• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI JAMBU BIJI MERAH (Studi Kasus: Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI JAMBU BIJI MERAH (Studi Kasus: Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus: Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

RACHMAT RIZALUL A 130304090

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

(Studi Kasus: Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

RACHMAT RIZALUL A 130304090

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar

Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

RACHMAT RIZALUL A (130304090), dengan judul “Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditi Jambu Biji Merah (Studi Kasus: Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)”. Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Bapak Ir. M. Jufri, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing. Pengembangan budidaya jambu biji merah di Indoneisa masih terbatas dalam penanaman di pekarangan, dan belum bersifat komersil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta factor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi perngembangan agribisnis komoditas jambu biji merah, dan untuk memformulasi strategi pengembangan agribisnis komoditas jambu biji merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, sementara untuk penentuan sampel digunakan metode stratified random sampling dengan 2 strata yaitu dengan luas lahan <0,5 ha dan

≥0,5 ha. Jumlah sampel sebanyak 30 sampel. Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor yang dapat dimaksimalkan adalah ketersediaan lahan usaha tani, permintaan pasar, harga input, keadaan iklim, dan tingkat kosmopolitan usaha tani; dan strategi pengembangan agribisnis komoditi jambu biji merah menggunakan strategi Growth Oriented Strategy.

Kata Kunci: Jambu Biji Merah, Strategi Pengembangan, Agribisnis,

Analisis SWOT.

(6)

ABSTRACT

RACHMAT RIZALUL A (130304090), with the entitled thesis is "Agribusiness Development Strategy for Red Guava Commodity (Case Study: Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)" guided by Bapak Ir. M.

Jufri, M.Sc, a Chairman of the Supervisory Commission and Bapak Dr. Ir.

Rahmanta, M.Sc., a Member of the Supervisory Commission. The red guava cultivation development in Indoneisa still on yard planting, not comersialize yet.

The purpose of this study to descriptive internal factors (strengths and weaknesses) and external factors (opportunities and threats) that influence the development of red guava commodity agribusiness, and to formulate strategies for developing red guava commodity agribusiness in Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Determining the research area was done purposively, while determining the sample was used is the stratified random sampling method which is 2 strata namely with a land area of <0.5 ha and ≥0.5 ha with a total sample of 30 samples. Data analize by descriptive analysis and SWOT analysis. The result of the research conclude the factor whom can maximilize is land avaibility, market demand, input price, climate, and farmer cosmopolitan level; and this research using Growth Oriented Strategy.

Keywords: Red Guava, Development Strategy, Agribusiness, SWOT Analysis.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Rachmat Rizalul Arief lahir di Rantau Prapat pada tanggal 02 Januari 1995, Sebagai anak ke-empat dari empat bersaudara dari Bapak Budi Rachman dan Ibu Soelistiowaty.

Pendidikan formal yang telah ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2001 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta YP. Shafiyyatul Amalliyah Medan, Provinsi Sumatera Utara dan tamat tahun 2007.

2. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta YP.

Shafiyyatul Amalliyah Medan, Provinsi Sumatera Utara dan tamat tahun 2010.

3. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta YP. Shafiyyatul Amalliyah Medan, Provinsi Sumatera Utara dan tamat tahun 2013.

4. Tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SBMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti adalah sebagai berikut:

1. Anggota IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) dan aktif dalam semua kepanitiaan yang ada di Program Studi Agribisnis dan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Pengurus IMASEP Bidang Komunikasi dan Publikasi periode 2015-2017.

3. Ketua IMASEP periode 2016-2017.

4. Anggota POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi dan Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia) Dewan Perwakilan Wilayah 1.

5. Wakil Ketua Panitia dan Kepanitiaan Hari Pahlawan 2014 di Fakultas

Pertanian USU.

(8)

6. Bulan Juli sampai dengan Agustus 2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

7. Tahun 2018 melaksanakan penelitian di Desa Telaga Sari, Kecamatan

Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirrabbilalamin penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah dianugerahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan judul skripsi “Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditi Jambu Merah (Kasus: Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. M. Jufri M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Ir. Rahmanta M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan selalu memberikan banyak nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis M.Ec. selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Budi Rachman dan Ibunda

Soelistiowaty yang selalu mendoakan, mendukung, memberikan banyak

(10)

perhatian, kasih sayang, motivasi serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan tepat waktu.

5. Kawan-kawan stambuk 2013 khususnya kawan-kawan Agribisnis dan IMASEP dan juga kawan-kawan luar kampus yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Seluruh instansi terkait dan petani sampel dalam penelitian saya yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, Desember 2018

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang . ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKAPEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.1.1. Gambaran Umum Jambu Biji Merah... 5

2.1.2. Syarat Tumbuh Jambu Biji Merah... 8

2.1.3. Budidaya Jambu Biji Merah ... 8

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Analisis SWOT ... 14

2.3. Penelitian Terdahulu ... 22

2.4. Kerangka Pemikiran ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 29

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4. Metode Analisis Data ... 30

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 30

3.5.1. Definisi ... 31

3.5.2. Batasan Operasional ... 32

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis ... 33

4.2. Keadaan Penduduk ... 33

4.3. Penggunaan Lahan ... 34

4.4. Sarana dan Prasarana ... 35

4.5. Karakteristik Sampel ... 36

(12)

4.5.1. Tingkat Pendidikan ... 36

4.5.2. Umur ... 36

4.5.3. Pengalaman Bertani ... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Jambu Biji Merah ... 38

5.1.1. Kekuatan Usahatani Jambu Biji Merah ... 38

5.1.2. Kelemahan Usahatani Jambu Biji Merah ... 40

5.1.3. Peluang Usahatani Jambu Biji Merah ... 42

5.1.4. Ancaman Usahatani Jambu Biji Merah ... 44

5.2. Strategi Pengembangan Komoditi Jambu Biji Merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 55

6.2. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

2.1 Pemberian Pupuk Pada Awal Penenaman dan Menjelang

Berbunga 12

2.2 Matriks Analisis SWOT 21

2.3 Tabulasi Penelitian Terdahulu 22

3.1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan

di Kabupaten Deli Serdang 2016 28

3.2 Besar Petani Sampel Usahatani Jambu Biji Berdasarkan Strata

Luas Lahan 29

4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Telaga Sari

Tahun 2016 33

4.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Telaga

Sari Tahun 2016 34

4.3 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Telaga Sari Tahun 2016 35 4.4 Sarana dan Prasarana Desa Telaga Sari Tahun 2016 35

4.5 Tingkat Pendidikan Sampel 36

4.6 Umur Sampel 37

4.7 Pengalaman Bertani Sampel 37

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Usahatani Jambu Biji

Merah 46

5.2 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 47 5.3 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 47 5.4 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor-Faktor Strategi Internal

dan Eksternal Usahatani Jambu Biji Merah 48

5.5 Matriks SWOT 50

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1 Matriks Posisi SWOT 19

2.2 Skema Kerangka Pemikiran 27

5.1 Matriks Posisi Strategi Pengembangan Komoditi Jambu Biji Merah

49

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani Jambu Biji Merah Per Musim Tanam

2. Parameter Penilaian Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman 3. Penentuan Faktor Internal dan Eksternal Usahatani Jambu Biji Merah 4. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Usahatani Jambu Biji

Merah

5. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal 6. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal

7. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Usahatani Jambu Biji

Merah

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia, tanaman hortikultura banyak dijumpai oleh masyarakat, diantaranya berupa sayuran, buah, daun, dan juga tanaman hias. Dari berbagai jenis tersebut tanaman hortikultura terbagi kedalam 4 bagian, yaitu Olerikultura (tanaman sayuran), Florikultura (tanaman hias), Fruitukultura (tanaman buah-buahan), dan Biofarmaka (tanaman obat-obatan).

Budidaya tanaman hortikultura di Indonesia belum memberikan kontribusi yang besar dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan komoditas hortikultura, diantaranya lemahnya modal dan rendahnya pengetahuan petani, harga produk hortikultura yang rendah dan sangat ber-fluktuasi, prasarana transportasi yang kurang mendukung, dan belum berkembangnya agroindustri hasil tanaman holtikultura sebagai bahan baku (Lakitan, 2000).

Jambu biji merah merupakan salah satu produk hortikultura yang termasuk komoditas internasional. Lebih dari 150 negara telah membudidayakan jambu biji,merah di antaranya Jepang, India, Taiwan, Malaysia, Brasil, Australia, Filipina, dan Indonesia. Buah jambu biasanya dikonsumsi dalam keadaan segar atau untuk diolah (diproses) dalam bentuk turunan lain seperti manisan, dan jus.

Menurut Cahyono (2010), pengembangan budidaya jambu biji merah di Indonesia

masih terbatas dalam bentuk penanaman di pekarangan dan tidak bersifat

(17)

pemeliharaannya juga kurang diperhatikan. Walaupun pengembangan usaha jambu biji merah di Indonesia masih terbatas dalam usaha pekarangan namun penanaman jambu biji merah telah menyebar luas di 26 provinsi di Indonesia.

Salah satu provinsi yang melakukan usaha jambu biji merah ialah Sumatera Utara.

Jambu biji merah dapat beradaptasi dengan baik di daerah yang hangat. Namun, tanaman ini masih bisa tumbuh di daerah panas. Tanaman ini juga dapat tumbuh baik di daerah kering maupun lembab, tetapi cenderung berbuah lebih banyak dan lebih baik di daerah dengan hawa dingin. Jambu biji merah yang berdaging merah sangat popular karena khasiatnya untuk mengobati dan mencegah demam berdarah. Namun buah ini ternyata tidak hanya berkhasiat untuk menaikkan kadar trombosit darah, tetapi masih banyak manfaat lainnya, seperti membersihkan usus, menjaga stamina tubuh, serta menambah energi. (Soedjito, 2008)

Dilihat dari banyaknya manfaat buah jambu merah, maka banyak masyarakat yang mengkonsumsi buah ini, baik dikonsumsi secara langsung, maupun berupa olahan. Harga jambu merah di pasar atau toko buah dan supermarket berkisar Rp.

12.000 sampai dengan Rp. 14.000. Sedangkan harga jambu biji merah di tingkat petani berkisar Rp. 6.000 sampai dengan Rp. 10.000, tetapi pada saat jambu biji merah panen bersamaan dengan buah-buahan unggul lainnya seperti rambutan, durian, mangga maka harga jambu biji merah dapat mengalami penurunan harga menjadi Rp. 1.000 sampai Rp. 3.000.

Oleh karena itu perlu disusun suatu rencana strategi pengembangan agribisnis

komoditas jambu biji merah. Strategi pengembangan agribisnis tersebut perlu

mempertimbangkan faktor internal dan faktor eksternal agar dapat meningkatkan

(18)

pengembangan agribisnis komoditas jambu biji merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) apa saja yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis komoditas jambu biji merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang?

2. Strategi apa saja yang dapat dilakukan dalam pengembangan agribisnis komoditas jambu biji merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi perngembangan agribisnis komoditas jambu biji merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk memformulasi strategi pengembangan agribisnis komoditas jambu biji

merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani jambu biji merah dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya.

2. Diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah daerah setempat sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya dan pihak-

pihak yang membutuhkan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1. Gambaran Umum Jambu Biji Merah

Jambu biji merah adalah buah yang cukup popular dan tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia. Jambu biji merah digemari karena rasanya manis, aromanya harum, dan nilai gizinya tinggi. Disamping itu, jambu biji merah dikenal karena hasil olahannya sehingga peranannya menjadi sangat penting sebagai produk perdagangan luar negeri. Nama ilmiah jambu biji merah adalah Psidium guajava.

Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psidium” yang berarti delima.

Sementara “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol.

Adapun taksonomi tanaman jambu bii diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuhan-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn.

