BAB I PENDAHULUAN
E. Kerangka Teori
D. Manfaat Penulisan
1. Secara teoritis pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas akan menimbulkan pemahaman dan pandangan yang baru dalam penyelesaian masalah yang menyangkut pelayanan jasa keimigrasian mengingat buku dan literatur yang membahas masalah tersebut sangat minim, sehingga dengan demikian diharapkan tulisan ini dapat menambah kekayaan referensi buku-buku yang membahas masalah pelayanan permohonan SPRI/paspor pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan yang berbasis biometrik/dengan sistem biometrik.
2. Secara Prakteknya sangat bermanfaat dan membantu bagi semua pihak, baik itu para pegawai di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan dan para pelanggan atau masyarakat yang melakukan pengurusan paspor menjadi lebih efektif, efisien dan akurat, serta “on-line” di seluruh wilayah Republik Indonesia.
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Sistem Biometrik dan Pelayanan Pengertian Sistem Biometrik
Sistem atau system berasal dari Bahasa Yunani “System” yang berarti menempatkan atau mengatur. Sistem dalam pengertian umum menurut Santoso (2005:164) merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari berbagai komponen atau bagian yang satu sama lain saling terkait dan bekerja sama sehingga merupakan satu kesatuan. Oleh sebab itu sistem didalam suatu organisasi harus dibenahi. Dalam pengertian lain suatu Sistem pada hakekatnya adalah seperangkat komponen, elemen, unsur atau sub sistem dengan segala atributnya, yang satu
-
sama lain saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi dan saling tergantung sehingga keseluruhannya merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi atau suatu totalitas, serta mempunyai peranan atau tujuan tertentu.
Biometrik adalah suatu teknik untuk verifikasi identitas orang tertentu diantara orang banyak dengan cara mengukur karakteristik fisik maupun perilaku individu yang dianggap unik (buku panduan “Standard Operating Procedure Surat Perjalanan Republik Indonesia:2008).
Dalam peraturan Direktur Jenderal Imigrasi No : F.083.PL.01.10 Tahun 2006 (pasal 1) Tentang Pelaksanaan Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik Pada Surat Perjalanan Republik Indonesia yang dimaksud dengan Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik pada SPRI adalah pengambilan photo wajah dan sidik jari pemohon secara terpadu pada penerbitan SPRI. Dimana pada (pasal 5) Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik pada SPRI dilaksanakan di kantor-kantor Imigrasi di seluruh wilayah Indonesia dan Unit Khusus. Sistem paspor biometrik seringkali dipandang sebagai respon atau terorisme, pengawasan keimigrasian, pemalsuan dokumen perjalanan. Tujuan utama dari penggunaan biometrik menurut ICAO adalah verifikasi dan identifikasi.
Biometrik adalah juga suatu teknik untuk verifikasi identitas orang tertentu diantara orang banyak dengan cara mengukur karakteristik fisik maupun perilaku individu yang dianggap unik.
Karakteristik fisik : 1. Sidik jari 2. Iris 3. Retina
- 4. Geometri wajah
5. Geometri tangan Karakteristik perilaku : 1. Suara
2. Tanda-tangan
Verifikasi adalah konfirmasi identitas dengan membandingkan detil spesifikasi individu yang diakuinya apakah sesuai dengan detil-detil yang telah terekam sebelumnya, terkait didalamnya konfirmasi atau penolakan atas identitas diri orang yang mengklaim. Hal ini juga disebut one to one match disaat data subjek berada di are verifikasi dengan data biometrik pemohon yang direkam saat sistem pengumpulan data (melakukan konfirmasi data pribad dengan ciri-ciri dalam fisik dan perilakunya dengan data yang telah ada). Contohnya saat seseorang ingin mengajukan permohonan paspor ataupun visa maka yang dilakukan adalah proses verifikasi untuk memastikan apakah si pemohon cocok dengan catatan permohonan dokumen. Sedangkan yang dimaksud identifikasi adalah memastikan identitas diri seseorang dengan menentukan kemungkinan apakah detil spesifikasi individu tersebut cocok dengan kumpulan detil spesifikasi yang telah terekam sebelumnya (mencari kemungkinan persamaan data diri dengan data lainnya). Identifikasi yang juga disebut one to many match digunakan saat proses verifikasi dirasa tidak cukp memadai lagi. Proses ini membandingkan subjek dengan seluruh kumpulan data yang ada pada database namun yang memiliki fitur sama. Dari proses diatas, verifikasi dinilai memiliki nilai ketepatan yang paling tinggi.
