• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan analisis proyek harus disertai dengan definisi biaya–biaya dan manfaat–manfaat. Biaya merupakan segala sesuatu yang dapat mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat merupakan segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang diterima. Biaya suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.

2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

3. Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi: 1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan

dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja, dan penurunan biaya

2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti perubahan produktivitas tenaga kerja karena perbaikan kesehatan atau keahlian, perbaikan distribusi pendapatan dan lain sebagainya.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dan investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).

Perhitungan benefit dan biaya proyek pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu perhitungan dikatakan perhitungan privat atau finansial, bila yang

berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini, yang dihitung sebagai benefit adalah apa yang diperoleh orang – orang atau badan – badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Sebaliknya suatu perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau ekonomi, bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini, yang dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat sebagai hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati benefit dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut.

3.1.2 Economy of Waste Management

Residu atau limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas ekonomi dan akan meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas tersebut. Oleh karenanya, pencemaran merupakan fenomena yang bersifat pervasive (akan tetap ada) sebagai akibat dari aktivitas ekonomi, pada sudut prinsip ekonomi sumberdaya, jalan yang terbaik dalam menangani pencemaran adalah bagaimana mengendalikan pencemaran tersebut ketingkat yang paling efisien (Fauzi, 2004)

Kelangkaan membuat manusia harus menentukan pilihan yang secara tidak langsung menyiratkan adanya biaya. Keputusan atau pilihan tersebut menimbulkan yang disebut dalam ilmu ekonomi sebagai biaya (opportunity cost). Biaya peluang adalah biaya yang dikorbankan untuk menggunakan sumberdaya untuk tujuan tertentu, yang diukur dari manfaat yang dilepasnya karena tidak menggunakannya untuk tujuan lain, atau dengan kata lain, diukur dengan satuan komoditi lain yang seharusnya diperoleh (Lipsey et al, 1993).

Biaya untuk melakukan aktivitas pengurangan pencemaran disebut

Abatement Cost. Untuk analisis ekonomi pencemaran, akan lebih mudah jika menggunakan pengukuran marjinal, yakni Marjinal Abatement Cost (MAC) yang menggambarkan penambahan biaya akibat pengurangan satu unit pencemaran atau biaya yang dihematkan jika pencemaran ditingkatkan sebesar satu unit (Fauzi, 2004). Biaya tersebut didasari konsep bahwa mengurangi emisi/pencemaran dapat mengurangi kerusakan yang diderita akibat polusi lingkungan, sedangkan disisi lain, mengurangi emisi/pencemaran membutuhkan sumberdaya yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya

(opportunity). Gambar 5 menunjukan tingkat pencemaran yang efisien adalah tingkat pencemaran dimana MAC sama dengan MD (e*).

Sumber: Fauzi (2004)

Gambar 5. Tingkat pencemaran yang efisien

Menurut Bernstein (1992), terdapat tiga macam pengenaan biaya yang dapat dikenakan dalam proses pengumpulan dan pembuangan sampah yaitu biaya penggunaan, biaya pembuangan, dan biaya produk. Biaya pengguna pada umumnya dikenakan pada pelayanan pengumpulan dan pemeliharaan sarana pemerintah dalam mengelola sampah dan dianggap sebagai pelayanan yang wajar. Biaya penggunaan dikenakan untuk menutupi total biaya operasional dan tidak mencerminkan biaya marjinal sosial dampak lingkungan. Biaya pembuangan adalah biaya yang dikenakan dalam layanan pembuangan sampah, sedangkan biaya produk dikenakan pada sampah yang sudah tidak dimanfaatkan lagi.

Bartone et al (1990) menyatakan municipal solid waste management

(MSWM) sebagian besar berupa pelayanan yang mensyaratkan adanya peralatan dan fasilitas khusus umumnya menghabiskan 20-50% anggaran dana operasional pemerintah. Pembiayaan MSWM dapat diperoleh dari penerimaan pemerintah seperti pajak lokal dan retribusi bagi pengguna jasa. Untuk memulihkan biaya (cost recovery), perancang suatu proyek MSWM harus memperhitungkan pelayanan persampahan sebagai suatu private goods dan juga public goods. Perhitungan tersebut dilakukan karena MSWM menyediakan pelayanan terhadap kebutuhan rumah tangga ataupun pengusaha (privat) serta memberikan dampak positif terhadap sektor kesehatan publik dan lingkungan hidup lokal. Oleh karenanya, dalam menentukan cara memulihkan MSWM, perancang proyek harus merencanakan sebagian porsi pemulihan biaya dari manfaat dari sektor

MD MAC Rp Pencemaran w e*

swasta/privat sedangkan untuk manfaat sosial/publik dapat dibayar oleh pemerintah.

