DOMESTIK DAN MANCANEGARA DI KOTA BANDUNG
ABSTRAK
Oleh
Ariqa Nurwilda Sugiarti 1106074
Kota Bandung mempunyai daya tarik wisata dan aktifitas wisata yang beragam dan berpotensi untuk menjadi destinasi wisata syariah. Konsep dan Prinsip Pariwisata Syraiah diambil dari buku Wisata Syariah (Karakter, Potensi, Prospek, dan
Tantangan). Pariwisata syariah mempunyai kesan eksklusif sehingga masih sedikit
industri pariwisata yang sadar akan potensi dan peluang besar yang dimiliki Bandung. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan pariwisata syariah yang ada di Bandung, kemudian menganalisis dan membuat strategi pengembangan yang sesuai. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dan informasi pariwisata syariah Kota Bandung diperoleh dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner kepada wisatawan muslim domestik dan mancanegara. Metode analisis data menggunakan Analisis SWOT berdasarkan analisis EFI (Evaluasi Faktor Internal) dan EFE (Evaluasi Faktor Eksternal) yang kemudian didapatkan positioning kuadaran untuk menentukan strategi. Teknik analisis data SWOT diambil dari buku Analisis SWOT : Teknik
Membedah Kasus Bisnis. Strategi yang didapat merupakan hasil dari persilangan SO,
WO, ST, dan WT. Hasil dari penelitian ini menunjukan posisi pada kuadran III, sehingga strategi yang sesuai adalah strategi WO / turn around. Dalam penelitian ini menghasilkan strategi pengembangan pariwisata syariah untuk menjadi destinasi wisatawan muslim domestik maupun mancanegara. Langkah awal yang dapat ditempuh oleh pemerintah antara lain perbaikan sarana prasarana masjid, destinasi wisata, transportasi dan akses informasi. Setelah itu, Pemerintah melakukan pendataan potensi pariwisata syariah dan mensosialisasikannya. Kemudian, membuat regulasi mengenai sertifikasi halal usaha pariwisata syariah bekerjasama dengan MUI. Pembuatan peraturan daerah dapat melibatkan berbagai pihak terkait yang concern dan stakeholder/ industri pariwisata. Sehingga peraturan daerah mengenai pengembangan pariwisata syariah yang dihasilkan dapat sesuai serta pada tujuannya yaitu meningkatkan kunjungan wisatawan muslim domestik dan mancanegara di Kota Bandung.
IN BANDUNG CITY
ABSTRACT
by :
Ariqa Nurwilda Sugiarti 1106074
Bandung City with many diversity of tourism attractions and tourism activities and has a good potential to became an Islamic tourism. The principal and concept of Islamic tourism taken from Wisata Syariah (Karakter, Potensi, Prospek, dan Tantangan) book. Islamic tourism feels too exclusive that not many tourism industry realize the potential and the opportunity of Bandung. So, the purpose of this research is to identify the internal and external factors of Bandung Islamic tourism development that include strengths, weakness, opportunities and threats. After that to analyze and make a development strategy that suit to Bandung’s condition. This research used descriptive method with qualitative approach. The data and information about Islamic tourism in Bandung are from primary and secondary data. Data collection technique are by doing observation, interviews, documentation and spreading questionnaire to domestic and international moslem tourists. Data analysis method using SWOT analysis based on IFE (Internal Factor Evaluation) and EFE (External Factor Evaluation) analysis that provide positioning quadrant to define the strategy. The technique of SWOT analysis was taken from a book called Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. That strategy could be crossed from SO, WO, ST, and WT. The result from this research is to show that The position is in quadrant III. So, the suitable strategy is turn around / WO strategy. Also in this research provide the development strategy that suitable to Bandung’s potential to become moslem tourist destination, both domestic and international. The first step that can be taken by the government are repairing mosque facilities, tourism destination, transportation and information access. After that, government should do the collection of Islamic tourism potential and socialize it. Then, making a regulation of halal certificate for islamic tourism industry together with MUI. The making of local regulation could involve many parties who concern and also tourism industry stakeholder. So the local regulation about islamic tourism development that produced could be suitable with the aim which is to increase the numbers of domestic and international moslem visitors.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7
C. Rumusan Masalah Penelitian... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Kepariwisataan ... 10
B. Wisata Religi ... 12
C. Wisata Syariah ... 13
D. Pengembangan Pembangunan Wisata Syariah tehadap Pihak Terkait .... 22
E. Strategi Pengembangan ... 24
F. Kerangka Pemikiran ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Desain Penelitian ... 26
B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 26
C. Pengumpulan Data ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 33
F. Analisis Data... 35
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Kondisi Umum Kota Bandung ... 46
B. Profil Wisatawan Muslim Kota Bandung ... 69
C. Prinsip Wisata Syariah yang ada di Kota Bandung ... 83
D. Pembahasan ... 92
1. Faktor Internal Pengembangan Wisata Syariah Koto Bandung ... 92
2. Faktor Eksternal Pengembangan Wisata Syariah Kota Bandung ... 103
3. Positioning ... 121
4. Strategi Pengembangan... 124
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 127
A. Simpulan ... 127
B. Rekomendasi ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 132
DAFTAR TABEL
Tabel :
1.1Potensi Daya Tarik Wisata Syariah Jawa Barat...4
1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Bandung Tahun 2010 – 2014...5
1.3 Data Potensi Dan Daya Tarik Wisata Kota Bandung...5
2.1 Perbedaan Wisata Syariah dengan lainnya ... 16
3.1 Jumlah Kunjunga Wisatawan ke Kota Bandung Tahun 2014 . ... 32
3.2 Instrumen Penelitian... 34
3.3 Kategori Skala Likert ... 36
3.4 Pembobotan Matriks EFE Paired Comparation ... 38
3.5 Matriks Evaluation Factors Eksternal (EFE) ... 39
3.6 Pembobotan Matriks IFE Paired Comparation. ... 41
3.7 Matriks Evaluation Factors Internal (IFE). ... 42
