• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Kerangka Pemikiran

Transportasi merupakan faktor yang penting dalam memengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Transportasi berperan penting dalam pencapaian efisiensi seseorang dalam mobilitasnya. Mobilitas seseorang yang didorong untuk semakin

efisien menyebabkan masyarakat cenderung untuk menggunakan kendaraan mobil pribadi (pada kondisi tertentu). Maraknya kendaraan pribadi dewasa ini menyebabkan melonjaknya penggunaan BBM terutama jenis premium. Keterbatasan produksi minyak dalam negeri dari tahun ke tahun menyebabkan pemerintah melakukan impor minyak mentah dan memberikan subsidi terhadap harga jual BBM jenis premium yang disesuaikan dengan harga dunia dan kemampuan masyarakat dalam negeri.

Dengan pembengkakan dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk membayar subsidi BBM jenis premium, pemerintah berencana untuk menaikkan harga jual BBM jenis premium untuk masyarakat dan mengurangi jumlah subsidi. Subsidi diproyeksikan untuk dialihkan kepada subsidi lainnya, seperti pada bidang pendidikan, kesehatan, pupuk, dll.

Pertimbangan-pertimbangan yang sedang dipikirkan oleh pemerintah untuk menaikkan harga jual BBM jenis premium menjadi polemik bagi masyarakat karena akan mempengaruhi pengeluaran riil total. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon masyarakat jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium terutama bagi pengendara mobil pribadi.

Subsidi BBM jenis premium merupakan cara pemerintah untuk membantu masyarakat agar dapat mengakses ketersediaan BBM jenis premium dengan lebih mudah. Tingginya harga minyak dunia dewasa ini dan tingkat konsumsi masyarakat akan BBM jenis premium yang juga meningkat menyebabkan peningkatan pengeluaran pemerintah secara agregat. Karena pemerintah mulai merasa terbebani dengan subsidi BBM jenis premium, pemerintah berencana untuk meningkatkan harga jual BBM jenis premium di masyarakat. Penelitian ini menganalisis bagaimana respon masyarakat, terutama pengendara mobil pribadi di Bogor terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi respon asyarakat tersebut. Pada akhirnya, akan diketahui berapa kesediaan membayar masyarakat terhadap satu liter BBM jenis premium. Subsidi BBM Tingginya Harga Minyak Dunia Pengeluaran Pemerintah Tingginya Konsumsi BBM Kebijakan Kenaikan Harga BBM

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Respon

Setuju Respon Tidak Setuju

WTP

2.5 Hipotesis Penelitian

a. Jenis kelamin tidak memengaruhi respon masyarakat terhadap kenaikan harga BBM jenis premium.

b. Usia seseorang memengaruhi respon masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium.

c. Jumlah tanggungan responden berpengaruh negatif terhadap rencana respon masyarakat terhadap kenaikan harga BBM jenis premium.

d. Tingkat pendidikan memengaruhi respon masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium

e. Tingkat pendapatan responden memengaruhi respon masyarakat rencana terhadap kenaikan harga BBM jenis premium.

f. Tingkat pendapatan anggota keluarga lain memengaruhi respon masyarakat rencana terhadap kenaikan harga BBM jenis premium.

g. Kesediaan membayar terhadap satu liter BBM jenis premium memengaruhi respon masyarakat terhadap rencana kenaikan harga satu liter BBM jenis premium.

h. Perilaku menghemat memengaruhi respon masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium.

i. Tingkat konsumsi BBM jenis premium memengaruhi respon masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium.

j. CC mobil memengaruhi respon masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium.

