• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokas

Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 sampai Agustus 2015. Lokasi penelitian telah dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Bogor terdapat jumlah IKM terbesar ketiga di Jawa Barat dengan jumlah 22.337 unit. Pemilihan usaha tempe untuk diteliti dikarenakan ada karakteristik yang unik pada usaha ini. Selain itu juga dikarenakan terdapat beberapa sentra industri pembuatan tempe yang berkembang di Bogor menurut data dari KOPTI Bogor tahun 2012.

Keunikan usaha ini adalah tempe merupakan makanan khas asli Indonesia yang banyak diminati masyarakat dari kalangan bawah hingga atas. Selain itu industri ini sebagian besar berskala kecil, turun temurun, dengan teknologi yang masih sederhana dan terkendala oleh bahan baku. Keterbatasan bahan baku dalam negeri sehingga mengharuskan impor. Adanya kenaikan harga kedelai yang terus meningkat menjadi salah satu kendala yang besar dalam usaha ini, tetapi industri ini masih mampu bertahan. Usaha ini dijalankan oleh para pengrajin yang memiliki semangat tinggi dalam berusaha yang tercermin dalam eksistensinya menjalankan usaha. Perilaku tersebut yang menjadi keunikan pada

Faktor Individu Faktor Environment Perilaku Kewirausahaan Kinerja Bisnis

industri tempe, meskipun mengalami kendala bahan baku, tetapi usaha ini masih terus berjalan.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan di dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian,yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan pengisian kuesioner kepada pengrajin tempe di Bogor, Jawa Barat. Data sekunder didapatkan dari buku, lembaga atau organisasi terkait, internet, dan literatur lainnya yang dapat dijadikan bahan rujukan yangberhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan ini. Jenis dan sumber data yang akan diambil pada penelitian perilaku kewirausahaan pada UMK tersaji pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4 Jenis dan sumber data

Jenis Data Sumber Data

Primer

Biodata responden

Kuisioner dan Wawancara Ciri atau karakteristik

Responden Karakteristik wirausaha Iklim bisnis Perilaku Kewirausahaan Kinerja Usaha Sekunder

Jumlah UMKM Kemenkop dan BPS

Jumlah pengrajin tempe Kopti Kabupaten Bogor

Tinjauan pustaka Jurnal dan Penelitian terdahulu

Metode Penarikan Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pengrajin tempe di Bogor yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Hal ini dikarenakan menurut peneliti, responden yang diambil sesuai dengan maksud atau tujuan tertentu dari peneliti. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dilakukan. Pertimbangan pengambilan sampel UMK dengan memilih industri tempe dikarenakan jumlah industri tempe yang cukup banyak tersebar di Bogor. Jumlah populasi pengrajin tempe di Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.

Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini 121 responden. Jumlah ini berdasarkan pada penghitungan (n) x 5 observasi untuk setiap estimated parameter, sehingga apabila misalnya jumlah (n) = 20 maka besarnya sampel adalah 100 responden. Penghitungan ini didasarkan karena pada penelitian ini menggunakan alat analisis SEM (Structural Equation Model) sehingga ukuran sampel yang digunakan harus dalam jumlah yang besar. Jumlah sampel yang diambil banyak dikarenakan agar hasil analisis yang diperoleh dapat mendekati dan menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pada pengrajin tempe yang ada di Bogor.

Tabel 5 Sebaran jumlah pengrajin tempe berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bogor tahun 2012

Nama Kecamatan Jumlah Pengrajin

Nama Kecamatan Jumlah Pengrajin

Ciseeng 26 Tamansari 3 Parung 95 Leuwiliang 38 Cibinong 61 Ciampea 49 Citeurep I 111 Cibungbulang 34 Citeurep II 76 Jasinga 14 Bojonggede 47 Dramaga 13 Sukaraja 24 Cimanggu 35

Ciawi Megamendung 4 Cilendek 84

Caringin cijeruk 19

Total 733

Sumber: Kopti Bogor (2012)

Variabel Penelitian

Variabel–variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel laten dan variabel manifest. Variabel manifest digunakan sebagai indikator dari variabel laten. Dasar dari pengukuran variabel yaitu pada konsep yang telah terbukti secara empiris, sehingga dapat diimplementasikan di lapangan serta mampu diukur sebagaimana seharusnya.