3.8 Matriks Analisis SWOT. ... 44
4.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Agama. ... 49
4.2 Sarana dan Prasarana Umum Kota Bandung. ... 50
4.3 Jaringan Jalan Kota Bandung. ... 56
4.4 Pekapitulasi Data Kunjungan Wisatawan ke Bandung Tahun 2010 - 2014 .... 59
4.5 Urutan 10 Besar Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Bandung ... 61
4.6 Jumlah dan Klasifikasi Hotel di Bandung ... 62
4.7 Hotel Syariah di Bandung. ... 63
4.8 Jumlah Restauran dan Klasifikasi Restauran berijin di Bandung. ... 64
4.9 Rekomendasi Restauran Halal di Bandung ... ... 66
4.10 BPW/Agen Perjalanan berijin di Kota bandung Tahun 2015. ... 66
4.11 Bidang Usaha Hiburan Kota Bandung. ... 67
4.12 Usaha Pariwisata Syariah di Bandung. ... 68
4.13 Prinsip Pariwisata Syariah menurut Wisatawan Muslim di Bandung berdasarkan Skala Likert ... 83
4.14 Penilaian Kelas Interval Wisatawan Muslim Domestik... 85
4.15 Penilaian Kelas Interval Wisatawan Muslim Mancanegara... 86
4.17 Pesantren di Bandung. ... 94
4.18 Organisasi Keislaman di Bandung ... 96
4.19 Negara Tujuan Wisatawan Muslim dan Negara Sumber Pasar. ... 105
4.20 Jumlah Kunjungan Wisatawan MuslimMancanegara ke Indonesia. ... 107
4.21 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bandung. ... 111
4.22 Pembobotan Matriks IFE Metode Pair Comparation. ... 114
4.23 Matriks Internal Faktor Evaluasi (IFE). ... 116
4.24 Pembobotan Matriks EFE Metode Pair Comparation ... 118
4.25 Matriks Eksternal Faktor Evaluasi (EFE) ... 120
DAFTAR GAMBAR
Gambar :
3.1 Peta Kota Bandung . ... 28
3.2 Kuadran Positioning Faktor Internal dan Eksternal ... 43
4.1 Diagram Jenis Kelmain Wisatawan Muslim . ... 69
4.2 Diagram Usia Wisatawan Muslim . ... 70
4.3 Diagram Kota Asal Wisatawan Muslim Domestik . ... 71
4.4 Diagram Negara Asal Wisatawan Muslim Mancanegara . ... 72
4.5 Diagram Pendidikan Terakhir Wisatawan Muslim . ... 73
4.6 Diagram Status Pekerjaan Wisatawan Muslim . ... 74
4.7 Diagram Penghasilan Perbulan Wisatawan Muslim Domestik . ... 75
4.8 Diagram Penghasilan Perbulan Wisatawan Muslim Mancanegara . ... 76
4.9 Diagram Pola Perjalanan Wisatawan Muslim ... 77
4.10 Diagram Jenis Kelmain Wisatawan Muslim . ... 78
4.11 Diagram Intensitas Berkunjung Wisatawan Muslim . ... 79
4.12 Diagram Tujuan Berkunjung ... 80
4.13 Diagram Wisatawan Muslim berdasarkan Daya Tarik Wisata . ... 81
4.14 Penilaian Kelas Interval Wisatawan Muslim Domestik berdasarkan Skala Likert . ... 84
4.15 Penilaian Kelas Interval Wisatawan Muslim Mancanegara berdasarkan Skala Likert . ... 85
DAFTAR BAGAN
Bagan :
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
I. Kuesioner Penelitian Wisdos Muslim
II. Kuesioner Penelitian Wisman Muslim
III. Surat Permohonan Wawancara
IV. Pedoman Wawancara
V. Dokumentasi
VI. Tabel Tabulasi Data Kuesioner
VII. Surat Izin Mengadakan Penelitian
VIII. Surat Pernyataan Wawanacara
IX. Surat Keputusan Pembimbing Skripsi
X. Surat Keputusan Ujian Sidang
XI. Buku Bimbingan
XII. Perbaikan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan kegiatan yang kompleks, multidisiplin,
multidimensi, dan multisektoral yang melibatkan sektor pemerintah,
stakeholder, serta masyarakat. Pariwisata salah satu sektor industri yang
berkembang sangat pesat. Dan menjadi sektor pendukung perekonomian
dunia secara global, pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebanyak 4%
dibandingkan tahun sebelumnya atau diakumulasikan dengan jumlah 1
milyar lebih wisatawan yang melakukan perjalanan ke luar negaranya
(UNWTO, 2012). Dewasa ini, wisata menjadi kebutuhan hampir setiap
manusia sebagai bentuk aktualisasi diri untuk menambah pengalaman,
pengetahuan baru serta menghilangkan kepenatan rutinitas sehari-hari.
Umat muslim yang tersebar di negara - negara Arab dan Timur Tengah
juga merasakan hal yang sama, banyaknya publikasi dan promosi
pariwisata melalui internet menjadi faktor penarik wisatawan muslim
untuk berwisata. Menurut Crecentrating, Halal Friendly Travel And
Tourism Consultant, mejelaskan bahwa Potensi terhadap pasar untuk
pengembangan wisata Syariah (muslim) jika dilihat dari populasi muslim
di dunia sebanyak 1,8 milyar atau sekitar 28% dari total populasi dunia
sebesar 6,4 miliar yang tersebar di 148 negara. Dari total muslim di dunia,
62% berasal dari Asia Pasifik atau dengan jumlah 972 juta. Maka dari itu,
munculah wisata syariah sebagai tren dari pariwisata saat ini.
Pariwisata syariah dinilai memiliki prospek yang cukup bagus dalam
perkembangan pariwisata di Indonesia. Potensi pasar pariwisata syariah
makin prospektif lantaran jumlah pendapatan yang didapatkan dari
wisatawan muslim terbilang tinggi. Rata-rata kaum muslim yang ada di
Asia, Amerika, dan Eropa merupakan kalangan kelas menengah. Mereka
adalah pasar yang pas untuk dibidik oleh pelaku usaha karena daya beli
mereka terus naik. UNWTO memperkirakan jumlah tersebut merupakan
12,3 % dari total belanja wisatawan secara global di tahun 2011.
Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan sebesar $1,6 milyar dari total
$8,5 milyar. (Jurnal Yeni Yuniawati : Pariwisata Dalam Bingkai Syariah,
2013).
Definisi dari wisata syariah menurut Din (dalam Teoman, 2011, hlm.
6), Wisata syariah didefinisikan sebagai aktivitas wisata yang dilakukan
oleh muslim yang memang didorong oleh motivasi untuk melakukan
aktivitas Islam dan sesuai prinsip syariah.
Wisatawan muslim merasakan berwisata ke negara-negara Islam lebih
menyenangkan sehingga pasar wisatawan muslim semakin berkembang
pesat dan berbagai pihak berusaha menangkap potensi pasar tersebut
termasuk dengan menyediakan paket wisata baru, akomodasi yang islami,
objek wisata Islam untuk dikembangkan.
Di Asia, rata-rata telah menerapkan wisata islami di negaranya, yaitu
Malaysia yang juga telah membentuk Islamic Tourism Center pada tahun
2009 (Sofyan, 2012, hlm. 25), bukan hanya Malaysia, negara yang
minoritas beragama Islampun ikut menggarap wisata syariah untuk
meraup pangsa pasar wisatawan muslim, seperti Rusia, China, Thailand,
Jepang, Australia yang justru bukan Negara dengan penduduk mayoritas
Islam. Mereka berhasil unggul dalam sektor pariwisata syariah. Singapura
juga memiliki Crescent Rating Halal Friendly Travel and Tourism
Company, yang menawarkan jasa management, consultancy, dan training.
