• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANAGAN PARIWISATA SYARIAH UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN MUSLIM DOMESTIK DAN MANCANEGARA DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANAGAN PARIWISATA SYARIAH UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN MUSLIM DOMESTIK DAN MANCANEGARA DI KOTA BANDUNG."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DOMESTIK DAN MANCANEGARA DI KOTA BANDUNG

ABSTRAK

Oleh

Ariqa Nurwilda Sugiarti 1106074

Kota Bandung mempunyai daya tarik wisata dan aktifitas wisata yang beragam dan berpotensi untuk menjadi destinasi wisata syariah. Konsep dan Prinsip Pariwisata Syraiah diambil dari buku Wisata Syariah (Karakter, Potensi, Prospek, dan

Tantangan). Pariwisata syariah mempunyai kesan eksklusif sehingga masih sedikit

industri pariwisata yang sadar akan potensi dan peluang besar yang dimiliki Bandung. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan pariwisata syariah yang ada di Bandung, kemudian menganalisis dan membuat strategi pengembangan yang sesuai. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dan informasi pariwisata syariah Kota Bandung diperoleh dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner kepada wisatawan muslim domestik dan mancanegara. Metode analisis data menggunakan Analisis SWOT berdasarkan analisis EFI (Evaluasi Faktor Internal) dan EFE (Evaluasi Faktor Eksternal) yang kemudian didapatkan positioning kuadaran untuk menentukan strategi. Teknik analisis data SWOT diambil dari buku Analisis SWOT : Teknik

Membedah Kasus Bisnis. Strategi yang didapat merupakan hasil dari persilangan SO,

WO, ST, dan WT. Hasil dari penelitian ini menunjukan posisi pada kuadran III, sehingga strategi yang sesuai adalah strategi WO / turn around. Dalam penelitian ini menghasilkan strategi pengembangan pariwisata syariah untuk menjadi destinasi wisatawan muslim domestik maupun mancanegara. Langkah awal yang dapat ditempuh oleh pemerintah antara lain perbaikan sarana prasarana masjid, destinasi wisata, transportasi dan akses informasi. Setelah itu, Pemerintah melakukan pendataan potensi pariwisata syariah dan mensosialisasikannya. Kemudian, membuat regulasi mengenai sertifikasi halal usaha pariwisata syariah bekerjasama dengan MUI. Pembuatan peraturan daerah dapat melibatkan berbagai pihak terkait yang concern dan stakeholder/ industri pariwisata. Sehingga peraturan daerah mengenai pengembangan pariwisata syariah yang dihasilkan dapat sesuai serta pada tujuannya yaitu meningkatkan kunjungan wisatawan muslim domestik dan mancanegara di Kota Bandung.

(2)

IN BANDUNG CITY

ABSTRACT

by :

Ariqa Nurwilda Sugiarti 1106074

Bandung City with many diversity of tourism attractions and tourism activities and has a good potential to became an Islamic tourism. The principal and concept of Islamic tourism taken from Wisata Syariah (Karakter, Potensi, Prospek, dan Tantangan) book. Islamic tourism feels too exclusive that not many tourism industry realize the potential and the opportunity of Bandung. So, the purpose of this research is to identify the internal and external factors of Bandung Islamic tourism development that include strengths, weakness, opportunities and threats. After that to analyze and make a development strategy that suit to Bandung’s condition. This research used descriptive method with qualitative approach. The data and information about Islamic tourism in Bandung are from primary and secondary data. Data collection technique are by doing observation, interviews, documentation and spreading questionnaire to domestic and international moslem tourists. Data analysis method using SWOT analysis based on IFE (Internal Factor Evaluation) and EFE (External Factor Evaluation) analysis that provide positioning quadrant to define the strategy. The technique of SWOT analysis was taken from a book called Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. That strategy could be crossed from SO, WO, ST, and WT. The result from this research is to show that The position is in quadrant III. So, the suitable strategy is turn around / WO strategy. Also in this research provide the development strategy that suitable to Bandung’s potential to become moslem tourist destination, both domestic and international. The first step that can be taken by the government are repairing mosque facilities, tourism destination, transportation and information access. After that, government should do the collection of Islamic tourism potential and socialize it. Then, making a regulation of halal certificate for islamic tourism industry together with MUI. The making of local regulation could involve many parties who concern and also tourism industry stakeholder. So the local regulation about islamic tourism development that produced could be suitable with the aim which is to increase the numbers of domestic and international moslem visitors.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kepariwisataan ... 10

B. Wisata Religi ... 12

C. Wisata Syariah ... 13

D. Pengembangan Pembangunan Wisata Syariah tehadap Pihak Terkait .... 22

E. Strategi Pengembangan ... 24

F. Kerangka Pemikiran ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 26

C. Pengumpulan Data ... 29

(4)

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Analisis Data... 35

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Kondisi Umum Kota Bandung ... 46

B. Profil Wisatawan Muslim Kota Bandung ... 69

C. Prinsip Wisata Syariah yang ada di Kota Bandung ... 83

D. Pembahasan ... 92

1. Faktor Internal Pengembangan Wisata Syariah Koto Bandung ... 92

2. Faktor Eksternal Pengembangan Wisata Syariah Kota Bandung ... 103

3. Positioning ... 121

4. Strategi Pengembangan... 124

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 127

A. Simpulan ... 127

B. Rekomendasi ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel :

1.1Potensi Daya Tarik Wisata Syariah Jawa Barat...4

1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Bandung Tahun 2010 – 2014...5

1.3 Data Potensi Dan Daya Tarik Wisata Kota Bandung...5

2.1 Perbedaan Wisata Syariah dengan lainnya ... 16

3.1 Jumlah Kunjunga Wisatawan ke Kota Bandung Tahun 2014 . ... 32

3.2 Instrumen Penelitian... 34

3.3 Kategori Skala Likert ... 36

3.4 Pembobotan Matriks EFE Paired Comparation ... 38

3.5 Matriks Evaluation Factors Eksternal (EFE) ... 39

3.6 Pembobotan Matriks IFE Paired Comparation. ... 41

3.7 Matriks Evaluation Factors Internal (IFE). ... 42

3.8 Matriks Analisis SWOT. ... 44

4.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Agama. ... 49

4.2 Sarana dan Prasarana Umum Kota Bandung. ... 50

4.3 Jaringan Jalan Kota Bandung. ... 56

4.4 Pekapitulasi Data Kunjungan Wisatawan ke Bandung Tahun 2010 - 2014 .... 59

4.5 Urutan 10 Besar Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Bandung ... 61

4.6 Jumlah dan Klasifikasi Hotel di Bandung ... 62

4.7 Hotel Syariah di Bandung. ... 63

4.8 Jumlah Restauran dan Klasifikasi Restauran berijin di Bandung. ... 64

4.9 Rekomendasi Restauran Halal di Bandung ... ... 66

4.10 BPW/Agen Perjalanan berijin di Kota bandung Tahun 2015. ... 66

4.11 Bidang Usaha Hiburan Kota Bandung. ... 67

4.12 Usaha Pariwisata Syariah di Bandung. ... 68

4.13 Prinsip Pariwisata Syariah menurut Wisatawan Muslim di Bandung berdasarkan Skala Likert ... 83

4.14 Penilaian Kelas Interval Wisatawan Muslim Domestik... 85

4.15 Penilaian Kelas Interval Wisatawan Muslim Mancanegara... 86

(6)

4.17 Pesantren di Bandung. ... 94

4.18 Organisasi Keislaman di Bandung ... 96

4.19 Negara Tujuan Wisatawan Muslim dan Negara Sumber Pasar. ... 105

4.20 Jumlah Kunjungan Wisatawan MuslimMancanegara ke Indonesia. ... 107

4.21 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bandung. ... 111

4.22 Pembobotan Matriks IFE Metode Pair Comparation. ... 114

4.23 Matriks Internal Faktor Evaluasi (IFE). ... 116

4.24 Pembobotan Matriks EFE Metode Pair Comparation ... 118

4.25 Matriks Eksternal Faktor Evaluasi (EFE) ... 120

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar :

3.1 Peta Kota Bandung . ... 28

3.2 Kuadran Positioning Faktor Internal dan Eksternal ... 43

4.1 Diagram Jenis Kelmain Wisatawan Muslim . ... 69

4.2 Diagram Usia Wisatawan Muslim . ... 70

4.3 Diagram Kota Asal Wisatawan Muslim Domestik . ... 71

4.4 Diagram Negara Asal Wisatawan Muslim Mancanegara . ... 72

4.5 Diagram Pendidikan Terakhir Wisatawan Muslim . ... 73

4.6 Diagram Status Pekerjaan Wisatawan Muslim . ... 74

4.7 Diagram Penghasilan Perbulan Wisatawan Muslim Domestik . ... 75

4.8 Diagram Penghasilan Perbulan Wisatawan Muslim Mancanegara . ... 76

4.9 Diagram Pola Perjalanan Wisatawan Muslim ... 77

4.10 Diagram Jenis Kelmain Wisatawan Muslim . ... 78

4.11 Diagram Intensitas Berkunjung Wisatawan Muslim . ... 79

4.12 Diagram Tujuan Berkunjung ... 80

4.13 Diagram Wisatawan Muslim berdasarkan Daya Tarik Wisata . ... 81

4.14 Penilaian Kelas Interval Wisatawan Muslim Domestik berdasarkan Skala Likert . ... 84

4.15 Penilaian Kelas Interval Wisatawan Muslim Mancanegara berdasarkan Skala Likert . ... 85

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan :

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

I. Kuesioner Penelitian Wisdos Muslim

II. Kuesioner Penelitian Wisman Muslim

III. Surat Permohonan Wawancara

IV. Pedoman Wawancara

V. Dokumentasi

VI. Tabel Tabulasi Data Kuesioner

VII. Surat Izin Mengadakan Penelitian

VIII. Surat Pernyataan Wawanacara

IX. Surat Keputusan Pembimbing Skripsi

X. Surat Keputusan Ujian Sidang

XI. Buku Bimbingan

XII. Perbaikan

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan kegiatan yang kompleks, multidisiplin,

multidimensi, dan multisektoral yang melibatkan sektor pemerintah,

stakeholder, serta masyarakat. Pariwisata salah satu sektor industri yang

berkembang sangat pesat. Dan menjadi sektor pendukung perekonomian

dunia secara global, pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebanyak 4%

dibandingkan tahun sebelumnya atau diakumulasikan dengan jumlah 1

milyar lebih wisatawan yang melakukan perjalanan ke luar negaranya

(UNWTO, 2012). Dewasa ini, wisata menjadi kebutuhan hampir setiap

manusia sebagai bentuk aktualisasi diri untuk menambah pengalaman,

pengetahuan baru serta menghilangkan kepenatan rutinitas sehari-hari.

Umat muslim yang tersebar di negara - negara Arab dan Timur Tengah

juga merasakan hal yang sama, banyaknya publikasi dan promosi

pariwisata melalui internet menjadi faktor penarik wisatawan muslim

untuk berwisata. Menurut Crecentrating, Halal Friendly Travel And

Tourism Consultant, mejelaskan bahwa Potensi terhadap pasar untuk

pengembangan wisata Syariah (muslim) jika dilihat dari populasi muslim

di dunia sebanyak 1,8 milyar atau sekitar 28% dari total populasi dunia

sebesar 6,4 miliar yang tersebar di 148 negara. Dari total muslim di dunia,

62% berasal dari Asia Pasifik atau dengan jumlah 972 juta. Maka dari itu,

munculah wisata syariah sebagai tren dari pariwisata saat ini.

Pariwisata syariah dinilai memiliki prospek yang cukup bagus dalam

perkembangan pariwisata di Indonesia. Potensi pasar pariwisata syariah

makin prospektif lantaran jumlah pendapatan yang didapatkan dari

wisatawan muslim terbilang tinggi. Rata-rata kaum muslim yang ada di

Asia, Amerika, dan Eropa merupakan kalangan kelas menengah. Mereka

adalah pasar yang pas untuk dibidik oleh pelaku usaha karena daya beli

mereka terus naik. UNWTO memperkirakan jumlah tersebut merupakan

12,3 % dari total belanja wisatawan secara global di tahun 2011.

(11)

Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan sebesar $1,6 milyar dari total

$8,5 milyar. (Jurnal Yeni Yuniawati : Pariwisata Dalam Bingkai Syariah,

2013).

Definisi dari wisata syariah menurut Din (dalam Teoman, 2011, hlm.

6), Wisata syariah didefinisikan sebagai aktivitas wisata yang dilakukan

oleh muslim yang memang didorong oleh motivasi untuk melakukan

aktivitas Islam dan sesuai prinsip syariah.

Wisatawan muslim merasakan berwisata ke negara-negara Islam lebih

menyenangkan sehingga pasar wisatawan muslim semakin berkembang

pesat dan berbagai pihak berusaha menangkap potensi pasar tersebut

termasuk dengan menyediakan paket wisata baru, akomodasi yang islami,

objek wisata Islam untuk dikembangkan.

Di Asia, rata-rata telah menerapkan wisata islami di negaranya, yaitu

Malaysia yang juga telah membentuk Islamic Tourism Center pada tahun

2009 (Sofyan, 2012, hlm. 25), bukan hanya Malaysia, negara yang

minoritas beragama Islampun ikut menggarap wisata syariah untuk

meraup pangsa pasar wisatawan muslim, seperti Rusia, China, Thailand,

Jepang, Australia yang justru bukan Negara dengan penduduk mayoritas

Islam. Mereka berhasil unggul dalam sektor pariwisata syariah. Singapura

juga memiliki Crescent Rating Halal Friendly Travel and Tourism

Company, yang menawarkan jasa management, consultancy, dan training.

Lembaga ini juga memberikan peringkat halal friendly di seluruh sektor

pariwisata di berbagai negara. Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia merupakan negara ke 4 dengan populasi terbanyak di dunia

sekitar 237 juta orang dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia

(13,1% dari total jumlah penduduk muslim dunia), diikuti oleh India,

Pakistan, Bangladesh, Nigeria, Mesir, Iran, Turki, Algeria, dan Maroko

sebagai 10 negara dengan populasi Muslim terbesar.