Karakteristik Wirausaha Pengrajin Tempe

Karakteristik wirausaha adalah faktor penyebab perilaku yang berasal dari sifat yang melekat pada pribadi atau personal (internal factor). Pada penelitian ini, karakteristik wirausaha digunakan sebagai variabel laten yang diduga dapat mempengaruhi perilaku kewirausahaan. Variabel ini akan dijabarkan oleh beberapa variabel manifest (indikator) yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Variabel manifest faktor karakteristik wirausaha (KW)

Variabel Manifest Keterangan Sumber

Pengalaman (Expr) Lamanya menjalankan usaha Riyanti (2003); Sapar

(2006); Dirlanudin (2010); Kellermans (2008)

Pengambilan Risiko (Risk) Keberanian dalam menghadapi

risiko yang ada

Puspitasari (2013)

Inovatif (Inov) Frekuensi melakukan perubahan

dalam menjalankan usaha

Dirlanudin (2010); Puspitasari (2013)

Ketekunan (Ktkn) Kegigihan serta kesabaran dalam

menjalankan usaha (menghadapi kendala)

Dirlanudin (2010); Puspitasari (2013)

Kepemimpinan (Lead) Kepemimpinan selama mejalankan

usaha (pengambilan keputrusan)

Meredith (1996)

Motivasi (Motiv) Motivasi yang mendasari

seseorang menjadi wirausaha

Puspitasari (2013); Riyanti (2003); Delmar (1996)

Iklim bisnis (Iklim Usaha) Pengrajin Tempe

Iklim bisnis (external causality) adalah faktor penyebab perilaku yang berasal dari lingkungan luar pribadi pengrajin tempe. Pada penelitian ini iklim usaha dijadikan sebagai variabel laten yang dicerminakan oleh beberapa variabel indikator. Iklim usaha adalah semua kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa depan, yang dapat mempengaruhi kegiatan bisnis. Berdasarkan survei, faktor utama yang mempengaruhi iklim bisnis adalah tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja, perekonomian daerah, infrastruktur fisik, kondisi sosial politik, dan institusi (Kuncoro 2006). Faktor institusi yang dimaksud, terutama ialah institusi birokrasi (pemerintah).Variabel dari faktor iklim usaha dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 7 Variabel manifest faktor iklim usaha (IB)

Variabel Manifest Keterangan Sumber Ketersediaan input (Inpt) Ketersediaan bahan input

(kedelai), kemudahan alam mendapatkan bahan input (kedelai) Sapar (2006); Dirlanudin (2010); Puspitasari (2013); Riyanti (2003) Kekompakan pengrajin tempe (Kompk)

Sikap saling membantu,

kerjasama antar pengrajin tempe

Sapar (2006); Dirlanudin (2010); Puspitasari (2013); Riyanti (2003 Kebijakan Pemerintah

(Kbjk)

Bantuan pengembangan usaha (modal, sarana produksi)

Sapar (2006); Dirlanudin (2010); Puspitasari (2013); Riyanti (2003 Koperasi (Kop) Keterlibatan pengrajin pada

koperasi,

Pelayanan koperasi yang diterima

Sapar (2006); Dirlanudin (2010); Puspitasari (2013);

Perilaku Kewirausahaaan

Perilaku kewirausahaan (Y1) pada penelitian ini adalah tindakan yang ditunjukkan oleh wirausaha (pengrajin tempe) dalam menjalankan usaha untuk mencapai tujuan. Berikut adalah varaibel indikator yang dapat mencerminkan perilaku kewirausahaan pada pengrajin tempe dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Variabel manifest perilaku kewirausahaan (PK)

Variabel Manifest Keterangan Sumber Afektif (Afek) Sikap yang ditunjukkan dalam

menjalankan usaha (disiplin, gigih dan tekun dalam menjalankan usaha, memiliki komitmen dalam berbisnis)

Dirlanudin (2010); Puspitasari (2013); Delmar (2006); Riyanti (2003)

Kognitif (Kog) Kemampuan dalam mengelola usaha

Motorik (Mot) Keterampilan yang dimiliki individu (wirausaha) dalam menjalankan usaha (kemampuan mengambil peluang, menghadapi risiko, kreativitas dan inovatif)

Tindakan ini dicerminkan oleh sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Sikap ini meliputi kemauan keras untuk berubah (inovatif), siap menanggung risiko, tidak cepat menyerah, mempunyai keuletan dalam berusaha, serta semangat dalam

bekerja. Sementara pengetahuan serta keterampilan dalam menjalankan usaha lebih kepada pengalaman-pengalaman selama bertahun-tahun dalam menjalankan usaha mereka memahami kesalahan-kesalahan dalam menjalankan usaha.

Perspektif Kinerja Bisnis (Kinerja Usaha)

Kinerja bisnis adalah hasil yang diperoleh dalam menjalankan suatu usaha untuk mencapai tujuan. Perspektif kinerja bisnis pada penelitian ini adalah pandangan atau persepsi pelaku usaha terhadap bisnis tempe yang dijalankan. Variabel dari perspektif kinerja bisnis terdiri dari perspektif keuntungan, perspektif kemampuan bersaing usaha, perspektif pemasaran, serta perspektif kemampuan usaha dalam bertahan.

Tabel 9 Variabel manifest kinerja usaha (PKB)

Variabel Manifest Keterangan Sumber

Keuntungan (Prof) Peningkatan keuntungan yang

diperoleh dari waktu ke waktu Riyanti (2003); Praag (2005); Sapar

(2006); Dirlanudin (2010); Puspitasari (2013); Bayu Sumantri (2013); Delmar (2006) Kemampuan bersaing (Kember)

Kemampuan bersaing usaha (Produktivitas)

Pemasaran (Pmsrn) Pemasaran produk baik dari

jumlah pelanggan serta wilayah pemasaran yang dilakukan Daya Tahan Usaha

(Sustain)

Kemampuan usaha dalam menjaga eksistensinya

Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah lebih lanjut untuk memperoleh hasil yang dijadikan jawaban dari permasalahan penelitian. Data akan diolah secara kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif diolah dengan menggunakan analisis Structural Equation Models (SEM). Analisis data menggunakan SEM dikarenakan SEM dapat menggambarkan semua hubungan diantara konstruk yang membangun model.

Data yang diperoleh melalui penelitian terlebih dahulu melewati proses scoring dan codding. Codding adalah proses pemberian kode atau simbol pada setiap kategori jawaban responden untuk menyederhanakan jawaban responden dalam bentuk simbol atau kode tertentu agar lebih mudah dalam menganalisisnya. Scorring meliputi proses penyederhanaan jawaban responden yang dibuat konsisten dalam bentuk ordinal pada masing-masing jawaban pertanyaan.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang digunakan pada penelitian ini digunakan untuk menjabarkan gambaran umum responden, karakteristik personal kewirausahaan, serta persepsi responden terhadap iklim bisnis, perilaku kewirausahaan, serta kinerja usaha. Untuk menganalisis karakteristik wirausaha data akan dianalisis dengan membagi dalam tiga skala usaha yang didasarkan pada jumlah produksi

tempe per hari. Data yang dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk uraian secara naratif dengan bantuan diagram.

Analisis Structural Equation Models (SEM)

Penelitian ini akan menggunakan analisis data dengan SEM (Structural Equation Models) dengan bantuan software Lisrel 8.3. Alasan penggunaan SEM dikarenakan SEM dapat menggambarkan semua hubungan di antara konstruk yang membangun model (variabel dependen dan independen) di dalam suatu analisis. SEM merupakan analisis yang mampu menjelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung peubah-peubah laten, baik exogenous maupun endogenous. Peubah exogenous adalah peubah yang variabilitasnya diasumsikan dipengaruhi oleh pengaruh di luar model kausal, sedangkan peubah endogenous adalah peubah yang variabilitasnya diasumsikan dipengaruhi oleh peubah exogenous dan peubah-peubah di dalam sistem. Penggunaan model SEM dapat memberikan informasi tentang hubungan kausal simultan antar variabel serta informasi mengenai muatan faktor dan kesalahan pengukuran. SEM juga mampu menunjukkan konsep-konsep yang tidak teramati (unobserved concepts) serta hubungan yang ada di dalamnya. Komponen dalam model SEM terdiri dari :

1. Dua jenis variabel yaitu variabel laten dan variabel teramati (manifest variable)

2. Dua jenis model yaitu model structural (structural model) dan model pengukuran (measurement model)

3. Dua jenis kesalahan yaitu kesalahan structural (structural error) dan kesalahan pengukuran (measurement error).

Variabel laten (unobserved variable) adalah variabel yang tidak dapat langsung diamati, variabel ini dapat diamati dengan adanya bantuan variabel indikator (manifest). Dalam SEM variabel ini dilambangkan dalam bentuk bulat atau elips ( ), sementara observed variable digambarkan dengan simbol kotak ( ), digunakan untuk mengukur variabel laten.

Di dalam SEM terdapat dua variabel yang bersifat reflektif dan formatif. variabel-variabel teramati atau indikator yang digunakan untuk mengukur sebuah variabel laten bersifat reflektif. Dikatakan demikian dikarenakan variabel-variabel teramati tersebut dipandang sebagai variabel yang dipengaruhi oleh konsep yang sama dan yang mendasarinya (yaitu variabel laten). Sementara variabel indikator formatif adalah indikator yang membentuk atau menyebabkan adanya penciptaan atau perubahan di dalam sebuah varibel laten (Wijanto 2008). Pada penelitian ini variabel indikator yang digunakan untuk mengukur variabel laten semua bersifat reflektif. Indikator yang bersifat reflektif maupun formatif memberikan konsekuensi yang berbeda hal ini ditunjukkan oleh arah anak panah pada setiap variabel. Pada variabel indikator reflektif, indikator-indikator yang digunakan berasal dari konsep dasar yang sama atau fenomena yang sama. Sementara pada variabel indicator formatif, tidak perlu adanya korelasi atau konsep yang sama.

Bagian dari SEM terdiri dari Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis), Analisis Jalur (Path Analysis) dan regresi (regression). Analisis faktor konfirmatori (CFA) digunakan untuk mengidentifikasi konstruk atau ide dasar dari sejumlah variabel independen, kemudian dikombinasikan dengan analisis regresi yang akan mengungkap seberapa kuat konstruk tersebut mempengaruhi satu atau lebih variabel dependen. Struktur faktor ditentukan

berdasarkan teori yang telah ada dan data empiris digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa struktur tersebut telah terbukti secara empiris. SEM memiliki tujuan menguji atau mengkonfirmasi model yang telah ada, bukan untuk menghasilkan model. Terdapat beberapa tahapan dalam penggunaan SEM menurut Bollen dan Long 1993 dalam Wijanto (2008), yaitu :

1. Spesifikasi model (model specification)

Tahap ini merupakan pembentukan model awal persamaan struktural sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini berdasarkan pada teori yang telah ada maupun berdasarkan dari penelitian sebelumnya.

2. Identifikasi (Identification)

Tahap ini adalah tahapan mengkaji adanya kemungkinan diperolehnya nilai yang unik pada setiap parameter yang ada di dalam model.

3. Estimasi (Estimation)

Tahap ini adalah tahapan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi. 4. Uji kecocokan (Testing Fit)

Tahap ini adalah pengujian kecocokan antara model dengan data, beberapa kriteria ukuran kecocokan (goodness of fit) dapat dilaksanakan pada tahap ini. Goodness of fit dilihat dari beberapa kriteria yaitu : Statistic chi square, Root Mean Square (RMR), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), Goodness of Fit Index (GFI), Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA), Comparative Fit Index (CFI), dan Normed Fit Index (NFI). Berikut adalah kriteria goodness of fit suatu model dalam SEM dapat dilihat pada Tabel 10.

5. Respesifikasi (Respecification)

Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan pada tahap sebelumnya. Kriteria uji kecocokan model dalam SEM dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Kriteria goodness of fit (GOF) SEM

Goodness of Fit Cutt off value Keterangan

Significance Probability(P-value) ≤ 0.05 Good Fit

Chi square Sekecil mungkin -

Root Mean Square (RMR) ≤ 0.05 atau ≤ 0.1 Good Fit RMSEA(Root Mean square Error of

Approximation)

≤ 0.08 Good Fit

AGFI(Adjusted Goodness of Fit Index)

≥ 0.90 Good Fit

GFI(Goodness of Fit) ≥ 0.90 Good Fit

CFI (Comparative Fit Index) ≥ 0.90 Good Fit

Normed Fit Index (NFI) ≥ 0.90 Good Fit

Tahap selanjutnya adalah melakukan uji kecocokan model, maka setiap variabel dilihat reliabilitas dengan uji reliabilitas. Uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran bersifat konsisten. Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai konsistensi tinggi dalam mengukur konstruk latennya (Wijanto, 2008)

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung construct reliability (CR) dan variance extracted (VE), dengan rumus sebagai berikut :

Construct reliability = ∑ . ²

∑ . ² ∑

Variance extracted = ∑ .  ²

∑ .  ² ∑

Keterangan : Nilai Construct Reliability (CR) ≥ 0.70, Nilai Variance Extracted (VE) ≥ 0.50. Berikut adalah model yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Model perilaku kewirausahaan pada usaha mikro kecil (UMK) tempe di Bogor, Jawa Barat (2015)

Risk Kbjk KW PK PKB Expr Inov Ktkn Lead Motiv Prof Kem ber Pmsrn Sustai n IB Inpt Komp k Kop Mot Kog Afek

Keterangan:

KW = Laten Karakteristik Wirausaha IB = Laten Iklim Bisnis

PK = Laten Eksogen Perilaku Kewirus PKB = Laten Endogen Perspektif Kinerja Bisnis Expr = Pengalaman

Risk = Pengambilan risiko Inov =Inovasi

Ktkn =Keterkunan Lead =Kepemimpinan Motiv =Motivasi

Inpt =Ketersediaan Bahan Input

Kompk = Kekompakan antar Pengrajin Kbjk = Kebijakan pemerintah Kop =Koperasi Afek = Affective Kog = Kognitif Mot =Motorik Prof =Keuntungan

Kember = Kemampuan Bersaing Pmsrn = Pemasaran

Sustain =Daya Tahan Usaha

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait