commit to user
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM
TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN
ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh:
Vanesa Hesti Rahayu
NIM. E0006243
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM
TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN
ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)
Oleh
Vanesa Hesti Rahayu
NIM. E0006243
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 10 Agustus 2010
Dosen Pembimbing
Pembimbing Utama Co. Pembimbing
Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. Pujiyono, S.H., M.H.
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM
TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN
ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)
Oleh:
Vanesa Hesti Rahayu
NIM. E0006243
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 22 September 2010
DEWAN PENGUJI
1. Anjar Sri. C.N, S.H., M.Hum : ……….
Ketua
2. Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum : ……….
Sekretaris
3. Pujiyono, S.H., M.Hum : ……….
Anggota
Mengetahui
Dekan,
Mohammad Jamin, S.H., M.Hum.
commit to user PERNYATAAN
Nama : Vanesa Hesti Rahayu
NIM : E0006243
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM
TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI
MANDIRI (ATM) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum
(skripsi) ini.
Surakarta, 10 Agustus 2010
yang membuat pernyataan
Vanesa Hesti Rahayu
commit to user
v ABSTRAK
Vanesa Hesti Rahayu, E 0006243. 2010. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA
MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), ditinjau pula apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal bagi perlindungan nasabah terkait masalah yang diangkat.
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum normatif bersifat deskriptif, yang memberikan data seteliti mungkin mengenai perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan (library research) dan dari data yang didapat kemudian dianalisis sebagai data penunjang dalam penulisan hukum ini. Analisis data dilakukan dengan menginventarisasi aturan-aturan terkait dengan perlindungan bagi nasabah bank dan menggambarkan hukum tersebut dengan logika hukum analisis kualitatif serta menggunakan metode logika deduktif, dimana menemukan hubungan dari data penelitian terhadap permasalahan yang diangkat. Kemudian menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret untuk menjawab permasalahan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam menghadapi permasalahan hukum yang terjadi akibat penggunaan ATM dalam transaksi transfer dana.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, bahwa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transfer dana diberikan dengan berbagai cara yaitu oleh Arsitektur Perbankan Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dari ketiga undang-undang tersebut diatas dapat dikatakan belum ideal dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM, dikarenakan ketentuan yang ada masih mengatur kegiatan perbankan secara umum dan belum menyentuh pada pokok persoalan yang mengatur mengenai transfer dana secara elektronik seperti dalam hal tata cara pelaksanaan transfer dana dan pertanggungjawaban para pihak terkait.
commit to user ABSTRACT
Vanesa Hesti Rahayu, E 0006243. 2010. LEGAL PROTECTION FOR CUSTOMERS IN BANK FUNDS TRANSFER TRANSACTIONS USING Automated Teller Machine (ATM). Law Faculty in Sebelas Maret University of Surakarta.
This study aims to determine the form of legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the Automated Teller Machine (ATM), also reviewed whether the statutory regulations applicable in Indonesia have been ideal for the protection of customer-related issues raised.
In this study, the research method used is descriptive normative legal research, which provides data as possible about legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the ATM. The data type used are secondary data. Source data used includes primary legal materials, legal materials, secondary and tertiary legal materials. Data collection techniques used in the literature study (library research) and from the data obtained and analyzed as supporting data in the writing of this law. Data analysis was performed with an inventory of rules relating to protection for bank customers and describe the law by legal logic and qualitative analysis using deductive logic method, which found an association of research data on issues raised. Then draw conclusions from a problem that is common to the concrete problem to answer the problem of legal protection for bank customers in dealing with legal issues arising from the use of ATMs in the funds transfer transaction.
Based on the research and discussion, resulting conclusion, that the form of legal protection for bank customers in the transfer of funds provided by a variety of ways, namely by the Indonesian Banking Architecture, UU No. 7 Year 1992 Jo. UU No. 10 Year 1998 About the Banking, UU No. 8 Year 1999 on Consumer Protection, and UU No. 11 Year 2008 About the Information and Electronic Transactions. Of the three laws mentioned above can be said has not been ideal in providing legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the ATM, because the existing regulations still govern the activities of banking in general and have not touched on the issues that define the electronic transfer of funds as in the procedures for transfer of funds and accountability of the parties concerned.
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat dan hikmatNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum
(skripsi) ini, dengan judul : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH
BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN
ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM). Penulisan skripsi merupakan tugas
akhir yang dibuat guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan, baik materiil maupun moril dari berbagai
pihak. Untuk segala bantuan dan dukungannya tak lupa penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sangat besar, kepada:
1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan
kesempatan bagi Penulis untuk mengembangkan pengetahuan penulis tentang
ilmu hukum melalui penulisan hukum ini.
2. Ibu Ambar Budi S, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Sapto Hermawan, S.H., selaku pembimbing akademis, terima kasih
atas bimbingannya selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Hukum UNS.
4. Bapak Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Skripsi
yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, menyediakan waktu bimbingan dan dukungannya.
5. Bapak Pujiyono, S.H., M.H., selaku Pembimbing Skripsi, yang telah
membimbing penulis, dengan kesabarannya bersedia menyediakan waktu
commit to user
6. Bapak Lego Karjoko, Selaku ketua PPH FH UNS, atas kelancaran proses
pengajuan judul dan skripsi sampai ke penunjukan dosen pembimbing.
7. Segenap dosen dan Asisten pada Fakutas Hukum serta staf Pegawai yang
penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ayahku Mayor Laut Hastho,
Spd., S.H. dan Ibuku Sri Wahyuni yang selalu mendukung, memotivasi,
membantu dalam segala kekuranganku, terutama doa yang selalu
mendatangkan berkat di hidupku. Terima kasih atas segala kasih sayangnya.
9. Kedua adikku yang tercinta Hastho Wira Siswa dan Dewan Serui Iriantini
yang selalu membantu aku.
10.Pdtm. Arif Indrianto, S.Th yang memberikan aku selalu kekuatan dan cinta
kasihnya, mendampingiku selama menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
atas kasih, doa dan dukungannya.
11.Keluarga Besarku, Mbah Kakung akan doa dan nasihatnya. Lek, Pakde,
saudara sepupu yang terkasih.
12.Segenap keluarga besar GMAHK CAB. SS. SUMBERLAWANG, terima
kasih untuk doanya dan semangatnya.
