• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

2.4. Kerangka Pemikiran

Jambu biji merah merupakan buah yang memiliki manfaat dan khasiat yang baik bagi kesehatan. Selain itu jambu biji merah juga memiliki nilai ekonomis tinggi.

Jambu biji merah pada umumnya hanya dijual dalam bentuk buah saja. Padahal tanaman jambu biji merah memiliki beberapa turunan hasil produksi dari jus sampai keripik. Pengambangan hasil produksi tanaman jambu biji merah ini akan sangat baik karena memiliki potensi untuk berkembang pesat dari khasiatnya.

Dengan itu maka diperlukan strategi dan pengembangan yang harus dilakukan agar dapat mencapai usaha dan pemasaran yang lebih baik oleh petani. Karena dengan itu pula petani akan dapat melihat bagaimana sebenarnya potensi yang dimiliki oleh tanaman jambu biji merah dan akan membantu dalam hal usahatani dan pemasarannya sendiri.

Setiap usahatani yang dijalankan tentunya memiliki faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pendapatan petani. Diperlukan penentuan alternatif strategi dalam peningkatan pendapatan dengan menggunakan analisis SWOT.

Setelah dilakukan analisis SWOT, maka kita dapat menetukan strategi

peningkatan apa yang cocok dan bisa diterapkan untuk meningkatkan pendapatan petani jambu biji merah di daerah penelitian.

Secara sistematis, kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

: Ada hubungan

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran Petani

Usahatani Jambu Biji Merah

Eksternal Internal

(S) Kekuatan

(W) Kelemahan

(O) Peluang

(T) Ancaman

Strategi Pengembangan Jambu Biji Merah

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu teknik penentuan suatu daerah berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini didasarkan karena Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah perkembangan jambu biji tertinggi di Sumatera Utara. Kecamatan Sunggal dipilih karena produksi di Kecamatan ini mengalami penurunan yang tinggi pada Triwulan III dan Triwulan IV, selain itu kecamatan Sunggal juga merupakan sentral produksi tanaman jambu biji khususnya jambu biji merah.

Tabel 3.1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang 2016.

No. Kecamatan

Produksi (Kuintal) Total

Produksi

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang 2017.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani jambu biji di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) populasi petani jambu biji berjumlah 125 jiwa. Untuk mendapatkan besar sampel yang mewakili digunakan metode stratified random sampling yaitu populasi dikelompokkan berdasarkan strata luas lahan pada usahatani petani jambu biji dan kemudian dari masing-masing strata ditentukan jumlah petani sampel yang dihitung secara proporsional. Petani dikelompokkan menjadi 2 strata yaitu petani dengan luas lahan < 0.5 Ha dan petani dengan luas lahan ≥ 0.5 Ha. Pembagian ini dikarenakan pertimbangan bahwa banyak petani di daerah penelitian memiliki lahan yang berukuran besar dan jumlah petani dengan luas lahan yang berukuran besar tergolong banyak. Inilah yang menyebabkan sampel kemudian dibagi menjadi 2 jenis strata untuk melihat perbedaan biaya, penerimaan, dan pendapatan antara kedua jenis strata tersebut.

Tabel 3.2. Besar Petani Sampel Usahatani Jambu Biji Berdasarkan Strata Luas Lahan

Strata Luas Lahan (Ha) Populasi (Jiwa) Sampel (Jiwa)

I < 0.5 47

=

II ≥ 0.5 78

=

Jumlah 125 30

Sumber : Analisis Data Primer Dari Lampiran 1

Jumlah sampel yamg diambil sebanyak 30 petani dengan tingkat homogenitas yang tinggi dan telah memenuhi syarat pemilihan sampel. Selain itu, ada juga beberapa dasar pertimbangan yaitu untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya tanpa mengurangi tingkat akurasi dan penelitian (Wirantha, 2006). Menurut Hasan (2002), hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan Bailey yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data, ukuran sampel paling minimum adalah 30.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan sampel di daerah penelitian, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait, literatur, buku, dan media lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

1. Metode Analisis Data untuk Tujuan 1

Tujuan 1, digunakan metode analisis deskriptif dengan melihat faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan agribisnis jambu biji merah yang ada di daerah penelitian.

2. Metode Analisis Data untuk Tujuan 2

Tujuan 2, digunakan metode analisis SWOT untuk menghasilkan strategi pengembangan agribisnis jambu biji merah di daerah penelitian.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahapahaman dalam mengartikan penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Definisi

1. Petani jambu biji merah adalah orang yang melaksanakan dan mengelolah usahatani jambu biji merah pada sebidang tanah atau lahan.

2. Usahatani jambu biji merah adalah usaha penerapan budidaya jambu biji merah dengan pengkoordinasian faktor – faktor produksi dan sumber daya yang dimiliki petani jambu biji merah untuk mencapai hasil produksi dan keuntungan maksimal.

3. Faktor internal adalah faktor yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani jambu biji merah di Desa Telaga Sari.

4. Faktor eksternal adalah faktor yang terdiri atas peluang dan ancaman yang dimiliki petani jambu biji merah di Desa Telaga Sari.

5. Strategi pengembangan adalah hal-hal yang digunakan untuk meningkatkan pengembangan petani jambu biji merah.

6. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi usahatani jambu biji merah.

7. Strengths (kekuatan) adalah kekuatan-kekuatan yang dimiliki usahatani jambu biji merah.

8. Weaknesses (kelemahan) adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh usahatani jambu biji merah.

9. Opportunities (peluang) adalah berbagai peluang yang muncul terhadap usahatani jambu biji merah.

10. Threats (ancaman) adalah berbagai ancaman yang muncul terhadap usahatani jambu biji merah.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang,

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan tanaman jambu biji merah,

3. Waktu penelitian adalah tahun 2018

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sunggal tereletak 3º53´ - 3º61´ LU dan 98º54´ - 98º60´ BT. Adapun daerah yang dipilih adalah Desa Telaga Sari. Daerah penelitian merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas 2,88 km2. Jarak Kantor Desa ke Kecamatan Sunggal adalah 7 km. Adapun batas-batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatas dengan Desa Sei Mencirim

Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Pancur Batu

Sebelah Timur berbatas dengan Desa Sei Mencirim dan Desa Suka Maju Sebelas Barat berbatas dengan Kecamatan Kutalimbaru

4.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Telaga Sari adalah 3.746 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 901 kepala keluarga. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Telaga Sari dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Telaga Sari Tahun 2016

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-Laki 1.879 50.16

Perempuan 1.867 49.84

Jumlah 3.746 100

Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa penduduk Desa Telaga Sari menurut jenis kelamin pada tahun 2016 sebesar 3.746 jiwa meliputi 1.879 jiwa (50,16%) laki dan 1.867 jiwa (49,84%) perempuan. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin perempuan.

Penduduk di Desa Telaga Sari yang berjumlah 3.746 jiwa dengan rumah tangga sebesar 901 kk yang tersebar di setiap dusun. Berdasarkan golongan umur, penduduk Desa Telaga Sari dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Telaga Sari Tahun 2016

Kelompok Umur

(Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0 – 14 1.156 30.86

15 – 64 2.452 65.46

≥ 65 138 3.68

Jumlah 3.746 100

Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Telaga Sari yang memiliki usia belum produktif (0-14 tahun) sebesar 1.156 jiwa (30,86%), usia produktif (15-64 tahun) sebesar 2.452 jiwa (65,46 %) dan usia tidak produktif (≥ 65 tahun) sebesar.138 jiwa (3,68 %). Dari data tersebut menunjukkan jumlah penduduk di desa lebih dominan yang berusia produktif.

4.3. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan dapat memberikan gambaran bagaimana suatu masyarakat memanfaatkan alam demi kesejahteraannya. Luas wilayah penelitian Desa Telaga Sari menurut fungsinya dibagi menjadi areal pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, dan lain-lain. Tabel berikut ini dapat

menggambarkan penggunaan wilayah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 4.3. Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Telaga Sari Tahun 2016

No. Uraian Luas (Ha) Persentase (%)

1. Persawahan 95 33

2. Perkebunan 66 22.9

3. Pemukiman dan Lainnya 127 44.1

Jumlah 288 100

Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Telaga Sari akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan pembanggunan di desa tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka dapat mempercepat laju perkembangan di desa tersebut. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Telaga Sari dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana Desa Telaga Sari Tahun 2016

No. Uraian Jumlah (Unit)

1. Kantor Desa 1

2. Mesjid 3

3. Musholla 1

4. Gereja 2

5. Poliklinik 1

6. Posyandu 6

7. TK (Taman Kanak-Kanak) 1

8. SD Negeri (Sekolah Dasar Negeri) 1

9. SMP Swasta (Sekolah Menengah Pertama Swasta) 1 10. SMA Swasta (Sekolah Menengah Atas Swasta) 1

Jumlah 18

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 4.4. ketersediaan sarana dan prasarana di Desa Telaga Sari dapat disimpulkan bahwa kebutuhan masyarakat belum terpenuhi terutama dibidang pendidikan. Kebutuhan masyarakat di Desa Telaga Sari yang sudah

4.5. Karakteristik Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah petani jambu biji di Desa Telaga Sari.

Jumlah responden sebanyak 30 petani jambu biji. Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan, umur petani, dan pengalaman bertani.

