• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Ekonomi

2.6. Kerangka Pemikiran

Prospek Pembangunan Sektor pertanian merupkan suatu tujuan untuk mencapai tingkat uasahatani sejalan dengan perkembangan teknologi pertanian di era globalisasi, maka diharapkan pelaksanaan pembangunan kedepan mengalami kemajuan umtuk mencapai tujuan pembangunan yang prospektif.

Hingga saat ini pembangunan sektor pertanian masih memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, mengingat kebutuhan pangan yang semakin meningkat, ini disebabkan besarnya penduduk Indonesia yang masih mengandalkan pangan dari produk yang dihasilkan sektor pertanian.Karena permintaan yang semakin meningkat hal ini memberikan dampak positif terhadap sektor pertanian. Harga yang semakin stabil dan meningkat pula permintaan terhadap produk pertanian tersebut, kondisi ini memberikan kesempatan kerja didaerah setempat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha Sektor pertanian sangat prospektif dapat dilihat dari permintaan pasar terhadap hasil pertanian khususnya beras yang cenderung meningkat.

Didaerah penelitian , dalam mengembangkan usaha pertanian ditemukan beberapamasalah yang menjadi penghambat.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Sektor Pertanian Produksi Produktivitas

Sektor Pertanian layak secara ekonomi untuk

dikembangkan

Memberikan kesempatan kerja

Perkembangan harga hasil produksi

hasil pertanian Permintaan pasar terhadap hasil produksi sektor pertanian cenderung meningkat P R O S P E K T I F

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus dipenuhi dan menjadi bagian pokok dalam kehidupan. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan perubahan iklim yang akan berpengaruh langsung kepada penyediaan pangan dan energi bagi penduduk yang semakin meningkat. Penduduk dunia diprediksi akan semakin padat, dan apabila dikaitkan dengan adanya perubahan preferensi konsumen maka ketahanan pangan secara global akan menjadi suatu tantangan yang nyata. Di lain pihak, ketersediaan lahan garapan cenderung terus menurun karena degradasi, yang bahkan lebih diperparah lagi oleh adanya intensitas erosi permukaan tanah maupun perluasan infrastruktur industri, perumahan dan sektor-sektor non pertanian lainnya padahal dalam lima tahun terakhir, kontribusi sektor-sektor pertanian terhadap perekonomian nasional semakin nyata.

Selama periode 2010-2014,rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap PDB mencapai 10,26 % dengan pertumbuhan sekitar 3,90 %. Sub-sektor perkebunan merupakan kontributor terbesar terhadap PDB sektor pertanian. Pada periode yang sama, sektor pertanian menyerap angkatan kerja terbesar walaupun

Pada tahun 2014 sektor pertanian menyerap sekitar 35,76 juta atau sekitar 30,2 % dari total tenaga kerja. Investasi di sektor pertanian primer baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,2 % dan 18,6 % per tahun. Rasio ekspor-impor pertanian Indonesia sekitar 10 berbanding 4, dengan laju pertumbuhan ekspor mencapai 7,4 % dan pertumbuhan impor 13,1 % per tahun. Neraca perdagangan tumbuh positif dengan laju 4,2 % per tahun. Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat sangat pesat. Walaupun sempat menurun pada tahun 2013, namun NTP melonjak dari sebesar 101,78 pada tahun 2010 menjadi 106,52 pada tahun 2014. Tingkat pendapatan petani untuk pertanian dalam arti luas maupun pertanian sempit menunjukkan peningkatan yang diindikasikan oleh pertumbuhan yang positif masing-masing sebesar 5,64 dan 6,20 %/tahun selama kurun waktu 2010 – 2014. Pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin di perdesaan yang sebagian besar bergerak di sektor pertanian menurun dengan laju sebesar -3,69 %/tahun atau dari sekitar 19,93 juta pada tahun 2010 menjadi 17,14 juta pada tahun 2014 (RENSTRA KEMENTAN 2015-2019).

Undang – undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat berkewajiban mewujudkan ketahan pangan. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan dilaksanakan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan yang menyatakan bahwa penyediaan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

NAWA CITAatau agenda prioritas Kabinet Kerja Presiden Jokowi mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan. Dengan kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha pertanian secara luas untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Sasaran pembangunan pertanian ke depan perlu disesuaikan terkait dengan cakupan pembangunan pertanian yang lebih luas dan skala yang lebih besar guna mengungkit peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.Dengan mencermati hasil evaluasi selama periode lima tahun terakhir dan perubahan paradigma sebagaimana tertuang dalam SIPP (Strategi Induk Pembangunan Pertanin) 2045, maka sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 adalah (1) Pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi gula dan daging , (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan komoditas bernilai tambah dan berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor, (4) penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi, (5) peningkatan pendapatan keluarga petani, serta (6) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik. Dengan sasaran strategis tersebut, maka Kementerian Pertanian menyusun dan melaksanakan 7 Strategi Utama Penguatan

Pembangunan Pertanian untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi (1) peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan, (2) peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian, (3) pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit, (4) penguatan kelembagaan petani, (5) pengembangan dan penguatan pembiayaan, (6) pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi, serta (7) penguatan jaringan pasar produk pertanian.

Menurut Mubyarto (1972:45) pertanian di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam seperti dilansir dalam bukunya, yaitu : Pertama adalah pertanian dalam arti luas yang meliputi : 1). Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit, 2). Perkebunan, 3). Kehutanan, 4). Peternakan, 5). Perikanan. Kedua adalah pertanian dalam arti sempit atau pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija, dan tanaman-tanaman holtikultura seperti sayuran dan buah-buahan. Di Provinsi Sumatera Utara sendiri sektor pertanian dapat dikatakan menjadi salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Bahkan Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu sentra produksi padi di indonesia. Hal ini dapat kita pahami karena wilayah ini mempunyai lahan pertanian yang luas serta memiliki tingkat kesuburan yang tinggi jika dibandingkan daerah lainnya.

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara telah menetapkan 3 (tiga) prioritas utama pembangunan daerah dalam Propeda 2001-2005, yaitu (1) sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian daerah, (2) sektor Industri, terutama agroindustri, dan (3) sektor pariwisata. Sektor pertanian merupakan sektor utama

dalam pembangunan daerah dan sebagai penggerak pembangunan perekonomian daerah.

Deli serdang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara dan dikenal sebagai lumbung padi di Propinsi ini. Menurut data BPS dari tahun 2000 – 2010, sektor pertanian memiliki konstribusi penyumbang nilai tambah terbesar ketiga terhadap PDRB Deli Serdang.

Perkembangan sektor pertanian di Kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari faktor tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan daerah dan kemampuan menyerap angkatan kerja.Sektor pertanian masih merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di Kabupaten Deli Serdang.Kabupaten Deli Serdang memiliki sumber daya alam yang cukup potensial, khususnya dalam bidang pertanian. Kabupaten Deli Serdang mampu mencukupi kebutuhan pangan untuk penduduknya pada umumnya dan menjadi salah satu lumbung padi Sumatera Utara untuk memenuhi pasokan beras ke beberapa daerah yang produksi berasnya tidak mencukupi kebutuhan penduduknya. Dengan kata lain, jumlah penduduk yang semakin bertambahidealnya harus juga dibarengi dengan peningkatan produksi bahan pangan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan fisik yang terus berkembang memberikan konsekuensi terhadap kabupaten Deli Serdang, yakni berupa tingginya kebutuhan kawasan perekonomian dan pemukiman beserta seluruh fasilitas umum dan fasilitas sosial pendukungnya. Ditambah lagi dampak dibangunnya Bandara Internasional Kualanamu yang mengakibatkan kawasan industri Kabupaten Deli Serdang semakin berkembang dan mengakibatkan

terkikisnya lahan pertanian. Sementara di sisi lain pertumbuhan ekonomi menuntut adanya permintaan jumlah lahan untuk pembangunan infrastruktur. Disini faktor lahan pertanian mempunyai pengaruh yang sangat penting, sehingga jika keberadaanya menurun maka akan mengganggu jumlah produksi pangan yang ada.

Menurut Susanto (2008) mengatakanlahan sawah beririgasi mempunyai peran utama dalam menjaga stabilitas suplai pangan khususnya beras, meningkatkan fungsi ekologis, menciptakan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan, wahana pembentuk peradaban masyarakat berbasis agraris.Salah satu dampak yang terjadi akibat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan adalah semakinbertambahnya lahan terbangun untuk mewadahi kebutuhan aktifitas perekonomian dan pemukiman yang mengakibatkan perubahan mutasi (konversi) lahan dari pertanian menjadi pemukiman dan daerah perekonomian salah satunya dampak yang dilihat jelas.

Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu Kabupaten yang dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir terus mengalami konversi lahan, dari lahan pertanian ke lahan pemukiman dan industri. Konversi ini mengakibatkan luas lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang cenderung mengalami penurunan. Lahan yang paling banyak terkonversi adalah jenis lahan sawah, yang beralih fungsi menjadi lahan kering, dan menjadilahan non pertanian, yaitu seperti pemukiman, pusat bisnis, dan industri. Padahal dari yang banyak diketahuiKabupaten Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Sumatera Utara yang memiliki sistem pertanian yang sudah baik. Hal ini dikarenakan selain jenis tanah yang

subur untuk pertanian, jumlah lahan pertanian dan perangkat bantu usahatani (irigasi) di Sumatera Utara sudah cukup luas. Bahkan Kabupaten ini menjadi lumbung pangan untuk daerah Sumatera Utara khususnya untuk menyuplai daerah sekitarnya, bahkan mungkin bisa sampai ke luar Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan Uraian di atas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk Skripsi dengan judul “ Prospek Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang”.