• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Oleh karena itu upaya pembangunan sektor pertanian merupakan suatu kewajiban, untuk mendukung upaya pembangunan nasional. Sektor industri mempunyai peran penting dalam perekonomian baik daerah maupun nasional. Industri yang masih terus berkembang di Indonesia adalah industri di sektor pertanian atau agroindustri. Salah satu agroindustri yang terdapat di Indonesia adalah agroindustri jamu instan. Sumber daya alam yang melimpah di Indonesia terutama produksi tanaman biofarmaka membuat agroindustri jamu instan terus berkembang.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki produksi tanaman biofarmaka melimpah seperti kunyit, temulawak, jahe, dll. Disamping itu masih banyak produk tanaman biofarmaka lain, seperti sambiloto, temu kunci, lengkuas, dll baik yang tumbuh secara alami maupun yang dibudidayakan. Tanaman biofarmaka merupakan bahan baku dalam pembuatan jamu instan. Produksi tanaman biofarmaka yang melimpah membuat agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar terus berkembang. Berkembangnya agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar dapat meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat selain itu agroindustri jamu instan dapat menjadi agroindustri unggulan daerah. Untuk mengetahui perkembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar, maka perlu dilakukan pemetaan dan identifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Pemetaan bertujuan untuk mengetahui sebaran dan sentra agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Pemetaan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar dilakukan dengan melakukan survei langsung ke semua kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Teknik survei

commit to user

dilakukan dengan melakukan interview dengan pihak yang diasumsikan memahami kondisi dan potensi agroindustri jamu instan disetiap wilayah yaitu Petugas Operasional Pertanian Kecamatan, Petugas Statistika Kecamatan dan Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Data agroindustri jamu instan yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dipetakan sehingga diperoleh sebaran agroindustri jamu instan diseluruh Kabupaten Karanganyar.

Identifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar di lakukan pada tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. Identifikasi potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan bertujuan untuk mengetahui potensi agroindustri jamu instan pada setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan adalah metode perbandingan eksponensial (MPE). Metode perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan menggunakan beberapa kriteria. Kriteria yang dipakai dalam penelitian ini diadopsi dari Bank Indonesia (2010) dalam Harisudin et all

(2010:18) antara lain adalah Jumlah unit usaha/rumah tangga pelaku agroindustri pedesaan, jangkauan pemasaran komoditi/produk, Ketersediaan bahan baku/sarana produksi agroindustri pedesaan, dan Kontribusi agroindustri pedesaan terhadap perekonomian daerah. Hasil dari Metode Perbandingan Eksponensial antara lain adalah potensi agroindustri jamu instan di setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar dan sentra agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Selain itu, dengan Metode Perbandingan Eksponensial dapat diketahui 5 agroindustri unggulan di setiap kecamatan yang akan digunakan sebagai data untuk identifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Identifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar bertujuan untuk mengetahui potensi agroindustri jamu instan dibandingkan dengan agroindustri lain di Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan untuk identifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar adalah dengan menggunakan Metode Borda. Metode Borda merupakan metode yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat. Data yang

digunakan dalam Metode Borda merupakan data yang dihasilkan oleh Metode Perbandingan Eksponensial yaitu 5 agroindustri unggulan di setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan Metode Borda sehingga akan diketahui potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Hasil dari Pemetaan dan identifikasi potensi agroindustri jamu instan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses perencanaan pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Agroindustri pedesaan memiliki banyak kelemahan dan dihadapkan pada berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain adalah permodalan, pemasaran, akses informasi, teknologi dan sumberdaya manusia. Agroindustri Jamu instan di Kabupaten Karanganyar juga mengalami beberapa permasalahan selain kurangnya promosi dan pendistribusian produk oleh pengusaha agroindustri jamu yang menyebabkan pemasarannya menjadi terbatas, pengembangan agroindustri jamu instan disana juga terhambat kurangnya modal usaha serta usaha yang masih kurang berkembang. Melihat berbagai permasalahan tersebut maka perlu dilakukan perumusan strategi pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Sebelum merumuskan strategi pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar maka perlu dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang ada pada industri itu sendiri, antara lain meliputi Kondisi Keuangan, Sumber Daya Manusia, Pemasaran, Produksi/Operasional, dan Manajemen. Faktor eksternal adalah faktor-faktor peluang dan ancaman di luar industri, antara lain Kondisi Perekonomian, Sosial dan Budaya, Politik dan Hukum, Teknologi dan Persaingan.

Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu usaha bisnis. Data Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor

commit to user

internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dalam mengembangkan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar didapat melalui wawancara dengan responden yaitu Petugas Operasional Pertanian Kecamatan, Petugas Statistika Kecamatan dan Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan di setiap Kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

Setelah diketahui faktor internal dan faktor eksternal maka dilakukan perumusan strategi pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Untuk merumuskan strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar digunakan Matriks SWOT. Matriks SWOT adalah alat yang dapat dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis suatu agroindustri. Matriks SWOT menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari faktor internal sehingga dihasilkan rumusan strategi pengembangan agroindustri. Rumusan strategi ini akan menghasilkan empat alternatif strategi yaitu strategi SO (Strength-

Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-

Threat) dan strategi WT (Weakness-Threat).

Strategi SO adalah strategi yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi WO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi ST adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. Strategi WT adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Upaya pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar perlu di tunjang dengan analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain Map). Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) menjadi salah satu faktor yang dikaji karena panjang atau pendeknya rantai nilai serta kontribusi dan peran dari setiap rantai nilai menentukan kinerja dari agroindustri jamu instan. Pendekatan Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) merupakan sebuah

pendekatan sekaligus alat analisis untuk penguatan (upgrading) daya saing sebuah sub-sektor atau komoditas unggulan daerah secara komprehensif. Aplikasi dari instrumen ini bersifat partisipatif yang melibatkan para pelaku yang terkait dalam penciptaan nilai suatu komoditas sejak dari input hingga tahap konsumsi. Indikator yang dikaji dalam analisis Peta Rantai Nilai (Value

Chain Map) antara lain adalah pelaku yang terkait dalam agroindustri jamu

instan, bentuk produk, kemudahan menjual produk, daya tawar harga dan kualitas terhadap pembeli, harga produk, keuntungan, sistem pembayaran, metode pembayaran, keinginan atau standar produk yang disukai pembeli dan lembaga pendukung usaha. Dengan analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) maka akan diketahui pihak-pihak yang berperan dalam agroindustri jamu instan mulai dari penyedia bahan baku sampai kepada konsumen.

Dari uraian tersebut dapat disusun dalam bagan kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

commit to user

Gambar 2. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

Pemetaan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

Potensi Agroindustri Jamu Instan pada Tingkat Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

(Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial) Sebaran Agroindustri Jamu Instan di

Kabupaten Karanganyar

Potensi Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

(Pendekatan Metode Borda)

Analisis SWOT Analisis Peta Rantai

Nilai (Value Chain Map)

Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) Agroindustri Jamu Instan

di Kabupaten Karanganyar Strategi Pengembangan

Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

Dokumen terkait