13.Sahabatku Elizabeth Y.W, Yuristi Laprimoni, Natalia Permana yang telah
menjadi sahabat selama berkuliah, menjalani suka duka menuntut ilmu di FH
UNS terima kasih untuk semangatnya, teman-teman PMK, Widya, Martha,
Yurista. Kakak-kakak PMK alumni FH UNS dan semua komunitas PMK FH
(yang tidak dapat tersebut satu persatu terima kasih juga dukungannya).
14.Teman-teman Angkatan 2006 Dwi, Tiwi, Hastin, Ghusnie, Kakak-kakak
Angkatan 2005, untuk semuanya rekan-rekan mahasiswa, terima kasih atas
bantuannya dan arahannya.
15.Semua pihak yang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan
penulisan hukum ini. Atas segala bantuan yang diberikan dengan sukarela,
penulis sampaikan banyak terima kasih, semoga Tuhan yang senantiasa
commit to user
ix
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan hukum (skripsi) ini
baik mengenai isinya maupun bobot ilmiahnya masih banyak terdapat kekurangan
dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan petunjuk, saran dan arahan yang sifatnya membangun, sehingga
penulisan hukum (skripsi) ini dapat terarah kepada sasaran yang akan dibahas.
Surakarta, 10 Agustus 2010
Penulis
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ………..……….. iii
HALAMAN PERNYATAAN ………. iv
ABSTRAK ……… v
KATA PENGANTAR ……….. vii
DAFTAR ISI ……… x
DAFTAR GAMBAR ………...……….... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ………. 6
C. Tujuan Penelitian ………...… 7
D. Manfaat Penelitian ………. 8
E. Metode Penelitian ………. 8
F. Sistematika Penulisan Hukum ……… 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori………... 15
1. Tinjauan Umum Tentang Perbankan …….……….
a. Pengertian Perbankan ...
b. Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan ...
c. Jasa-Jasa Perbankan ... 15
15
17
18
2. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum………..
a. Pengertian Hukum ……….
b. Fungsi, Tujuan dan Akibat Hukum ………...
c. Pengertian Perlindungan Hukum ……….. 19
19
20
commit to user
xi
3. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Bagi Nasabah
Bank ...……….
a. Hubungan Bank dengan Nasabah ………...…..
b. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah………..
c. Arsitektur Perbankan Indonesia ………. ...
4. Tinjauan Umum Tentang Transaksi ………...…
a. Pengertian Transaksi ………..……...
b. Asas-Asas Dalam Transaksi ……….……….
c. Syarat Sahnya Transaksi ………..………
d. Transaksi Dalam Perbankan ………..
5. Tinjauan Umum Tentang Transfer Dana ………
a. Pengertian Transfer Dana ……….
b. Pelaku Transfer Dana ………
c. Klasifikasi Terhadap Model-Model Pengiriman
Uang...………
d. Alas Hukum Mengenai Transfer Uang Via Bank …….
6. Tinjauan Tentang Anjungan Tunai Mandiri ………...……
a. Pengertian Anjungan Tunai Mandiri (ATM) …………
b. Bank Card ……….
c. Manfaat dan Pelayanan ATM ...………
B. Kerangka Pemikiran………...………… 22 22 25 33 34 34 36 37 38 39 39 41 41 47 49 49 50 51 53
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Terhadap
Penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dalam Transfer
Dana ………
B. Analisis Perlindungan Nasabah Bank dalam Transaksi
Transfer Dana Menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku Di
Indonesia………
56
commit to user
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ………...
B. Saran ………..………
121
122
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
[image:13.595.166.435.240.495.2]Gambar 1. Kerangka Pemikiran ………
Gambar 2. Skema Transaksi Transfer Dana Lewat ATM……….. 53
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Bukti Struk Transaksi Transfer Dana Melalui ATM.
Lampiran 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
commit to user ABSTRAK
Vanesa Hesti Rahayu, E 0006243. 2010. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA
MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), ditinjau pula apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal bagi perlindungan nasabah terkait masalah yang diangkat.
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum normatif bersifat deskriptif, yang memberikan data seteliti mungkin mengenai perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan (library research) dan dari data yang didapat kemudian dianalisis sebagai data penunjang dalam penulisan hukum ini. Analisis data dilakukan dengan menginventarisasi aturan-aturan terkait dengan perlindungan bagi nasabah bank dan menggambarkan hukum tersebut dengan logika hukum analisis kualitatif serta menggunakan metode logika deduktif, dimana menemukan hubungan dari data penelitian terhadap permasalahan yang diangkat. Kemudian menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret untuk menjawab permasalahan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam menghadapi permasalahan hukum yang terjadi akibat penggunaan ATM dalam transaksi transfer dana.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, bahwa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transfer dana diberikan dengan berbagai cara yaitu oleh Arsitektur Perbankan Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dari ketiga undang-undang tersebut diatas dapat dikatakan belum ideal dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM, dikarenakan ketentuan yang ada masih mengatur kegiatan perbankan secara umum dan belum menyentuh pada pokok persoalan yang mengatur mengenai transfer dana secara elektronik seperti dalam hal tata cara pelaksanaan transfer dana dan pertanggungjawaban para pihak terkait.
commit to user ABSTRACT
Vanesa Hesti Rahayu, E 0006243. 2010. LEGAL PROTECTION FOR CUSTOMERS IN BANK FUNDS TRANSFER TRANSACTIONS USING Automated Teller Machine (ATM). Law Faculty in Sebelas Maret University of Surakarta.
This study aims to determine the form of legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the Automated Teller Machine (ATM), also reviewed whether the statutory regulations applicable in Indonesia have been ideal for the protection of customer-related issues raised.
In this study, the research method used is descriptive normative legal research, which provides data as possible about legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the ATM. The data type used are secondary data. Source data used includes primary legal materials, legal materials, secondary and tertiary legal materials. Data collection techniques used in the literature study (library research) and from the data obtained and analyzed as supporting data in the writing of this law. Data analysis was performed with an inventory of rules relating to protection for bank customers and describe the law by legal logic and qualitative analysis using deductive logic method, which found an association of research data on issues raised. Then draw conclusions from a problem that is common to the concrete problem to answer the problem of legal protection for bank customers in dealing with legal issues arising from the use of ATMs in the funds transfer transaction.
Based on the research and discussion, resulting conclusion, that the form of legal protection for bank customers in the transfer of funds provided by a variety of ways, namely by the Indonesian Banking Architecture, UU No. 7 Year 1992 Jo. UU No. 10 Year 1998 About the Banking, UU No. 8 Year 1999 on Consumer Protection, and UU No. 11 Year 2008 About the Information and Electronic Transactions. Of the three laws mentioned above can be said has not been ideal in providing legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the ATM, because the existing regulations still govern the activities of banking in general and have not touched on the issues that define the electronic transfer of funds as in the procedures for transfer of funds and accountability of the parties concerned.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu adanya Pembangunan Nasional
yang berkelanjutan dan terarah. Pembangunan nasional yang telah berjalan sangat
bergantung pada bidang perekonomian dan bidang keuangan yang ada selama ini.
Mengingat begitu pentingnya hal tersebut, salah satu yang terpenting sebagai roda
penggerak dan pendukung di bidang perekonomian dan keuangan adalah sektor
perbankan (dunia perbankan), maka penting adanya keseragaman dan peningkatan
kebijakan di sektor perbankan di Indonesia. Hal ini penting dikarenakan hampir
setiap dan/atau seluruh aktivitas dan kegiatan masyarakat selalu berhubungan
dengan bank. Dengan hal ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan
perekonomian nasional sehingga pembangunan nasional dan tujuan negara yang
tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 dapat tercapai.
Bank sebagai pelaku usaha dalam kegiatannya memiliki fungsi menghimpun
dana dan melayani jasa perbankan. Bank merupakan lembaga kepercayaan.
Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus dapat memberikan pelayanan yang
terbaik bagi nasabahnya. Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi dan
sistem elektronik yang maju, kegiatan perbankan dalam melayani nasabah sebagai
konsumen atas jasanya pun mengalami peningkatan dengan memanfaatkan sarana
sistem elektronik. “Dengan semakin maraknya berbagai produk dan pelayanan
jasa baru dari perbankan di Indonesia dan adanya perkembangan teknologi
komunikasi dan sistem elektronik yang semakin canggih memungkinkan transaksi
dan pelayanan jasa perbankan dapat dilakukan dengan sangat cepat, mudah dan
dapat terjadi diantara orang-orang yang berada pada negara yang berbeda” (H.
Malayu S.P. Hasibuan, 2002: 155). “TI (teknologi informasi) secara fungsional,
commit to user
ruang, efisiensi dan kenyamanan (atau bahkan hiburan) bagi penggunanya”
(Assafa Endeshaw, 2007: 11).
Salah satu jasa perbankan yang ditawarkan oleh pihak bank kepada
nasabahnya adalah jasa pelayanan transfer dana. Jasa bank ini sering dikonsumsi
dan digunakan oleh masyarakat luas. Dengan pemanfaatan perkembangan
teknologi dan sistem elektronik, maka bank mengeluarkan alternatif baru dalam
kegiatan transfer dana yang sebelumnya menggunakan sarana warkat (paper based) yaitu dengan mengeluarkan sebuah kartu atau Bank Card yang disebut dengan Automatic Teller Machine (ATM) atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Anjungan Tunai Mandiri, dimana kartu ini dapat digunakan melalui suatu
mesin yang terprogram khusus untuk kartu ini, sehingga nasabah tidak perlu lagi
melakukan transfer dana melalui bank dan melakukan transaksi dengan sistem
teller, karena dengan penggunaan ATM dapat dilakukan transaksi transfer dana
secara cepat, efisien, dan dapat digunakan kapan saja dan dimana saja tempat
mesin ATM itu berada tanpa ada campur tangan dari pegawai bank. Dengan
menggunakan ATM, transaksi transfer dana ini dapat dimasukkan dalam golongan
Electronic Fund Transfer (Transfer Dana Elektronik).
Dari hal di atas adakalanya suatu jasa yang ditawarkan oleh bank saat ini,
dengan pemanfaatan dan penggunaan jasa perbankan yang telah menggunakan
kemajuan teknologi yang baru, seringkali menimbulkan persoalan dan tidak luput
dari berbagai permasalahan dan ini memberikan konsekuensi hukum bagi para
pihak yang terlibat, yaitu pihak bank dengan nasabah. Biasanya yang banyak
menderita kerugian adalah nasabah bank itu sendiri sehingga perlu adanya payung
hukum (umbrella act) atau suatu perlindungan hukum bagi para nasabah bank sebagai konsumen jasa bank, jika terjadi persoalan khususnya di sini adalah
transaksi transfer dana dengan menggunakan mesin ATM.
Pada kenyataannya dalam transaksi transfer dana yang banyak dilakukan
commit to user
berbagai persoalan dan sering menimbulkan kerugian bagi nasabah bank.
Persoalan tersebut bisa terjadi akibat dari kelalaian dan kesalahan nasabah
maupun persoalan yang bukan diakibatkan oleh nasabah itu sendiri, misalnya
mengenai permasalahan saldo yang sudah terdebet tapi uang yang ditransfer tidak
sampai pada penerima yang menjadi tujuan, transaksinya gagal karena terhambat
oleh sistem bank yaitu jaringan link (jaringan sistem elektronik) antar bank
sehingga menyulitkan proses transaksi, sistem keamanan yang lemah. Selain itu
juga bisa terjadi karena adanya pengendapan dana oleh pihak bank untuk
mendapatkan bunga, belum lagi dengan masih sering terjadinya keterlambatan
dan salah kirim karena human error atau teknologi yang bermasalah, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) perbankan yang menguasai teknologi
(www.dannydarussalam.com/.../art.php>) dan lain hal penyebab lainnya.
Jika persoalan timbul akibat kesalahan dan kelalaian nasabah, maka dapat
dibenarkan jika pihak bank tidak mau bertanggung jawab, tetapi jika persoalan
timbul bukan karena diakibatkan oleh diri nasabah dan terjadi hal seperti ini,
seharusnya bank ikut bertanggung jawab karena bank adalah pihak yang lebih
mengetahui seluk-beluk mengenai jasa yang ditawarkan dan di berikan kepada
nasabah. Nasabahpun akan mempertanyakan dan meminta penjelasan atas
kerugian yang diterima, tetapi kebanyakan dari pihak bank tidak pernah serius
menanggapi hal tersebut. Di sinilah letak kelemahan kedudukan nasabah bank
sebagai konsumen, karena pada waktu melakukan transaksi transfer dana dengan
penggunaan ATM, tidak ada pihak bank (pegawai bank) di sana yang
menyaksikan. Dalam menghadapi permasalahan seperti di atas para nasabah bank
pun dihadapkan terhadap persoalan kurangnya pengetahuan nasabah mengenai
dunia perbankan, para nasabah seringkali membiarkan masalah tersebut tanpa
menindaklanjuti usaha mereka untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai
pengguna jasa perbankan, meskipun ada juga beberapa nasabah yang telah sampai
melakukan upaya hukum saat terjadi persoalan transfer dana yang merugikan
commit to user
Ada banyak kasus yang terjadi mengenai persoalan ini, salah satu contohnya
adalah beberapa waktu yang lalu, terjadi suatu peristiwa di mana seorang nasabah
bank memiliki pengalaman buruk dengan sebuah bank swasta. Pada tanggal 24
Mei 2009, nasabah tersebut melakukan transfer via ATM suatu bank swasta
cabang Sumber Sari Bandung sebesar Rp. 900.000,00 ke Bank swasta lain
(rekening milik ayahnya). Seperti biasanya nasabah tersebut memasukkan nomor
rekening si penerima berikut kode banknya lalu diikuti dengan jumlah
nominalnya. Dilayar mesin ATM nasabah diminta menunggu. Setelah lama
menunggu transaksi dinyatakan batal. Namun ketika, nasabah tersebut mengecek
saldonya ternyata saldo telah berkurang sebanyak Rp. 900.000,00. Sesampainya
dirumah nasabah tersebut komplain dan menelepon ke 14041. Namun costumer service bank tersebut menyatakan bahwa transaksi telah berhasil. Nasabah tersebut diminta menunggu sampai keesokan harinya. Keesokan harinya tanggal
25 Mei 2009 saldo kiriman belum juga diterima oleh rekening penerima. Nasabah
tersebut kemudian komplain ke bank tempat ia membuka rekeningnya. Disana
permintaannya ditanggapi dengan mengisi sebuah formulir. Disana costumer service sempat berkata transfer via ATM itu waktunya dua hari dan jika transfer antar bank via ATM harusnya dilakukan pada jam kerja. Sepengetahuan nasabah
transfer via ATM bisa kapan saja dan saldo akan sampai detik itu juga. Terus
terang nasabah ini kecewa dengan kinerja Bank tersebut. Setelah komplain itu,
nasabah diminta menunggu dua minggu lamanya yaitu tanggal 8 sampai dengan
10 Juli 2009. Dengan segala usaha nasabah menyatakan komplain ketempat bank
dimana ia membuka rekening. Terakhir ia komplain pada tanggal 28 Mei 2009
dengan membawa bukti hasil print buku tabungan rekening penerima untuk
membuktikan bahwa pada tanggal 24 Mei 2009 tidak ada transaksi sebesar Rp
900.000,00. Pada komplain yang terakhir nasabah diperlihatkan oleh costumer service, bahwa pihak bank telah menge-mail kantor pusat Jakarta sebanyak lima kali. Namun tidak ada tanggapan. Lalu si nasabah menanyakan apakah uangnya
akan kembali dan costumer service bank tersebut menjawab agar nasabah tersebut
menunggu pada proses berikutnya nanti.
(http://suarapembaca.detik.com/read/2009/06/01/142423/1140699/283/transfer-commit to user
atm-lippo-ke-nisp-dinyatakan-batal-namun-saldo-berkurang). Dari kasus dan
permasalahan tersebut, hal ini tentu sangat merugikan nasabah padahal nasabah
adalah pihak pengguna jasa bank yang juga merupakan anggota bank karena telah
memiliki hubungan hukum atau keterikatan dengan bank lewat perjanjian yang
telah disepakati dari awal sebagai nasabah diawal pembukaan rekening. Hal ini
menunjukkan ketika nasabah meminta kejelasan akan permasalahannya, bank
kurang peduli dan kurang bertanggung jawab terhadap kepentingan nasabahnya.
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara.
Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa lainnya, bank melayani kebutuhan
pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor
perekonomian (Hermansyah, 2008: 7). Proses transfer dana itu proses yang
kompleks dan berpotensi memunculkan risiko dan konsekuensi hukum bagi pihak
yang terlibat, apalagi dengan adanya penggunaan sistem (perangkat) elektronik
seperti ATM, yang digunakan pada sebuah mesin yang dalam berfungsinya
memiliki keterbatasan dan kelemahan. Banyak masyarakat yang belum sadar dan
kurang pengetahuan untuk menyelesaikan hak-hak mereka. Kedudukan nasabah
lemah dalam hal transfer dana melalui ATM biasanya ada pada hal pembuktian.
Dalam hal ketidakpuasan dari nasabah terhadap bank biasanya diakibatkan oleh
tuntutan nasabah yang tidak dipenuhi bank, ataupun dikarenakan pelayanan yang
buruk dari suatu bank, sehingga dapat menimbulkan kekecewaan dan hilangnya
kepercayaan antara nasabah kepada bank dan ini bisa berpengaruh pada
kelangsungan usaha bank tersebut.
Hubungan hukum antara nasabah dengan bank adalah berdasarkan perjanjian,
maka sangat wajar jika kepentingan dan hak nasabah harus mendapatkan
perlindungan hukum. Salah satu tujuan hukum adalah memberikan perlindungan
kepada masyarakat. Tidak dapat disangkal bahwa memang telah ada political will
dari pemerintah untuk melindungi kepentingan nasabah bank, yaitu dari
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
commit to user
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (Hermansyah, 2008:
133). Karena dalam pelayanan jasanya, bank telah memakai sarana teknologi dan
sistem elektronik yang semakin maju maka hal perlindungan hukum bagi nasabah
juga terkait dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Selain itu telah dibentuknya Lembaga atau Badan
Hukum yang mendukung dalam memberikan perlindungan terhadap nasabah
sebagai konsumen jasa perbankan, seperti Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK), dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
sebagai sarana dalam menyelesaikan persoalan berkaitan dengan perlindungan
nasabah.
Dari uraian fakta dan penjelasan diatas, maka penulis merasa perlu untuk
mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan diatas melalui suatu kajian hukum
terhadap suatu bentuk perlindungan nasabah bank sebagai konsumen jasa
perbankan dalam transaksi transfer dana menggunakan sarana Anjungan Tunai
Mandiri yang dapat juga dikaji dari hukum positif yang berlaku di Indonesia yaitu
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, dan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Maka penulis tertarik dan
memilih suatu judul pada penulisan hukum ini yaitu: “PERLINDUNGAN
HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER
DANA MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, beberapa permasalahan
pokok yang akan diteliti oleh penulis dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank terhadap
commit to user
2. Apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal
dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi
transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai
oleh peneliti, yang mana tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan obyektif
a. Untuk mengetahui suatu bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank
terhadap penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pada transaksi
transfer dana.
b. Untuk mengetahui apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia telah ideal dalam memberikan perlindungan hukum bagi
nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM).
c. Untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai perlindungan hukum
bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
2. Tujuan Subyektif
a. Menambah, memperluas dan mengaplikasikan pengetahuan dan wawasan
penulis mengenai hukum tentang perlindungan nasabah bank sebagai
konsumen/pengguna jasa perbankan dalam hal ini adalah berkaitan
dengan transaksi transfer dana menggunakan ATM.
b. Menerapkan konsep-konsep ataupun teori-teori hukum yang diperoleh
penulis dalam mendukung penelitian ini.
c. Untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana di bidang
commit to user D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian itu sangat diharapkan dapat menjadi masukan yang
berguna sehingga dapat mendatangkan suatu manfaat. Manfaat dari penelitian
yang penulis lakukan adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan manfaat pada pengembangan ilmu hukum pada umumnya
dan Hukum Perdata pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan referensi,
masukan data ataupun literatur bagi penulisan hukum selanjutnya yang
berguna bagi para pihak-pihak yang berkepentingan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemecahan atas
permasalahan yang diteliti.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran dan
informasi tentang penelitian yang sejenis dan masukan bagi masyarakat
luas tentang perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi
transfer dana menggunakan ATM.
b. Memberikan pendalaman, pengetahuan dan pengalaman yang baru
kepada penulis mengenai permasalahan hukum yang dikaji, yang dapat
berguna bagi penulis dikemudian hari.
E. Metode Penelitian
Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian ilmiah
dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan yakni peneliti harus lebih dulu
memahami konsep dasar ilmu pengetahuan (yang berisi sistem dan ilmunya) dan
metodologi penelitian disiplin ilmu tersebut. Lebih jelasnya dalam suatu
penelitian hukum, konsep dasar tentang ilmu hukum menyangkut sistem kerja dan
commit to user
penelitian sebagai pertanggungjawaban ilmiah terhadap komunitas pengembang
ilmu hukum (Johnny Ibrahim, 2006: 25- 26).
Suatu penelitian telah dimulai, apabila seseorang berusaha untuk
memecahkan suatu masalah, secara sistematis dengan metode-metode dan
teknik-teknik tertentu, yakni yang ilmiah. Dengan demikian, maka suatu kegiatan ilmiah
merupakan suatu usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi, secara
metodologis, sistematis dan konsisten. Dalam hal ini, penelitian merupakan suatu
sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik dari segi teoritis maupun
praktis. Penelitian merupakan suatu bagian pokok dari ilmu pengetahuan, yang
bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih memperdalami segala segi kehidupan
(Soerjono Soekanto, 2006: 3). Istilah “metodologi” berasal dari kata “metode”
yang berarti “jalan ke”; namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan,
dengan kemungkinan-kemungkinan, sebagai berikut:
1. suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian,
2. suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,
3. cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono Soekanto, 2006:
5)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi merupakan suatu unsur
yang mutlak harus ada didalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan
konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem; sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang
commit to user
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan
metode penulisan antara lain sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Ditinjau dari sudut tujuan penelitian hukum sendiri, maka pada penelitian
ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka,
dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum
kepustakaan (Soerjono Soekanto, Sri Mamuji, 1990: 15).
Penelitian hukum ini merupakan suatu penelitian hukum yang dikerjakan
dengan tujuan menemukan asas atau doktrin hukum positif yang berlaku.
Penelitian tipe ini lazim disebut sebagai “studi dogmatic” atau yang dikenal
dengan doctrinal research (Bambang Sunggono, 2007: 86).
2. Sifat Penelitian
Dilihat dari sudut sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Suatu
penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya
adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di
dalam memperkuat teori lama, atau didalam kerangka menyusun
teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2006: 10). Dalam penelitian ini penulis ingin
mendeskripsikan secara khusus suatu bentuk perlindungan hukum bagi nasabah
bank dalam transaksi transfer dana melalui penggunaan Anjungan Tunai
Mandiri (ATM).
3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
(secondary data), yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya atau yang tidak diperoleh secara langsung dari masyarakat tetapi dari bahan
buku-commit to user
buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan
seterusnya (Soerjono Soekanto, 2006: 12).
4. Sumber Data
Didalam penelitian hukum ini, dipergunakan jenis data sekunder, yang dari
sudut kekuatan mengikatnya digolongkan ke dalam beberapa sumber data,
yaitu:
a) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan–bahan hukum primer terdiri
dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim (Peter
Mahmud Marzuki, 2006: 141). Bahan hukum primer dalam penelitian ini
adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan-bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang
bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki,
2006: 141). Sebagai pendukung dari data yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu terdiri dari buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum,
internet, sumber lainnya yang memiliki korelasi dengan penelitian ini.
c) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder;
contohnya adalah kamus atau ensiklopedia, indeks kumulatif, dan
commit to user 5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data dengan jalan membaca literatur yang erat kaitannya dengan permasalahan yang
dibahas berdasarkan data sekunder dari peraturan perundang-undangan,
buku-buku, internet, dan jurnal. Dari data tersebut kemudian dianalisis dan
dirumuskan sebagai data penunjang dalam penulisan hukum ini. Bahwa cara
pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan
dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret
yang dihadapi (Jonny Ibrahim, 2006: 393).
6. Metode Analisis Data
“Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” (Lexy
J. Moleong, 2009: 280). Data yang diperoleh (dikumpulkan) dalam penelitian
ini dianalisis dengan mempergunakan teknik analisa data kualitatif. Analisis
data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah “upaya yang dilakukan
dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” (Lexy J. Moleong,
2009: 248).
Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data hakikatnya adalah
kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis.
Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis
tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi (Soerjono
Soekanto, 2006: 250-251). Dalam penelitian ini bersifat inventarisasi
aturan-aturan hukum yaitu menggambarkan hukum dengan logika hukum analisis
commit to user
Pengolahan dan analisis data pada dasarnya tergantung pada jenis datanya,
bagi penelitian hukum normatif yang hanya mengenal data sekunder saja, yang
terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum tersebut tidak
bisa melepaskan diri dari berbagai penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum.
Penafsiran memiliki karakter hermeneutik. Hermeneutik atau penafsiran
diartikan sebagi proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi
mengerti (Amiruddin, H. Zainal Asikin, 2006: 163).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh, dalam bagian ini penulis
mensistematisasikan dalam bagian-bagian yang dibahas menjadi beberapa bab
yang dapat saling terkait secara sistematis, terarah, dan mudah dimengerti,
sehingga saling mendukung dan menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh, guna
memberikan arahan dan gambaran penulisan dalam penelitian hukum ini.
Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan selanjutnya adalah sistematika
penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini membahas mengenai dua hal yaitu :
A. Kerangka Teoritis
Kerangka Teoritis yang mendasari penelitian ini sebagai
commit to user
dan dikaji, yaitu Tinjauan Umum Tentang Perbankan,
Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Bagi Nasabah
Bank, Tinjauan Umum Tentang Transaksi, Tinjauan Umum
Tentang Transfer Dana, serta Tinjauan Umum Tentang
Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
B. Kerangka Pemikiran
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini merupakan hasil penjelasan dari penelitian
yang berupa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank
terhadap penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pada
transaksi transfer dana serta apakah peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal dalam
memberikan perlindungan nasabah bank dalam transaksi transfer
dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
BAB IV : PENUTUP
Pada bagian akhir dari penulisan penelitian ini adalah berisi
kesimpulan dari pembahasan permasalahan yang diangkat penulis
dan saran-saran sebagai suatu masukan maupun perbaikan dari
apa yang telah didapatkan selama penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Perbankan
a. Pengertian Perbankan
Pengertian bank menurut A. Abdurrachman adalah “Bank berasal
dari bahasa Italy “banca” yang berarti bence, yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy yang
memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan
duduk di bangku-bangku di halaman pasar” (Munir Fuady, 2003: 13).
O.P. Simorangkir memberikan batasan definisi mengenai bank itu sendiri
yaitu “Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang
bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu
dilakukan dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang
dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan
alat-alat pembayaran baru berupa uang giral” (Sentosa Sembiring, 2000:
1).
Sementara itu Dr. B.N. Ajuha sebagaimana telah diterjemahkan oleh
H. Malayu S.P. Hasibuan dari bahasa aslinya menyatakan pengertian
bank yaitu ”Bank provided means by which capital is transferred from those who cannot use it profitable to those who can use it productively for the society as whole. Bank provided which channel to invest whithout any risk and at a good rate of interest” yang berarti bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakan secara
menguntungkan pada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif
untuk keuntungan masyarakat. Bank juga berarti saluran untuk
menginvestasikan tabungan secara aman dan dengan tingkat bunga yang
commit to user
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 07 Tahun
1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998, didalam Pasal 1 ayat (2) dinyatakan, pengertian
Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya (Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 Tentang Perbankan). Melihat pada definisi bank dan
perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan tersebut,
menurut Abdulkadir Muhammad pengertian perbankan lebih luas
dibandingkan dengan bank. Pengertian perbankan merupakan rumusan
umum yang abstrak mencakup 3 (tiga) aspek utama, yaitu :
1) Kelembagaan bank,
2) Kegiatan usaha bank,
3) Cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha bank (Abdulkadir
Muhammad, Rilda Murniati, 2000: 33).
Sementara itu Munir Fuady mengartikan perbankan adalah yang
mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek
kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu
bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung
jawab para pihak tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain
yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut (Munir Fuady, 2003:
commit to user
Dalam dunia perbankan yang telah disebutkan oleh
Undang-Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan ada pihak yang disebut dengan nasabah.
Nasabah bank terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
1) Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank (Pasal 1 ayat
(16));
2) Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di
bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan
nasabah yang bersangkutan (Pasal 1 ayat (17));
3) Nasabah debitur adalah Nasabah yang memperoleh fasilitas kredit
atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan
nasabah yang bersangkutan (Pasal 1 ayat (18)).
b. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan
Dalam Pasal 2, 3 dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang perbankan, dinyatakan
asas, fungsi, dan tujuan perbankan, yaitu:
1) Asas
Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian.
2) Fungsi
Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan
penyalur dana masyarakat.
3) Tujuan
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
commit to user
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
rakyat banyak.
Sebagai lembaga perantara, falsafah yang mendasari kegiatan
usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, bank
sebagai lembaga kepercayaan masyarakat mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Dalam menerima simpanan dari Surplus Spending Unit (SSU), bank hanya memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan
bahwa bank telah menerima simpanan dalam jumlah dan untuk
jangka waktu tertentu.
b) Dalam menyalurkan dana kepada Defisit Spending Unit (DSU), bank tidak selalu meminta agunan berupa barang sebagai jaminan
atas pemberian kredit yang diberikan kepada DSU yang memiliki
reputasi baik.
c) Dalam melakukan kegiatannya, bank lebih banyak menggunakan
dana masyarakat yang terkumpul dalam banknya dibandingkan
dengan modal dari pemilik atau pemegang saham bank.
Sebagai lembaga kepercayaan bank selalu dituntut untuk selalu
memperhatikan kepentingan masyarakat disamping kepentingan bank itu
sendiri dalam mengembangkan usahanya (H. Malayu S.P. Hasibuan, 2002:
3-4).
c. Jasa-Jasa Perbankan
Dalam rangka menambah sumber-sumber penerimaan bagi bank
serta untuk memberikan pelayanan kepada nasabahnya, bank menyediakan
berbagai bentuk jasa-jasa. Bentuk jasa-jasa ini mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu, sedangkan bentuk jasa bank yang saat ini ada adalah:
1) Pengiriman uang atau transfer
commit to user 3) Inkaso (Collection)
4) Safe Deposit Box (SDB)
5) Bank Card
6) Bank Notes
7) Traveller’s Cheque
8) Letter Of Credit (L/C)
9) Bank Garansi (Johannes Ibrahim, 2004: 123).
2. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum
a. Pengertian Hukum
Di bawah ini adalah beberapa pendapat para ahli hukum tentang
definisi hukum sebagai berikut:
1) Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat yang dengan ini
kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan dengan
kehendak bebas dari orang lain menuruti peraturan hukum tentang
kemerdekaan.
2) E. Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan
larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan
seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat yang
bersangkutan.
3) Van Kant, hukum adalah serumpun peraturan yang bersifat memaksa
yang diadakan untuk mengatur dan melindungi kepentingan orang
dalam masyarakat.
4) M. H. Tirtaamidjata, hukum adalah semua aturan yang harus diturut
dalam tingkah laku dan tindakan dalam pergaulan hidup dengan
ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan itu yang
akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan
kehilangan kemerdekaannya, didenda, dan sebagainya.
5) J.T.C. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, hukum ialah
peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
commit to user
resmi berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibat
diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman (Ishaq, 2009: 3).
b. Fungsi, Tujuan dan Akibat Hukum
Fungsi hukum terdiri dari:
1) Fungsi hukum sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat.
2) Fungsi hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial
lahir batin.
3) Fungsi hukum sebagai sarana penggerak pembangunan.
4) Fungsi kritis dari hukum, dimana daya kerja hukum meliputi
pengawasan terhadap aparatur pengawasan, aparatur pemerintahan,
dan aparatur penegak hukum termasuk didalamnya (Soedjono
Dirdjosisworo, 1984: 153-155).
Tujuan hukum itu sendiri adalah hukum menghendaki kerukunan
dan perdamaian dalam pergaulan hidup bersama. Hukum itu mengisi
kehidupan yang jujur dan damai dalam seluruh lapisan masyarakat
(Soedjono Dirdjosisworo, 1984: 17).
Akibat Hukum merupakan suatu akibat yang ditimbulkan oleh
adanya suatu hubungan hukum. Hubungan hukum memberikan hak dan
kewajiban yang ditentukan undang-undang, dan berakibat bahwa orang
yang melanggar dapat diituntut ke pengadilan (Soedjono Dirdjosisworo,
1984: 129).
c. Pengertian Perlindungan Hukum
Dalam pergaulan hidup manusia kepentingan-kepentingan manusia
senantiasa berlanggaran satu sama lain, maka tujuan hukum adalah
melindungi kepentingan-kepentingan tersebut dan menunjukan usahanya
untuk menyelesaikan masalah kepentingan-kepentingan yang hakekatnya
commit to user
Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, untuk
itu hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung
normal, damai, ataupun terjadi pelanggaran hukum. Jika hukum telah
dilanggar maka perlu ditegakkan, sehingga hukum menjadikan kenyataan.
Tiga unsur penegakkan hukum yang harus diperhatikan yaitu kepastian
hukum, kemanfaatan dan keadilan (Sudikno Mertokusumo, A. Pitlo, 1993:
1).
Perlindungan hukum menurut Satjipto Rahardjo adalah suatu upaya
melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya
tersebut. Kekuasaan itu disebut sebagai hak. Suatu kepentingan merupakan
sasaran dari hak, bukan hanya karena dilindungi hukum tetapi karena
pengakuan terhadapnya. Hak tidak hanya mengandung unsur perlindungan
dan kepentingan, melainkan juga kehendak (Satjipto Rahardjo, 2000:
53-54). Perlindungan hukum adalah segala upaya atau perbuatan yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan bagi
subjek hukum agar tercipta keteraturan dan ketertiban masyarakat.
Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Perlindungan Hukum Preventif yaitu perlindungan yang diberikan
oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya
pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan
dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan
rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.
2) Perlindungan Hukum Represif yaitu perlindungan akhir berupa sanksi
seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila
sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran
commit to user
3. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank
a. Hubungan Bank dengan Nasabah
Dari segi kacamata hukum, hubungan antara nasabah dan bank
terdiri dari 2 (dua) bentuk, yaitu :
1) Hubungan Kontraktual
Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dan
nasabah adalah hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir
terhadap semua nasabah baik nasabah debitur, nasabah deposan
(termasuk dalam nasabah penyimpan dana), ataupun nasabah
nondebitur-nondeposan. Terhadap nasabah debitur hubungan
kontraktual didasarkan suatu kontrak yang dibuat antara bank
sebagai debitur dan nasabah sebagi pihak kreditur. Hukum kontrak
yang mendasari hubungan bank dan nasabah debitur adalah Pasal
1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat
secara sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua
belah pihak.
Untuk hubungan kontraktual nasabah deposan atau nasabah
nondebitur-nondeposan tidak terdapat ketentuan yang khusus yang
diatur dalam KUHPerdata. Kontrak nasabah ini hanya tunduk pada
ketentuan umum KUHPerdata tentang kontrak. Kontrak antara bank
dan nasabah deposan atau nasabah nondeposan-nondebitur, lazimnya
hanya diatur dalam bentuk kontrak yang sangat simpel. Dalam hal
ini sama dengan kontrak kredit, diberlakukan kontrak dalam bentuk
kontrak standar (kontrak baku), yang biasanya terdapat ketentuan
yang berat sebelah, dimana pihak bank seringkali diuntungkan.
Oleh karena itu, ada 3 (tiga) tingkatan dari pemberlakuan
hubungan kontraktual pada hubungan antara nasabah penyimpan
dana dan pihak bank yaitu :
commit to user
b) Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang lebih luas dari
hanya sekedar hubungan debitur-kreditur;
c) Sebagai hubungan implied contract, yaitu hubungan kontrak yang tersirat.
Pada prinsipnya hubungan antara nasabah penyimpan dana dan
bank adalah hubungan kontraktual (hubungan kreditur dan debitur),
tidak mengherankan jika dalam praktek, seringkali pihak nasabah,
terutama nasabah penyimpan dana tidak mendapat perlindungan
yang sewajarnya oleh sektor hukum.
2) Hubungan Nonkontraktual
Ada 6 (enam) jenis hubungan hukum nonkontraktual antara
bank dan nasabah, terutama nasabah deposan dan nasabah
nondeposan-nondebitur, yaitu :
a) Hubungan Fidusia (Fiduciary Relation),
b) Hubungan Konfidensial,
c) Hubungan Bailor-Bailee,
d) Hubungan Principal-Agen,t
e) Hubungan Mortgagor-Mortgagee, dan
f) Hubungan Trustee-Beneficiary.
Akan tetapi, berhubung hukum Indonesia tidak dengan tegas
mengakui hubungan-hubungan tersebut, maka hubungan-hubungan
tersebut baru dapat dilaksanakan jika disebutkan dengan tegas dalam
suatu kontrak. Atau setidak-tidaknya ada kebiasaan dalam praktek
perbankan untuk mengakui eksistensi kedua hubungan (hubungan
kontraktual dan nonkontraktual) tersebut (Munir Fuady, 2003:
commit to user
Hubungan antara nasabah dangan bank juga dapat dikatakan
bahwa nasabah merupakan konsumen dari jasa perbankan dimana
konsumen adalah pihak yang mengkonsumsi dan menggunakan jasa
layanan perbankan dan Bank adalah pelaku usaha yang menyediakan
jasa bagi konsumen. Pengertian pelaku usaha menurut
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
adalah “Pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi” (Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen).
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah
“konsumen” sebagai definisi yuridis formal ditemukan pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK). UUPK menyatakan, konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Shidarta, 2000:
1).
Michael Leboef menyatakan mengenai pengertian konsumen,
yaitu “Costumer adalah orang yang mempercayakan keinginannya kepada bank antara lain untuk memecahkan masalah (solution problem), keinginan untuk mendapatkan pelayanan komitmen, cepat, bersifat pribadi dan berkualitas” (H. Malayu. S.P. Hasibuan, 2001:
161).
Melihat pada pengertian di atas, pelaku usaha dalam hal ini
commit to user
konsumen jasa perbankan atas dasar perjanjian keanggotaan diawal
pembukaan rekening pada bank yang bersangkutan. Dasar dari pada
adanya hubungan hukum ini adalah adanya perikatan atau perjanjian
antara kedua belah pihak. Perjanjian yang dibuat oleh Bank yang
mengikat kedua belah pihak didasarkan pada Asas Kebebasan
Berkontrak. Dalam asas kebebasan berkontrak dinyatakan bahwa
setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang sudah
diatur atau belum diatur dalam undang-undang. Tetapi kebebasan
tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak dilarang oleh
undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak
bertentangan dengan kesusilaan (Abdulkadir Muhammad, 2000:
225).
b. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah
Berkaitan dengan Perlindungan Hukum Terhadap nasabah ini,
Marulak Pardede mengemukakan bahwa dalam sistem perbankan
Indonesia, mengenai perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana,
dapat dilakukan dengan 2 (dua ) cara :
1) Perlindungan secara implisit (Implisit deposit protection), yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank
yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan
bank. Perlindungan ini dapat di peroleh melalui Peraturan
perundang-undangan di Bidang Perbankan, pengawasan dan
pembinaan yang efektif oleh Bank Indonesia, upaya menjaga
kelangsungan usaha bank pada khususnya dan perlindungan terhadap
sistem perbankan pada umumnya, memelihara tingkat kesehatan
bank, melakukan usaha dengan prinsip kehati-hatian, cara pemberian
kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah serta
menyediakan informasi risiko pada nasabah.
commit to user
simpanan masyarakat. Perlindungan ini diperoleh melalui
pembentukan lembaga yang menjamin simpanan, sebagaimana
diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1998 tentang
Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum.
Perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana dapat juga
di kategorikan dalam 2 (dua) macam, yaitu:
1) Perlindungan Tidak Langsung
Perlindungan secara tidak langsung oleh dunia perbankan
terhadap kepentingan nasabah penyimpan dana adalah suatu
perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah penyimpan
dana terhadap segala risiko kerugian yang timbul dari suatu
kebijaksanaan atau timbul dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh
bank. Hal ini adalah suatu upaya tindakan pencegahan secara
internal melalui :
a) Prinsip Kehati-hatian
b) Batas Minimum Pemberian Kredit (BMPK)
c) Kewajiban Mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi
d) Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
2) Perlindungan Langsung
Perlindungan secara langsung oleh dunia perbankan adalah
suatu perlindungan yang diberikan pada nasabah penyimpan dana
secara langsung terhadap kemungkinan timbulnya risiko kerugian
dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Perlindungan ini
commit to user
a) Hak Preferen Nasabah Penyimpan Dana
Hak Preferen adalah suatu hak yang diberikan kepada
seorang kreditor untuk didahulukan dari kreditor-kreditor yang
lain. Dalam sistem perbankan Indonesia, nasabah penyimpan
merupakan kreditor yang mempunyai hak preferen dalam arti
bahwa nasabah penyimpan yang harus didahulukan dalam
menerima pembayaran dari bank yang sedang mengalami
kegagalan atau kesulitan dalam memenuhi kewajibannya.
Berkaitan dengan itu, sebagaimana diketahui bahwa dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
telah mengatur pasal-pasal yang bertujuan memberikan
perlindungan hukum kepada nasabah penyimpan dana dan
simpanannya yang ada pada bank. Adapun ketentuan pasal-pasal
tersebut adalah :
(1) Pasal 29 ayat (3) :
Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha
lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak
merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank.
(2) Pasal 29 ayat (4) :
Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan
informasi mengenai kemungkinan terjadinya risiko kerugian
sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan
melalui bank.
b) Lembaga Asuransi Deposito
Misi dari lembaga asuransi deposito adalah memelihara
commit to user
mengasuransikan para deposan bank dan mengurangi
gangguan-gangguan terhadap perekonomian nasional yang disebabkan
kegagalan-kegagalan yang dialami oleh perbankan. Mengenai
lembaga asuransi ini, sesungguhnya telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 1973 tentang Jaminan Simpanan
Uang Pada Bank yang ditetapkan pada tanggal 22 Agustus 1973.
Sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, belum
dilaksanakan oleh Bank Indonesia.
Berkaitan dengan jaminan terhadap dana masyarakat, telah
diatur dalam ketentuan Pasal-Pasal dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998, yaitu Pasal 37 B ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Setiap bank wajib menjamin dana
masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan” serta
Pasal 37 B ayat (2) yang menyatakan bahwa “Untuk menjamin
simpanan masyar