4.5.1. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.5. Tingkat Pendidikan Sampel

No. Uraian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. SD 4 13.33

2. SMP 13 43.34

3. SMA 12 40.00

4. Sarjana 1 3.33

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer Dari Lampiran 1

Dapat dijelaskan, dari ke-30 responden di Desa Telaga Sari tingkat pendidikan terbanyak adalah tamatan SMP yaitu 13 jiwa atau 43.34%, tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 12 jiwa atau 40%, tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 4 jiwa atau 13.33%, dan tingkat pendidikan sarjana yaitu sebanyak 1 jiwa atau 3,33%.

4.5.2. Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Semakin tua umur petani, kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini karena pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik. Klasifikasi petani menurut kelompok umur.

Tabel 4.6. Umur Sampel Kelompok Umur

(Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

30-39 3 10.00

40-49 14 46.67

50-59 8 26.67

60-69 2 6.66

≥ 70 3 10.00

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer Dari Lampiran 1

4.5.3. Pengalaman Bertani

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka besar kemungkinan semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Pengalaman petani dalam mengelola usahataninya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.7. Pengalaman Bertani Sampel

No. Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 1-10 14 46.67

2. 11-20 12 40.00

3. 21-30 2 6.67

4. 31-40 1 3.33

5 41-50 1 3.33

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer Dari Lampiran 1

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Jambu Biji Merah

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.Adapun yang dianalisis ialah faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor eskternal yang terdiri dari peluang dan ancaman yang mempengaruhi pengembangan Jambu Biji Merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Strategi pengembangan itu dapat dirumuskan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities and Threats) mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha.Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).

5.1.1. Kekuatan Usahatani Jambu Biji Merah

Faktor – faktor yang menjadi kekuatan pengembangan Jambu Biji Merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang adalah :

1. Ketersediaan Tenaga Kerja

Usahatani jambu biji merah di Desa Telaga Sari sebagian besar dikelola oleh tenaga kerja dalam keluarga itu sendiri.Hal itu dikarenakan jumlah lahan yang tidak terlalu besar, dan juga perawatannya yang tidak terlalu sering, sehingga

tidak memerlukan terlalu banyak tenaga kerja.Selain itu rata-rata tenaga kerja yang mengelola usahatani jambu biji merah ialah umur produktif.

2. Ketersediaan Lahan Usaha Tani

Lahan usahatani jambu biji merah tergolong besar, berkisar 0,5 hektar sampai dengan 1,5 hektar. Hal ini disebabkan karena kebanyakan petani jambu biji merah ialah petani yang sudah lama mengusahakan usahatani sebagai penghasilan utama mereka. Selain itu luasnya lahan usahatani jambu biji merah juga disebabkan karena masih dominannya lahan usahatani daripada luas pemukiman masyarakat, dengan kata lain lahan yang dapat diusahatanikan masih besar.

3. Jumlah Produksi Usahatani

Jumlah produksi usahatani memiliki hubungan dengan jumlah lahan usahatani, selain itu pengalaman petani sebagai petani jambu biji merah juga mempengaruhi.Produksi jambu biji merah di Desa Telaga Sari mampu mencapai 20-30 ton per musim tanam per hektar, yang dimana jumlah produksi itu hampir 2 kali lipat dari produksi normal jambu biji merah pada umumnya. Hal ini juga disebabkan karena intensitas panen jambu biji merah yang besar, dalam 1 kali musim tanam pemanenan jambu biji merah dilakukan selama 5 bulan yang dimana per bulan jambu biji merah di panen sebanyak 4 kali.

4. Pengalaman Petani

Pengalaman petani jambu biji merah di Desa Telaga Sari pada umumnya berada diatas 15 tahun, hal ini disebabkan karena bidang pertanian sudah menjadi penghasilan utama di Desa Telaga Sari tersebut. Sebelum beralih menjadi petani

jambu biji merah, para petani jambu biji merah mengusahatanikan jambu biji, jagung, dan padi sawah.