Lembaga ini juga memberikan peringkat halal friendly di seluruh sektor
pariwisata di berbagai negara. Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia merupakan negara ke 4 dengan populasi terbanyak di dunia
sekitar 237 juta orang dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia
(13,1% dari total jumlah penduduk muslim dunia), diikuti oleh India,
Pakistan, Bangladesh, Nigeria, Mesir, Iran, Turki, Algeria, dan Maroko
sebagai 10 negara dengan populasi Muslim terbesar.
Selain itu, Indonesia sudah mempunyai modal dasar yang lebih baik
dibanding negara lain dengan populasi muslim terbesar di dunia, sehingga
sangat kondusif dalam menyambut wisatawan muslim. Dengan
Indonesia memiliki potensi yang beragam dan menarik dengan kekayaan
alam dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Hal tersebut tidak menutup
kemungkinan menjadikan Indonesia menjadi tujuan utama wisatawan
muslim mancanegara. Jumlah wisatawan muslim mancanegara yang
mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk ke Indonesia pada tahun
2012, Indonesia menerima wisatawan mancanegara sebanyak 8.044.462
wisatawan, dengan jumlah kunjungan wisatawan muslim mencapai
1.434.041 orang atau 18,24% dari total jumlah wisatawan tahun 2012.
Wisatawan Muslim terbanyak yang mengunjungi Indonesia menurut
Direktorat Jendral Pariwisata Kemenparekraf (2012) yaitu Malaysia,
sebanyak 684.952 wisatawan, kemudian Singapura dengan jumlah
189.445 wisatawan. Saudi Arabia juga cukup banyak dengan jumlah
84.046 wisatawan, India berjumlah 23.744 wisatawan serta Australia
mencapai 15.456 wisatawan. (Kemenparekraf, 2012)
Peluang dari pengembangan wisata syari’ah (islami) yaitu potensi pasar baik wisatawan domestik (penduduk Indonesia 90% beragama
Islam) maupun mancanegara (khusus Timur Tengah dan Malaysia cukup
menjanjikan). Potensi yang menjanjikan terhadap pengembangan wisata
islami atau wisata syariah di Indonesia semakin diperkuat dengan
launching pariwisata syari’ah pada tanggal 30 Oktober 2013 pada acara
Indonesia Halal Expo (INDEX) di Jakarta Internasional Expo yang
didukung oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) dan Majelis Ulama Indonesia.
Melihat peluang tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif telah mencanangkan 11 Destinasi yang akan dikembangkan
menjadi pariwisata syariah di Indonesia. Salah satu daerah yang akan
dikembangkan menjadi wisata syariah yaitu Jawa Barat. Hal ini cukup
beralasan karena Jawa Barat telah menjadi pusat bagi industri baju muslim
dan berbagai kuliner halal. Menurut Mantan Wakil Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif tahun 2009 - 2014, Sapta Winandar dalam Seminar
Nasional Pariwisata Syariah (27/03/2014) memaparkan, “Jumlah
memaksimalkan potensi besar tersebut untuk mengembangkan pariwisata
syariah. Bandingkan dengan Indonesia, di Jawa Barat saja jumlah
muslimnya mencapai 27 juta. Sesuai dengan Penelitian Profil Produk
Pariwisata Jawa Barat, jumlah potensi pariwisata di Jabar sebanyak ± 426
destinasi yang tersebar di 26 Kota/kabupaten. Berikut Potensi Daya Tarik
Syariah di Jawa Barat menurut Kemenparekraf
Tabel 1.1. Potensi Daya Tarik Wisata Syariah Jawa Barat
Air Panas Ciater Teropong Bintang Boscha
Factory Outlet Nasi Liwet
Taman Bunga Cihideung Keraton Cirebon Paris Van Java Karedok
Taman Bunga Nusantara Gedung Sate Pasar Baru Soto Bandung
Curug Cimahi Cisarua Surabi
Kawah Putih-Ciwidey
Kebun Raya Cibodas
Taman Safari Indonesia
Sumber : Rencana Strategis Pariwisata Syari’ah Kemenparekraf, (2013)
Berdasarkan rencana strategis pada tabel 1.3 terdapat beberapa daya
tarik wisata khususnya di wilayah Bandung Raya, seperti Lembang dan
Kawah Tangkuban Perahu, Taman Bunga Cihideung, Bandung Tempoe
Doeloe, Teropong Bintang Boscha, dan Gedung Sate. Sedangkan untuk
wisata belanja keempat tempat tersebut posisinya di Bandung. Serta wisata
kuliner yang hampir semuanya ada di kota Bandung.
Bandung merupakan Ibukota Jawa Barat, memiliki banyak destinasi
dan atraksi wisata yang menarik. Wisatawan datang ke Bandung untuk
menikmati beragam tempat mulai dari wisata kuliner hingga belanja
produk fesyen. Berikut data jumlah kunjungan wisatawan ke Bandung dari
Tabel 1.2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Bandung Tahun 2010 - 2014
Wisatawan Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Wisman 228.449 225.585 176.855 176.132 180.143 Wisdos 4.951.439 6.487.239 5.080.584 5.388.292 5.627.421 Total 5.179.888 6.712.824 5.257.439 5.565.147 5.807.564 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, (2015)
Dari tabel dapat dilihat bahwa tingkat kunjungan wisatawan domestik
ke kota Bandung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun
berbeda dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang yang
mengalami fluktuatif kunjungan. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya namun mengalami penurunan pada tahun 2012 dan
mengalami peningkatan kembali namun tidak signifikan pada tahun-tahun
selanjutnya. Hal tersebut menujukkan bahwa sedikitnya repeater guest /
kunjungam yang intens dari wisatawan mancanegara ke Bandung yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Wisatawan mancanegara yang sering ke
Bandung adalah dari Malaysia yang mayoritas beragama Islam. Berikut
daftar daya tarik wisata kota Bandung :
Tabel 1.3. Data Potensi Dan Daya Tarik Wisata Kota Bandung
Jenis Wisata Daya Tarik Wisata
Wisata Alam Kebun Binatang Bandung, Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani, Karangsetra
Wisata Budaya Museum Sri Baduga, Saung Angklung Udjo,
Wisata Minat Khusus
Museum Geologi, Museum Pos Indonesia, Museum KAA, Mandala Wangsit Siliwangi, Menara Masjid
Raya, Da’arut Tauhid
Sumber : Disnas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung (2015)
Berdasarkan Tabel 1.3 Bandung sudah mempunyai potensi Wisata
Alam, Sejarah, Budaya, Rekreasi, dan Wisata Khusus yang dapat
mendatangkan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanagera
untuk mengunjungi Kota Bandung. Selain itu, mayoritas penduduk
Bandung beragama muslim serta mempunyai beberapa masjid dan
satu contoh pengembangan pariwisata syariah adalah dengan memberikan
kemudahan kepada wisatawan muslim untuk tetap menjalankan kewajibannya untuk beribadah sesuai ajarannya yang syar’i. Seperti makanan yang halal dan ketersediaan tempat ibadah yang nyaman.