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian yang berjudul Analisis Respon Masyarakat terhadap Rencana Kenaikan Harga BBM Jenis Premium (Kasus: Pengendara Mobil Pribadi di Bogor) ini dilakukan selama bulan Maret sampai dengan Juli 2012. Dalam jangka waktu tersebut dilakukan pengambilan informasi dan data dari pengguna mobil pribadi yang mengonsumsi BBM jenis premium. Lokasi yang menjadi tempat pengambilan data tersebut adalah di beberapa tempat aksidental di Bogor.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan menggunakan kuisioner terhadap minimal 60 responden yang ada. Sementara data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga dari Badan Pusat Statistik.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket (kuisioner). Menurut Soeratno (1995), angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan untuk diisi oleh responden. Tujuan penggunaan angket adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan penelitian juga untuk memperoleh kesahihan yang cukup tinggi. Pertanyaan dalam angket ini mencakup tentang fakta (data diri responden), sikap dan pendapat, informasi (sejauh mana responden mengethaui sesuatu), dan respon diri (penilaian responden atas perilakunya sendiri).

Pemilihan responden dalam penelitian ini adalah dengan memakai metode non-probability sampling. Non-probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Metode yang dipilih adalah accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, pada waktu tertentu yang cocok sebagai sumber data.

3.4 Metode Analisis

3.4.1 Analisis Nilai WTP Pengendara Mobil Pribadi terhadap Satu Liter BBM Jenis Premium

Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP ini meliputi (Hanley dan Spash, 1993):

1. Membangun Pasar Hipotesis

Pasa hipotetis dibentuk atas dasar tingginya pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai subsidi BBM jenis premium. Dengan harga jual BBM jenis premium yang relatif rendah, terjadi peningkatan konsumsi BBM jenis premium dan masalah-masalah baru muncul sebagai akibatnya, seperti kemacetan, polusi udara yang makin tinggi, dll. Selanjutnya pasar hipotetis dibentuk dalam skenario sebagai berikut:

“Jika pemerintah Indonesia memberlakukan harga jual baru terhadap satu liter BBM jenis premium untuk menekan pengeluaran pemerintah dan untuk meningkatkan efektivitas mobilitas dengan mengurangi frekuensi penggunaan mobil pribadi dan meningkatkan frekuensi penggunaan kendaraan umum massal.”

Pertanyaan yang menyangkut skenario adalah:

“ Setujukah bapak/ibu/saudara/saudari dengan kebijakan rencana kenaikan harga BBM jenis premium? Berapa besarnya biaya yang mampu bapak/ibu/saudara/saudari untuk satu liter BBM jenis premium?

2. WTPi dapat diduga dengan nilai tengah dari kelas atau interval WTP

responden ke-i. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui WTP yang benar adalah berada di antara jawaban yang dipilih (batas bawah kelas WTP) dengan WTP berikutnya (batas atas kelas WTP). Perhitungan dari dugaan nilai WTP pengendara mobil pribadi ditentukan dengan rumus:

WTP = ∑�=� Wi, Pfi ... (3.1)

Di mana:

WTP = dugaan WTP (Rp)

Pfi = frekuensi relatif kelas ke-i

n = jumlah kelas i = sampel (1,2,3,...,n)

3.4.2 Model Regresi Logistik

Metode analisis data yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi persepsi individu adalah logistic regression model. Regresi logistik merupakan analisis yang mengkaji hubungan pengaruh peubah-peubah penjelas (X) terhadap peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Analisis regresi logistik merupakan suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon (Firdaus, 2008). Model regresi logistik ini dianggap sebagai alat yang tepat untuk menganalisis data dalam penelitian ini karena variabel dependen dalam penelitian ini yaitu respon terhadap kenaikan harga BBM jenis premium yang bersifat dikotomi. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi logistik dengan dua pilihan (binnary logistic regression) yaitu regresi logistik dengan dua kategori atau binomial pada variabel dependennya “1” jika setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium, “0” jika tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium

Kelebihan model regresi logistik adalah lebih fleksibel dibanding teknik lainnya, antara lain (Ghozali, 2006):

a. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal linier maupun memiliki varian yang sama setiap grup. b. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa merupakan campuran dari

variabel kontinyu, diskrit dan dikotomis.

Regresi logistik digunakan apabila distribusi respon atas variabel terikat diharapkan non linier dengan satu atau lebih variabel bebas.

