• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Kerangka Pemikiran

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini merupakan hasil penjelasan dari penelitian yang berupa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank terhadap penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pada transaksi transfer dana serta apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal dalam memberikan perlindungan nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

BAB IV : PENUTUP

Pada bagian akhir dari penulisan penelitian ini adalah berisi kesimpulan dari pembahasan permasalahan yang diangkat penulis dan saran-saran sebagai suatu masukan maupun perbaikan dari apa yang telah didapatkan selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Perbankan

a. Pengertian Perbankan

Pengertian bank menurut A. Abdurrachman adalah “Bank berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti bence, yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku di halaman pasar” (Munir Fuady, 2003: 13). O.P. Simorangkir memberikan batasan definisi mengenai bank itu sendiri yaitu “Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral” (Sentosa Sembiring, 2000: 1).

Sementara itu Dr. B.N. Ajuha sebagaimana telah diterjemahkan oleh H. Malayu S.P. Hasibuan dari bahasa aslinya menyatakan pengertian bank yaitu ”Bank provided means by which capital is transferred from those who cannot use it profitable to those who can use it productively for the society as whole. Bank provided which channel to invest whithout any risk and at a good rate of interest” yang berarti bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakan secara menguntungkan pada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat. Bank juga berarti saluran untuk menginvestasikan tabungan secara aman dan dengan tingkat bunga yang menarik (H. Malayu S.P. Hasibuan, 2002: 1-2).

commit to user

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, didalam Pasal 1 ayat (2) dinyatakan, pengertian Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan). Melihat pada definisi bank dan perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan tersebut, menurut Abdulkadir Muhammad pengertian perbankan lebih luas dibandingkan dengan bank. Pengertian perbankan merupakan rumusan umum yang abstrak mencakup 3 (tiga) aspek utama, yaitu :

1) Kelembagaan bank, 2) Kegiatan usaha bank,

3) Cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha bank (Abdulkadir Muhammad, Rilda Murniati, 2000: 33).

Sementara itu Munir Fuady mengartikan perbankan adalah yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut (Munir Fuady, 2003: 14).

commit to user

Dalam dunia perbankan yang telah disebutkan oleh Undang-Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan ada pihak yang disebut dengan nasabah. Nasabah bank terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

1) Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank (Pasal 1 ayat (16));

2) Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (Pasal 1 ayat (17));

3) Nasabah debitur adalah Nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (Pasal 1 ayat (18)).

b. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan

Dalam Pasal 2, 3 dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang perbankan, dinyatakan asas, fungsi, dan tujuan perbankan, yaitu:

1) Asas

Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

2) Fungsi

Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat.

3) Tujuan

Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

commit to user

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.

Sebagai lembaga perantara, falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Dalam menerima simpanan dari Surplus Spending Unit (SSU), bank hanya memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan bahwa bank telah menerima simpanan dalam jumlah dan untuk jangka waktu tertentu.

b) Dalam menyalurkan dana kepada Defisit Spending Unit (DSU), bank tidak selalu meminta agunan berupa barang sebagai jaminan atas pemberian kredit yang diberikan kepada DSU yang memiliki reputasi baik.

c) Dalam melakukan kegiatannya, bank lebih banyak menggunakan dana masyarakat yang terkumpul dalam banknya dibandingkan dengan modal dari pemilik atau pemegang saham bank.

Sebagai lembaga kepercayaan bank selalu dituntut untuk selalu memperhatikan kepentingan masyarakat disamping kepentingan bank itu sendiri dalam mengembangkan usahanya (H. Malayu S.P. Hasibuan, 2002: 3-4).

c. Jasa-Jasa Perbankan

Dalam rangka menambah sumber-sumber penerimaan bagi bank serta untuk memberikan pelayanan kepada nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk jasa-jasa. Bentuk jasa-jasa ini mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sedangkan bentuk jasa bank yang saat ini ada adalah:

1) Pengiriman uang atau transfer 2) Kliring (Clearing)

commit to user 3) Inkaso (Collection)

4) Safe Deposit Box (SDB)

5) Bank Card

6) Bank Notes

7) Traveller’s Cheque

8) Letter Of Credit (L/C)

9) Bank Garansi (Johannes Ibrahim, 2004: 123).

2. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum

a. Pengertian Hukum

Di bawah ini adalah beberapa pendapat para ahli hukum tentang definisi hukum sebagai berikut:

1) Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.

2) E. Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan.

3) Van Kant, hukum adalah serumpun peraturan yang bersifat memaksa yang diadakan untuk mengatur dan melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.

4) M. H. Tirtaamidjata, hukum adalah semua aturan yang harus diturut dalam tingkah laku dan tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan itu yang akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda, dan sebagainya.

5) J.T.C. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, hukum ialah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan

commit to user

resmi berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman (Ishaq, 2009: 3).

b. Fungsi, Tujuan dan Akibat Hukum

Fungsi hukum terdiri dari:

1) Fungsi hukum sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. 2) Fungsi hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial

lahir batin.

3) Fungsi hukum sebagai sarana penggerak pembangunan.

4) Fungsi kritis dari hukum, dimana daya kerja hukum meliputi pengawasan terhadap aparatur pengawasan, aparatur pemerintahan, dan aparatur penegak hukum termasuk didalamnya (Soedjono Dirdjosisworo, 1984: 153-155).

Tujuan hukum itu sendiri adalah hukum menghendaki kerukunan dan perdamaian dalam pergaulan hidup bersama. Hukum itu mengisi kehidupan yang jujur dan damai dalam seluruh lapisan masyarakat (Soedjono Dirdjosisworo, 1984: 17).

Akibat Hukum merupakan suatu akibat yang ditimbulkan oleh adanya suatu hubungan hukum. Hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban yang ditentukan undang-undang, dan berakibat bahwa orang yang melanggar dapat diituntut ke pengadilan (Soedjono Dirdjosisworo, 1984: 129).

c. Pengertian Perlindungan Hukum

Dalam pergaulan hidup manusia kepentingan-kepentingan manusia senantiasa berlanggaran satu sama lain, maka tujuan hukum adalah melindungi kepentingan-kepentingan tersebut dan menunjukan usahanya untuk menyelesaikan masalah kepentingan-kepentingan yang hakekatnya bertentangan dengan cara yang adil (Soedjono Dirdjosisworo, 1984: 11).

commit to user

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, untuk itu hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, ataupun terjadi pelanggaran hukum. Jika hukum telah dilanggar maka perlu ditegakkan, sehingga hukum menjadikan kenyataan. Tiga unsur penegakkan hukum yang harus diperhatikan yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan (Sudikno Mertokusumo, A. Pitlo, 1993: 1).

Perlindungan hukum menurut Satjipto Rahardjo adalah suatu upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Kekuasaan itu disebut sebagai hak. Suatu kepentingan merupakan sasaran dari hak, bukan hanya karena dilindungi hukum tetapi karena pengakuan terhadapnya. Hak tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan, melainkan juga kehendak (Satjipto Rahardjo, 2000: 53-54). Perlindungan hukum adalah segala upaya atau perbuatan yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan bagi subjek hukum agar tercipta keteraturan dan ketertiban masyarakat. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Perlindungan Hukum Preventif yaitu perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban. 2) Perlindungan Hukum Represif yaitu perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran

commit to user

3. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank

a. Hubungan Bank dengan Nasabah

Dari segi kacamata hukum, hubungan antara nasabah dan bank terdiri dari 2 (dua) bentuk, yaitu :

1) Hubungan Kontraktual

Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dan nasabah adalah hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir terhadap semua nasabah baik nasabah debitur, nasabah deposan (termasuk dalam nasabah penyimpan dana), ataupun nasabah nondebitur-nondeposan. Terhadap nasabah debitur hubungan kontraktual didasarkan suatu kontrak yang dibuat antara bank sebagai debitur dan nasabah sebagi pihak kreditur. Hukum kontrak yang mendasari hubungan bank dan nasabah debitur adalah Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua belah pihak.

Untuk hubungan kontraktual nasabah deposan atau nasabah nondebitur-nondeposan tidak terdapat ketentuan yang khusus yang diatur dalam KUHPerdata. Kontrak nasabah ini hanya tunduk pada ketentuan umum KUHPerdata tentang kontrak. Kontrak antara bank dan nasabah deposan atau nasabah nondeposan-nondebitur, lazimnya hanya diatur dalam bentuk kontrak yang sangat simpel. Dalam hal ini sama dengan kontrak kredit, diberlakukan kontrak dalam bentuk kontrak standar (kontrak baku), yang biasanya terdapat ketentuan yang berat sebelah, dimana pihak bank seringkali diuntungkan.

Oleh karena itu, ada 3 (tiga) tingkatan dari pemberlakuan hubungan kontraktual pada hubungan antara nasabah penyimpan dana dan pihak bank yaitu :

commit to user

b) Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang lebih luas dari hanya sekedar hubungan debitur-kreditur;

c) Sebagai hubungan implied contract, yaitu hubungan kontrak yang tersirat.

Pada prinsipnya hubungan antara nasabah penyimpan dana dan bank adalah hubungan kontraktual (hubungan kreditur dan debitur), tidak mengherankan jika dalam praktek, seringkali pihak nasabah, terutama nasabah penyimpan dana tidak mendapat perlindungan yang sewajarnya oleh sektor hukum.

2) Hubungan Nonkontraktual

Ada 6 (enam) jenis hubungan hukum nonkontraktual antara bank dan nasabah, terutama nasabah deposan dan nasabah nondeposan-nondebitur, yaitu :

a) Hubungan Fidusia (Fiduciary Relation),

b) Hubungan Konfidensial, c) Hubungan Bailor-Bailee,

d) Hubungan Principal-Agen,t

e) Hubungan Mortgagor-Mortgagee, dan

f) Hubungan Trustee-Beneficiary.

Akan tetapi, berhubung hukum Indonesia tidak dengan tegas mengakui hubungan-hubungan tersebut, maka hubungan-hubungan tersebut baru dapat dilaksanakan jika disebutkan dengan tegas dalam suatu kontrak. Atau setidak-tidaknya ada kebiasaan dalam praktek perbankan untuk mengakui eksistensi kedua hubungan (hubungan kontraktual dan nonkontraktual) tersebut (Munir Fuady, 2003: 100-102).

commit to user

Hubungan antara nasabah dangan bank juga dapat dikatakan bahwa nasabah merupakan konsumen dari jasa perbankan dimana konsumen adalah pihak yang mengkonsumsi dan menggunakan jasa layanan perbankan dan Bank adalah pelaku usaha yang menyediakan jasa bagi konsumen. Pengertian pelaku usaha menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah “Pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi” (Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen).

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah “konsumen” sebagai definisi yuridis formal ditemukan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). UUPK menyatakan, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Shidarta, 2000: 1).

Michael Leboef menyatakan mengenai pengertian konsumen, yaitu “Costumer adalah orang yang mempercayakan keinginannya kepada bank antara lain untuk memecahkan masalah (solution problem), keinginan untuk mendapatkan pelayanan komitmen, cepat, bersifat pribadi dan berkualitas” (H. Malayu. S.P. Hasibuan, 2001: 161).

Melihat pada pengertian di atas, pelaku usaha dalam hal ini adalah Bank. Bank terikat hubungan hukum dengan nasabah sebagai

commit to user

konsumen jasa perbankan atas dasar perjanjian keanggotaan diawal pembukaan rekening pada bank yang bersangkutan. Dasar dari pada adanya hubungan hukum ini adalah adanya perikatan atau perjanjian antara kedua belah pihak. Perjanjian yang dibuat oleh Bank yang mengikat kedua belah pihak didasarkan pada Asas Kebebasan Berkontrak. Dalam asas kebebasan berkontrak dinyatakan bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang sudah diatur atau belum diatur dalam undang-undang. Tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak bertentangan dengan kesusilaan (Abdulkadir Muhammad, 2000: 225).

b. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah

Berkaitan dengan Perlindungan Hukum Terhadap nasabah ini, Marulak Pardede mengemukakan bahwa dalam sistem perbankan Indonesia, mengenai perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan dengan 2 (dua ) cara :

1) Perlindungan secara implisit (Implisit deposit protection), yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini dapat di peroleh melalui Peraturan perundang-undangan di Bidang Perbankan, pengawasan dan pembinaan yang efektif oleh Bank Indonesia, upaya menjaga kelangsungan usaha bank pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya, memelihara tingkat kesehatan bank, melakukan usaha dengan prinsip kehati-hatian, cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah serta menyediakan informasi risiko pada nasabah.

2) Perlindungan secara eksplisit (Explicit deposit protection), yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin

commit to user

simpanan masyarakat. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum.

Perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana dapat juga di kategorikan dalam 2 (dua) macam, yaitu:

1) Perlindungan Tidak Langsung

Perlindungan secara tidak langsung oleh dunia perbankan terhadap kepentingan nasabah penyimpan dana adalah suatu perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana terhadap segala risiko kerugian yang timbul dari suatu kebijaksanaan atau timbul dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Hal ini adalah suatu upaya tindakan pencegahan secara internal melalui :

a) Prinsip Kehati-hatian

b) Batas Minimum Pemberian Kredit (BMPK)

c) Kewajiban Mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi d) Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank

2) Perlindungan Langsung

Perlindungan secara langsung oleh dunia perbankan adalah suatu perlindungan yang diberikan pada nasabah penyimpan dana secara langsung terhadap kemungkinan timbulnya risiko kerugian dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Perlindungan ini terdiri dari :

commit to user

a) Hak Preferen Nasabah Penyimpan Dana

Hak Preferen adalah suatu hak yang diberikan kepada seorang kreditor untuk didahulukan dari kreditor-kreditor yang lain. Dalam sistem perbankan Indonesia, nasabah penyimpan merupakan kreditor yang mempunyai hak preferen dalam arti bahwa nasabah penyimpan yang harus didahulukan dalam menerima pembayaran dari bank yang sedang mengalami kegagalan atau kesulitan dalam memenuhi kewajibannya. Berkaitan dengan itu, sebagaimana diketahui bahwa dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan telah mengatur pasal-pasal yang bertujuan memberikan perlindungan hukum kepada nasabah penyimpan dana dan simpanannya yang ada pada bank. Adapun ketentuan pasal-pasal tersebut adalah :

(1) Pasal 29 ayat (3) :

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.

(2) Pasal 29 ayat (4) :

Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadinya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

b) Lembaga Asuransi Deposito

Misi dari lembaga asuransi deposito adalah memelihara stabilitas dari sistem keuangan negara dengan cara

commit to user

mengasuransikan para deposan bank dan mengurangi gangguan-gangguan terhadap perekonomian nasional yang disebabkan kegagalan-kegagalan yang dialami oleh perbankan. Mengenai lembaga asuransi ini, sesungguhnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1973 tentang Jaminan Simpanan Uang Pada Bank yang ditetapkan pada tanggal 22 Agustus 1973. Sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, belum dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

Berkaitan dengan jaminan terhadap dana masyarakat, telah diatur dalam ketentuan Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yaitu Pasal 37 B ayat (1) yang menyatakan bahwa “Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan” serta Pasal 37 B ayat (2) yang menyatakan bahwa “Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan. Pembentukan Lembaga penjamin Simpanan ini berguna untuk melindungi kepentingan nasabah dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank” (Hermansyah, 2008: 134-145).

Beberapa mekanisme yang dipergunakan dalam rangka perlindungan nasabah bank adalah sebagai berikut :

1) Pembuatan Peraturan Baru

Lewat pembuatan peraturan baru di bidang perbankan atau merevisi peraturan yang sudah ada untuk memberikan perlindungan terhadap nasabah.

2) Pelaksanaan Peraturan Yang Ada

Pelaksanaan peraturan yang ada di bidang perbankan secara lebih ketat oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang bertujuan melindungi nasabah sehingga dapat dijamin law

commit to user

enforcement yang baik. Peraturan perbankan harus ditegakkan secara obyektif tanpa melihat siapa direktur, atau pemegang saham dari bank yang bersangkutan.

3) Perlindungan Nasabah Deposan Lewat Lembaga Asuransi Deposito Perlindungan khusus bagi nasabah deposan melalui lembaga asuransi deposito yang adil dan predictable.

4) Memperketat Perizinan Bank

Memperketat perizinan pendirian suatu bank baru adalah salah satu cara agar bank tersebut kuat dan qualified sehingga dapat memberikan keamanan bagi nasabahnya.

5) Memperketat Pengaturan di Bidang Kegiatan Bank

Ketentuan yang menyangkut kegiatan bank banyak juga yang secara langsung atau tidak langsung bertujuan melindungi nasabah. Pengaturan–pengaturan tersebut khususnya yang menyangkut kegiatan bank, adalah sebagai berikut :

a) Ketentuan mengenai permodalan yaitu mengenai kecukupan modal yang diukur dari presentase tertentu terhadap aktiva Terimbang Menurut Risiko (ATMR).

b) Ketentuan mengenai manajemen, yang dalam hal ini mengenai penilaian kualitatif mengenai manajemen.

c) Ketentuan mengenai kualitas aktiva produktif, dalm hal ini di ukur tingkat kemampuan pengembaliannya dengan kategori lancar, kurang lancar, diragukan atau macet.

d) Ketentuan mengenai likuiditas, yang diukur dengan Cash Ratio.

e) Ketentuan mengenai Rentabilitas. f) Ketentuan mengenai Solvabilitas. g) Ketentuan mengenai kesehatan bank.

commit to user 6) Memperketat Pengawasan Bank

Dalam rangka meminimalkan risiko yang ada dalam bisnis bank, maka pihak otoritas, khususnya Bank Indonesia (juga dalam hal ini Menteri Keuangan) harus melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank yang ada. Dalam fungsi pengawasan ini Bank Indonesia maupun Menteri Keuangan tidak dapat mencampuri secara langsung urusan intern bank yang diawasinya itu. Sebab pengendalian bank tersebut tetap menjadi kewenangan pengurus bank tersebut (Munir Fuady, 2003: 104-107).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, karena nasabah adalah konsumen jasa perbankan maka hal perlindungan hukum nasabah terkait dengan perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen (Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen). “Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum” (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen).

Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu :

1) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2) Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

Dokumen terkait