5. Kemitraan Usaha Tani

Menurut hasil penelitian, para petani sampel setidaknya memiliki 2 sampai 3 pengepul hasil pertanian yang siap menerima hasil produksi jambu biji merah dalam keadaan apapun.Selain itu juga terdapat beberapa petani yang juga merupakan seorang pengepul yang telah memasarkan hasil produksi dari Desa Telaga Sari sampai ke Aceh, Pekanbaru, dan Bangka Belitung. Selain menjual kepada pengepul, para petani juga berjualan di pasar tradisional yang terdapat di Desa Telaga Sari, juga menjual langsung di depan rumah petani.

5.1.2. Kelemahan Usahatani Jambu Biji Merah

Faktor – faktor yang menjadi kelemahan pengembangan Jambu Biji Mera di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang adalah :

1. Ketersediaan Bibit

Ketersediaan bibit jambu biji merah di Desa Telaga Sari dapat dikatakan minim, karena jambu biji merah merupakan tanaman tahunan yang dapat berproduksi sampai umur 30 tahun. Menurut hasil penelitian, para petani sampel umumnya mendapatkan bibit jambu biji merah dari tetangga, dengan cara mencangkok, sehingga tidak pada saat ini sudah tidak memerlukan bibit lagi.

2. Ketersediaan Pupuk

Menurut hasil penelitian, para petani sampel membeli pupuk hanya pada 1 sampai 2 penjual saja.Selain itu para petani sampel juga memakai pupuk kandang yang didapatkan melalui kotoran hasil ternak mereka sendiri.Hal ini disebabkan karena

kebutuhan pupuk pada jambu biji merah yang dapat dikatakan tidak banyak, sehingga hanya terdapat 2 penjual pupuk di Desa Telaga Sari.

3. Ketersediaan Modal

Ketersediaan modal pada usahatani jambu biji merah di Desa Telaga Sari sangat minim, karena menurut hasil penelitian para petani mendapatkan modal dari usahatani itu sendiri.Selain itu terdapat juga para petani yang mendapatkan modal dari pengepul jambu biji merah,dimana para petani diberikan pinjaman modal untuk melaksanakan kegiatan usahatani yang pada akhirnya petani diharuskan menjual hasil produksi kepada pengepul pemberi modal.

4. Tenaga Professional

Menurut hasil penelitian, para petani jambu biji merah di Desa Telaga Sari melakukan usahatani secara otodidak dan berbagi pengalaman dengan sesama petani jambu biji merah.Hal ini disebabkan olah tidak adanya penyuluh pertanian jambu biji merah di Desa Telaga Sari, sehingga para petani tidak dibekali ilmu mengenai jambu biji merah.

5. Tingkat Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan para petani di Desa Telaga Sari pada umumnya 9 tahun sampai 12 tahun (SMP sampai SMA sederajat), beberapa petani bahkan banyak yang hanya menempuh pendidikan selama 6 tahun (SD sederajat). Hal ini disebabkan karena kebiasaan dari petani itu sendiri yang sudah melakukan usahatani dari kecil.

6. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga para petani jambu biji merah di Desa Telaga Sari pada umumnya berkisar 2 sampai 3 tanggungan.Karena pada umumnya para petani di Desa Telaga Sari yang berumur tua, sehingga sudah tidak memiliki tanggungan keluarga lagi.

7. Keterampilan Yang Dimiliki Petani

Keterampilan yang dimiliki petani di Desa Telaga Sari sangat minim, hal ini berhubungan dengan jumlah tenaga professional di Desa Telaga Sari.Sampai dimana peneliti melakukan penelitian, tidak pernah ada pelatihan yang berhubungan dengan usahatani jambu biji merah.Selain dikarenakan jumlah tenaga professional yang minim, para petani jambu biji merah di Desa Telaga Sari juga tidak memiliki kelompok tani jambu biji merah.

5.1.3. Peluang Usahatani Jambu Biji Merah

Faktor – faktor yang menjadi peluang pengembangan Jambu Biji Mera di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang adalah :

1. Permintaan Pasar

Permintaan hasil produksi jambu biji merah cukup tinggi, dikarenakan hasil produksi jambu biji merah selalu diterima oleh para pengepul jambu biji merah, selain itu permintaan pasar dari luar provinsi seperi Aceh, Riau, dan juga Bangka Belitung cukup banyak.Tetapi apabila terjadi panen raya hasil tani jambu biji merah masih banyak yang tidak terjual yang mengakibatkan banyak buah jambu biji merah yang terbuang.

2. Harga Input

Harga input usahatani jambu biji merah di Desa Telaga Sari dapat dikatakan stabil, karena jarang mengalami kenaikan harga. Hal ini disebabkan oleh stabilnya harga bahan baku dan juga stabilnya perekonomian di daerah penelitian.

3. Keadaan Iklim

Menurut hasil penelitian, iklim sangat berpengaruh terhadap kualitas produksi jambu biji merah.Apabila pada musim kemarau, kualitas jambu biji merah yang dihasilkan baik, sedangkan saat musim penghujan, kualitas jambu biji merah yang dihasilkan tidak baik. Hal ini disebabkan karena pada musim hujan, asupan air yang diterima tanaman jambu biji merah meningkat, yang menyebabkan pertumbuhan buah meningkat, sehingga menyebabkan banyaknya buah yang tak layak panen. Dengan kata lain buah dipanen tidak pada saatnya, dan apabila tidak dipanen maka akan membusuk.

4. Tingkat Kosmopolitan Petani

Tingkat kosmopolitan merupakan keterbukaan petani terhadap informasi dari luar.

Tingkat kosmopolitan petani akan mempengaruhi cepat lambatnya petani menerima inovasi, sehingga diharapkan petani lebih aktif dalam mencari informasi baru untuk menunjang keberhasilan usahataninya. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kosmopolitan petani di daerah penelitian tergolong baik hal ini dikarenakan keterbukaan petani dalam menanggapi penelitian penelitian yang diadakan di desa tersebut.

5.1.4. Ancaman Usahatani Jambu Biji Merah

Faktor – faktor yang menjadi ancaman pengembangan Jambu Biji Mera di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang adalah :

1. Harga Jual Jambu Biji Merah

Walaupun harga input dari usahatani jambu biji merah stabil, tetapi tidak halnya dengan harga jual jambu biji merah itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena panen raya yang biasa disebut petani sekitar dengan sebutan banjir buah. Apabila telah terjadi panen raya, maka harga dari petani dapat turun menjadi hanya Rp. 500,- per kilogram, dan apabila produksi buah menurun, harga dapat meningkat sampai Rp. 24.000,- per kilogram. Pada umumnya harga jual jambu biji merah berkisar antara Rp. 6.000,- sampai Rp.

8.000,- per kilogram.

2. Dukungan Pemerintah Daerah

Dukungan pemerintah daerah terhadap usahatani jambu biji merah di Desa Telaga Sari sangat minim, hal ini disebabkan karenanya tidak adanya penyuluh pertanian jambu biji merah di desa tersebut.Selain itu tidak adanya kelompok tani di desa tersebut juga menjadi salah satu faktor tidak adanya dukungan, atau bantuan yang diberikan kepada petani jambu biji merah.

3. Koordinasi Antar Petani

Karena tidak adanya kelompok tani jambu biji merah di Desa Telaga Sari, maka koordinasi antar petani pun minim.Para petani jambu biji merah di daerah penelitian pada umumnya bertindak perorangan, dan tidak membentuk kelompok, para petani hanya berusahatani secara mandiri dan otodidak.

4. Penyuluhan Pertanian

Menurut hasil penelitian, Desa Telaga Sari tidak memiliki penyuluh pertanian jambu biji merah, hal ini dapat dilihat dari respon para petani jambu biji merah yang mengatakan bahwa hanya ada penyuluh pertanian untuk padi sawah.Hal ini mengakibatkan kurangnya pengetahuan petani jambu biji merah mengenai usahatani jambu biji merah itu sendiri.

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung usahatani jambu biji merah di Desa Telaga Sari sangat minim, bahkan dapat dikatakan tidak ada.Tetapi untuk sarana dan prasarana yang mendukung usahatani sudah ada seperti jalan raya.Untuk jalan raya sudah ada walaupun tidak terlalu baik.Selain itu peran koperasi untuk hasil usahatani jambu biji merah juga minim, para masyarakat biasanya membuat nugget jambu biji merah sebagai produk unggulan desa, tetapi tidak memiliki pasar.

5.2. Strategi Pengembangan Komoditi Jambu Biji Merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

5.2. Strategi Pengembangan Komoditi Jambu Biji Merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Dokumen terkait