• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Terminal Baranangsiang dan Stasiun Kereta Api Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan tempat ini didasarkan wilayah yang strategis bagi anak jalanan untuk mencari uang karena merupakan salah satu tempat keramaian sehingga di daerah ini akan sangat banyak terdapat anak jalanan. Selain itu, pada daerah ini banyak terdapat variasi jenis pekerjaan yang dilakukan oleh anak jalanan mulai dari pengamen, pengemis, tukang sapu, pemulung, pedagang asongan, penjual koran, dan lainnya. Diharapkan dari perbedaan jenis pekerjaan akan terdapat perbedaan karakteristik anak jalanan. Perbedaan karakteristik nantinya akan menghasilkan makna kerja yang berbeda pula, sehingga sangat mendukung atas kebutuhan data yang dibutuhkan pada penggalian makna kerja pada anak jalanan.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2009. Pengolahan data dan hasil penulisan laporan selanjutnya dilakukan pada bulan bulan Mei – Juni 2009.

3.2 Teknik Pemilihan Responden

Populasi dari penelitian ini adalah anak jalanan yang berada di Terminal Baranangsiang, Stasiun Kerta Api Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah responden yang diambil adalah 60 orang. Responden sejumlah 60 orang diambil dengan menggunakan teknik incidental sampling dengan pertimbangan bahwa pada

waktu penelitian anak jalanan yang dijadikan responden adalah anak yang berada di daerah tersebut dan sedang melakukan kegiatan mencari uang di jalanan. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap akan dipilih reponden untuk dijadikan informan. Informan dipilih tiga anak jalanan yang mewakili ke tiga tipe representasi sosial tentang kerja.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Proses penyusunan instrumen penelitian mengenai representasi sosial tentang kerja bagi anak jalanan melalui beberapa tahap. Karakteristik sosial ekonomi anak jalanan dicari dengan menggunakan kuesioner dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup. Untuk mengetahui representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan menggunakan metode asosiasi bebas dan skala perbedaan semantik. Perilaku kerja pada anak jalanan telah dicari dengan menggunakan kuesioner berupa pertanyaan terbuka dan tertutup serta panduan pertanyaan dengan melakukan wawancara mendalam. Untuk faktor eksternal jenis kekerasan yang dialami anak jalanan dan kebijakan pemerintah telah dicari dengan menggunakan kuesioner yang tergabung didalam kuesioner dimensi-dimensi representasi sosial, sehingga pada saat pembahasan juga akan digabungkan ke dalam sub bab tersebut.

Lebih lenjut mengenai instrumen untuk melihat representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan didahului dengan tahap pra-survei. Dimana pada tahap ini mengumpulkan kalimat pendek atau kata-kata mengenai representasi tentang kerja pada anak jalanan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh item-item yang benar-benar hidup pada lingkungan anak jalanan dengan menggunakan metode asosiasi bebas.

Metode ini ditempuh dengan cara memberikan sebuah pertanyaan terbuka mengenai arti bekerja menurut anak jalanan, apa yang dibayangkan ketika mendengar kata bekerja dan apa yang disimpulkan dari bekerja. Jumlah responden yang dibutuhkan pada langkah asosiasi bebas tergantung variasi respon yang didapat. Jika dianggap penambahan responden tidak memunculkan respon baru (hanya berupa pengulangan- pengulangan dari respon yang telah diperoleh sebelumnya) maka penambahan respon dihentikan.

Pada penelitian, langkah asosiasi bebas dihentikan setelah responden ke 55 yang menghasilkan 100 pernyataan dan kata-kata yang menggambarkan representasi sosial tentang kerja. Mengacu pada hasil studi Abric (1976) bahwa pengelompokkan representasi sosial tentang kerja harus kelipatan tiga. Selanjutnya, pernyataan dan kata-kata tersebut dikelompokkan menjadi 9 kelompok representasi sosial tentang kerja yaitu untuk kehidupan, cari kebebasan, cari pengalaman, cari hiburan, cari teman, bantu orangtua, cari uang, untuk makan, dan untuk sekolah.

Akhirnya, reprsentasi sosial tentang kerja disajikan dalam bentuk kuesioner dan dibantu dengan menggunakan kartu bergambar. Dimana kartu bergambar tersebut merupakan ilustrasi terhadap representasi sosial tentang kerja sehingga responden bisa memahami representasi sosial tentang kerja yang dimaksud. Penggunaan kartu bergambar ini dimaksudkan untuk mengurangi bias karena responden belum bisa baca dan kurang mengerti mengenai representasi sosial tentang kerja. Responden akan memilih 3 kata melalui gambar yang dianggap paling mewakili makna kerja akan diberi kode 3, 3 kata melalui gambar yang dianggap paling tidak mewakili akan

diberi kode 1, dan 3 gambar lainnya akan diberi kode 2 dan dianggap netral (Abric, 1976).

Selanjutnya, untuk menilai kondisi kerja anak jalanan digunakan metode skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik. Iskandar (2000) seperti dikutip oleh Riduwan (2006) menyatakan bahwa skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) yang memiliki 3 dimensi dasar sikap seseorang terhadap obyek, yaitu: potensi (kekuatan/atraksi fisik suatu obyek), evaluasi (hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dari suatu obyek), dan aktifitas (tingkatan gerakan suatu objek).

Pada skala perbedaan semantik, responden diminta untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau objek tertentu yang memiliki rentangan skor 1-5 dengan cara memberi tanda (x) pada angka yang sesuai. Skala ini menunjukkan suatu keadaan yang saling bertentangan. Skala yang akan digunakan seperti menyenangkan-menyedihkan, kemauan sendiri-keterpaksaan, aman-penuh resiko, ringan-melelahkan, mencukupi kebutuhan-tidak mencukupi, dan setara dengan pekerjaan lain-pekerjaan rendah. Seperti dicontohkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Contoh Skala Perbedaan Semantik Untuk Mengukur Kondisi Kerja Anak Jalanan Kondisi kerja positif Skor Kondisi kerja negatif 5 4 3 2 1 Menyenangkan x Menyedihkan

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data primer diperoleh melalui kuesioner dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi tentang jumlah responden berdasarkan karakteristik individu. Selain itu, tabel frekuensi juga digunakan untuk menganalisis faktor eksternal dan perilaku kerja.

Data yang diperoleh mengenai representasi sosial tentang kerja diolah dengan menggunakan tabel frekuensi. Tabel frekuensi digunakan untuk melihat frekuensi tertinggi dari kategori representasi sosial tentang kerja. Kemudian, kategori tersebut dijadikan dasar untuk merumuskan suatu tipologi. Data kualitatif yang diperoleh dari wawancara digunakan untuk mendukung data-data dari pengisian kuesioner yang disajikan, diintegrasikan dengan hasil kuesioner lalu ditarik suatu kesimpulan.

Dokumen terkait