Produk utama tanaman jambu biji merah adalah buahnya. Buah jambu biji merah

memiliki bentuk, ukuran, dan rasa yang beragam. Bentuknya ada yang bulat atau

(21)

agak bulat dan lonjong. Ada yang berukuruan besar, sedang dan kecil. Demikian pula rasanya, ada yang manis, agak manis, dan hambar tergantung dari varietasnya. Buah yang sudah masak enak dimakan sebagai buah segar, bahkan agak matang spun sudah enak dimakan (Cahyono, 2010).

Masyarakat pada umunya telah mengenal tanaman jambu biji merah. Di Jawa, jambu biji merah dikenal dengan sembutan jambu klutuk. Tanaman jambu biji merah tergolong tanaman tahunan, umurnya dapat mencapai puluhan tahun dan pohonnya juga dapat tumbuh besar dan tinggi (5 meter – 10 meter). Tanaman jambu biji merah berbuah sepanjang tahun (Cahyono, 2010).

Sebagaimana tanaman-tanaman lain yang termasuk Dicotyledonae (biji berkeping dua), akar tanaman ini adalah akar tunggang. Akar ini sanggup menembus tanah hingga kedalaman ±50 sentimeter (Soedjito, 2008).

Batang jambu biji merah memiliki ciri khusus, di antaranya berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat, dan padat. Kulit kayu tanaman jambu biji merah halus dan mudah terkelupas. Pada fase tertentu, tanaman mengalami pergantian atau peremajaan kulit. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna cokelat atau cokelat keabu-abuan (Parimin, 2005).

Daun tanaman jambu biji merah termasuk daun tunggal, berbentuk bulat panjang

dan langsing dengan bagian ujungnya tumpul atau lancip, berwarna hijau terang,

hijau kekuning-kuningan, atau merah tua tergantung dari jenisnya. Misalnya

jambu Australia memiliki daun berwarna merah tua. Daun jambu biji merah

berbulu halus. Tata letak daun saling berhadapan. Daun jambu biji merah

(22)

memiliki tangkai daun pendek dan memliki tulang-tulang daun menyirip. Helaian daun kaku dan tebal (Cahyono, 2010).

Bunga jambu merah termasuk bunga majemuk. Artinya, dalam satu bunga terdapat bunga jantan dan betina sekaligus. Bunga ini tumbuh dari ketiak daun, pada ruas-ruas percabangan. bunga. Bunga yang belum mekar berbentuk bukat dan terbungkus kelopak yang berwarna hijau muda. Ketika tiba saatnya, kelopak bunga ini akan terbelah dan 4-5 helai mahkota bunga yang berwarna putih akan mekar. Ditengah-tengahnya terdapat helai-helai benang sari yang juga berwarna putih dan putik yang berwarna kuning pucat. Bunga jambu biji merah berbau agak harum. Jika terjadi penyerbukan, akan terbentuk buah yang dibantu dengan angin dan serangga (Soedjito, 2008).

Buah jambu biji merah berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengilap setelah matang.

Untuk jenis tertentu, kulit buah berwarna hijau berbelang kuning saat muda berubah menjadi kuning belang-belang saat matang. Ada pula yang berkulit merah saat mudah merah tua saat tua. Warna daging buah pada umumnya putih biasa, putih susu, merah muda, merah menyala, serta merah tua. Aroma buah biasanya harum saat buah matang (Parimin, 2005).

Biji jambu biji merah berbentuk bulat, berukuran kecil, dan berwarna putih

kekuning-kuningan (krem). Biji berkeping dua (biji belah), yang dapat digunakan

untuk perbanyakan tanaman (pembiakan). Biji bersifat keras dan permukaannya

halus (Cahyono, 2010).

(23)

2.1.2. Syarat Tumbuh Jambu Biji Merah

Tanaman jambu biji merah sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang mencekam, misalnya kekeringan, lahan berbatu, pH rendah, dan sebagainya.

Meskipun dapat tumbuh pada temperature antara 15-45ºC, namun hasil terbaik diperoleh pada suhu antara 23-28ºC dengan curah hujan 1.000-2.000 mm/tahun.

Rasa buah jambu biji merah pada musim hujan kurang manis dibandingkan dengan buah hasil panen pada musim kemarau. Tampaknya hal ini disebabkan pengaruh intensitas sinar matahari (Ashari, 2006).

Tanaman jambu biji merah kristal mempunyai syarat tumbuh di ketinggian hingga 1.000 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jambu biji merah kristal adalah jenis tanah berpasir, gembur, serta banyak mengandung unsur organik. Derajat keasaman tanahnya berkisar antara pH 4-8

(Rakhmawati dan Meita, 2014).

2.1.3. Budidaya Jambu Biji Merah 1. Pengadaan Bibit

Bibit merupakan input awal yang sangat mennetukan mutu dan hasil buah yang dipanen. Oleh karena itu, pemilihan bibit yang benar mutlak diperlukan baik

dalam hal kesehatan maupun ketepatan varietas yang akan ditanam (Hadiati, 2015).

Pengadaan bibit jambu biji merah dapat dilakukan dengan cara melakukan

pembibitan sendiri ataupun dengan cara membeli bibit yang telah siap

ditanam.bibit jambu biji merah dapat diperoleh dari para penangkar bibit maupun

penjual bibit buah-buahan. Jambu biji merah bisa diperbanyak secara generative

(24)

(dengan biji) maupun secara vegetative dengan cara mencangkok, tunas akar, penyusuan, menyambung (okulasi), dan penempelan mata tunas (grafting) (Cahyono, 2010).

Pada pembudidayaannya tanaman jambu biji merah biasa dikembangkan dengan cara dicangkok dan diokulasi. Sebaiknya pilih bibit yang unggul seperti jambu bangkok atau jambu merah. Ciri-ciri tanaman induk yang bisa dijadikan bibit adalah buah yang cukup tua, buahnya tidak jatuh dan pecah, dan pilih yang beraneka jenis untuk mencegah persarian silang (Muda, 2014)

2. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan untuk jambu biji merah tergantung pada kondisi lahan yang akan digunakan dan besarnya usaha. Penyiapan lahan perkebunan skala kecil lebih mudah dan lebih sederhana daripada penyiapan lahan untuk perkebunan skala komersial (usaha menengah dan besar). Penyiapan lahan pada perkebunan skala komersial, sebelum kegiatan pembukaan lahan dan kegiatan-kegiatan lainnya diperlukan perencanaan kawasan perkebunan, yaitu studi kelayakan kawasan perkebunan yang diusahakan. Sedangkan penyiapan lahan pada perkebunan skala kecil tidak memerlukan kegiatan-kegiatan perencaanaan kawasan perkebunan (Cahyono, 2010).