3.4.2.1 Spesifikasi Model Logit untuk Respon terhadap Rencana Kenaikan Harga BBM Jenis Premium

Perumusan model secara lengkap dapat dinotasikan dalam persamaan matematis sebagai berikut:

= Y = β0 + β1JK+ β2U + β3JT + β4P + β5I + β6IL + β7W+ β8H+ β9KP+

β10CC+µi...(3.2)

di mana:

Y = respon terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium JK = jenis kelamin

U = usia (tahun)

JT = jumlah tanggungan responden (orang) P = tingkat pendidikan

I = tingkat pendapatan responden (juta rupiah)

IL = tingkat pendapatan anggota keluarga lain (juta rupiah)

W = kesediaan membayar terhadap satu liter BBM jenis premium (rupiah) H = perilaku menghemat jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium KP = konsumsi BBM jenis premium per bulan ( ratus ribu rupiah)

CC = CC mobil

β = parameter

µ = error terms

3.4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian

Variabel tak bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium (PP), sementara variabel bebas yang digunakan adalah jenis kelamin (JK), usia (U), tingkat pendidikan (P), jumlah tanggungan responden(JT), tingkat pendapatan responden (I), tingkat pendapatan anggota keluarga lain (IL), kesediaan membayar terhadap satu liter BBM jenis premium (W), perilaku menghemat jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium (H), tingkat konsumsi BBM jenis premium per bulan (KP), CC mobil (CC). Variabel-variabel ini didapat dari hasil data primer dengan menggunakan kuisioner. Berikut adalah definisi operasional pada penelitian ini:

a. Respon terhadap Rencana Kenaikan Harga BBM Jenis Premium (Y) Variabel ini adalah respon yang dipilih oleh responden tentang kenaikan harga BBM jenis premium. Pengukuran variabel ini menggunakan ukuran nominal, di mana:

• 1 = jika responden setuju terhadap kenaikan BBM jenis premium

• 0 = jika responden tidak setuju terhadap kenaikan BBM jenis premium

b. Jenis Kelamin (JK)

Variabel ini mencerminkan jenis kelamin responden. Variabel ini terdiri dari dua kategori, yaitu jenis kelamin pria dan jenis kelamin perempuan. Pengukuran variabel ini menggunakan ukuran nomial, di mana:

• 1 = pria

• 0 = wanita c. Usia (U)

Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan usia responden. Variabel ini berupa data metrik dan diukur dengan ukuran rasio dengan satuan tahun.

d. Jumlah Tanggungan Responden (JT)

Variabel ini mencerminkan jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh responden. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran rasio dengan satuan orang.

e. Tingkat Pendidikan (P)

Variabel ini merepresentasikan latar belakang pendidikan responden. Variabel ini berupa variabel politom yang terdiri dari empat kategori. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran ordinal, di mana:

• 1 = Sekolah Dasar (SD)

• 2 = Sekolah Menengah Pertama (SMP)

• 3 = Sekolah Menengah Atas (SMA)

• 4 = Perguruan Tinggi (Diploma, S1, S2, S3) f. Tingkat Pendapatan Responden (I)

Variabel ini mencerminkan pendapatan yang diterima responden. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran rasio dengan satuan juta rupiah. g. Tingkat Pendapatan Anggota Keluarga Lain (IL)

Variabel ini mencerminkan pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga lain dari masing-masing responden. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran rasio dengan satuan juta rupiah.

h. Kesediaan Membayar terhadap Satu Liter BBM Jenis Premium (W)

Kesediaan Membayar (WTP) yang diberikan oleh responden menggunakan ukuran rasio dengan satuan rupiah.

i. Perilaku Menghemat Jika Terjadi Kenaikan Harga BBM Jenis Premium (H)

Variabel ini merupakan pilihan yang diberikan kepada konsumen apabila terjadi kenaikan harga BBM jenis premium. Variabel ini menggunakan ukuran ordinal di mana:

• 1 = menghemat konsumsi BBM jenis premium jika terjadi

kenaikan harga

• 0 = tidak menghemat konsumsi BBM jenis premium jika terjadi kenaikan harga

j. Tingkat Konsumsi BBM Jenis Premium per Bulan (KP)

Variabel ini mencerminkan jumlah premium yang dikonsumsi oleh responden tiap bulan. Variabel ini diukur dengan menggunakan ukuran rasio dengan satuan ribu rupiah.

k. CC Mobil (CC)

Variabel ini merupakan CC mobil yang dimiliki oleh responden dan menggunakan ukuran nominal.

