• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTA

2.4 Kerangka Pemikiran

Representasi sosial berarti pemahaman bersama tentang suatu hal di kelompok tertentu yang di dalamnya terdiri dari informasi, keyakinan, pendapat, dan sikap. Representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan adalah sejumlah image, opini, penilaian, dan keyakinan umum yang dimiliki oleh anak jalanan mengenai pekerjaannya. Dimana representasi sosial memiliki dua struktur yaitu central core dan peripheral core. Central corebersifat lebih memusat, berakar pada individu dan merupakan hasil dari sistem nilai yang dibagi bersama oleh anggota suatu kelompok sehingga relatif lebih sulit untuk diubah dibanding peripheral core(Abric, 1976).

Bentuk pengetahuan dalam representasi sosial pada anak jalanan dapat dibentuk dari komunikasi yang ada di antara anak jalanan. Anak jalanan dapat berkomunikasi satu sama lain tentang pekerjaan yang dilakukannya sekarang melalui informasi, keyakinan, pendapat, dan sikap mereka. Dari hasil komunikasi tersebut maka anak jalanan akan memiliki suatu pengetahuan sosial tentang kerja yang hampir sama diantara mereka. Namun, meskipun perubahan pada kebudayaan terasa cukup kuat, namun hal itu tidak akan berarti banyak jika central core representasi seseorang tidak terpengaruh (Abric, 1976). Jika anak jalanan memiliki representasi sosial tertentu tentang kerja, maka meskipun kebudayaan cenderung berubah selama central core mereka tidak berubah, tetap saja representasi sosial anak jalanan tentang kerja cenderung tidak akan berubah. Perubahan ini mungkin saja hanya akan mengenai peripheral core dari representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa representasi sosial merupakan sintesis baru antara individu dengan lingkup sosialnya. Posisi individu dalam teori ini dinilai tidak menghasilkan pola pikir dalam situasi yang terisolasi, namun dari basis saling mempengaruhi satu sama lain. Dan itu menjadi dasar bagi munculnya pemaknaan bersama tentang suatu obyek dan mempengaruhi perilaku individu berdasarkan makna bersama tersebut.

Representasi sosial yang terbentuk pada anak jalanan dipengaruhi oleh berbagai macam karakteristik individu dan faktor eksternal. Karakteristik indidvidu yang termasuk dalam karakteristik sosial ekonomi anak jalanan terdiri dari usia, jenis kelamin, status pendidikan, tingkat pendidikan, pengalaman kerja menjadi anak jalanan, motivasi menjadi anak jalanan, status ekonomi keluarga, dan status sosial keluarga. Karakteristik individu anak jalanan ini akan dilihat pengaruhnya dengan representasi sosial tentang kerja yang ada pada anak jalanan. Dimana, semakin bertambah usia anak jalanan, maka akan semakin tinggi nilai representasi sosial mereka mengenai bekerja. Selain itu, terdapat perbedaan representasi sosial tentang kerja antara laki-laki dan perempuan. Begitu pula dengan status pendidikan dan tingkat pendidikan anak jalanan, representasi sosial tentang kerja yang dimiliki oleh anak jalanan yang masih sekolah akan berbeda dengan anak jalanan yang tidak sekolah. Untuk pengalaman kerja menjadi anak jalanan, semakin lama waktu mereka berada di jalanan maka representasi sosial tentang kerja yang dimiliki oleh anak jalanan semakin seragam. Status sosial ekonomi ekonomi keluarga ikut mempengaruhi representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan. Anak jalanan

berasal dari kelurga dengan kondisi ekonomi kurang mampu akan merepresentasikan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan anak jalanan yang berasal dari kondisi ekonomi sudah mampu memiliki representasi bekerja untuk memperoleh hiburan atau kesenangan.

Faktor eksternal juga mempengaruhi representasi sosial tentang kerja. Faktor eksternal diantaranya jenis kekerasan, kondisi kerja, dan kebijakan pemerintah. Jenis kekerasan menyangkut segala bentuk tindakan yang merugikan dan menyakiti anak jalanan. Bila anak jalanan sering mendapatkan kekerasan dari lingkungan bekerjanya maka mereka akan memiliki representasi sosial tentang bekerja yang negatif. Kondisi kerja yaitu suatu keadaan dan sifat pekerjaan bagi anak jalanan. Dimana kondisi kerja yang positif akan mengahsilkan representasi sosial tentang kerja yang positif pula. Sedangkan kondisi kerja yang negatif akan menyebabkan representasi sosial yang negatif pula. Sedangkan kebijakan pemerintah terkait dengan anak jalanan, menyangkut segala peraturan yang mengatur mengenai keberadaan anak jalanan, baik berupa larangan, ancaman, ataupun teguran-teguran yang disampaikan pada saat razia anak jalanan. Kebijakan dari pemerintah akan berhubungan terhadap dimensi representasi sosial tentang kerja yaitu pada aspek pengetahuan mengenai peraturan yang dibuat oleh pemerintah dan akan berpengaruh terhadap representasi sosial anak jalanan mengenai bekerja.

Representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan berhubungan erat dengan perilaku kerja anak jalanan. Parameter perilaku kerja pada anak jalanan dapat dilihat dari jam kerja, lama bekerja, lama beristirahat, lokasi bekerja, jenis pekerjaan, dan tipe kelompok kerja anak jalanan. Dimana anak jalanan yang merepresentasikan

bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari akan bekerja lebih giat dengan alokasi waktu bekerja di jalanan yang lebih panjang dan waktu beristirahat yang singkat dibandingkan dengan anak jalanan yang merepresentasikan bekerja untuk mencari hiburan atau kesenangan. Menurut hasil penelitian MOW (1987), seseorang yang memiliki sentralitas terhadap kerja akan bekerja lebih giat dengan alokasi waktu bekerja lebih dari delapan jam. Sedangkan seseorang yang tidak memiliki sentralitas terhadap kerja akan bekerja kurang dari delapan jam. Selanjutnya lokasi kerja, hasil penelitian Suhartini (2008) menyatakan bahwa anak jalanan yang memiliki startegi bertahan hidup kompleks memiliki lokasi kerja di angkot, bus dalam maupun antar kota, dan rute lokasi kerja tidak sama setiap hari. Sedangkan anak jalanan yang memiliki strategi bertahan hidup sedang memiliki lokasi kerja di angkot, bus dalam kota, dan lokasi kerja sama setiap hari. Terakhir, anak jalanan yang memiliki startegi bertahan hidup sederhana memiliki lokasi kerja di angkot dan rute lokasi kerja sama setiap hari. Kemudian untuk jenis pekerjaan yang dilakukan, anak jalanan yang memiliki strategi bertahan hidup kompleks dan sedang memiliki jenis pekerjaan ganda, sedangkan bagi anak jalanan yang memiliki strategi bertahan hidup sederhana tidak memiliki pekerjaan ganda. Selanjutnya untuk tipe kelompok kerja tidak ada perbedaan diantara perbedaan tipe strategi bertahan hidup. Secara sederhana penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Keterangan: : mempengaruhi Karakteristik Individu: 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Status pendidikan 4. Tingkat pendidikan

5. Pengalaman kerja menjadi anak jalanan 6. Motivasi menjadi anak jalanan

7. Status ekonomi keluarga 8. Status sosial keluarga

Perilaku Kerja:  Jam kerja  Lama bekerja  Lama beristirahat  Lokasi bekerja  Jenis pekerjaan

 Tipe kelompok kerja

Representasi Sosial Tentang Kerja Pada Anak Jalanan

Faktor Eksternal 1.Jenis kekerasan 2.Kondisi Kerja

Dokumen terkait