Pengolahan tanah dilakukan untuk menggemburkan tanah sehingga fungsi aerasi

dan drainasi tanah menjadi lebih baik. Ketebalan lapisan olah disesuaikan dengan

kedalaman daerah perakaran tanaman yang dibudidayakan. Pengolahan tanah

dapat dilakukan dengan menggunakan alat berat (traktor) atau dengan peralatan

sederhana (cangkul dan garu). Sesuai dengan kapasitas kerjanya, maka traktor

(25)

akan lebih efisien untuk digunakan pada lahan yang luas, sedangkan cangkul dan garu lebih sesuai untuk lahan yang sempit (Lakitan, 2000).

3. Penanaman

Bibit jambu biji merah (bibit okulasi) yang telah berumur 1 tahun sudah dapat dipindah tanamn di kebun produksi. Bibit jambu biji merah yang telah siap ditanam di kebun agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berlangsung denga baik, sebaiknya penanaman bibit jambu biji merah di kebun tergnatung pada kondisi lahan di lokasi kebun dan keberadaan sumber air. Di lahan kering yang tidak terdapat irigasi teknis dan sumber air agak sulit, penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan sampai dengan pertengahan musim penghujam (bulan Oktober/Nopember – Desember/Januari). Hal tersebut dilakukan agar bibit yang telah ditanam tidak menderita kekurangan air selama masa pertumbuhannya (Cahyono, 2010).

Jarak tanam yang sesuai (tepat) akan meningkatkan proses metabolism tanaman (fisiologi tanaman) yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan tanaman

secara keseluruhan. Jarak tanam yang ideal untuk penanaman jambu biji merah 6 meter x 6 meter atau 6 meter x 8 meter. Setelah jarak tanam ditentukan dan telah

diberi tanda pada titik tanam, selanjutnya dibuat lubang tanam pada titik-titik tersebut. Apabila penanaman dilakukan di lahan sawah, lubang tanamnya berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Sedangkan apabila penanamannya di lahan tegalan atau lahan kering, lubang tanamnya 1 meter x 1 meter x 1 meter.

Pembuatan lubang tanam dilakukan 1 bulan sebelum bibit ditanam. penanaman.

Penanaman bibit di kebun sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 09.00

atau pada sore hari setelah jam 15.00. Penanaman bibit yang dilakukan pada siang

(26)

hari dapat menyebabkan gagalnya pertumbuhan bibit (bibit layu dan mati).

(Cahyono, 2010).

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan terhadap tanaman jambu biji merah tetap diperlukan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyiraman, pemupukan, dan pemangkasan (Wijaya dan Trias, 2015).

- Penyiraman, penyiraman bertujuan untuk menjaga kelembapan tanah atau media tanam. Dua minggu pertama setelah bibit ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak satu kali sehari pada sore hari. Selanjutnya, penyiraman dapat dikurangi menjadi dua hari sekali. Penyiraman tanaman dalam pot tetap perlu dilakukan walaupun hari hujan karena tanaman pot sangat peka terhadap kekurangan air. Ketika musim kemarau tiba, tanaman dalam pot perlu disiram dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari (Wijaya dan Trias, 2015).

- Pemupukan, untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi tanaman jambu biji merah, jenis pupuk yang dapat diberikan adalah jenis pupuk organic (misalnya, pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, mulsa) dan jenis pupuk anorganik yang merupakan pupuk kimia buatan pabrik (pupuk NPK). Dalam pemupukan, penambahan pupuk kimia sangat diperlukan karena kandungan NPK yang terkandung dalam pupuk organic sangat sedikit (Cahyono, 2010).

Untuk menjaga kesuburan lahan atau media tanam tetap stabil, perlu

pemupukan pada tanaman jambu biji merah. Berikut aturan pemupukannya.

(27)

Tabel 2.1. Pemberian Pupuk Pada Awal Penanaman dan Menjelang Berbunga.

Keterangan Pemupukan Awal Penanaman

Pemupukan Menjelang Berbunga

Tanaman di Pot

Umur Satu bulan setelah tanam Satu bulan menjelang berbunga (3 bulan) Jenis dan

Jumlah Pupuk

Pupuk NPK mutiara

25:7:7 dengan

konsentrasi 10 g/l air

NPK mutiara 16:16:16 dengan konsentrasi 10 g/liter

Frekuensi Tiga bulan sekali Tiga bulan sekali Aplikasi

Pupuk disiramkan ke perakaran tanaman. Volume pemupukan 1-3 liter atau disesuaikan dengan ukuran tanaman.

Tanaman di Lahan

Umur Satu bulan setelah tanam Satu bulan menjelang berbunga (11 bulan)

Jenis dan Jumlah

Pupuk

NPK dengan kadar N tinggi (mutiara 25:7:7) sebanyak 25-100 g per pohon atau campuran urea : SP-36 : KCl = 3:2:1 sebanyak 25-100 g

NPK dengan kadar N, P, K tinggi (mutiara 16:16:16) sebanyak 50- 100 g per pohon atau campuran urea : SP-36 : KCl = 1:2:2 sebanyak 25-100 g per pohon Frekuensi Empat bulan sekali Empat bulan sekali

Aplikasi Dibenamkan dalam media tanam

Sumber : Wijaya dan Trias, 2015. Bertanam 13 Tanaman Buah di Pekarangan.

Adapun pemberian pupuk kandang dapat dilakukan setiap enam bulan sekali.