3.4.4 Model Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor- faktor yang memengaruhi kesediaan membayar pengendara mobil pribadi terhadap satu liter BBM jenis premium adalah jenis kelamin, usia, jumlah tanggungan responden, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan responden, tingkat pendapatan anggota keluarga lain, perilaku menghemat jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium, tingkat konsumsi BBM jenis premium per bulan dan CC mobil. Berikut model persamaannya:

Y = β0 + β1JK+ β2U + β3JT + β4P + β5I + β6IL + β7H+ β8KP+

β9CC+µi...(3.3)

di mana:

Y = kesediaan membayar terhadap satu liter BBM jenis premium JK = jenis kelamin

U = usia (tahun)

JT = jumlah tanggungan responden (orang) P = tingkat pendidikan

I = tingkat pendapatan responden (juta rupiah)

IL = tingkat pendapatan anggota keluarga lain (juta rupiah)

H = perilaku menghemat jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium KP = konsumsi BBM jenis premium per bulan ( ratus ribu rupiah)

CC = CC mobil

β = parameter

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Lokasi penelitian dilakukan di sekitar Bogor, bagi pemilik dan pengendara mobil pribadi. Lokasi yang aksidental berada di sekitar kampus IPB, Indraprasta (perumahan di Bogor Utara) dan di pusat perbelanjaan (Botani Square) yang berada di Jalan Pajajaran. Karakteristik umum responden ini berdasarkan mobil pribadi yang dimiliki sejak tahun 2000 ke atas. Selain itu, responden dinilai dari berbagai variabel, antara lain: jenis kelamin (JK), usia (U), jumlah tanggungan responden (JT), tingkat pendidikan (P), tingkat pendapatan responden (I), tingkat pendapatan anggota keluarga lain (IL), kesediaan membayar terhadap satu liter BBM jenis premium (W), perilaku menghemat jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium (H), tingkat konsumsi BBM jenis premium per bulan (KP) dan CC mobil (CC). Faktor-faktor yang berhubungan dengan respon pengendara mobil pribadi terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Respon Pengendara Mobil Pribadi terhadap Rencana Kenaikan Harga BBM Jenis

Premium di Bogor (2012) Fakt or Signifi kan Df Chi Square Hitung Chi Square Tabel Korelasi Rank Spearman Keterangan JK 0,233 1 1,425 3,841 -0,154 Tidak berhubungan nyata U 0,041 26 39,777 38,885 -0,382 Berhubungan nyata JT 0,000 6 33,975 12,592 -0,434 Berhubungan nyata P 0,991 2 0,018 5,991 0,000 Tidak berhubungan nyata I 0,050 25 37,634 37,652 0,099 Tidak berhubungan nyata IL 0,054 18 28,536 28,869 0,162 Tidak berhubungan nyata W 0,009 3 11,662 7,815 0,410 Berhubungan nyata H 0,391 2 1,880 5,991 0,048 Tidak berhubungan nyata KP 0,198 21 26,218 32,671 0,250 Tidak berhubungan nyata CC 0,857 8 3,999 15,507 0,031 Tidak berhubungan nyata

4.1.1 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor pembeda dasar dari responden yang ditemui. Dari 60 responden yang ditemui, terdapat perbedaan rasio jenis kelamin yang telah diolah dalam Gambar 5

Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin di Bogor (2012)

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa rasio pria lebih besar dibandingkan dengan rasio wanita. 65 persen responden berjenis kelamin pria dan sisanya sebesar 35 persen berjenis kelamin wanita. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pria cenderung memiliki dan mengendarai mobil pribadi daripada wanita.

Tabel 8. Deskripsi Respon Berdasarkan Jenis Kelamin di Bogor (2012)

Jenis Kelamin

Respon (Jumlah)

Rasio Setuju/Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju

Pria 16 23 0,69

Wanita 12 9 1,33

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa ada variasi respon antara pria dan wanita. Rasio respon wanita untuk setuju terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium adalah dua kali lebih besar dibandingkan rasio respon pria untuk setuju terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium. Sebanyak 14 pria setuju jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium, sementara 25 pria lainnya tidak setuju. Lalu, sebanyak 11 wanita setuju jika terjadi kenaikan harga BBM jenis premium, sementara 10 wanita lainnya tidak setuju.

Pengujian dua variabel dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh atau terdapat hubungan nyata antara faktor pribadi dengan respon masyarakat terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium (Tabel 7).

35% 65%

W P

Hubungan antara jenis kelamin dengan respon yang diperoleh dari Chi Square Test menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan respon pengendara mobil pribadi terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Asymp. Sig (2-sided) Pearson Chi Square adalah 0,233 yang nilainya lebih besar daripada alpha (α=0,05) dan nilai Chi Squarehitung sebesar 1,425 (df=1) atau lebih kecil dari Chi-Squaretabel sebesar

3,841. Nilai tersebut menyatakan bahwa keputusan pengujian variabel tersebut adalah jenis kelamin tidak berhubungan terhadap respon pengendara mobil pribadi pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dengan kata lain jenis kelamin seseorang tidak memiliki hubungan nyata terhadap respon, hal ini mungkin terjadi karena pengendara mobil pribadi dengan jenis kelamin apapun tetap peduli dengan rencana kenaikan harga BBM jenis premium dan respon mereka tidak dibatasi oleh jenis kelamin.

4.1.2 Usia

Tingkat umur responden cukup bervariasi, mulai dari 20 tahun ke bawah sampai dengan di atas 50 tahun. Distribusi tingkat umur responden tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Usia (Tahun) di Bogor (2012)

Dari Gambar 6 terlihat bahwa responden terbanyak berada pada rentang umur 21-30 tahun yaitu sejumlah 21 orang atau 35 persen dari keseluruhan responden, dan pada rentang umur 41-50 tahun sebanyak 20 orang atau 33 persen dari keseluruhan responden. Responden yang berada pada rentang umur 31-40 tahun berjumlah sembilan orang dengan persentasi 15 persen dari keseluruhan responden, responden yang berusia lebih dari 50 tahun juga memiliki persentasi

2% 35% 15% 33% 15% ≤20 21-30 31-40 41-50 >50

sebesar 15 persen atau sembilan orang. Responden yang berusia kurang dari 20 tahun yaitu satu orang atau dua persen dari keseluruhan responden. Kesimpulan dari data di atas adalah pengendara mobil pribadi pada usia dewasa (di atas 20 tahun) hingga usia 50 tahun merupakan mayoritas pemilik dan pengguna mobil pribadi.

Tabel 9. Deskripsi Respon Berdasarkan Usia di Bogor (2012)

Usia Respon (Jumlah) Rasio Setuju/Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju

≤ 20 1 0 -

21-30 15 6 2,50

31-40 2 7 0,29

41-50 8 12 0,67

>50 2 7 0,29

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa responden pada rentang usia antara 20 tahun hingga 30 tahun memiliki nilai rasio (setuju/tidak setuju terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium) yang paling besar. Pada rentang usia 31-40 tahun nilai rasionya paling kecil, berarti pada rentang usia ini responden paling tidak setuju terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium.

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan alat analisis Chi Square Test pada Tabel 7, terlihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara respon pengendara mobil pribadi dengan usia mereka. Chi Square Test yang dilakukan menghasilkan nilai signifikan 0,041 lebih kecil dari alpha (α=0,05) dan nilai Chi Squarehitung sebesar 39,777 (df=26) lebih besar dari nilai Chi Squaretabel sebesar

38,885. Nilai korelasi Rank Spearman yang diperoleh adalah -0,382 yang lebih besar daripada alpha(α=0,05). Artinya, variabel usia memiliki hubungan dengan respon pengendara mobil pribadi terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium, tetapi tidak ada pengaruh di antara keduanya.

4.1.3 Jumlah Tanggungan Responden

Jumlah tanggungan responden merupakan jumlah anak yang dimiliki oleh responden.

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa sebesar 30 persen dari total responden tidak memiliki anak atau sebanyak 18 responden dari total 60 responden. Responden lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut: responden yang memiliki

dua anak berjumlah 12 responden atau 20 persen dari keseluruhan responden, responden yang memiliki tiga anak berjumlah 11 responden dengan persentasi 18 persen dari keseluruhan responden. Responden yang memiliki satu anak berjumlah delapan responden atau 13 persen dari keseluruhan responden. Lalu responden yang memiliki empat anak berjumlah enam responden atau 10 persen dari keseluruhan responden. Responden yang memiliki lima anak berjumlah empat responden atau dengan persentasi sebesar tujuh persen dari keseluruhan responden. Terakhir, responden yang memiliki enam anak berjumlah satu responden dengan persentasi dua persen dari total keseluruhan responden.

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan di Bogor (2012)

Jumlah Tanggungan (Orang) Frekuensi Rasio (%)

0 18 60 1 8 13 2 12 20 3 11 18 4 6 10 5 4 7 6 1 2

Respon dari responden terhadap rasio setuju atau tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM memiliki nilai yang berbeda-beda. Tetapi dapat dilihat pada Tabel 11, untuk responden yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak satu orang memiliki nilai rasio sebesar nol yang berarti responden yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak satu orang tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium. Hal tersebut juga terjadi untuk responden yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak enam orang.

Tabel 11. Deskripsi Respon Berdasarkan Jumlah Tanggungan di Bogor (2012)

Jumlah Tanggungan (Orang) Respon Rasio Setuju/Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju

0 18 0 - 1 0 8 0,00 2 2 10 0,20 3 5 6 0,83 4 2 4 0,50 5 1 3 0,33 6 0 1 0,00

Terlihat pada Tabel 7, responden yang berada di Bogor memiliki nilai Chi- Squarehitung 33,975 yang lebih besar dari nilai Chi-Squaretabel 12,592 dengan df=6.

Signifikansi dari uji ini adalah 0,000 yang lebih kecil dari alpha(α=0,05). Dengan demikian, jumlah tanggungan yang dimiliki responden berhubungan nyata dengan respon pengendara mobil pribadi terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium pada tingkat kepercayaan 95 persen. Koefisien korelasi Rank Spearman menunjukkan nilai -0,434 lebih besar dari alpha(α=0,05) sehingga ada hubungan antara jumlah tanggungan responden dengan respon pengendara mobil pribadi terhadap rencana kenaikan harga BBM jenis premium, akan tetapi tidak ada pengaruh antara keduanya.

4.1.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masing-masing responden bervariasi. Sebaran tingkat pendidikan masing-masing responden dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendidikan di Bogor (2012) 3% 0% 40% 57% SD SMP SMA PT

Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa mayoritas responden umumnya merupakan lulusan perguruan tinggi. Sebanyak 57 persen responden atau sebanyak 34 responden dari total keseluruhan responden merupakan lulusan dari perguruan tinggi. Responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA atau sederajat sejumlah 24 orang atau sebesar 40 persen dari keseluruhan responden. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD sejumlah dua responden atau tiga persen dari total responden. Kesimpulan dari data di atas adalah, semakin tinggi pendidikan seseorang maka kecenderungan mereka untuk memiliki dan menggunakan mobil pribadi menjadi semakin besar pula.

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden adalah lulusan perguruan tinggi. Sebanyak dua orang yang pendidikan terakhirnya SD, tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium. Sebanyak 15 orang lulusan SMA setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium, sementara 11 orang lainnya tidak setuju. Lalu sebanyak 10 orang lulusan perguruan tinggi setuju terhadap kenaikan harga BBM jenis premium, sementara 22 orang lainnya tidak.

Tabel 12. Deskripsi Respon Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Bogor (2012)

Tingkat Pendidikan Respon (Jumlah) Rasio Setuju/Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju

Dokumen terkait