Hal tersebut menunjukan bahwa potensi pasar wisata syariah di
Bandung besar sekali, tetapi belum banyak pelaku usaha yang sadar akan
potensi ini karena wisata syariah terkesan eksklusif hanya untuk orang
muslim. Persepsi inilah yang akan diklarifikasi terhadap pengembangan
konsep dan prinsip wisata syariah, agar pasar tidak hanya terbatas karena
perbedaan keyakinan. Menurut data jumlah dan klasifikasi hotel beijin
Disbudpar Kota Bandung tahun 2015, saat ini tercatat ada 382 hotel
dengan berbagai klasifikasi yang tersebar di Bandung. Dengan total
16.582 kamar. Rata-rata hotel tersebut adalah hotel konvensional, masih
sangat sedikit yang menerapkan hotel syariah. Selain itu, dari sekitar 12
ribu restoran dan rumah makan yang ada di Kota Bandung, hanya sedikit
di antaranya yang memiliki sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI). Hal itu dikemukakan Ketua MUI Jawa Barat Bidang Ekonomi dan
Produk Halal, Mustofa Djamaludin.
Meskipun dirasa tertinggal, diharapkan pariwisata syariah dapat
menjadi salah satu pengembanagan dalam sektor pariwisata di Kota
Bandung. Perlu digaris bawahi kembali, bahwa wisata syariah berbeda
dengan wisata religi. Wisata syariah bukan hanya wisata untuk
bersenang-senang, melaikan memperkaya wawasan keagamaan dan memperdalam
rasa spiritual. Perjalanan keagamaan yang ditujukan untuk memenuhi rasa
spiritual yang berisikan hikmah-hikmah dalam berwisata. Dengan
demikian, maka semestinya tujuan wisata syariah tidaklah sempit, namun
memiliki cakupan yang sangat luas, artinya tempat yang menjadi tujuan
wisata syariah tidak terbatas makam para wali saja, namun mencakup
setiap tempat yang bisa menggaihrahkan cita rasa religius, baik itu
pemakaman para wali, masjid peninggalan kesejarahan islam, tempat
bersejarah, atau tempat-tempat yang dapat menyampaikan pada tujuan
dapat melihat peluang dari potensi pariwisata syariah yang dimiliki Kota
Bandung.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Pariwisata Syariah untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Muslim Domestik dan Mancanegara di Kota Bandung.”
B. Rumusan Masalah
Rumusan maslah adalah pertanyaan yang akan dicari jawaban melalui
mengumpulkan data dan analisis. Berikut rumusan masalah yang akan
diteliti :
1. Bagaimana faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam
pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung?
2. Bagaimana faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam
pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung?
3. Bagaimana positioning kota Bandung dalam pengembangan pariwisata
syariah?
4. Bagaimana strategi pengembangan pariwisata syariah di Kota
Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merujuk dari perumusan masalah.
Maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
dalam pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung
2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam
pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung
3. Menganalisis positioning kota Bandung dalam mengembangakan
pariwisata syariah sesuai dengan hasil identifikasi faktor internal dan
eksternal berdasarkan analisis SWOT
4. Mendeskripsikan strategi pengembangan pariwisata syariah yang
sesuai untuk dilakukan dalam pengembangan wisata syariah di Kota
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Program Studi Manajemen Resort & Leisure
Penelitian ini digunakan untuk menerapkan ilmu yang telah
dipelajari selama diperkuliahan dalam bentuk implementasi
terhadap pengembangan wisata syariah di Kota Bandung.
b. Bagi Penulis
Penelitian ini untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi
penulis terutam terhadap pengembangan pariwisata syariah yang
sekarang sedang menjadi program dari Kementrian Pariwisata.
c. Bagi Penelitian Lebih Lanjut
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti
lain yang sejenis atau berkaitan dengan isi dari penelitian
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini sebagai rekomendasi atau masukan bagi pemerintah
dalam mengembangkan pariwisata syariah khususnya di kota
Bandung
b. Sebagai salah satu rekomendasi strategi Kota Bandung untuk
menerapkan dan mengembangkan pariwisata syariah melalui
Struktur Organisasi Skripsi
Penulisan ini terdiri atas 5 (lima) bab. Uraian yang disajikan pada
setiap bab adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Definisi
Operasional, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Pada bab ini berisikan mengenai teori teori relevan yang dijadikan
sebagai landasan dalam penelitian ini dan kerangka pemikiran dari
penyusun terhadap penelitian yang dilakukan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode-metode yang akan digunakan dalam
penelitian, meliputi penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel
penelitian dan analisis pengolahan data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pembahasan atas penelitian berdasarkan
atas penelitian berdasarkan teori dan data yang didapat melalui survey atau
observasi lapangan, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi.
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini menguraikan kesimpulan dari penyusun berdasarkan
hasil dari penelitian berupa strategi pengembangan pariwisata syariah di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti yaitu metode atau desain
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono
(2014, hlm. 1) metode penelitian ini muncul karena terjadi perubahan
paradigma dalam memandang suatu realitas/fenomena/gejala. Dalam
paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh,
kompleks,dinamis dan penuh makna. Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief (2010, hlm. 1) Penelitian
kualitatif (qualitative reseach) adalah suatu penelitian yang ditunjukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas,
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan
prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.
Penelitian ini bersifat induktif artinya peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahn muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.
Data dihimpun dengan pengamatan yang saksama, mencakup deskripsi
dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara
yang mendalam, serta hasil analisa dokumen-dokumen dan
catatan-catatan.
B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Partisipan
Menurut Spradley dalam Sugiono (2012, hlm. 304)
mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat
dari banya domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa sampel
sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi
juga dihayatinya.
b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat
pada kegiatan yang tengah diteliti.
c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai
informasi.
d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri.
e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan
peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam
guru atau narasumber.
Berdasarkan penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian
adalah Kota Bandung, dan yang menjadi subyek penelitiannya
antara lain :
a. Dinas Pariwsata dan Kebudayaan Jawa Barat (Bapak Brata Puspo
WB, S.E -Bidang Kepariwisataan Disparbud Jabar)
b. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung (Ibu Yetty
Hartaty (Kasi Kerjama, Bidang Promosi Kepariwisataan Kota
Bandung)
c. ASITA Jawa Barat (Ibu Dewi Aanggraeni - Eks. Sekertaris )
d. PHRI Jawa Barat (Bapak Herman Mochtar - Ketua PHRI
JawaBarat)
e. MUI Jawa Barat (Bapak H. Muhammad Rafani A - Sekertaris
Umum MUI Jabar dan Bapak Agus Sugilar Wakil Direktur
LPPOM MUI Jabar)
f. MUI Kota Bandung (Bapak Drs. Tjetje Djunaeni - Anggota MUI
g. P2-Par ITB (Bapak Ir. Budi Faisal, MAUD, MLA, Ph.D - Kepala
P-P2PAR ITB)
2. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Kota Bandung.
Secara geografis Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan
merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada
ketinggian 768 Meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah
Utara dengan ketinggian 1.050 Meter dan terendah di sebelah Selatan
adalah 675 Meter di atas permukaan laut. Untuk lebih jelas, letak
geografis Kota Bandung dapat dilihat pada gambar 3.1.
Sumber: Program Studi Geografi FPIPS, (2015)
Gambar 3.1. Peta Kota Bandung
Adapun batas-batas administratif Kota Bandung adalah : Sebelah
Utara berbatasan dengan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung; Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Terusan Pasteur
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dayeuh Kolot, Bojongsoang,
Kabupaten Bandung.
C. Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 224) teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Menurut cara
perolehannya, data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan
pengumpulan data primer dan sekunder, yaitu sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan jalan dikumpulkan
sendiri oleh peneliti dan langsung dari obyek yang diteliti (Kusmayadi,
2000). Teknik pengumpulan data primer yang akan digunakan dalam
penelitian ini antara lain :
a. Observasi
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur
yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek
penelitian. Observasi lapangan peneliti secara langsung akan
mendapatkan data primer dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang
ada pada objek penelitian.
b. Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data primer
yang membantu dan melengkapi pengumplan data yang tidak dapat
diungkapkan oleh teknik observasi, teknik ini dilakukan dengan
cara tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara
untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.
Sedangkan teknik pengambilan sumber data untuk wawancara
menggunakan teknik purposive sampling (bertujuan). Sumber data
di tetapkan berdasarkan pengetahuan atau pengalaman, sumber
c. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan
pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan jika
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang tertutup
atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung
atau dikirim melalui email.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data hasil pengumpulan seseorang/sekelompok
orang atau instansi lain dalam bentuk publikasi, seperti biro statistik,
majalah, keterangan-keterangan, atau publikasi lainnya (Kusmayadi,
2000). Teknik pengumpulan data sekunder yang akan digunakan
dalam penelitian ini antara lain :
a. Studi Literatur
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
menjadikan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988, hlm. 111). Studi
literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mendukung permasalahan peneliti dengan cara mencari sumber
dari buku, jurnal, dan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Bandung.
b. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditunjukkan kepada subjek penelitian dengan
melihat, membaca, mempelajari, kemudian mencatat data yang
digunakan dapat berupa gambar, dan karya-karya seseorang
penelitain ini adalah membaca serta mempelajari dokumen yang
terkait dengan pengembangan potensi pariwisata syariah di Kota
Bandung serta data dan gambar yang ada. Dilakukan untuk
melengkapi, mendukung dan memperkuat data dalam menganalisis
masalah yang sedang diteliti.
c. Pencarian data di Internet
Dilakukan untuk mempermudah penyusun memperoleh data
yang dibutuhkan tanpa dibatasi oleh waktu dan jarak. Data diambil
dari website dan blog yang berhubungan dengan penelitian yang
sedang dilakukan oleh penyusun.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2010, hlm. 80). Dalam penelitian kualitatif
tidak menggunakan istilah populasi, namun menurut Spredley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atastiga elemen, yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity)
yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2012, hlm. 49).
2. Sampel
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu,
melakukan observasi, dan wawancara kepada orang-orang yang
dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Teknik penentuan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive.
Sampling purposive ini adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011, hlm. 85).
Menurut Sugiyono (2012, hlm. 81) sampel merupakan bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Bila populasi
besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi. Misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Dari pernyataan
tersebut maka disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh Wisatawan domesti dan mancanegara Kota Bandung dalam
jangka waktu 1 tahun yaitu tahun 2014. Untuk menentukan ukuran
sample, pada penelitian ini digunakan Rumus Slovin, yaitu sebagai
berikut :
n = ...(1)
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran populasi
e = Persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (e = 0,15 untuk
Wisatawan Nusantara dan e = 0.20 untuk Wisatawan
Mancanegara).
Tabel 3.1. Jumlah Wisatawan Ke Kota Bandung Tahun 2014
Wisatawan Jumlah
Wisatawan Domestik 5.627.421
Wisatawan Mancanegara 180.143
Jumlah 5.807.564
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, 2015
Berdasarkan rumus Slovin dengan populasi wisatawan domestik
sebanyak 5.627.421 jiwa, dengan nilai kritis atau batas ketelitian yang
diinginkan 15% untuk wisatawan domestik. Sedangkan wisatawan
manacanegara Kota Bandung berjumlah 180.143 atau 3% dari jumlah
keseluruhan wisatawan Bandung, sehingga untuk wisatawan
mancanegara nilai kritis atau batas ketelitian 20%. Penelliti
memasukkan ukuran populasi tersebut terhadap rumus Slovin maka
a. Wisatawan Domestik
n =
n =
n = 45
b. Wisatawan Mancanegara
n =
n =
n = 25
Maka sampel Wisatawan Domestik yang akan dijadikan
responden dalam pengisian angket sebanyak 45 orang. Sedangkan
sampel untuk Wisatawan Mancanegara yang akan dijadikan responden
dalam pengisian angket sebanyak 25 orang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling.
Menurut Sugiyono (2005, hlm. 53) accidential sampling adalah teknik
pengambilan sampel secara tidak sengaja atau secara acak. Teknik
pengambilan sampel ini yaitu berdasarkan responden muslim yang
ditemui ketika berada di lapangan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk mempermudah dan
melancarkan kegiatan penelitian dan dapat secara sistematis dalam data
yang dihasilkan. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 148) “Instrumen
Tabel 3.2. Instrumen Penelitian
Akomodasi Hotel Syariah di Kota Bandung Masyarakat - Kebiasaan
No Data Aspek Sub-Aspek Metode Sumber
atau dengan menentukan besarnya pengaruh dari suatu (beberapa) kejadian
terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan/
meramalkan kejadian lainnya. Proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan
bantuan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Analisis Kuesioner
Penelitian ini menggunakan Skala Likert sebagai pedoman
penafsiran. Skala Likert merupakan jenis skala yang mempunyai
realibilitas tinggi dalam mengurutkan manusia berdasarkan intensitas
sikap tertentu (Nasution, 2000, hlm. 63).
Skala Likert dalam menafsikan data relatif mudah. Skor yang lebih
tinggi menunjukkan sikap yang lebih tinggi taraf atau intensitasnya
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini
adalah angket Skala Likert dengan empat alternatif jawaban,
yaitu:
Tabel 3.3. Kategori Skala Likert
Pernyataan Nilai
Sangat Setuju/ Selalu/ Sangat Baik 4
Setuju / Sering/ Baik 3
Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah/ Kurang Baik 2
Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah/ Sangat Tidak Baik 1 Sumber : Sugiyono, (2010)
Penggolongan kategori tiap indikator dihitung berdasarkan nilai
yang diperoleh dari hasil kuesioner dengan cara mengalihkan besar
bobot (nilai) pada kategori tertentu yang telah ditetapkan dengan
jumlah responden yang menjawab masing-masing kategori tersebut.
Berdasarkan dengan 45 responden wisatawan nusantara dan 25
responden wisatawan mancanegara, maka dapat ditentukan bobot
penilaian dengan menggunakan jarak yang dapat dihitung melalui
nilai tertinggi dan nilai terndah sebagai berikut :
Jarak = Jarak tertinggi – Jarak terendah
Nilai tertinggi = Total responden x Bobot terbesar
Nilai terendah = Total responden x Bobot terkecil
Interval = Jarak / Banyaknya Kelas
2. Analisis Matriks EFE dan Matriks EFI
a. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal
SWOT adalah salah satu strategi untuk menggambarkan
bagaimana manajemen menyelaraskan peluang-peluang dan
ancaman-ancaman yang dihadapi organisasi dengan kekuatan
dan kelemahannya, sehingga menghasilkan empat rangkaian
alternatif strategi (Rufaidah, 2012)
Metode ini mengarah pada brainstorming untuk
menciptakan strategi-strategi alternatif yang mungkin tidak
karena merupakan bentuk analisis situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif atau memberi gambaran terhadap suatu
masalah. Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi Kota
Bandung yang aktual dan faktual sebagai faktor masukan yang
kemudian dikelompokkan menurut konstribusinya
masing-masing, baik itu kekuatan, kelemahan, peluang, ataupun
ancaman. Penggunaan metode ini nantinya diharapkan akan
menghasilkan suatu analisis dan pilihan strategis (strategic
analysis and choices) yang menyeluruh, agar dapat digunakan
untuk menentukan faktor penentu keberhasilan dan faktor
kegagalan. SWOT mempunyai tujuan untuk memilah pokok
masalah dan memudahan dalam pendekatan strategis. Selain
itu diharapkan pengembangan kawasan kota syariah yang
dilakukan senantiasa terarah dan terfokus. Inti dari SWOT
adalah perumusan strategi gabungan dari IFAS (Internal
Strategic Factors Summary) dengan komponen EFAS
(External Strategic Factors Summary) sehingga menghasilkan
empat macam straegi kombinasi untuk dianalisa lebih lanjut.
3. Matrix External Factor Evaluation (EFE)
Analisis evaluasi faktor eksternal dilakukan untuk
mengembangkan faktor peluang yang kiranya dapat dimanfaatkan dan
faktor ancaman yang perlu dihindari. Dalam analisis ini faktor
lingkungan eksternal yang akan diidentikasi antara lain politik,
ekonomi, sosial, budaya, teknologi, infrastruktur dan lain sebagainya.
Dalam mengevaluasi faktor tersebut digunakan matriks evaluasi faktor
eksternal (EFE).
1) Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan
ancaman).
2) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari
1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak
terhadap faktor strategis. Nilai bobot dinilai dan dihitung
yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot
pada setiap faktor penentu eksternal serta faktor-faktor dalam
struktur industri. Penentuan bobot dari setiap faktor digunakan
skala 1, 2, dan 3, dimana arti nilai tersebut sebagai berikut :
1 = Jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor
vertikal
2 = Jika faktor horizontal sama penting daripada faktor
vertikal
3 = Jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor
vertikal
Bobot dari setiap faktor dengan menentukan proporsi nilai
setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan
menggunaan rumus berikut :
Keterangan : ai = bobot faktor ke-i
Xi = nilai faktor ke-i
i = 1,2,...,n
Bentuk nilai pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel
3. 4 berikut ini :
Tabel 3.4. Pembobotan Matrik EFE “Paired Comparation” Faktor
penentu Eksternal
A B C Total
A B C
Jumlah Sumber: (David, 2004 hlm.131)
3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor
dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai
dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating
besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating
+1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah
1, sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4
4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3,
untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor
yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai
dengan 1,0 (poor)
5) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan
mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor
pembobotannya dihitung.
6) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk
memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang
bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana
perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya
dalam kelompok industri yang sama. Berikut tabel untuk
matrik EFE (Tabel 3.5) :
Tabel 3.5. Matriks Evaluation Factors Eksternal (EFE) Key External
Factor
Bobot Rating Skor
Peluang -
-
Ancaman -
-
Total 1,00
4. Matrik Internal Factors Evaluation (IFE)
Matrik IFE digunakan untuk mengetahui fator-faktor internal yang
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Berikut
tahapan kerja dari matrik IFE :
1) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan
Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
2) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Berdasarkan
pengaruh faktor-faktor tersebut posisi strategis perusahaan. (Semua
bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). Nilai bobot dinilai dan dihitung menggunakan teknik “Paired Comparation”. yaitu metode yang digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap bobot pada setiap faktor penentu internal serta
faktor-faktor dalam struktur industri. Penentuan bobot dari setiap
faktor digunakan skala 1, 2, dan 3, dimana arti nilai tersebut sebagai
berikut :
1 = Jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor
vertikal
2 = Jika faktor horizontal sama penting daripada faktor vertikal
3 = Jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal
Bobot dari setiap faktor dengan menentukan proporsi nilai setiap
faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunaan
rumus berikut :
Keterangan : ai = bobot faktor ke-i
Xi = nilai faktor ke-i
i = 1,2,...,n
Bentuk nilai pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. 6
Tabel 3.6. Pembobotan Matrik IFE “Paired Comparison” Faktor
penentu Internal
A B C Total
A B C
Jumlah Sumber: (David, 2004 hlm.131)
3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan
yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang
masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4
(sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri
atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif,
kebalikannya. Contohnya jika kelemahan perusahaan besar sekali
dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan
jika kelemahan perusahaan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah
4, ratingnya adalah 1, sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit
ratingnya 4
4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor)
5) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung
6) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap
faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaanlainnya dalam
kelompok industri yang sama. Berikut tabel untuk matrik IFE (Tabel
Tabel 3.7. Matriks Internal Factors Internal (IFE)
Sumber : (Umar, Husein 2008, hlm. 249).
5. Postitioning Kuadran SWOT
Setelah memasukkan data kedalam matrik Eksternal Factors
Evaluation (EFE) dan Internal Factors Evaluation (IFE) dan
memberi bobot dan rating untuk masing-masing poin. Tahapan kerja
yang selanjutnya adalah menghitung jumlah skor yang didapat dari
kedua matrik tersebut, yang dimana hal tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui positioning, suatu wilayah atau kawasan dilihat dari
potensi yang ada. Postitioning yang dimaksud disini adalah
postitioning untuk mengetahui posisi potensi Kota Bandung. Berikut
tahapan kerja untuk menentukan positioning kuadran SWOT.
Setelah sebelumnya membahas matrik IFE dan EFE maka dapat
diketahui posisi suatu perusahaan yang sesungguhnya. Dari matrik
IFE dapat diketahui posisi sumbu x dengan rumus sebagai berikut :
X = Total Kekuatan - Total Kelemahan
Sedangkan untuk matrik EFE dapat diketahui posisi sumbu Y
dengan rumus sebagai berikut :
Y = Total Peluang - Total Ancaman Key Internal
Factor
Bobot Rating Skor
Kekuatan -
-
Kelemahan -
-
\
Sumber : (Rangkuti, 2014, hlm. 20)
Gambar 3.2. Kuadran Postitioning Faktor Internal dan Eksternal
Keterangan (Rangkuti, 2014, hlm. 21) :
1. Kuadran I (Positif, Positif)
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (growth oriented strategy).
2. Kuadran II (Positif, Negatif)
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
3. Kuadran III (Negatif, Positif)
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di
lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark
pada BCG Matrix. Fokus strategi perusahaan ini adalah
Kelemahan Internal
Berbagai Peluang
Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman 4. Mendukungstrategi
defensif
2. Mendukung strategi diversifikasi
1. Mendukung strategi agresif
3. Mendukung strategi
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga
dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
4. Kuadran IV (Negatif, Negatif)
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal.
6. Tahap Penentuan Strategi
Tahap ini merupakan tahap final atau kesimpulan dalam proses
analisis data. Setelah mengetahui suatu wilayah tersebut ada di
postitioning berapa, maka tahapan kerja akhir adalah menentukan
strategi apa yang akan digunakan untuk wilayah tersebut dengan
menggunakan matrik TOWS/SWOT.
Kombinasi komponen-komponen SWOT merupakan
strategi-strategi yang mendukung pengembangan potensi seperti, strategi-strategi
Strengths Opportunities (SO), Strengths Threats (ST), Weaknesses
Opportunities (WO) dan Weaknesses. Agar lebih jelasnya dapat dilihat
Keempat macam strategi kombinasi tersebut adalah :
1. Strategi S-O (Strenght-Opportunity)
Strategi ini mengkombinasikan komponen kekuatan (strengths)
dan peluang (opportunies) yang dimiliki suatu bisnis tersebut.
Sehinggga dihasilkan strategi untuk meraih peluang yang ada dengan
kekuatan yang dimiliki bisnis tersebut. Strategi yang memanfaatkan
seluruh kekuatan yang dimiliki bisnis tersebut.
2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
Strategi ini mengkombinasikan komponen kelemahan (weakness)
dan peluang (opportunities) yang dimiliki suatu bisnis tertentu
sehingga dihasilkan strategi untuk meminimalkan kelemahan yang
dimiliki dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
3. Strategi ST (Strength-Threat)
Strategi ini mengkombinasikan komponen kekuatan (strengths)
dan ancaman (threaths) yang dimiliki suatu bisnis tertentu sehingga
dihasilkan strategi untuk meminimalkan ancaman yang ada dengan
kekuatan yang dimiliki bisnis tersebut. Strategi yang menggunakan
kekuatan yang dimiliki oleh objek dan daya tarik wisata untuk
mengatasi ancaman yang memungkinkan terjadi.
4. Strategi WT (Weakness-Threat)
Strategi ini mengkombinasikan komponen kelemahan (weakness)
dan ancaman (threaths) yang dimiliki suatu bisnis tertentu, sehingga
dihasilkan strategi untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki
sekaligus menghindari ancaman bisnis yang ada. Strategi ini berupa
kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan wisata syariah di
Kota Bandung, dapat disimpulkan antara lain :
1. Sesuai dengan penelitian yang dilaukan oleh penulis, terdapat beberapa
faktor internal dalam pengembangan pariwisata syariah diantaranya adalah
dari segi kekuatan yang dimiliki seperti; beragamnya daya tarik wisata di
Bandung yang berpotensi dikembangkan menjadi wisata syariah,
mayoritas penduduk Bandung yang Muslim, Potensi daya tarik Masjid dan
Pesantren, Aktifitas keislaman, Event dan wisata belanja busana muslim,
Aksesbilitas menuju Bandung dan sarana prasana umum kota yang
memadai, serta adanya visi & misi Kota Bandung. Sedangkan kekurangan
dalam pengembangan pariwisata syariah di Bandung antara lain, belum
adanya peraturan daerah mengenai pariwisata syariah, belum adanya
komunitas/lembaga yang concern terhadap pariwisata syariah, sedikitnya
jumlah akomodasi dan usaha pariwisata yang sudah berlabel halal,
kemacetan, sarana transportasi dan akses informasi, banyaknya jumlah
usaha pariwisata hiburan malam, sosialisasi dan promosi mengenai konsep
pariwisata syariah.
2. Faktor Eksternal pengembangan pariwisata syariah di Bandung. Terdapat
peluang besar seperti dengan adanya rencana strategis dari Kemenparekraf
mengenai pariwisata syariah karena tren pariwisata global saat ini
(Banyaknya jumlah umat muslim di dunia dan Total Expenditure Wisman
muslim tinggi, Wisatawan muslim memilih destinasi Muslim Friendly).
Jawa Barat sebagai salah satu destinasi wisata syariah di Indonesia, dengan
Bandung sebagai ibukota Jawa Barat akan menjadi pilot project
pengembangan pariwisata syariah. Adapun ancaman dalam pengembangan
wisata syariah tersebut antara lain seperti tingkat kunjungan wisatawan
mancanegara yang fluktuatif dan tidak mengalami peningkatan yang
industri pariwisata terhadap konsep pariwisata syariah sehingga
berdampak sedikitnya pelaku indusrti, serta berkembangnya wisata syariah
di negara lain.
3. Setelah dianalisis dari kendala serta potensi pariwisata syariah melalui
Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFA) di
Kota Bandung ini maka diperoleh positioning pada kuadran III (-, +)
dengan skor (-0,02 ; 1,31), dimana dapat ditentukan strategi turn around
dalam pengembangan potensi pariwisata syariah di Kota Bandung. Posisi
dalam kuadran III sehingga menggunakan strategi WO. Merupakan posisi
Bandung mengghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak,
Bandung menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi
yang dapat diambil oleh Kota Bandung adalah meminimalkan
masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar pariwisata syariah
yang lebih baik.
4. Strategi pengembangan pariwisata syariah yang dapat diterapkan di
Bandung antara lain yaitu, Perbaikan sarana transportasi dan akses
informasi untuk kenyamanan wisatawan, melakukan pendataan potensi
pariwisata syariah, kemudian memperbaiki fasilitas destinasi yang
berpotensi menjadi tujuan wisata syariah. Selain itu, perlunya untuk
menjaga kebersihan dan kenyamanan masjid di Bandung sebagai sarana
kebutuhan ibadah wajib wisatawan muslim. Langkah selanjutnya yaitu
memperjelas mekanisme dan sosialisasi mendapatkan sertifikat halal bagi
industri pariwisata, serta mengintensifkan promosi melalui event expo
halal, festifal busana muslim sebagai bentuk mensosialisasikan konsep
serta prospek pariwisata syariah kepada industri pariwisata (Hotel,
Rrestauran, BPW, Spa). Pemerintah Kota Bandung segera membuat
peraturan daerah mengenai sertifikasi halal bagi usaha pariwisata. Dinas
Pariwisata Kota Bandung dapat melakukan kerjasama dengan melibatkan
berbagai pihak terkait seperti MUI, komunitas muslim, industri pariwisata
(stakeholder) seperti ASITA Jawa Barat, PHRI Jawa Barat, MES
(Masyarakat Ekonomi Syariah) untuk membentuk SDM yang concern
peraturan daerah mengenai pariwisata syariah, sehingga menjadi program
dari pemerintah untuk diajukan dan disahkan oleh DPRD Kota Bandung.
B. Rekomendasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi
dalam pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung berdasarkan hasil
analisis yang diperoleh maka dapat diusulkan beberapa rekomendasi untuk
pengembangan pariwisata syariah di Kota Bandung, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk Pemerintah
a. Mengembangkan potensi daya tarik wisata syariah yang dimiliki
Bandung, dengan melakukan langkah pertama untuk pendataan
potensi wisata syariah. Dan kemudian melakukan perbaikan sarana
prasarana destinasi, maupun sarana ibadah masjid
b. Pemerintah Kota Bandung segera mengeluarkan peraturan daerah
mengenai sertifikasi halal untuk industri pariwisata di Bandung
c. Menyusun standar pengembangan pariwisata syariah. Pemerintah
bekerjasama dengan MUI untuk membuat fatwa yang menyangkut
kriteria wisata sesuai dengan syariat Islam dan standar wisata
syariah yang cocok untuk pengembangan wisata syariah di Kota
Bandung
d. Melakakukan sosialisasi dan promosi dengan cara seminar oleh
kalangan akademisi dan peneliti, bekerjasama dengan event
muslim untuk menginformasikan ketika sedang berlangsung acara
mengenai konsep dan besarnya potensi serta peluang pariwisata
syariah kepada masyarakat, wisatawan, dan industri pariwisata.
Sehingga mereka tertarik untuk bekerjasama dalam pengembangan
pariwisata syariah sebagai upaya meningkatkan kunjungan
wisatawan muslim domestik maupun mancanegara
e. Melibatkan semua stakeholders secara terintegrasi dalam setiap
tahapan pengembangan dan manajemen pengelolaan pariwisata
syariah. Partisipasi aktif semua pemangku kepentingan akan lebih
menjamin tercapainya tujuan pengembangan pariwisata syariah
f. Sinergi antara pihak yang concern terhadap pariwisata syariah
(Lembaga pariwisata, ulama, tokoh masyarakat,
Akademisi/Perguruan Tinggi, Pemerintah, LSM, Industri
Pariwisata seperti PHRI dan ASITA) untuk memberikan perhatian
serta kontribusi mengenai pengembangan pariwisata syariah di
Kota Bandung
g. Membuat peraturan daerah mengenai pariwisata syariah dengan
menerapkap konsep dan prinsip-prinsip yang terkandung sehingga
dapat menjadi program pariwisata pemerintah yang kemudian
disetujui oleh DPRD
h. Pelatihan dalam meningkatkan SDM wisata syariah. Diantaranya
seperti Itinerary/jadwal kegiatan wisata seharusnya memasukkan
jadwal sholat bagi para wisatawan, dan tour leader diberikan
pelatihan yang memadai mengenai informasi/sejarah Bandung
pada umumnya dan informasi tentang perkembangan Islam pada
khususnya di Bandung
i. Kota Bandung lebih intensif dalam penyelenggarann event seperti
fesyen busana muslim, pameran kuliner halal khas Bandung atau
program aktifitas wisata syariah lainnya untuk wisatawan muslim
supaya lebih mengenal kebudayaan Islam di Bandung
j. Mempercepat pembangunan sarana transportasi umum (monorail)
dan menambah armada bus pariwisata Bandros (Bandung on The
Bus) untuk mengatasi kemacetan
k. Memperbaiki sarana akses informasi untuk mempermudah
wisatawan dalam mendapatkan informasi sarana transportasi dan
tujuan destinasi (aplikasi smartphone yang terhubung dengan
Bandung Command Centre)
2. MUI
a. Menerapkan UU produk halal dan memperjelas mekanisme dan
sosialisai perijinan sertifikasi halal
b. Membuat regulasi mengenai standar usaha hotel syariah. Dalam
membuat regulasi mengenai standar untuk usaha hotel syariah,
restauran halal, spa syariah dan BPW syariah :
1) Mewajibkan bagi restauran di Bandung untuk mengikuti
prosedur mendapatkan sertifikasi halal. Pihak pemerintah
mempermudah perijinan dan proses mendapatkan sertifikat
halal.
2) Mewajibkan bagi usaha Spa syariah dan BPW/agen
perjalanan syariah untuk mendapat sertifikat halal, sehingga
dapat mendukung aktifitas wisata syariah.
3) Akomodasi standar hotel syariah (hilal 1)
- Penyediaan tempat sholat dan tempat wudhu yang
nyaman, penunjuk arah kiblat dan perlengkapan alat
sholat di kamar hotel
- Ketika reservasi bagi tamu yang bukan muhrim tidak
boleh dalam satu kamar atau dengan menunjukkan KTP
- Tidak menyediakan makanan ataupun minuman yang
tidak halal
- Tidak ada fasilitas dan aktifitas hotel yang tidak sesuai
dengan syariat Islam (seperti pengadaan diskotik, pub,
karaoke)
- Pembuatan jadwal renang untuk laki-laki dan wanita di
jam tertentu supaya yang berenang antara laki-laki dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku dan Artikel Jurnal :
Ariesto Hadi Sutopo & Adrianus Arief. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO. Jakarta : Prenada Media Group.
David, Fred R. (2004). Manajemen Strategis. Jakarta : PT. Indeks kelompok Gramedia.
Duman, Teoman Ph.d. Values of Islamic Tourism Offering Perspectives From The Turkish Experience. International Burch University : Sarajenova
Hasan, Iqbal. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : Bumi Aksara.
Ismael,Muatasim., Katharina Blaim. (2012). Practitioner Contribution, Toward Applied Islamic Business ethics : Responsible Halal Business : Emerald
Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Bandung : Grasindo
Kusmayadi. (2000). Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Laderlah, Siti Anis.,et. Al. (2011). A Study on Islamic Tourism : A Malaysian Experience. ICSIT Press : Singapore
Mubarok , Jaih. (2014). Pengaturan Wisata Syari’ah di Indonesia. BPH DSN- Majelis Ulama Indonesia : Bandung
Nasir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasution, S. 2000. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, dan Martini hadari. 1991. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Nieminen, Katrie. (2012). Religiuos Tourism, A Finish Perspective. Haaga Helia : Greece
Nirwandar,Sapta.,DR.SE. (2014). Kontribusi Ekonomi Islam terhadap Perekonomian Dunia. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : Jakarta
Pitana, I Gde. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : Andi
Pitana, I Gde. Gayatri, P.G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi