atau berperilaku sebagai wirausaha. Perilaku seorang wirausaha sangat dipengaruhi oleh sifat dasar manusia serta lingkungannya. Menurut David Mc Clelland dalam Riyanti (2003) menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki keinginan berprestasi yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berwirausaha.

Berdasarkan definisi dari wirausaha yang dikemukakan oleh beberapa pakar, seorang wirausaha mempunyai aspek-aspek yang terinternalisasi dalam diri seseorang yang akan menjadikan dirinya menjadi wirausaha, dan ditunjukkan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam melakukan usaha dengan keberanian berinovasi serta berani mengambil risiko. Aspek-aspek tersebut tercermin dalam perilaku wirausaha dalam menjalankan usahanya. Perilaku kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang berdasarkan pada konsep-konsep kewirausahaan dalam mengembangkan usaha dan mencapai tujuan usahanya, yaitu konsep berani mengambil risiko, berinovasi, memiliki kreativitas, gigih, serta mampu membaca peluang yang ada sehingga mampu menciptakan produk baru yang berbeda. Menurut Bird (1996), perilaku kewirausahaan adalah aktivitas wirausaha yang mencermati peluang (opportunistis), mempertimbangkn dorongan nilai-nilai dalam lingkungan usahanya (value-driven), siap menerima risiko dan kreatif. Perilaku kewirausahaan tidak terlepas dari karakteristik atau ciri yang dimiliki oleh pelaku wirausaha.

Profil seorang wirausaha menurut Meredith et al (1996) adalah memiliki ciri 1) percaya diri, 2) berorientasi tugas dan hasil, 3) pengambil risiko, 4) memiliki jiwa pemimpin, 5) keorisinilan, 6) berorientasi pada masa depan. Selain itu seorang wirausaha harus tanggap terhadap perubahan, dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat, dan dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sementara Bygrave (1991) menggambarkan beberapa karakteristik atau sifat-sifat wirausaha yaitu memiliki visi, tidak mudah menyerah, memiliki dedikasi yang

tinggi terhadap pekerjaannya, tidak bergantung pada orang lain, dan bersedia mendistribusikan bisnisnya kepada orang kepercayaannya. Karakteristik atau ciri wirausaha tersebut dapat mempengaruhi perilaku seorang wirausaha. Terdapat empat faktor yang dapat membentuk perilaku kewirausahaan seseorang yaitu 1) karakteristik wirausaha yang yang menjalankan usaha sebagai karakteristik biologis, latar belakang wirausaha, dan motivasi, 2) faktor organisasi menyangkut kondisi internal, keberadaan serta daya tahan lembaga, 3) faktor lingkungan merupakan faktor yang berada di luar organisasi dan dapat mempengaruhi keberadaan organisasi, 4) faktor proses, sebagai aktivitas kerja yang terjadi.). Proses perilaku terbentuk dan berkembang berdasarkan komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik dikaitkan oleh beberapa hal sebagai berikut :

1. Kognitif berhubungan dengan kepercayaan (belief), ide, dan konsep. Kepercayaan muncul berdasarkan pa yang pernah dilihat dan diketahui. 2. Afektif lebih terkait dengan kehidupan emosional seseorang yang secara

umum sebagai reaksi emosional ditentukan oleh kepercayaan.

3. Psikomotorik merupakan kecenderungan dalam tingkah laku dengan obyek yang dihadapi. Kecenderungan terhadap perilaku yang konsisten serta selaras dengan kepercayaan dan perasaan yang membentuk perilaku kewirausahaan.

Perilaku kewirausahaan terbentuk dari unsur-unsur atas perilaku yang tidak tampak pada diri seorang wirausaha yang terdiri dari pengetahuan (cognitive) dan sikap mental (affective), serta unsur pembentuk yang tampak yaitu keterampilan (psycomotoric) dan adanya tindakan nyata (action) yang dilakukan (Bird 1996) seperti pada Gambar 4.

Gambar 4 Konsep Perilaku Kewirausahaan Sumber : Bird (1996)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku kewirausahaan merupakan tindakan seorang wirausaha yang mencerminkan karakter kewirausahaan yang dimiliki, yaitu ketekunan, berani mengambil risiko, inovatif, dan dapat membaca peluang. Perilaku tersebut muncul tidak secara sendirinya namun dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang ada pada diri wirausaha tersebut, serta faktor eksternal dari lingkungan sekitar.

  Hampir sama dengan yang dijelaskan sebelumnya beberapa peneliti juga mendefinisikan perilaku kewirausahaan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila dipahami lebih dalam faktor-faktor penentu perilaku kewirausahaan dapat dikaitkan dengan kinerja usaha atau bisnis. Perilaku wirausaha dapat dijabarkan dengan apa yang

Perilaku Kewirausahaan Sikap Mental (Affective) Pengetahuan (Cognitive) Keterampilan( Psycomotoric)

diinginkan dan dilakukan pengusaha, kemudian mengapa pengusaha melakukan itu, dan bagaimana tindakan tersebut dapat mempengaruhi kinerja bisnis. Menurut Delmar (1996) menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan dapat juga diartikan sebagai kinerja kewirausahaan namun berbeda dengan kinerja bisnis. Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh lingkungan internal dan kapasitas individu itu sendiri yang berupa motivasi dan kemampuan untuk menangani masalah lingkungan organisasi atau usaha yang dijalankan yang sangat berkaitan dengan kinerja usahanya. Seorang pengusaha diasumsikan bertindak pada lingkungan yang sesuai dengan tujuannya untuk mencapai apa yang diinginkan.

Berasarkan dari teori Delmar, yang menyatakan bahwa ada kaitan antara perilaku kewirausahaan dengan kinerja bisnis yaitu perilaku dapat mempengaruhi kinerja bisnis. Kinerja usaha atau bisnis dapat juga diartikan sebagai keberhasilan usaha yang telah dicapai. Beberapa peneliti telah menjabarkan definisi dari kinerja bisnis (business performance) yaitu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja perusahaan dapat dilihat atau diukur dengan mendasarkan pada tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, dan pangsa pasar yang diraihnya. Keeh et al (2007) menjelaskan kaitan antara kinerja bisnis dan pendapatan, di mana kinerja adalah keinginan untuk tumbuh yang tercermin dalam pendapatan. Sementara itu, menurut Praag (2008) keberhasilan kinerja usaha dapat dilihat dari adanya keberlangsungan dan pertumbuhan usaha, penambahan tenaga kerja, dan peningkatan keuntungan dan pendapatan.

Kinerja merupakan hal yang sangat menentukan di dalam perkembangan usaha. Menurut Day (1988), performance outcomes (keberhasilan) perusahaan berupa : (1) satisfaction (kepuasan), artinya semakin banyak pihak merasa terpuaskan oleh keberadaan perusahaan itu, seperti pelanggan, pemilik saham, karyawan, pemberi pijaman, pemasok, dan pemerintah; (2) loyality (loyalitas), menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga konsumen atau pelanggan wirausaha wanita tidak berpindah dalam pembelian pada produk perusahaan lain; (3) market share (pangsa pasar), dalam hal ini sejauh mana perusahaan tersebut mampu untuk terus meningkatkan dan memperluas pangsa pasarnya bahkan mampu menjadi pemimpin pasar; dan (4) profitability (peningkatan pendapatan), suatu perusahaan dikatakan berhasil dalam usahanya dan menunjukkan kinerja yang baik jika secara bertahap terus memperlihatkan peningkatan profit yang signifikan.

Sementara menurut Riyanti (2003) menyatakan bahwa kinerja usaha atau keberhasilan usaha juga sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kepribadian yang dimiliki. Faktor kepribadian ini mempengaruhi hingga 49 %, yaitu seperti sifat keinginan melakukan pekerjaan dengan baik, motivasi diri yang kuat, percaya diri, berfikir positif, memiliki komitmen dan sabar. Namun tidak hanya itu saja yang mempengaruhi ada juga sifat ingin tahu yang tinggi, kreativitas, inovasi juga mempengaruhi. Pengukuran kinerja usaha pada usaha kecil dan mikro sampai saat ini masih disamakan dengan pengukuran kinerja usaha besar yaitu dengan cara yang obyektif. Penilaian kinerja pada usaha kecil dan mikro dilakukan lebih kepada aspek subyektif dikarenakan biasanya usaha kecil dan mikro memiliki keterbatasan yaitu cenderung menutupi informasi mengenai keuangan usaha. Selain itu usaha kecil dan mikro memiliki keterbatasan informasi yaitu tidak memiliki laporan pembukuan usaha.

Berikut disajikan model umum perilaku kewirausahaan dan kinerja usaha menurut Delmar (1996) pada Gambar 5.

Gambar 5 Model Perilaku Kewirausahaan dan Kinerja Bisnis Sumber : di adopsi dari Delmar (1996)

Berdasarkan Gambar 5 di atas, dapat dilihat bahwa ada hubungan antara perilaku kewirausahaan dengan kinerja usaha. Perilaku kewirausahaan akan sangat dipengaruhi oleh faktor dari individu itu sendiri dan juga lingkungan usaha atau pada penelitian ini dapat disebut iklim bisnis. Faktor lingkungan juga tidak hanya mempengaruhi perilaku tetapi juga berpengaruh terhadap individu dan juga ke kinerja usaha. Sementara kinerja usaha juga dipengaruhi oleh perilaku kewirausahaan dan lingkungan usaha.

4. METODE PENELITIAN

Dokumen terkait