Penggunaannya untuk penanaman di pot sebanyak 5 kg per pot, sedangkan penanaman di lahan sebanyak 15 kg per pohon (Wijaya dan Trias, 2015)

- Pemangkasan, pemangkasan pada tanaman jambu biji merah ditujukan pada

batang, cabang, ranting yang tidak produktif, tunas air, ujung-ujung cabang,

cabang-cabang yang rusak dan yang terserang hama/pemyakit, daun-daun yang

terserang hama/penyakit, dan akar. Pemangkasan pada bagian-bagian tanaman

tersebut betujuan untuk mempercepat tanaman berbuah (Cahyono, 2010).

(28)

Menurut Wijaya dan Trias (2015), pemangkasan pada tanaman jambu biji merah dibedakan dua, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan produksi.

1. Pemangkasan bentuk

Satu bulan setelah tanam, lakukan pemangakasan untuk pembentukan cabang baru. Pemangkasan dapat diulang sebulan sekali. Tujuan pemangkasan bentuk untuk mempermudah perawatan tanaman dan pemanenannya. Pemangkasan juga dilakukan pada cabang-cabang yang sudah mencapai tinggi lebih dari 1,5 m dan tajuk tanaman terlalu rimbun.

Satu tanaman dipelihara maksimal lima percabangan utama.

2. Pemangkasan produksi

Pangkas produksi dilakukan terhadap semua cabang secara periodic, yaitu tiga minggu sekali. Tujuannya untuk menstimulasi keluarnya tunas baru yang juga membawa bakal bunga. Pangkas produksi dilakukan kontinu sepanjang tahun.

5. Pembungaan dan Pembuahan

Bunga jambu biji merah tumbuh di ketiak daun secara tunggal atau begerombol (hingga 4 bunga). Benang sarinya banyak, bakal buahnya terdiri dari 4 – 5 ruang.

Kepala putik tumbuh melebihi tinggi antera sehingga penyerbukannya

memerlukan bantuan serangga, lebah, manusia, atau angin. Bunga jambu biji

merah biseksual atau sempurna menghasilkan tepung sari yang melimpah. Suhu

udara antara 15 – 30ºC merupakan suhu optimal bagi penyerbukan dan

perkecambahan serbuk sari. Bila suhu kurang atau lebih tinggi dari suhu optimal

tersebut maka hasil penyerbukan akan berkurang atau bahkan buah yang

(29)

Sebagian bunga jambu biji merah ada yang bersifat kompatibel, artinya benang sari dapat menyerbuki putik dalam satu tanaman. Ada juga yang bersifat inkompatibel, artinya meskipun benang sari menempel di putik, tetapi tidak akan terjadi penyerbukan. Penyerbukan silang dapat meningkatkan produksi buah jambu biji merah (Parimin, 2005).

6. Penjarangan Buah

Agar ukuran buah yang dihasilkan cukup besar dan memenuhi kualitas pasar maka buah jambu biji merah perlu dijarangkan. Penjarangan buah dapat dilakukan setelah umur 1,5 bulan dihitung sejak bunga mekar atau buah sebesar kelereng.

Buah yang akan dibuang atau dijarangkan adalah buah yang bentuknya abnormal/cacat, terserang hama dan penyakit, layu atau keriput, serta buah yang terlalu lebat (Parimin, 2005).

7. Pembungkusan Buah

Buah yang telah dijarangkan sebaiknya segera dibungkus. Tujuan dari pembungkusan buah adalah agar buah lebih mulus dan mengilap, tidak cacat, tidak terserang oleh hama dan penyakit, warna buah lebih menarik, nilai jual lebih baik dan diterima di berbagai konsumen, serta meningkatkan produksi buah.

Adapun bahan pembungkus buah dapat berupa kertas koran, kertas karbon bekas, kertas semen, kertas minyak, plastik, dan sebagainya (Parimin, 2005).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik. Dengan

menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal

(30)

dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.

Dalam mengidentifikasi berbagai masalah yang timbul dalam perusahaan, maka sangat diperlukan penelitian yang sangat cermat sehingga mampu menemukan strategi yang sangat cepat dan tepat dalam mengatasi masalah yang timbul dalam perusahaan. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan antara lain:

a. Kekuatan (Strenght)

Kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan oleh perusahaan tersebut seperti halnya keunggulan dalam produk yang dapat diandalkan, memiliki keterampilan dan berbeda dengan produk lain, sehingga dapat membuat lebih kuat dari para pesaingnya. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan - keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan terdapat pada sumber daya, keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli-pemasok, dan faktor - faktor lain.

b. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya yang ada

pada perusahaan baik itu keterampilan atau kemampuan yang menjadi penghalang

bagi kinerja organisasi. Keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,

(31)

keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.

c. Peluang (Opportunity)

Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi suatu perusahaan, serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan salah satu sumber peluang.

d. Ancaman (Threat)

Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dalam perusahaan jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi perusahaan yang bersangkutan baik masa sekarang maupun yang akan datang (Rangkuti, 2004).

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model yaitu:

A. Matriks Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.

1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

2. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik),

nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan

nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.

(32)

3. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3).

Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

4. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

5. Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke Tabel Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian di perbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

B. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.

1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).

2. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan nilai “rating” terhadap kelemahan bersifat negatif, kebalikannya.

3. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3).

Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut

terhadap posisi strategis perusahaan.

(33)

4. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring pada kolom 4.

5. Jumlah skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya (Situmorang dan Dilham, 2007).

Menurut Rangkuti (2004), untuk menentukan bobot masing – masing faktor tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50 pada kolom 3 dengan rumus sebagai berikut:

C. Matriks Posisi

Matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis (strategic position and action evaluation - SPACE matrix) adalah suatu alat yang penting dalam mencocokkan strategi. Hasil analisis pada tabel matriks faktor internal dan faktor eksternal dipetakan pada matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis dengan cara sebagai berikut:

1. Sumbu horizontal (X) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (Y) menunjukkan peluang dan ancaman.

2. Posisi perusahaan ditentukan sebagai berikut:

a. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai Y > 0, sebaliknya jika peluang lebih kecil daripada ancaman maka nilai Y < 0.

Bobot = Rating x Total Bobot

Total Rating

(34)

b. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai X > 0, sebaliknyajika kekuatan lebih kecil daripada kelemahan maka nilai X< 0 (David, 2004).

Y (+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn - Around Strategi Agresif

X (+)

Kuadran IV Kuadran II Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Gambar 2.1. Matriks Posisi SWOT Keterangan:

1. Kuadran I

Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan berada pada kondisi yang baik untuk menggunakan kekuatan internalnya guna memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

2. Kuadran II

Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan masih memiliki kekuatan dari sisi internal walaupun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang harus diterapkan

Faktor Eksternal

F

a

k

t

o

r

I

n

t

e

r

n

a

l

(35)

adalah penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi (baik produk ataupun pasar).

3. Kuadran III

Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan menghadapi peluang besar, namun memiliki kendala dari sisi internal. Perusahaan sebaiknya tetap berada dekat dengan kompetensi dasar perusahaan dan tidak mengambil risiko berlebihan. Fokus strategi perusahaan pada kondisi ini adalah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan sehingga dapat memanfaatkan peluang.

4. Kuadran IV

Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan berada pada situasi yang sangat sulit karena menghadapi berbagai ancaman dan memiliki banyak kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan pada kondisi ini adalah memperbaiki kelemahan dan menghindari ancaman (David, 2004).

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu:

1. Strategi S - O

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi S - T

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki

perusahaan untuk mengatasi ancaman.

(36)

3. Strategi W - O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi W - T

Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Matriks analisis SWOT dapat dilihat pada tabel matriks di bawah ini:

Tabel 2.2. Matriks Analisis SWOT.

IFAS EFAS

Strenghts (S)

a) Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

Weaknesses (W)

b) Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

Opportunities (O) c) Tentukan 5-

10 faktor peluang eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

Threats (T)

d) Tentukan 5- 10 faktor ancaman Eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman .

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Sumber: Rangkuti, 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

(37)

2.3.Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3. Tabulasi Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Identifikasi Masalah

Metode

Analisis Hasil Penelitian 1 Arnol

Sitomp ul (2014)

Strategi Pengembang an

Agroindustri Salak (Kasus

: Desa

Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan)

1. Untuk mengidentifi kasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembang kan

agroindustri salak di daerah

penelitian.

2. Untuk menentukan strategi pengembanga n agroindustri salak di daerah

penelitian.

Deskriptif dan SWOT

1. Kekuatan agroindustri salak dalam pengembanga n agroindustri salak di daerah

penelitian adalah ketersediaan bahan baku yang

melimpah, ketersediaan tenaga kerja yang banyak, variasi jenis produk

banyak (dodol salak, keripik salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink, agar- agar salak), memiliki sertifikat produk, jumlah produksi bertambah dan produk sudah mulai dikenal

masyarakat.

Kelemahan agroindustri salak dalam pengembanga

nnya di

daerah

(38)

penelitian adalah keterbatasan modal, kurangnya tenaga profesional, kurangnya kemitraan industri.

Peluang agroindustri salak dalam pengembangn ya di daerah penelitian adalah pemasaran yang cukup luas, adanya dukungan Pemda, sarana dan prasarana yang

mendukung, nilai jual olahan salak tinggi, sistem birokrasi dan keamanan yang baik.

Ancaman agroindustri salak dalam pengembanga nya di daerah penelitian adalah ketidakstabila n harga salak, kurang

partisipasi

petani dalam

pelatihan, dan

kurangnya

koordinasi

antara instasi

(39)

2. Strategi pengembanga n agroindustri salak di daerah

penelitian berada pada daerah

kuadran I. Hal ini berarti bahwa

pengembanga n agroindustri salak berada pada strategi SO

(strengths- Opporunities) atau strategi agresif

(growth oriented strategy) yaitu dengan

melakukan melakukan kegiatan dengan

meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi olahan salak dan

melakukan pemasaran produk

hingga ke pasar luar negeri dan memanfaatka n dukungan Pemkab, sarana dan prasarana untuk

mempromosik

an berbagai

(40)

produk yang telah

bersertifikat.

2 Tumpal Maruli (2011)

Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa

Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1. Untuk mengetahui besar biaya produksi usaha tani jambu biji di daerah

penelitian.

2. Untuk mengetahui tingkat pendapatan petani jambu biji di daerah penelitian.

3. Untuk mengidentifi kasi tingkat kelayakan usaha tani jambu biji secara

finansial di daerah

penelitian.

Analisis Pendapata

n dan Analisis Finansial (NPV, Net

B/C dan IRR)

1. Rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 tahun adalah Rp 16.347.118,29 .

2. Rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji Per Petani adalah Rp

19.112.884,51 dalam 1 tahun. Rata- rata

pendapatan petani bersih per hektar adalah Rp 36.749.940,49 dalam 1 tahun. Rata- rata

pendapatan keluarga petani per petani adalah Rp

20.963.884,51 dalam 1 tahun. Rata- rata

pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp

40.826.440,49

(41)

3. Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial karena NPV>0, Net B/C > 1 dan IRR > 1.

2.4.Kerangka Pemikiran

Jambu biji merah merupakan buah yang memiliki manfaat dan khasiat yang baik bagi kesehatan. Selain itu jambu biji merah juga memiliki nilai ekonomis tinggi.

Jambu biji merah pada umumnya hanya dijual dalam bentuk buah saja. Padahal tanaman jambu biji merah memiliki beberapa turunan hasil produksi dari jus sampai keripik. Pengambangan hasil produksi tanaman jambu biji merah ini akan sangat baik karena memiliki potensi untuk berkembang pesat dari khasiatnya.

Dengan itu maka diperlukan strategi dan pengembangan yang harus dilakukan agar dapat mencapai usaha dan pemasaran yang lebih baik oleh petani. Karena dengan itu pula petani akan dapat melihat bagaimana sebenarnya potensi yang dimiliki oleh tanaman jambu biji merah dan akan membantu dalam hal usahatani dan pemasarannya sendiri.

Setiap usahatani yang dijalankan tentunya memiliki faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pendapatan petani. Diperlukan penentuan alternatif strategi dalam peningkatan pendapatan dengan menggunakan analisis SWOT.

Setelah dilakukan analisis SWOT, maka kita dapat menetukan strategi

(42)

peningkatan apa yang cocok dan bisa diterapkan untuk meningkatkan pendapatan petani jambu biji merah di daerah penelitian.

Secara sistematis, kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

: Ada hubungan

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran Petani

Usahatani Jambu Biji Merah

Eksternal Internal

(S) Kekuatan

(W) Kelemahan

(O) Peluang

(T) Ancaman

Strategi Pengembangan

Jambu Biji Merah

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu teknik penentuan suatu daerah berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini didasarkan karena Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah perkembangan jambu biji tertinggi di Sumatera Utara. Kecamatan Sunggal dipilih karena produksi di Kecamatan ini mengalami penurunan yang tinggi pada Triwulan III dan Triwulan IV, selain itu kecamatan Sunggal juga merupakan sentral produksi tanaman jambu biji khususnya jambu biji merah.

Tabel 3.1. Produksi Per Triwulan, Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang 2016.

No. Kecamatan

Produksi (Kuintal) Total

Produksi (Kuintal) Triwulan

I

Triwulan II

Triwulan III

Triwulan IV

1. Kutalimbaru 0 1.500 1.000 3.000 5.500

2. Pancur Batu 3.000 2.000 1.800 8.000 14.800

3. Namo Rambe 175 150 175 150 650

4. Biru-biru 0 0 95 0 95

5. Tanjung Morawa 20 50 30 75 175

6. Petumbak 3 3 5 5 16

7. Deli Tua 0 0 0 10 10

8. Sunggal 0 6.000 1.500 1.300 8.800

9. Hamparan Perak 215 250 60 60 585

10. Labuhan Deli 16 20 121 53 210

11. Percut Sei Tuan 0 680 200 0 880

12. Batang Kuis 195 180 250 400 1.025

13. Beringin 10 0 30 15 55

14. Lubuk Pakam 45 45 47 49 186

22. Pagar Marbau 150 200 140 0 490

JUMLAH 3.829 11.078 5.453 13.117 33.477

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang 2017.

(44)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani jambu biji di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) populasi petani jambu biji berjumlah 125 jiwa. Untuk mendapatkan besar sampel yang mewakili digunakan metode stratified random sampling yaitu populasi dikelompokkan berdasarkan strata luas lahan pada usahatani petani jambu biji dan kemudian dari masing-masing strata ditentukan jumlah petani sampel yang dihitung secara proporsional. Petani dikelompokkan menjadi 2 strata yaitu petani dengan luas lahan < 0.5 Ha dan petani dengan luas lahan ≥ 0.5 Ha. Pembagian ini dikarenakan pertimbangan bahwa banyak petani di daerah penelitian memiliki lahan yang berukuran besar dan jumlah petani dengan luas lahan yang berukuran besar tergolong banyak. Inilah yang menyebabkan sampel kemudian dibagi menjadi 2 jenis strata untuk melihat perbedaan biaya, penerimaan, dan pendapatan antara kedua jenis strata tersebut.

Tabel 3.2. Besar Petani Sampel Usahatani Jambu Biji Berdasarkan Strata Luas Lahan

Strata Luas Lahan (Ha) Populasi (Jiwa) Sampel (Jiwa)

I < 0.5 47

=

II ≥ 0.5 78

=

Jumlah 125 30

Sumber : Analisis Data Primer Dari Lampiran 1

(45)

Jumlah sampel yamg diambil sebanyak 30 petani dengan tingkat homogenitas yang tinggi dan telah memenuhi syarat pemilihan sampel. Selain itu, ada juga beberapa dasar pertimbangan yaitu untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya tanpa mengurangi tingkat akurasi dan penelitian (Wirantha, 2006). Menurut Hasan (2002), hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan Bailey yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data, ukuran sampel paling minimum adalah 30.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan sampel di daerah penelitian, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait, literatur, buku, dan media lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

1. Metode Analisis Data untuk Tujuan 1

Tujuan 1, digunakan metode analisis deskriptif dengan melihat faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan agribisnis jambu biji merah yang ada di daerah penelitian.

2. Metode Analisis Data untuk Tujuan 2

Tujuan 2, digunakan metode analisis SWOT untuk menghasilkan strategi pengembangan agribisnis jambu biji merah di daerah penelitian.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

(46)

Untuk menghindari kesalahapahaman dalam mengartikan penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Definisi

1. Petani jambu biji merah adalah orang yang melaksanakan dan mengelolah usahatani jambu biji merah pada sebidang tanah atau lahan.

2. Usahatani jambu biji merah adalah usaha penerapan budidaya jambu biji merah dengan pengkoordinasian faktor – faktor produksi dan sumber daya yang dimiliki petani jambu biji merah untuk mencapai hasil produksi dan keuntungan maksimal.

3. Faktor internal adalah faktor yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani jambu biji merah di Desa Telaga Sari.

4. Faktor eksternal adalah faktor yang terdiri atas peluang dan ancaman yang dimiliki petani jambu biji merah di Desa Telaga Sari.

5. Strategi pengembangan adalah hal-hal yang digunakan untuk meningkatkan pengembangan petani jambu biji merah.

6. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi usahatani jambu biji merah.

7. Strengths (kekuatan) adalah kekuatan-kekuatan yang dimiliki usahatani jambu biji merah.

8. Weaknesses (kelemahan) adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh

usahatani jambu biji merah.

(47)

9. Opportunities (peluang) adalah berbagai peluang yang muncul terhadap usahatani jambu biji merah.

10. Threats (ancaman) adalah berbagai ancaman yang muncul terhadap usahatani jambu biji merah.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang,

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan tanaman jambu biji merah,

3. Waktu penelitian adalah tahun 2018

(48)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sunggal tereletak 3º53´ - 3º61´ LU dan 98º54´ - 98º60´ BT. Adapun daerah yang dipilih adalah Desa Telaga Sari. Daerah penelitian merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas 2,88 km

2

. Jarak Kantor Desa ke Kecamatan Sunggal adalah 7 km. Adapun batas-batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatas dengan Desa Sei Mencirim

Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Pancur Batu

Sebelah Timur berbatas dengan Desa Sei Mencirim dan Desa Suka Maju Sebelas Barat berbatas dengan Kecamatan Kutalimbaru

4.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Telaga Sari adalah 3.746 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 901 kepala keluarga. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Telaga Sari dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Telaga Sari Tahun 2016

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-Laki 1.879 50.16

Perempuan 1.867 49.84

Jumlah 3.746 100

Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

(49)

Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa penduduk Desa Telaga Sari menurut jenis kelamin pada tahun 2016 sebesar 3.746 jiwa meliputi 1.879 jiwa (50,16%) laki- laki dan 1.867 jiwa (49,84%) perempuan. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki- laki lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin perempuan.

Penduduk di Desa Telaga Sari yang berjumlah 3.746 jiwa dengan rumah tangga sebesar 901 kk yang tersebar di setiap dusun. Berdasarkan golongan umur, penduduk Desa Telaga Sari dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Telaga Sari Tahun 2016

Kelompok Umur

(Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0 – 14 1.156 30.86

15 – 64 2.452 65.46

≥ 65 138 3.68

Jumlah 3.746 100

Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Telaga Sari yang memiliki usia belum produktif (0-14 tahun) sebesar 1.156 jiwa (30,86%), usia produktif (15-64 tahun) sebesar 2.452 jiwa (65,46 %) dan usia tidak produktif (≥ 65 tahun) sebesar.138 jiwa (3,68 %). Dari data tersebut menunjukkan jumlah penduduk di desa lebih dominan yang berusia produktif.

4.3. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan dapat memberikan gambaran bagaimana suatu masyarakat

memanfaatkan alam demi kesejahteraannya. Luas wilayah penelitian Desa Telaga

Sari menurut fungsinya dibagi menjadi areal pemukiman, persawahan,

perkebunan, kuburan, pekarangan, dan lain-lain. Tabel berikut ini dapat

(50)

menggambarkan penggunaan wilayah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 4.3. Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Telaga Sari Tahun 2016

No. Uraian Luas (Ha) Persentase (%)

1. Persawahan 95 33

2. Perkebunan 66 22.9

3. Pemukiman dan Lainnya 127 44.1

Jumlah 288 100

Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Telaga Sari akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan pembanggunan di desa tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka dapat mempercepat laju perkembangan di desa tersebut. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Telaga Sari dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana Desa Telaga Sari Tahun 2016

No. Uraian Jumlah (Unit)

1. Kantor Desa 1

2. Mesjid 3

3. Musholla 1

4. Gereja 2

5. Poliklinik 1

6. Posyandu 6

7. TK (Taman Kanak-Kanak) 1

8. SD Negeri (Sekolah Dasar Negeri) 1

9. SMP Swasta (Sekolah Menengah Pertama Swasta) 1 10. SMA Swasta (Sekolah Menengah Atas Swasta) 1

Jumlah 18

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 4.4. ketersediaan sarana dan prasarana di Desa Telaga Sari

dapat disimpulkan bahwa kebutuhan masyarakat belum terpenuhi terutama

dibidang pendidikan. Kebutuhan masyarakat di Desa Telaga Sari yang sudah

(51)

4.5. Karakteristik Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah petani jambu biji di Desa Telaga Sari.

Jumlah responden sebanyak 30 petani jambu biji. Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan, umur petani, dan pengalaman bertani.

4.5.1. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.5. Tingkat Pendidikan Sampel

No. Uraian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. SD 4 13.33

2. SMP 13 43.34

3. SMA 12 40.00

4. Sarjana 1 3.33

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer Dari Lampiran 1

Dapat dijelaskan, dari ke-30 responden di Desa Telaga Sari tingkat pendidikan terbanyak adalah tamatan SMP yaitu 13 jiwa atau 43.34%, tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 12 jiwa atau 40%, tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 4 jiwa atau 13.33%, dan tingkat pendidikan sarjana yaitu sebanyak 1 jiwa atau 3,33%.

4.5.2. Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan

kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Semakin tua umur petani,

kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun yang pada gilirannya akan

berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini karena

pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik. Klasifikasi

petani menurut kelompok umur.

(52)

Tabel 4.6. Umur Sampel Kelompok Umur

(Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

30-39 3 10.00

40-49 14 46.67

50-59 8 26.67

60-69 2 6.66

≥ 70 3 10.00

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer Dari Lampiran 1

4.5.3. Pengalaman Bertani

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka besar kemungkinan semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Pengalaman petani dalam mengelola usahataninya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.7. Pengalaman Bertani Sampel

No. Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 1-10 14 46.67

2. 11-20 12 40.00

3. 21-30 2 6.67

4. 31-40 1 3.33

5 41-50 1 3.33

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer Dari Lampiran 1

(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Jambu Biji Merah

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.Adapun yang dianalisis ialah faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor eskternal yang terdiri dari peluang dan ancaman yang mempengaruhi pengembangan Jambu Biji Merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Strategi pengembangan itu dapat dirumuskan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities and Threats) mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha.Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).

5.1.1. Kekuatan Usahatani Jambu Biji Merah

Faktor – faktor yang menjadi kekuatan pengembangan Jambu Biji Merah di Desa Telaga Sari, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang adalah :

1. Ketersediaan Tenaga Kerja

Usahatani jambu biji merah di Desa Telaga Sari sebagian besar dikelola oleh

tenaga kerja dalam keluarga itu sendiri.Hal itu dikarenakan jumlah lahan yang

tidak terlalu besar, dan juga perawatannya yang tidak terlalu sering, sehingga

Referensi

Dokumen terkait

nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan-Kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang- ancaman). Matriks posisi strategi

Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui kondisi faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan faktor eksternal (Peluang dan Ancaman) dalam Balai Benih Ikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan usaha bonsai serut serta menentukan strategi pengembangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan usaha bonsai serut serta menentukan strategi pengembangan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan peternakan

Analisa ini akan mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi PAD, serta mencari