Selain itu, Indonesia sudah mempunyai modal dasar yang lebih baik

dibanding negara lain dengan populasi muslim terbesar di dunia, sehingga

sangat kondusif dalam menyambut wisatawan muslim. Dengan

(12)

Indonesia memiliki potensi yang beragam dan menarik dengan kekayaan

alam dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Hal tersebut tidak menutup

kemungkinan menjadikan Indonesia menjadi tujuan utama wisatawan

muslim mancanegara. Jumlah wisatawan muslim mancanegara yang

mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk ke Indonesia pada tahun

2012, Indonesia menerima wisatawan mancanegara sebanyak 8.044.462

wisatawan, dengan jumlah kunjungan wisatawan muslim mencapai

1.434.041 orang atau 18,24% dari total jumlah wisatawan tahun 2012.

Wisatawan Muslim terbanyak yang mengunjungi Indonesia menurut

Direktorat Jendral Pariwisata Kemenparekraf (2012) yaitu Malaysia,

sebanyak 684.952 wisatawan, kemudian Singapura dengan jumlah

189.445 wisatawan. Saudi Arabia juga cukup banyak dengan jumlah

84.046 wisatawan, India berjumlah 23.744 wisatawan serta Australia

mencapai 15.456 wisatawan. (Kemenparekraf, 2012)

Peluang dari pengembangan wisata syari’ah (islami) yaitu potensi pasar baik wisatawan domestik (penduduk Indonesia 90% beragama

Islam) maupun mancanegara (khusus Timur Tengah dan Malaysia cukup

menjanjikan). Potensi yang menjanjikan terhadap pengembangan wisata

islami atau wisata syariah di Indonesia semakin diperkuat dengan

launching pariwisata syari’ah pada tanggal 30 Oktober 2013 pada acara

Indonesia Halal Expo (INDEX) di Jakarta Internasional Expo yang

didukung oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

(Kemenparekraf) dan Majelis Ulama Indonesia.

Melihat peluang tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif telah mencanangkan 11 Destinasi yang akan dikembangkan

menjadi pariwisata syariah di Indonesia. Salah satu daerah yang akan

dikembangkan menjadi wisata syariah yaitu Jawa Barat. Hal ini cukup

beralasan karena Jawa Barat telah menjadi pusat bagi industri baju muslim

dan berbagai kuliner halal. Menurut Mantan Wakil Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif tahun 2009 - 2014, Sapta Winandar dalam Seminar

Nasional Pariwisata Syariah (27/03/2014) memaparkan, “Jumlah

(13)

memaksimalkan potensi besar tersebut untuk mengembangkan pariwisata

syariah. Bandingkan dengan Indonesia, di Jawa Barat saja jumlah

muslimnya mencapai 27 juta. Sesuai dengan Penelitian Profil Produk

Pariwisata Jawa Barat, jumlah potensi pariwisata di Jabar sebanyak ± 426

destinasi yang tersebar di 26 Kota/kabupaten. Berikut Potensi Daya Tarik

Syariah di Jawa Barat menurut Kemenparekraf

Tabel 1.1. Potensi Daya Tarik Wisata Syariah Jawa Barat

Air Panas Ciater Teropong Bintang Boscha

Factory Outlet Nasi Liwet

Taman Bunga Cihideung Keraton Cirebon Paris Van Java Karedok

Taman Bunga Nusantara Gedung Sate Pasar Baru Soto Bandung

Curug Cimahi Cisarua Surabi

Kawah Putih-Ciwidey

Kebun Raya Cibodas

Taman Safari Indonesia

Sumber : Rencana Strategis Pariwisata Syari’ah Kemenparekraf, (2013)

Berdasarkan rencana strategis pada tabel 1.3 terdapat beberapa daya

tarik wisata khususnya di wilayah Bandung Raya, seperti Lembang dan

Kawah Tangkuban Perahu, Taman Bunga Cihideung, Bandung Tempoe

Doeloe, Teropong Bintang Boscha, dan Gedung Sate. Sedangkan untuk

wisata belanja keempat tempat tersebut posisinya di Bandung. Serta wisata

kuliner yang hampir semuanya ada di kota Bandung.

Bandung merupakan Ibukota Jawa Barat, memiliki banyak destinasi

dan atraksi wisata yang menarik. Wisatawan datang ke Bandung untuk

menikmati beragam tempat mulai dari wisata kuliner hingga belanja

produk fesyen. Berikut data jumlah kunjungan wisatawan ke Bandung dari

(14)

Tabel 1.2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Bandung Tahun 2010 - 2014

Wisatawan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Wisman 228.449 225.585 176.855 176.132 180.143 Wisdos 4.951.439 6.487.239 5.080.584 5.388.292 5.627.421 Total 5.179.888 6.712.824 5.257.439 5.565.147 5.807.564 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, (2015)

Dari tabel dapat dilihat bahwa tingkat kunjungan wisatawan domestik

ke kota Bandung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun

berbeda dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang yang

mengalami fluktuatif kunjungan. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan

dari tahun sebelumnya namun mengalami penurunan pada tahun 2012 dan

mengalami peningkatan kembali namun tidak signifikan pada tahun-tahun

selanjutnya. Hal tersebut menujukkan bahwa sedikitnya repeater guest /

kunjungam yang intens dari wisatawan mancanegara ke Bandung yang

disebabkan oleh beberapa faktor. Wisatawan mancanegara yang sering ke

Bandung adalah dari Malaysia yang mayoritas beragama Islam. Berikut

daftar daya tarik wisata kota Bandung :

Tabel 1.3. Data Potensi Dan Daya Tarik Wisata Kota Bandung

Jenis Wisata Daya Tarik Wisata

Wisata Alam Kebun Binatang Bandung, Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani, Karangsetra

Wisata Budaya Museum Sri Baduga, Saung Angklung Udjo,

Wisata Minat Khusus

Museum Geologi, Museum Pos Indonesia, Museum KAA, Mandala Wangsit Siliwangi, Menara Masjid

Raya, Da’arut Tauhid

Sumber : Disnas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung (2015)

Berdasarkan Tabel 1.3 Bandung sudah mempunyai potensi Wisata

Alam, Sejarah, Budaya, Rekreasi, dan Wisata Khusus yang dapat

mendatangkan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanagera

untuk mengunjungi Kota Bandung. Selain itu, mayoritas penduduk

Bandung beragama muslim serta mempunyai beberapa masjid dan

(15)

satu contoh pengembangan pariwisata syariah adalah dengan memberikan

kemudahan kepada wisatawan muslim untuk tetap menjalankan kewajibannya untuk beribadah sesuai ajarannya yang syar’i. Seperti makanan yang halal dan ketersediaan tempat ibadah yang nyaman.

Hal tersebut menunjukan bahwa potensi pasar wisata syariah di

Bandung besar sekali, tetapi belum banyak pelaku usaha yang sadar akan

potensi ini karena wisata syariah terkesan eksklusif hanya untuk orang

muslim. Persepsi inilah yang akan diklarifikasi terhadap pengembangan

konsep dan prinsip wisata syariah, agar pasar tidak hanya terbatas karena

perbedaan keyakinan. Menurut data jumlah dan klasifikasi hotel beijin

Disbudpar Kota Bandung tahun 2015, saat ini tercatat ada 382 hotel

dengan berbagai klasifikasi yang tersebar di Bandung. Dengan total

16.582 kamar. Rata-rata hotel tersebut adalah hotel konvensional, masih

sangat sedikit yang menerapkan hotel syariah. Selain itu, dari sekitar 12

ribu restoran dan rumah makan yang ada di Kota Bandung, hanya sedikit

di antaranya yang memiliki sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia

(MUI). Hal itu dikemukakan Ketua MUI Jawa Barat Bidang Ekonomi dan

Produk Halal, Mustofa Djamaludin.

