• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PENDANAAN

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM (Halaman 91-101)

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1. Target Kinerja

4.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis Balai Besar POM di Banjarmasin periode 2015-2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2: Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Dalam Rp. Milyar)

2015 2016 2017 2018 2019 Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat 5,40 6,82 6,82 7,54 7,93 Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan Tingkat kepuasan masyarakat 1,79 1,85 2,00 2,14 1,10 Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 90

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Banjarmasin

Nilai SAKIP Balai Besar POM di Banjarmasin dari BPOM

4,53 34,53 6,10 31,68 31,76

Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan

Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis

3,16 3,96 4,17 4,37 4,59

Pemenuhan target sampling produk obat di sektor publik (IFK) (30% dari 585 sampel)

0,14 0,15 0,15 0,16 0,17

Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan (total sarana produksi = 1548 termasuk IRTP)

0,27 0,35 0,37 0,39 0,41

Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan (total sarana distribusi distribusi = 2368)

1,13 1,42 1,49 1,56 1,64

Jumlah perkara di bidang Obat dan Makanan

0,70 0,93 1,02 1,07 1,12 Jumlah layanan publik

BBPOM di Banjarmasin

1,10 1,10 1,18 1,25 1,33 Jumlah Komunitas yang

diberdayakan

0,69 0,75 0,82 0,89 0,97 Persentase pemenuhan

sarana prasarana sesuai standar

3,07 33 2 25 15

Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 91

Dalam kerangka pendanaan di buku II RPJMN terkait dengan kesehatan dan gizi masyarakat, pemerintah dimandatkan untuk meningkatkan pendanaan dan peningkatan efektivitas pendanaan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat antara lain melalui peningkatan dukungan dana publik (pemerintah), termasuk peningkatan peran dan tanggungjawab pemerintah daerah dan juga peningkatan peran dan dukungan masyarakat dan dunia usaha/swasta melalui public private partnership (PPP) dan corporate social responsibility (CSR).

Peningkatan kerjasama, peran serta tanggungjawab pemerintah daerah di wilayah provinsi Kalimantan Selatan dalam mendukung pengawasan peredaran Obat dan Makanan yang aman dalam rangka peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat adalah salah satu hal yang penting untuk digarap secara serius oleh Balai Besar POM di Banjarmasin, utamanya untuk memastikan keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung mandat BPOM tersebut.

Di sisi lain, peningkatan dukungan masyarakat dan dunia usaha melalui mekanisme PPP dan CSR juga perlu dirumuskan secara lebih intensif. Inisiatif PPP merupakan model kerjasama baru antara pemerintah dan private sector yang bertujuan untuk memastikan keterlibatan dunia usaha dalam mewujudkan dan mempercepat tercapainya tujuan pembangunan serta mendorong keberlanjutannya. Mekanisme PPP bisa dalam bentuk kerjasama teknis dan program, pendidikan dan pelatihan, atau dengan memberikan dukungan tenaga expert pada proyek yang dikerjasamakan. Inisiatif PPP ini cukup progresif jika dibandingkan dengan model CSR yang selama ini lebih banyak dalam bentuk karikatif dan lebih pada bagaimana citra dan branding perusahaan menjadi lebih baik di mata publik.

Model PPP dan CSR ini tentu saja merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh Balai Besar POM di Banjarmasin dalam mendukung program-program BPOM. Apalagi banyak perusahaan, khususnya pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan yang berkepentingan secara langsung dengan Balai Besar POM di Banjarmasin. Namun demikian, juga terdapat tantangan dimana akan muncul semacam conflict of interest antara Balai Besar POM di Banjarmasin sebagai regulator sekaligus eksekutor.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 92

Tetapi potensi konflik kepentingan ini bisa dihindari dengan membuat aturan main dan program yang jelas, serta bisa dievaluasi oleh publik. Bahkan, kalau perlu dibentuk semacam badan independen yang mengawasi pelaksanaan kerjasama PPP dan CSR ini. Di sisi lain, BPOM juga sebisa mungkin menghindari supporting langsung dari perusahaan (khususnya dana), agar potensi konflik kepentingan ini bisa dihindari sedari awal.

Matriks kinerja dan pendanaan Balai Besar POM di Banjarmasin per kegiatan sebagaimana pada Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Kementerian/Lembaga

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 93

BAB V PENUTUP

Renstra BBPOM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Banjarmasin untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya, serta komitmen semua pimpinan dan staf BBPOM di Banjarmasin. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra BPOM, termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan BBPOM di Banjuarmsin yaitu meningkatkan kinerja lembaga dan pegawai dengan mengacu kepada RPJMN 2015-2019.

Renstra BPBOM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 harus dijadikan acuan kerja bagi unit-unit kerja di lingkungan di BBPOM di Banajarmasin sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.

Pelaksanaan Renstra diharapkan berkontribusi pada pencapaian RPJMN dan Visi Misi Presiden. Hal ini dimungkinkan karena program dan kegiatan dalam Renstra BBPOM di Banjarmasin 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Renstra BPOM 2015-2019, telah dilengkapi dengan target outcome dan output yang akan dipantau dan dievaluasi secara berkala setiap tahun, pada pertengahan periode Rencana Strategis/RPJMN sebagai midterm review, maupun pada akhir RPJMN sebagai impact assessment.

Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian

Rencana Strategis Balai Besar POM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 94

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPPENAS). Selain sebagai bahan evaluasi seperti tersebut di atas, Renstra juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BBPOM di Banjarmasin Tahun 2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan program kerja Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan #REF! #REF! #REF! #REF! #REF!

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan Selatan 92,00 92.00 92.50 93.00 93.50 94.00 1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan 55,13 60.00 61.00 62.00 63.00 64.00 1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan Selatan 88,00 89.00 90.00 91.00 92.00 93.00 1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan Selatan 78,00 79.00 80.00 81.00 82.00 83.00 1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan 73,65 75.00 75.50 76.00 76.50 77.00 SS 2 Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan

pemangku kepentingan

1,789,933,000

1,851,733,120 1,992,462,251 2,137,778,973 1,102,154,921

2.1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan 80 81 82 83 84 85

2.2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Kalimantan

Selatan 8 9 10 11 12 13

SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM 4,530,370,000 34,532,062,620 6,104,835,000 31,681,065,000 31,760,915,000

3.1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM Provinsi Kalimantan Selatan CC B A A A A

SP 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan 5,397,357,098 6,815,554,321 7,199,480,183 7,557,017,710 7,932,309,665

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Selatan 92,00 92.00 92.50 93.00 93.50 94.00 1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan Selatan 55,13 60.00 61.00 62.00 63.00 64.00 1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan Selatan 88,00 89.00 90.00 91.00 92.00 93.00 1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan Selatan 78,00 79.00 80.00 81.00 82.00 83.00 1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan Selatan 73,65 75.00 75.50 76.00 76.50 77.00 SP 2 Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan

pemangku kepentingan

1,789,933,000

1,851,733,120 1,992,462,251 2,137,778,973 1,102,154,921

2.1 Tingkat Kepuasan Masyarakat (%) Provinsi Kalimantan Selatan 80 81 82 83 84 85

2.2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Kalimantan

Selatan 8 9 10 11 12 13

SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM 4,530,370,000 34,532,062,620 6,104,835,000 31,681,065,000 31,760,915,000

3.1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM Provinsi Kalimantan Selatan CC B A A A A

11,717,660,098

43,199,350,061 15,296,777,434 41,375,861,683 40,795,379,586 1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis Provinsi Kalimantan

Selatan 2,800 2,800 2,800 2,800 2,800 2,800

3,156,387,356

3,963,610,224 4,166,633,265 4,374,966,115 4,593,711,879 2 Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) (30%

dari 585 sampel)

Provinsi Kalimantan

Selatan 100 100 100 100 100 100 141,180,000 148,239,000 155,650,950 163,433,498 171,605,173 3 Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan

(total sarana produksi = 1548 termasuk IRTP)

Provinsi Kalimantan

Selatan 5.80 5.80 5.80 5.80 5.80 5.80 271,935,484 352,322,581 369,938,710 388,435,484 407,858,065 4 Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan Provinsi Kalimantan

Selatan 28.15 28.15 28.15 28.15 28.15 28.15

1,129,032,258

1,419,364,516 1,490,332,258 1,564,851,613 1,643,093,548

5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan Provinsi Kalimantan

Selatan 8 8 8 9 9 9

698,822,000

932,018,000 1,016,925,000 1,065,331,000 1,116,041,000

6 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Kalimantan

Selatan 950 975 1,000 1,025 1,050 1,100

1,103,265,000

1,103,265,000 1,176,632,000 1,248,524,000 132,867,000

7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Kalimantan

Selatan 14 18 22 26 30 34

686,668,000

748,468,120 815,830,251 889,254,973 969,287,921 8 Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar Provinsi Kalimantan

Selatan 56.50 60.00 62.00 70.00 75.00 80.00 3,067,920,000 33,000,000,000 4,500,000,000 30,000,000,000 30,000,000,000 9 Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang

dilaporkan tepat waktu

Provinsi Kalimantan

Selatan 8 10 9 10 9 10

1,462,450,000

1,532,062,620 1,604,835,000 1,681,065,000 1,760,915,000 Catatan: Matriks ini akan menjadi lampiran 1 Renstra BB/BPOM

Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit

Organisas i Pelaksan a K/L-N-B-NS-BS

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banjarmasin

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Banjarmasin Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Banjarmasin

Program / Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Lokasi Baseline

2 Target per indikator Sasaran Strategis/Sasaran Program/Kegiatan diisi setiap tahun

3 Alokasi Anggaran pada baris Satker BB/BPOM merupakan penjumlahan alokasi anggaran SS1 + SS2 +SS3 4 Alokasi anggaran pada baris Sasaran Strategis (SS) merupakan penjumlahan dari Sasaran Program yang mendukungnya

a. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 1 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 1 b. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 2 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 2 c. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 3 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 2 5 Alokasi anggaran pada baris Program merupakan akumulasi anggaran kegiatan yang mendukung

a. Alokasi anggaran Sasaran Program 1 merupakan akumulasi anggaran pada indikator kegiatan 1, 2, 3, 4, dan 5 b. Alokasi anggaran Sasaran Program 2 merupakan akumulasi anggaran pada indikator kegiatan 6 dan 7 c. Alokasi anggaran Sasaran Program 3 merupakan akumulasi anggaran pada indikator 8 dan 9 6 Alokasi anggaran diisi untuk setiap tahun pada masing-masing indikator kegiatan

7 Alokasi anggaran pada masing-masing indikator sasaran strategis/sasaran program tidak perlu diisi

8 Kolom baseline diisi dengan realisasi tahun 2014. Untuk indikator baru yang belum ada data sebelumnya dapat diisi dengan NA (Not Available) 9 Penetapan target agar memperhatikan Definisi Operasional pada Lampiran 3, baseline, dan Target Nasional (tidak harus sama)

No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan

regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi

Eksisting, Kajian dan Penelitian

Unit Penanggungjawab Unit Terkait/ Institusi

1 UU Pembinaan, Pengawasan, dan Pengembangan Sediaan Farmasi.

Regulasi pengawasan Obat dan Makanan belum lengkap. Payung hukum yang ada belum efektif untuk pengawasan Obat dan Makanan

BPOM 1. DPR 2. Kemenkumham 3. Kemenkes 4. Kemendag 5. Kemenperin 6. Kemendagri 2 Peraturan Perundang-undangan terkait

pengawasan Obat dan Makanan.

Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan BPOM 1. DPR

2. Kemenkumham 3. Kemenkes

3 Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren

Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: 1. Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan 2. Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan

BPOM 1. DPR

2. Kemenkumham 3. Kemenkes

4 Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP

Untuk pengawalan mutu Obat dan Makanan oleh BPOM terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan, dll)

Bidang Pengujian Teranokoko dan Bidang Pengujian Pangan dan BB

BPOM

5 Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan pihak terkait

Belum optimalnya quality surveilance /monitoring mutu untuk daerah terpencil, dan gugus pulau

- Bidang Serlik - Subbag Tata Usaha - Bidang Pemdik

Pemda dan stakeholder BPOM

6 Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan

Early Warning System (EWS) yang

informatif

Sistem Outbreak response dan EWS belum optimal dan informatif. Diperlukan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan obat dan makanan

- Bidang Serlik - Subbag Tata Usaha - Bidang Pemdik

BPOM

7 Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan

Sistem penyebaran informasi OM belum terintegrasi - Bidang Serlik BPOM

8 Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah

Pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat berhasil tanpa adanya kerjasama dan komitmen dari daerah dalam mendukung Balai Besar POM di Banjarmasin

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM (Halaman 91-101)

Dokumen terkait