Menurut Bartone et al. (1990), ada dua instrumen finansial dasar dalam skema pemulihan biaya MSWM, yaitu: 1) penerimaan pemerintah, yang termasuk pajak lokal dan transfer antar pemerintah (Pemda), dan 2) retribusi/pungutan biaya pada pengguna jasa, yang termasuk pajak keuntungan dan biaya sukarela (tarif) yang dikenakan langsung pada objek yang menerima layanan persampahan, untuk layanan pengangkutan dan pembuangan sampah jika hanya memberikan manfaat secara sosial maka biaya tersebut dapat dipulihkan dengan pendapatan pemerintah. Jika dilakukan oleh swasta, pemilihan biaya dilakukan melalui pemungutan retribusi (tipping fees) yaitu pungutan yang langsung dikenakan untuk mengoperasikan fasilitas pengangkutan dan pembuangan sampah. Tipping fees dikenakan berdasarkan volume, berat, dan terkadang jenis sampah yang diangkut.

Efisiensi ekonomi menjadi hal yang penting dalam suatu pengelolaan pencemaran. Efisiensi ekonomi adalah kriteria yang dapat diterapkan pada beberapa tingkatan input untuk mencerminkan suatu tingkatan output tertentu. Suatu perusahaan, dalam hal ini proyek pengolahan sampah, dinyatakan efisien jika meminimumkan biaya dan memperoleh laba. Efisiensi ekonomi pengelolaan sampah salah satunya dapat dinilai dari manfaat bersih (net benefit) yang dihasilkan. Manfaat bersih dapat berupa selisih antara potensi penerimaan dari hasil olahan sampah, dan biaya retribusi dengan biaya pengelolaan sampah.

3.1.3 Sistem Tata Kelola Sampah di UPS

Warga depok yang berpartisipasi diharuskan untuk memilah sampahnya masing - masing. Sumber sampah terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: sampah organik, sampah anorganik dan residu. Pengertian dari sampah organik adalah material sisa yang dapat terurai seperti sampah daun, sampah hasil rumah tangga dan industri seperti makanan sisa dan limbah hasil industri, sedangkan pengertian dari sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terurai dengan mikroba seperti plastik, dan pecahan kaca. Pengolahan sampah warga dibebaskan untuk mengolah sampahnya, apakah dengan pengolahan mandiri atau langsung diserahkan ke UPS dalam mengolahnya. Teknik dalam mengolah sampah madiri

terutama organik sangat banyak, seperti melalui lubang biopori jika terdapat lahan halaman atau yang tidak memiliki lahan/halaman dengan menggunakan wadah seperti pot atau baskom, sedangkan anorganik sampah tersebut bisa langsung dijual di bank sampah.

Setelah semua sudah dilakukan usaha pengolahan, hasil olahan tersebut tidak semuanya terolah dan menjadi pupuk. Hasil sisa olahan tersebut disebut residu dan akan berakhir di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Saat ini, residu yang dihasilkan di UPS masih belum dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Pengertian residu adalah material sisa dari hasil olahan sampah atau material sisa yang tidak dapat diolah hanya dengan menggunakan perlengkapan sederhana. Penanganan sampah residu sangatlah sulit dibandingkan dengan sampah jenis lainnya, maka dari itu diperlukan penanganan khusus di TPA agar sampah residu dapat diolah kembali menjadi energi layak guna. Sampah residu yang diolah nantinya tidak semuanya bisa terolah, melainkan akan menghasilkan residu kembali berupa serbuk putih seperti tepung dan residu tersebut tidak berbahaya pada lingkungan.

TPA Kota Depok belum menerapkan penanganan sampah residu dengan baik, sehingga sampah residu tersebut masih ditampung di lahan luas. Sampah residu yang menumpuk akan menghasilkan gas etanol yang berbahaya bagi lingkungan apabila dibiarkan begitu saja.

Gambar 6. Diagram tata kelola sampah Kota Depok Sumber Sampah

ORGANIK: sampah daun, sampah rumah tangga dan industri

yang dapat terurai

TPA

NON-ORGANIK sampah kaleng, sampah kertas, dan

sampah kaca Pengolahan mandiri Wajib Memilah UPS Bank Sampah Pupuk kompos Dijual Residu Diolah Tidak diolah (residu)

Dokumen terkait