• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. KERANGKA PEMIKIRAN

2.3 Kerangka Penelitian

Pembangunan wilayah merupakan suatu perubahan ke arah positif untuk kemajuan dalam suatu wilayah. Pembangunan wilayah pada hakikatnya adalah pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayah/region yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial region tersebut seperti Sumberdaya Alam (SDA), Sumberdaya Manusia (SDM) dan kondisi sosial ekonomi.

Dalam suatu wilayah terdapat penyebaran sumberdaya alam yang tidak merata dan adanya kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi, maka sering terjadi ketimpangan-ketimpangan dalam pembangunan, seperti ketimpangan-ketimpangan pertumbuhan, pendapatan, pengangguran, kemudahan pelayanan, investasi dan sebagainya. Untuk mengurangi ketimpangan tersebut maka pengembangan wilayah menghendaki adanya penataan lokasi agar tercapai efisiensi dan optimalisasi bagi suatu kegiatan ekonomi maupun pelayanan sosial. Sasaran utama dari perencanaan pembangunan wilayah pada dasarnya adalah untuk menghasilkan penggunaan terbaik. Yang dapat dikelompokkan atas tiga sasaran umum, seperti (i) efisiensi dan produktifitas, (ii) pemerataan keadilan dan aksesibilitas masyarakat, dan (iii) keberlanjutan.

Kesehatan memegang peranan penting bagi setiap individu dalam menentukan kualitas hidup disamping faktor lain seperti pendidikan. Selain itu dengan kesehatan pula akan menentukan peluang kerja dan akhirnya akan berpengaruh pada pendapatan. Variabel- variabel tersebut merupakan efek lanjutan dari status kesehatan yang baik. Untuk mencapai status kesehatan yang baik di suatu wilayah, maka salah satu upaya yang diperlukan adalah dengan penataan terhadap fasilitas kesehatan.

Kota Bogor dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 sebesar 855.085 jiwa termasuk kedalam kriteria kota besar dengan kriteria jumlah penduduk 500.000-1.000.000 jiwa (Dinas PU Propinsi Jawa Barat, 1990). Kota Bogor yang terbagi

menjadi 6 kecamatan, memiliki demand yang cukup besar dalam penyediaan fasilitas pelayanan, seperti fasilitas kesehatan.

Saat ini pemerintah Kota Bogor memiliki berbagai permasalahan dalam penataan fasilitas kesehatannya. Hal yang paling mendasar adalah tidak meratanya fasilitas kesehatan di setiap kecamatan Kota Bogor. Walaupun bila dilihat dari segi kuantitas fasilitas kesehatan dasar maupun rujukan di Kota Bogor sudah memadai untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat. Dilihat dari kepadatan penduduk di Kota Bogor cenderung mengelompok di pusat kota atau Kecamatan Bogor Tengah, hal ini dikarenakan Kecamatan Bogor Tengah merupakan pusat kegiatan/pelayanan sosial-ekonomi/jasa dan perkantoran/pemerintahan Kota Bogor. Walaupun Kecamatan Bogor Tengah ini mempunyai luas wilayah yang paling kecil dari kecamatan lain (8,13 km2). Sedangkan Kecamatan yang cukup luas wilayahnya seperti Bogor Selatan dan Tanah Sareal masih minim dalam hal fasilitas kesehatannya. Selain itu, Kota Bogor sampai saat ini belum memiliki Rumah Sakit rujukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibawah otoritas pemerintah daerah. Rumah Sakit rujukan diserahkan kepada Rumah Sakit swasta.

Dari permasalahan diatas untuk mencapai penataan fasilitas kesehatan yang efisien dan optimal bisa dilakukan dengan mengetahui penyebaran fasilitas kesehatan setiap kecamatan Kota Bogo r terlebih dahulu. Dengan tujuan untuk mengetahui kecamatan mana yang memiliki hirarki fasilitas kesehatan yang lengkap dan kurang lengkap. Metode skalogram bisa digunakan untuk menganalisis ini karena bisa memberikan hasil terhadap hirarki fasilitas kesehatan Kota Bogor. Selanjutnya analisis dilakukan secara deskriptif terhadap fasilitas kesehatan pada standar kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan khususnya pada Rumah Sakit dan Puskesmas. Hal ini untuk melihat sejauh mana daya layan dari fasilitas kesehatan tersebut. Analisis deskriptif ini merupakan analisis dari segi non-lokasi untuk lebih mempertajam dalam penelitian. Mengingat Kota Bogor yang berencana untuk membangun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) nya, agar tercapai lokasi yang optimal dalam pelayanan perlu dicari lokasi yang optimal.

Dalam RTRW Kota Bogor 1999-2009, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) direncanakan di Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal dengan luas 1,47334 Ha. Dengan metode P-Median, bisa dilihat apakah lokasi tersebut telah mencapai lokasi optimal atau belum. Selain itu pula metode ini dapat menunjukkan lokasi optimal RSUD bila lokasi tersebut belum optimal. Kemudian dari hasil analisis skalogram dilakukan analisis kebutuhan fasilitas kesehatan pada kecamatan yang memiliki skor terendah dalam hirarki fasilitas kesehatan, yaitu Kecamatan Tanah Sareal. Dengan berbagai pertimbangan seperti wilayah yang cukup luas dan melihat kebutuhan akan Puskesmas pembantu (Pustu) cukup besar maka ditentukan pula lokasi optimal Puskesmas pembantu (Pustu) di Kecamatan Tanah Sareal. Selain itu, berdasarkan usulan Sarasehan Pembangunan (Sarembang) Kecamatan Tanah Sareal tahun 2007 memang direncanakan untuk pembangunan Pustu.

Dari uraian diatas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam mencapai suatu penataan fasilitas kesehatan yang efisien dan optimal selain memperhatikan ketersediaan dan lokasi optimal fasilitas kesehatan, juga perlu memperhatikan faktor non- lokasi seperti daya layan suatu fasilitas kesehatan baik dari segi fisik maupun Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan.

Kerangka Penelitian

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Penataan Fasilitas Kesehatan Kecamatan di Kota Bogor Dalam Pembangunan Wilayah

Pembangunan Wilayah Penataan Fasilitas Pelayanan Fasilitas Kesehatan Kota Bogor Analisis

Penyebaran Analisis Deskriptif Fasilitas Kesehatan Analisis Penataan Fasilitas Kesehatan Kota Bogor Penentuan Lokasi Optimal RSUD Kota bogor Metode Skalogram Metode P-Median Analisis Standar

kebutuhan, mutu pelayanan dan efisiensi pengelolaan

RS dan Puskesmas

Luas Wilayah Kecamatan Jumlah Penduduk Jarak antar simpul

yang terpilih Kurang merata Fasilitas Kesehatan Skor Tertinggi Skor Terendah Kebutuhan Fasilitas kesehatan Usulan Sarembang Penentuan Lokasi Optimal Pustu Belum adanya RSUD sebagai RS rujukan

SDA SDM Kondisi sosial

ekonomi

Pembangunan Kesehatan Kualitas individu, Peluang kerja, Pendapatan

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor merupakan kota yang pembangunan wilayahnya sedang berkembang di Jawa Barat dan merupakan pintu gerbang Jawa Barat menuju ibu kota DKI Jakarta sehingga merupakan jalur strategis dan akan berpengaruh terhadap pembangunan wilayahnya. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari-Maret 2007.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di tingkat kecamatan. Penelitian di tingkat kecamatan ini adalah untuk memperoleh kejelasan tentang fasilitas kesehatan untuk mencari pelayanan dari fasilitas kesehatan secara optimal. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan beberapa staf Dinas kesehatan, Bapeda, arsip daerah dan instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait seperti, Bapeda Kota Bogor, Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Badan Pusat Statistik pusat di Jakarta, Dinas kesehatan, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor.

3.3 Metode Analisis Data 3.3.1 Metode Skalogram

Metode ini dapat digunakan untuk menentukan peringkat pemukiman atau wilayah dan kelembagaan atau fasilitas pelayanan. Metode ini memberikan hirarki yang lebih tinggi kepada pusat pertumbuhan dan pelayanan yang memiliki jumlah unit sarana dan prasarana pembangunan yang lebih banyak. Metode skalogram lebih menekankan kriteria kualitatif dibandingkan kriteria yang menyangkut derajat fungsi sarana dan prasarana pembangunan. Distribusi penduduk dan luas jangkauan pelayanan sarana dan prasarana pembangunan secara spesial tidak dipertimbangkan

Dokumen terkait