Meskipun dirasa tertinggal, diharapkan pariwisata syariah dapat

menjadi salah satu pengembanagan dalam sektor pariwisata di Kota

Bandung. Perlu digaris bawahi kembali, bahwa wisata syariah berbeda

dengan wisata religi. Wisata syariah bukan hanya wisata untuk

bersenang-senang, melaikan memperkaya wawasan keagamaan dan memperdalam

rasa spiritual. Perjalanan keagamaan yang ditujukan untuk memenuhi rasa

spiritual yang berisikan hikmah-hikmah dalam berwisata. Dengan

demikian, maka semestinya tujuan wisata syariah tidaklah sempit, namun

memiliki cakupan yang sangat luas, artinya tempat yang menjadi tujuan

wisata syariah tidak terbatas makam para wali saja, namun mencakup

setiap tempat yang bisa menggaihrahkan cita rasa religius, baik itu

pemakaman para wali, masjid peninggalan kesejarahan islam, tempat

bersejarah, atau tempat-tempat yang dapat menyampaikan pada tujuan

(16)

dapat melihat peluang dari potensi pariwisata syariah yang dimiliki Kota

Bandung.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Pariwisata Syariah untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Muslim Domestik dan Mancanegara di Kota Bandung.”

B. Rumusan Masalah

Rumusan maslah adalah pertanyaan yang akan dicari jawaban melalui

mengumpulkan data dan analisis. Berikut rumusan masalah yang akan

diteliti :

1. Bagaimana faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam

pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung?

2. Bagaimana faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam

pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung?

3. Bagaimana positioning kota Bandung dalam pengembangan pariwisata

syariah?

4. Bagaimana strategi pengembangan pariwisata syariah di Kota

Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merujuk dari perumusan masalah.

Maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan)

dalam pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung

2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam

pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung

3. Menganalisis positioning kota Bandung dalam mengembangakan

pariwisata syariah sesuai dengan hasil identifikasi faktor internal dan

eksternal berdasarkan analisis SWOT

4. Mendeskripsikan strategi pengembangan pariwisata syariah yang

sesuai untuk dilakukan dalam pengembangan wisata syariah di Kota

(17)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Penelitian ini digunakan untuk menerapkan ilmu yang telah

dipelajari selama diperkuliahan dalam bentuk implementasi

terhadap pengembangan wisata syariah di Kota Bandung.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi

penulis terutam terhadap pengembangan pariwisata syariah yang

sekarang sedang menjadi program dari Kementrian Pariwisata.

c. Bagi Penelitian Lebih Lanjut

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti

lain yang sejenis atau berkaitan dengan isi dari penelitian

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini sebagai rekomendasi atau masukan bagi pemerintah

dalam mengembangkan pariwisata syariah khususnya di kota

Bandung

b. Sebagai salah satu rekomendasi strategi Kota Bandung untuk

menerapkan dan mengembangkan pariwisata syariah melalui

(18)

Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan ini terdiri atas 5 (lima) bab. Uraian yang disajikan pada

setiap bab adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Definisi

Operasional, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Pada bab ini berisikan mengenai teori teori relevan yang dijadikan

sebagai landasan dalam penelitian ini dan kerangka pemikiran dari

penyusun terhadap penelitian yang dilakukan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode-metode yang akan digunakan dalam

penelitian, meliputi penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel

penelitian dan analisis pengolahan data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang pembahasan atas penelitian berdasarkan

atas penelitian berdasarkan teori dan data yang didapat melalui survey atau

observasi lapangan, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi.

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini menguraikan kesimpulan dari penyusun berdasarkan

hasil dari penelitian berupa strategi pengembangan pariwisata syariah di

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti yaitu metode atau desain

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono

(2014, hlm. 1) metode penelitian ini muncul karena terjadi perubahan

paradigma dalam memandang suatu realitas/fenomena/gejala. Dalam

paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh,

kompleks,dinamis dan penuh makna. Metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief (2010, hlm. 1) Penelitian

kualitatif (qualitative reseach) adalah suatu penelitian yang ditunjukan

untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas,

sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual

maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan

prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.

Penelitian ini bersifat induktif artinya peneliti membiarkan

permasalahan-permasalahn muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.

Data dihimpun dengan pengamatan yang saksama, mencakup deskripsi

dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara

yang mendalam, serta hasil analisa dokumen-dokumen dan

catatan-catatan.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Partisipan

Menurut Spradley dalam Sugiono (2012, hlm. 304)

mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat

(20)

dari banya domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa sampel

sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya memenuhi

kriteria sebagai berikut :

a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses

enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi

juga dihayatinya.

b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat

pada kegiatan yang tengah diteliti.

c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai

informasi.

d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri.

e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan

peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam

guru atau narasumber.

Berdasarkan penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian

adalah Kota Bandung, dan yang menjadi subyek penelitiannya

antara lain :

a. Dinas Pariwsata dan Kebudayaan Jawa Barat (Bapak Brata Puspo

WB, S.E -Bidang Kepariwisataan Disparbud Jabar)

b. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung (Ibu Yetty

Hartaty (Kasi Kerjama, Bidang Promosi Kepariwisataan Kota

Bandung)

c. ASITA Jawa Barat (Ibu Dewi Aanggraeni - Eks. Sekertaris )

d. PHRI Jawa Barat (Bapak Herman Mochtar - Ketua PHRI

JawaBarat)

e. MUI Jawa Barat (Bapak H. Muhammad Rafani A - Sekertaris

Umum MUI Jabar dan Bapak Agus Sugilar Wakil Direktur

LPPOM MUI Jabar)

f. MUI Kota Bandung (Bapak Drs. Tjetje Djunaeni - Anggota MUI

(21)

g. P2-Par ITB (Bapak Ir. Budi Faisal, MAUD, MLA, Ph.D - Kepala

P-P2PAR ITB)

2. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Kota Bandung.

Secara geografis Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan

merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada

ketinggian 768 Meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah

Utara dengan ketinggian 1.050 Meter dan terendah di sebelah Selatan

adalah 675 Meter di atas permukaan laut. Untuk lebih jelas, letak

geografis Kota Bandung dapat dilihat pada gambar 3.1.

Sumber: Program Studi Geografi FPIPS, (2015)

Gambar 3.1. Peta Kota Bandung

Adapun batas-batas administratif Kota Bandung adalah : Sebelah

Utara berbatasan dengan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat;

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi Kabupaten

Bandung; Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Terusan Pasteur

(22)

Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dayeuh Kolot, Bojongsoang,

Kabupaten Bandung.

C. Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 224) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Menurut cara

perolehannya, data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan

pengumpulan data primer dan sekunder, yaitu sebagai berikut :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan jalan dikumpulkan

sendiri oleh peneliti dan langsung dari obyek yang diteliti (Kusmayadi,

2000). Teknik pengumpulan data primer yang akan digunakan dalam

penelitian ini antara lain :

a. Observasi

Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur

yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek

penelitian. Observasi lapangan peneliti secara langsung akan

mendapatkan data primer dengan melakukan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang

ada pada objek penelitian.

b. Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data primer

yang membantu dan melengkapi pengumplan data yang tidak dapat

diungkapkan oleh teknik observasi, teknik ini dilakukan dengan

cara tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara

untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.

Sedangkan teknik pengambilan sumber data untuk wawancara

menggunakan teknik purposive sampling (bertujuan). Sumber data

di tetapkan berdasarkan pengetahuan atau pengalaman, sumber

(23)

c. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan

pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan

dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan jika

jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang tertutup

atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung

atau dikirim melalui email.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data hasil pengumpulan seseorang/sekelompok

orang atau instansi lain dalam bentuk publikasi, seperti biro statistik,

majalah, keterangan-keterangan, atau publikasi lainnya (Kusmayadi,

2000). Teknik pengumpulan data sekunder yang akan digunakan

dalam penelitian ini antara lain :

a. Studi Literatur

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

menjadikan studi penelaahan terhadap buku-buku,

literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan yang ada hubungannya

dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988, hlm. 111). Studi

literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk

mendukung permasalahan peneliti dengan cara mencari sumber

dari buku, jurnal, dan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Bandung.

b. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

tidak langsung ditunjukkan kepada subjek penelitian dengan

melihat, membaca, mempelajari, kemudian mencatat data yang

digunakan dapat berupa gambar, dan karya-karya seseorang

(24)

penelitain ini adalah membaca serta mempelajari dokumen yang

terkait dengan pengembangan potensi pariwisata syariah di Kota

Bandung serta data dan gambar yang ada. Dilakukan untuk

melengkapi, mendukung dan memperkuat data dalam menganalisis

masalah yang sedang diteliti.

c. Pencarian data di Internet

Dilakukan untuk mempermudah penyusun memperoleh data

yang dibutuhkan tanpa dibatasi oleh waktu dan jarak. Data diambil

dari website dan blog yang berhubungan dengan penelitian yang

sedang dilakukan oleh penyusun.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2010, hlm. 80). Dalam penelitian kualitatif

tidak menggunakan istilah populasi, namun menurut Spredley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atastiga elemen, yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity)

yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2012, hlm. 49).

2. Sampel

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu,

melakukan observasi, dan wawancara kepada orang-orang yang

dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Teknik penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive.

Sampling purposive ini adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011, hlm. 85).

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 81) sampel merupakan bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Bila populasi

besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi. Misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka

(25)

Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Dari pernyataan

tersebut maka disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh Wisatawan domesti dan mancanegara Kota Bandung dalam

jangka waktu 1 tahun yaitu tahun 2014. Untuk menentukan ukuran

sample, pada penelitian ini digunakan Rumus Slovin, yaitu sebagai

berikut :

n = ...(1)

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran populasi

e = Persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (e = 0,15 untuk

Wisatawan Nusantara dan e = 0.20 untuk Wisatawan

Mancanegara).

Tabel 3.1. Jumlah Wisatawan Ke Kota Bandung Tahun 2014

Wisatawan Jumlah

Wisatawan Domestik 5.627.421

Wisatawan Mancanegara 180.143

Jumlah 5.807.564

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, 2015

Berdasarkan rumus Slovin dengan populasi wisatawan domestik

sebanyak 5.627.421 jiwa, dengan nilai kritis atau batas ketelitian yang

diinginkan 15% untuk wisatawan domestik. Sedangkan wisatawan

manacanegara Kota Bandung berjumlah 180.143 atau 3% dari jumlah

keseluruhan wisatawan Bandung, sehingga untuk wisatawan

mancanegara nilai kritis atau batas ketelitian 20%. Penelliti

memasukkan ukuran populasi tersebut terhadap rumus Slovin maka

(26)

a. Wisatawan Domestik

n =

n =

n = 45

b. Wisatawan Mancanegara

n =

n =

n = 25

Maka sampel Wisatawan Domestik yang akan dijadikan

responden dalam pengisian angket sebanyak 45 orang. Sedangkan

sampel untuk Wisatawan Mancanegara yang akan dijadikan responden

dalam pengisian angket sebanyak 25 orang.

Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling.

Menurut Sugiyono (2005, hlm. 53) accidential sampling adalah teknik

pengambilan sampel secara tidak sengaja atau secara acak. Teknik

pengambilan sampel ini yaitu berdasarkan responden muslim yang

ditemui ketika berada di lapangan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk mempermudah dan

melancarkan kegiatan penelitian dan dapat secara sistematis dalam data

yang dihasilkan. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 148) “Instrumen

(27)

Tabel 3.2. Instrumen Penelitian

Akomodasi Hotel Syariah di Kota Bandung Masyarakat - Kebiasaan

(28)

No Data Aspek Sub-Aspek Metode Sumber

atau dengan menentukan besarnya pengaruh dari suatu (beberapa) kejadian

terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan/

meramalkan kejadian lainnya. Proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan

bantuan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Analisis Kuesioner

Penelitian ini menggunakan Skala Likert sebagai pedoman

penafsiran. Skala Likert merupakan jenis skala yang mempunyai

realibilitas tinggi dalam mengurutkan manusia berdasarkan intensitas

sikap tertentu (Nasution, 2000, hlm. 63).

Skala Likert dalam menafsikan data relatif mudah. Skor yang lebih

tinggi menunjukkan sikap yang lebih tinggi taraf atau intensitasnya

(29)

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini

adalah angket Skala Likert dengan empat alternatif jawaban,

yaitu:

Tabel 3.3. Kategori Skala Likert

Pernyataan Nilai

Sangat Setuju/ Selalu/ Sangat Baik 4

Setuju / Sering/ Baik 3

Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah/ Kurang Baik 2

Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah/ Sangat Tidak Baik 1 Sumber : Sugiyono, (2010)

Penggolongan kategori tiap indikator dihitung berdasarkan nilai

yang diperoleh dari hasil kuesioner dengan cara mengalihkan besar

bobot (nilai) pada kategori tertentu yang telah ditetapkan dengan

jumlah responden yang menjawab masing-masing kategori tersebut.

Berdasarkan dengan 45 responden wisatawan nusantara dan 25

responden wisatawan mancanegara, maka dapat ditentukan bobot

penilaian dengan menggunakan jarak yang dapat dihitung melalui

nilai tertinggi dan nilai terndah sebagai berikut :

Jarak = Jarak tertinggi – Jarak terendah

Nilai tertinggi = Total responden x Bobot terbesar

Nilai terendah = Total responden x Bobot terkecil

Interval = Jarak / Banyaknya Kelas

2. Analisis Matriks EFE dan Matriks EFI

a. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal

SWOT adalah salah satu strategi untuk menggambarkan

bagaimana manajemen menyelaraskan peluang-peluang dan

ancaman-ancaman yang dihadapi organisasi dengan kekuatan

dan kelemahannya, sehingga menghasilkan empat rangkaian

alternatif strategi (Rufaidah, 2012)

Metode ini mengarah pada brainstorming untuk

menciptakan strategi-strategi alternatif yang mungkin tidak

(30)

karena merupakan bentuk analisis situasi dan kondisi yang

bersifat deskriptif atau memberi gambaran terhadap suatu

masalah. Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi Kota

Bandung yang aktual dan faktual sebagai faktor masukan yang

kemudian dikelompokkan menurut konstribusinya

masing-masing, baik itu kekuatan, kelemahan, peluang, ataupun

ancaman. Penggunaan metode ini nantinya diharapkan akan

menghasilkan suatu analisis dan pilihan strategis (strategic

analysis and choices) yang menyeluruh, agar dapat digunakan

untuk menentukan faktor penentu keberhasilan dan faktor

kegagalan. SWOT mempunyai tujuan untuk memilah pokok

masalah dan memudahan dalam pendekatan strategis. Selain

itu diharapkan pengembangan kawasan kota syariah yang

dilakukan senantiasa terarah dan terfokus. Inti dari SWOT

adalah perumusan strategi gabungan dari IFAS (Internal

Strategic Factors Summary) dengan komponen EFAS

(External Strategic Factors Summary) sehingga menghasilkan

empat macam straegi kombinasi untuk dianalisa lebih lanjut.

3. Matrix External Factor Evaluation (EFE)

Analisis evaluasi faktor eksternal dilakukan untuk

mengembangkan faktor peluang yang kiranya dapat dimanfaatkan dan

faktor ancaman yang perlu dihindari. Dalam analisis ini faktor

lingkungan eksternal yang akan diidentikasi antara lain politik,

ekonomi, sosial, budaya, teknologi, infrastruktur dan lain sebagainya.

Dalam mengevaluasi faktor tersebut digunakan matriks evaluasi faktor

eksternal (EFE).

1) Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan

ancaman).

2) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari

1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak

terhadap faktor strategis. Nilai bobot dinilai dan dihitung

(31)

yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot

pada setiap faktor penentu eksternal serta faktor-faktor dalam

struktur industri. Penentuan bobot dari setiap faktor digunakan

skala 1, 2, dan 3, dimana arti nilai tersebut sebagai berikut :

1 = Jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor

vertikal

2 = Jika faktor horizontal sama penting daripada faktor

vertikal

3 = Jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor

vertikal

Bobot dari setiap faktor dengan menentukan proporsi nilai

setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan

menggunaan rumus berikut :

Keterangan : ai = bobot faktor ke-i

Xi = nilai faktor ke-i

i = 1,2,...,n

Bentuk nilai pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel

3. 4 berikut ini :

Tabel 3.4. Pembobotan Matrik EFE “Paired ComparationFaktor

penentu Eksternal

A B C Total

A B C

Jumlah Sumber: (David, 2004 hlm.131)

3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor

dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai

dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap

kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating

(32)

besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating

+1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah

1, sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4

4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3,

untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.

Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor

yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai

dengan 1,0 (poor)

5) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan

mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor

pembobotannya dihitung.

6) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk

memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang

bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana

perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya

dalam kelompok industri yang sama. Berikut tabel untuk

matrik EFE (Tabel 3.5) :

Tabel 3.5. Matriks Evaluation Factors Eksternal (EFE) Key External

Factor

Bobot Rating Skor

Peluang -

-

Ancaman -

-

Total 1,00

(33)

4. Matrik Internal Factors Evaluation (IFE)

Matrik IFE digunakan untuk mengetahui fator-faktor internal yang

berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Berikut

tahapan kerja dari matrik IFE :

1) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan

Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

2) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Berdasarkan

pengaruh faktor-faktor tersebut posisi strategis perusahaan. (Semua

bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). Nilai bobot dinilai dan dihitung menggunakan teknik “Paired Comparation”. yaitu metode yang digunakan untuk memberikan

penilaian terhadap bobot pada setiap faktor penentu internal serta

faktor-faktor dalam struktur industri. Penentuan bobot dari setiap

faktor digunakan skala 1, 2, dan 3, dimana arti nilai tersebut sebagai

berikut :

1 = Jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor

vertikal

2 = Jika faktor horizontal sama penting daripada faktor vertikal

3 = Jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal

Bobot dari setiap faktor dengan menentukan proporsi nilai setiap

faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunaan

rumus berikut :

Keterangan : ai = bobot faktor ke-i

Xi = nilai faktor ke-i

i = 1,2,...,n

Bentuk nilai pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. 6

(34)

Tabel 3.6. Pembobotan Matrik IFE “Paired ComparisonFaktor

penentu Internal

A B C Total

A B C

Jumlah Sumber: (David, 2004 hlm.131)

3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan

yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang

masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4

(sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri

atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif,

kebalikannya. Contohnya jika kelemahan perusahaan besar sekali

dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan

jika kelemahan perusahaan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah

4, ratingnya adalah 1, sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit

ratingnya 4

4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi

mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor)

5) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya

dihitung

6) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total

skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap

faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaanlainnya dalam

kelompok industri yang sama. Berikut tabel untuk matrik IFE (Tabel

(35)

Tabel 3.7. Matriks Internal Factors Internal (IFE)

Sumber : (Umar, Husein 2008, hlm. 249).

5. Postitioning Kuadran SWOT

Setelah memasukkan data kedalam matrik Eksternal Factors

Evaluation (EFE) dan Internal Factors Evaluation (IFE) dan

memberi bobot dan rating untuk masing-masing poin. Tahapan kerja

yang selanjutnya adalah menghitung jumlah skor yang didapat dari

kedua matrik tersebut, yang dimana hal tersebut dimaksudkan untuk

mengetahui positioning, suatu wilayah atau kawasan dilihat dari

potensi yang ada. Postitioning yang dimaksud disini adalah

postitioning untuk mengetahui posisi potensi Kota Bandung. Berikut

tahapan kerja untuk menentukan positioning kuadran SWOT.

Setelah sebelumnya membahas matrik IFE dan EFE maka dapat

diketahui posisi suatu perusahaan yang sesungguhnya. Dari matrik

IFE dapat diketahui posisi sumbu x dengan rumus sebagai berikut :

X = Total Kekuatan - Total Kelemahan

Sedangkan untuk matrik EFE dapat diketahui posisi sumbu Y

dengan rumus sebagai berikut :

Y = Total Peluang - Total Ancaman Key Internal

Factor

Bobot Rating Skor

Kekuatan -

-

Kelemahan -

-

(36)

\

Sumber : (Rangkuti, 2014, hlm. 20)

Gambar 3.2. Kuadran Postitioning Faktor Internal dan Eksternal

Keterangan (Rangkuti, 2014, hlm. 21) :

1. Kuadran I (Positif, Positif)

Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan

dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang

agresif (growth oriented strategy).

2. Kuadran II (Positif, Negatif)

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi

(produk/pasar).

3. Kuadran III (Negatif, Positif)

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di

lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark

pada BCG Matrix. Fokus strategi perusahaan ini adalah

Kelemahan Internal

Berbagai Peluang

Kekuatan Internal

Berbagai Ancaman 4. Mendukungstrategi

defensif

2. Mendukung strategi diversifikasi

1. Mendukung strategi agresif

3. Mendukung strategi

(37)

meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga

dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

4. Kuadran IV (Negatif, Negatif)

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

internal.

6. Tahap Penentuan Strategi

Tahap ini merupakan tahap final atau kesimpulan dalam proses

analisis data. Setelah mengetahui suatu wilayah tersebut ada di

postitioning berapa, maka tahapan kerja akhir adalah menentukan

strategi apa yang akan digunakan untuk wilayah tersebut dengan

menggunakan matrik TOWS/SWOT.

Kombinasi komponen-komponen SWOT merupakan

strategi-strategi yang mendukung pengembangan potensi seperti, strategi-strategi

Strengths Opportunities (SO), Strengths Threats (ST), Weaknesses

Opportunities (WO) dan Weaknesses. Agar lebih jelasnya dapat dilihat

(38)

Keempat macam strategi kombinasi tersebut adalah :

1. Strategi S-O (Strenght-Opportunity)

Strategi ini mengkombinasikan komponen kekuatan (strengths)

dan peluang (opportunies) yang dimiliki suatu bisnis tersebut.

Sehinggga dihasilkan strategi untuk meraih peluang yang ada dengan

kekuatan yang dimiliki bisnis tersebut. Strategi yang memanfaatkan

seluruh kekuatan yang dimiliki bisnis tersebut.

2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)

Strategi ini mengkombinasikan komponen kelemahan (weakness)

dan peluang (opportunities) yang dimiliki suatu bisnis tertentu

sehingga dihasilkan strategi untuk meminimalkan kelemahan yang

dimiliki dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan

3. Strategi ST (Strength-Threat)

Strategi ini mengkombinasikan komponen kekuatan (strengths)

dan ancaman (threaths) yang dimiliki suatu bisnis tertentu sehingga

dihasilkan strategi untuk meminimalkan ancaman yang ada dengan

kekuatan yang dimiliki bisnis tersebut. Strategi yang menggunakan

kekuatan yang dimiliki oleh objek dan daya tarik wisata untuk

mengatasi ancaman yang memungkinkan terjadi.

4. Strategi WT (Weakness-Threat)

Strategi ini mengkombinasikan komponen kelemahan (weakness)

dan ancaman (threaths) yang dimiliki suatu bisnis tertentu, sehingga

dihasilkan strategi untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki

sekaligus menghindari ancaman bisnis yang ada. Strategi ini berupa

kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan

(39)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan wisata syariah di

Kota Bandung, dapat disimpulkan antara lain :

1. Sesuai dengan penelitian yang dilaukan oleh penulis, terdapat beberapa

faktor internal dalam pengembangan pariwisata syariah diantaranya adalah

dari segi kekuatan yang dimiliki seperti; beragamnya daya tarik wisata di

Bandung yang berpotensi dikembangkan menjadi wisata syariah,

mayoritas penduduk Bandung yang Muslim, Potensi daya tarik Masjid dan

Pesantren, Aktifitas keislaman, Event dan wisata belanja busana muslim,

Aksesbilitas menuju Bandung dan sarana prasana umum kota yang

memadai, serta adanya visi & misi Kota Bandung. Sedangkan kekurangan

dalam pengembangan pariwisata syariah di Bandung antara lain, belum

adanya peraturan daerah mengenai pariwisata syariah, belum adanya

komunitas/lembaga yang concern terhadap pariwisata syariah, sedikitnya

jumlah akomodasi dan usaha pariwisata yang sudah berlabel halal,

kemacetan, sarana transportasi dan akses informasi, banyaknya jumlah

usaha pariwisata hiburan malam, sosialisasi dan promosi mengenai konsep

pariwisata syariah.

2. Faktor Eksternal pengembangan pariwisata syariah di Bandung. Terdapat

peluang besar seperti dengan adanya rencana strategis dari Kemenparekraf

mengenai pariwisata syariah karena tren pariwisata global saat ini

(Banyaknya jumlah umat muslim di dunia dan Total Expenditure Wisman

muslim tinggi, Wisatawan muslim memilih destinasi Muslim Friendly).

Jawa Barat sebagai salah satu destinasi wisata syariah di Indonesia, dengan

Bandung sebagai ibukota Jawa Barat akan menjadi pilot project

pengembangan pariwisata syariah. Adapun ancaman dalam pengembangan

wisata syariah tersebut antara lain seperti tingkat kunjungan wisatawan

mancanegara yang fluktuatif dan tidak mengalami peningkatan yang

(40)

industri pariwisata terhadap konsep pariwisata syariah sehingga

berdampak sedikitnya pelaku indusrti, serta berkembangnya wisata syariah

di negara lain.

3. Setelah dianalisis dari kendala serta potensi pariwisata syariah melalui

Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFA) di

Kota Bandung ini maka diperoleh positioning pada kuadran III (-, +)

dengan skor (-0,02 ; 1,31), dimana dapat ditentukan strategi turn around

dalam pengembangan potensi pariwisata syariah di Kota Bandung. Posisi

dalam kuadran III sehingga menggunakan strategi WO. Merupakan posisi

Bandung mengghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak,

Bandung menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi

yang dapat diambil oleh Kota Bandung adalah meminimalkan

masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar pariwisata syariah

yang lebih baik.

4. Strategi pengembangan pariwisata syariah yang dapat diterapkan di

Bandung antara lain yaitu, Perbaikan sarana transportasi dan akses

informasi untuk kenyamanan wisatawan, melakukan pendataan potensi

pariwisata syariah, kemudian memperbaiki fasilitas destinasi yang

berpotensi menjadi tujuan wisata syariah. Selain itu, perlunya untuk

menjaga kebersihan dan kenyamanan masjid di Bandung sebagai sarana

kebutuhan ibadah wajib wisatawan muslim. Langkah selanjutnya yaitu

memperjelas mekanisme dan sosialisasi mendapatkan sertifikat halal bagi

industri pariwisata, serta mengintensifkan promosi melalui event expo

halal, festifal busana muslim sebagai bentuk mensosialisasikan konsep

serta prospek pariwisata syariah kepada industri pariwisata (Hotel,

Rrestauran, BPW, Spa). Pemerintah Kota Bandung segera membuat

peraturan daerah mengenai sertifikasi halal bagi usaha pariwisata. Dinas

Pariwisata Kota Bandung dapat melakukan kerjasama dengan melibatkan

berbagai pihak terkait seperti MUI, komunitas muslim, industri pariwisata

(stakeholder) seperti ASITA Jawa Barat, PHRI Jawa Barat, MES

(Masyarakat Ekonomi Syariah) untuk membentuk SDM yang concern

(41)

peraturan daerah mengenai pariwisata syariah, sehingga menjadi program

dari pemerintah untuk diajukan dan disahkan oleh DPRD Kota Bandung.

B. Rekomendasi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi

dalam pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung berdasarkan hasil

analisis yang diperoleh maka dapat diusulkan beberapa rekomendasi untuk

pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk Pemerintah

a. Mengembangkan potensi daya tarik wisata syariah yang dimiliki

Bandung, dengan melakukan langkah pertama untuk pendataan

potensi wisata syariah. Dan kemudian melakukan perbaikan sarana

prasarana destinasi, maupun sarana ibadah masjid

b. Pemerintah Kota Bandung segera mengeluarkan peraturan daerah

mengenai sertifikasi halal untuk industri pariwisata di Bandung

c. Menyusun standar pengembangan pariwisata syariah. Pemerintah

bekerjasama dengan MUI untuk membuat fatwa yang menyangkut

kriteria wisata sesuai dengan syariat Islam dan standar wisata

syariah yang cocok untuk pengembangan wisata syariah di Kota

Bandung

d. Melakakukan sosialisasi dan promosi dengan cara seminar oleh

kalangan akademisi dan peneliti, bekerjasama dengan event

muslim untuk menginformasikan ketika sedang berlangsung acara

mengenai konsep dan besarnya potensi serta peluang pariwisata

syariah kepada masyarakat, wisatawan, dan industri pariwisata.

Sehingga mereka tertarik untuk bekerjasama dalam pengembangan

pariwisata syariah sebagai upaya meningkatkan kunjungan

wisatawan muslim domestik maupun mancanegara

e. Melibatkan semua stakeholders secara terintegrasi dalam setiap

tahapan pengembangan dan manajemen pengelolaan pariwisata

syariah. Partisipasi aktif semua pemangku kepentingan akan lebih

menjamin tercapainya tujuan pengembangan pariwisata syariah

(42)

f. Sinergi antara pihak yang concern terhadap pariwisata syariah

(Lembaga pariwisata, ulama, tokoh masyarakat,

Akademisi/Perguruan Tinggi, Pemerintah, LSM, Industri

Pariwisata seperti PHRI dan ASITA) untuk memberikan perhatian

serta kontribusi mengenai pengembangan pariwisata syariah di

Kota Bandung

g. Membuat peraturan daerah mengenai pariwisata syariah dengan

menerapkap konsep dan prinsip-prinsip yang terkandung sehingga

dapat menjadi program pariwisata pemerintah yang kemudian

disetujui oleh DPRD

h. Pelatihan dalam meningkatkan SDM wisata syariah. Diantaranya

seperti Itinerary/jadwal kegiatan wisata seharusnya memasukkan

jadwal sholat bagi para wisatawan, dan tour leader diberikan

pelatihan yang memadai mengenai informasi/sejarah Bandung

pada umumnya dan informasi tentang perkembangan Islam pada

khususnya di Bandung

i. Kota Bandung lebih intensif dalam penyelenggarann event seperti

fesyen busana muslim, pameran kuliner halal khas Bandung atau

program aktifitas wisata syariah lainnya untuk wisatawan muslim

supaya lebih mengenal kebudayaan Islam di Bandung

j. Mempercepat pembangunan sarana transportasi umum (monorail)

dan menambah armada bus pariwisata Bandros (Bandung on The

Bus) untuk mengatasi kemacetan

k. Memperbaiki sarana akses informasi untuk mempermudah

wisatawan dalam mendapatkan informasi sarana transportasi dan

tujuan destinasi (aplikasi smartphone yang terhubung dengan

Bandung Command Centre)

2. MUI

a. Menerapkan UU produk halal dan memperjelas mekanisme dan

sosialisai perijinan sertifikasi halal

b. Membuat regulasi mengenai standar usaha hotel syariah. Dalam

(43)

membuat regulasi mengenai standar untuk usaha hotel syariah,

restauran halal, spa syariah dan BPW syariah :

1) Mewajibkan bagi restauran di Bandung untuk mengikuti

prosedur mendapatkan sertifikasi halal. Pihak pemerintah

mempermudah perijinan dan proses mendapatkan sertifikat

halal.

2) Mewajibkan bagi usaha Spa syariah dan BPW/agen

perjalanan syariah untuk mendapat sertifikat halal, sehingga

dapat mendukung aktifitas wisata syariah.

3) Akomodasi standar hotel syariah (hilal 1)

- Penyediaan tempat sholat dan tempat wudhu yang

nyaman, penunjuk arah kiblat dan perlengkapan alat

sholat di kamar hotel

- Ketika reservasi bagi tamu yang bukan muhrim tidak

boleh dalam satu kamar atau dengan menunjukkan KTP

- Tidak menyediakan makanan ataupun minuman yang

tidak halal

- Tidak ada fasilitas dan aktifitas hotel yang tidak sesuai

dengan syariat Islam (seperti pengadaan diskotik, pub,

karaoke)

- Pembuatan jadwal renang untuk laki-laki dan wanita di

jam tertentu supaya yang berenang antara laki-laki dan

(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku dan Artikel Jurnal :

Ariesto Hadi Sutopo & Adrianus Arief. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO. Jakarta : Prenada Media Group.

David, Fred R. (2004). Manajemen Strategis. Jakarta : PT. Indeks kelompok Gramedia.

Duman, Teoman Ph.d. Values of Islamic Tourism Offering Perspectives From The Turkish Experience. International Burch University : Sarajenova

Hasan, Iqbal. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : Bumi Aksara.

Ismael,Muatasim., Katharina Blaim. (2012). Practitioner Contribution, Toward Applied Islamic Business ethics : Responsible Halal Business : Emerald

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Bandung : Grasindo

Kusmayadi. (2000). Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Laderlah, Siti Anis.,et. Al. (2011). A Study on Islamic Tourism : A Malaysian Experience. ICSIT Press : Singapore

Mubarok , Jaih. (2014). Pengaturan Wisata Syari’ah di Indonesia. BPH DSN- Majelis Ulama Indonesia : Bandung

Nasir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nasution, S. 2000. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, dan Martini hadari. 1991. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nieminen, Katrie. (2012). Religiuos Tourism, A Finish Perspective. Haaga Helia : Greece

Nirwandar,Sapta.,DR.SE. (2014). Kontribusi Ekonomi Islam terhadap Perekonomian Dunia. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : Jakarta

Pitana, I Gde. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Pitana, I Gde. Gayatri, P.G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi

Gambar

Gambar 3.1. Peta Kota Bandung
Tabel 3.2. Instrumen Penelitian
Tabel 3.8. Matriks Analisis SWOT KEKUATAN (strengths)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui (i) paramater kimia, fisik dan kualitas perairan menggunakan indeks kualitas perairan (WQI), (ii)

ulawesi Selatan merupakan Propinsi di Indonesia yang banyak memiliki suku bangsa diantaranya Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja dimana setiap suku mempunyai

Bentuk basis data dengan menggunakan Physical Data Model yang menampilkan relasi-relasi antar tabel yang digunakan pada aplikasi visualisasi data mahasiswa dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) yang tersusun ini merupakan pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana atas keberhasilan dan kegagalan

Dari uraian diatas dapat kita ambil salah satu contoh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kabupaten HSU merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

belum berhasil menembus Resistance pada level harga 3050 dan terbuka peluang untuk mencoba level Support pada level 2980 dalam jangka pendek. Trading Range: 2940

Maklumat hanya berkenaan bahan spesifik dan mungkin tidak sah untuk bahan yang digunakan bersamaan bahan lain atau dalam sebarang proses, kecuali ada dinyatakan di

Data minimum ialah minimum ialah data data yang paling yang paling sederhana yang sederhana yang masih masih dapat mengenal dapat mengenal suatu kasus kanker yang