-
Saat ini teknologi biometrik telah berkembang sangat pesat dari sidik jari hingga penggunaan karakteristik fisik dan perilaku. Demikian pula dengan penggunaannya dari hanya sebagai identifikasi hingga penggunaannya sebagai sistem verifikasi keamanan dan sebagainya.
Biometrik cepat sekali mengaitkan teknologi yang secara luas sudah dipakai di bidang forensik, seperti identifikasi kriminal dan sekuriti penjara.
Kemajuan akhir-akhir ini di bidang sensor-sensor biometrik, dapat digunakan untuk mencegah akses yang memiliki otoritas terhadap ATM, ponsel, smartcard, dekstop PC, dan jaringan komputer. Biometrik dapat digunakan sepanjang transaksi dilakukan melalui telepon dan internet. Disebabkan makin meningkatnya ancaman sekuriti maka banyak negara telah mulai memakai biometrik untuk kontrol perbatasan dan Paspor.
Diantara semua teknik biometrik, identifikasi melalui sidik jari adalah metode tertua yang telah dipakai dengan sukses dalam sejumlah aplikasi. Setiap orang diketahui memiliki sidik jari yang unik dan tidak bisa diubah/diganti. Suatu sidik jari terdiri atas serangkaian bukti dan lakukan diatas permukaan jari.
Keunikan suatu sidik jari dapat ditentukan oleh pola bukti dan lakukan demikian juga detail-detail kecil. Sejumlah besar sidik telah diambil dan disimpan setiap hari. Dalam demikian banyaknya jenis aplikasi termasuk forensik, kontrol akses dan registrasi SIM. Pengenalan orang secara otomatis berdasarkan sidik jari membutuhkan sidik jari masukan untuk dicocokkan dengan sejumlah besar sidik jari yang telah tersimpan dalam suatu database.
Masalah pengambilan wajah, yang disebut deteksi, dapat dirumuskan sebagai berikut : dengan citra tidak bergerak serta hitam diatas putih, temukan
-
lokasi dan ukuran wajah setiap orang. Banyak cara dimana deteksi wajah orang sangat menentukan perannya, deteksi ini mempresentasikan langkah pertama untuk sistem rekognisi wajah secara otomatis penuh, juga dapat digunakan dalam indeks atau pencarian dalam database citra sesuai dengan muatannya. Selain fitur sidik jari dan pengambilan wajah yang dapat dilakukan dengan sistem tersendiri, juga dikenal suatu sistem yang dikenal dengan multi biometrik (biometrik ganda).
Suatu sistem identifikasi personal yang semata-mata berdasarkan sidik jari atau wajah seringkali tidak mampu memenuhi persyaratan-persyaratan performa sistem. Untuk rekognisi (pengenalan) wajah dapat dilakukan dengan cepat tetapi tidak dapat diandalkan sementara verifikasi sidik jari dapat diandalkan, tetapi tidak efisien untuk mengeluarkannya dari database yang mengintegrasikan wajah dan sidik jari.
Dalam rekomendasi International Civil Aviation Organization (ICAO) pada sebuah konvensi yang diadakan di Kairo pada tahun 2004, dikemukakan mengenai standar biometrik dalam pemanfaatan e-passport serta media penyimpanan dalam dokumen perjalanan. Pengenalan wajah juga disebut sebagai unsur interoperabilitas yang global serta pemanfaatan fitur sidik jari dan retina sebagai unsur sekunder. “E-Passport” baru sesuai standar ICAO mengarah ke perkembangan teknologi abad 21. Kemudian ICAO mengadopsi teknologi biometrik yang tersedia dan mengklasifikasikannya menjadi tiga kategori berdasarkan kemampuan dasar masing-masing fitur yang komprehensif menjadi : 1. Group 1 : Pengenalan wajah (kompatibilitas 85%)
2. Group 2 : Sidik jari dan retina (kompatibilitas 65%)
-
3. Group 3 : Tanda tangan, geometri tangan dan suara (kompatibilitas kurang dari 50%)
Pelayanan Publik
Pengertian pelayanan menurut H.A.S Moenir (2002:6) Pelayanan merupakan kegiatan yang diteruskan oleh organisasi atau perseorangan kepada konsumen yang bersifat tidak terwujud dan tidak dapat dimiliki, konsumen yaitu masyarakat yang mendapat manfaat dan aktivitas yang dilakukan oleh organisasi yang memberikan pelayanan.
Pelayanan public merupakan produk birokrsi public yang diterima oleh warga pengguna maupun masyarakat secara luas. Karena itu pelayanan public dapat didefenisikan sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan birokrasi public untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Pengguna yang dimaksudkan disini adalah warga Negara yang membutuhkan pelayanan public. Di dalam SK MenPan Nomor 81/1993 yang dimaksud pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan instansi pemerintah dan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan jasa baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dasar teoritis pelayanan public yang ideal menurut paradigma new public service yaitu pelayanan public harus responsive terhadap berbagai kepentingan dan nilai-nilai public. Tugas pemerintah adalah melakukan negoisasi dan mengelaborasi berbagai kepentingan warga negara dan kelompok komunitas.
Dengan demikian, karakter dan nilai yang terkandung di dalam pelayanan public tersebut harus berisi preferensi nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Karena
-
masyarakat bersifat dinamis, maka karakter pelayanan public juga harus selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Disamping itu pelayanan public model baru harus bersifat non diskriminatif sebagaimana dimaksud oleh dasar teoritis yang digunakan, yaitu teori demokrasi yang menjamin adanya persamaan warga tanpa membedakan asal usul, suku, ras, etnik, agama dan latar belakang kepartaian. Ini berarti setiap warga negara diperlakukan secara sama ketika berhadapan dengan birokrasi public dalam menerima layanan sepanjang syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi.
Hubungan yang terjalin antara birokrat public dengan warga negara adalah hubungan impersonal sehingga terhindar dari sifat nepotisme dan primordialisme.
Dalam pandangan Albrecht dan Zemke dalam Dwiyanto (2006: 140), kualitas pelayanan merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek, yaitu system pelayanan, SDM pemberi layanan, strategi dan pelanggan. System pelayanan public yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan public yang baik pula.
Suatu system yang baik memiliki dan menerapkan prosedur pelayanan yang jelas dan pasti, serta mekanisme control di dalam dirinya sehingga segala bentuk peyimpangan yang terjadi secara mudah dapat diketahui.
Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia (SDM), dibutuhkan petugas pelayanan yang mampu memahami dan mengoperasikan system pelayanan yang baik. Disamping itu, petugas pelayanan juga harus mampu memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Selain itu, system pelayanan juga harus sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau pengguna. Organisasi harus mampu merespon kebutuhan dan keinginan pengguna dengan meyediakan system pelayanan dan strategi yang
-
tepat. Sifat dan jenis pelanggan yang bervariasi membutuhkan strategi pelayanan yang berbeda dan hal ini harus diketahui oleh petugas pelayanan. Karena itu, petugas pelayanan perlu mengenali pengguna dengan baik sebelum dia memberikan pelayanan.
Kualitas pelayanan public yang diberikan oleh birokrasi dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti tingkat kompetensi aparat, kualitas peralatan yang digunakan untuk memproses pelayanan, budaya birokrasi, dan sebagainya.
Kompetensi aparat birokrasi merupakan akumulasi dari sejumlah sub variable seperti tingkat pendidikan, jumlah tahun pengalaman kerja, dan variasi pelatihan yang telah diterima. Sedangkan kualitas dan kuantitas peralatan yang digunakan akan mempengaruhi prosedur, kecepatan proses dan kualitas keluaran (output) yang akan dihasilkan.
Organisasi yang menggunakan teknologi modern seperti komputer memiliki metode dan prosedur kerja yang berbeda dengan organisasi yang masih menggunakan cara kerja manual. Dengan mengadopsi teknologi modern dapat menghasilkan output yang lebih banyak dan berkualitas dalam waktu yang relatif lebih cepat.
Untuk menilai kualitas pelayanan public itu sendiri, tedapat sejumlah indikator yang dapat digunakan. Apabila kita meminjam pendapat Lenvine dalam Dwiyanto,dkk (2006: 144), maka produk pelayanan public di dalam negara demokrasi setidaknya harus memenuhi tiga indicator, yaitu responsiveness, responsibility, dan accountability.
1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.
-
2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan public itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.
3. Accountabilitya atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.
Menurut KepMenPan 81/1995, kinerja organisasi public dalam memberikan pelayanan public dapat dilihat dari indicator, seperti kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, keamanan, keterbukaan, efisien, ekonomis, keadilan yang merata, dan ketepatan waktu.
1. Kesederhanaan, yaitu prosedur atau tata cara pelayanan umum harus didesain sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan pelayanan umum menjadi mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan dan kepastian tentang tata cara, rincian biaya layanan dan cara pembayaran, jadwal waktu penyelesaian layanan, dan unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum.
3. Keamanan, yaitu usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas pada pelanggan dari adanya bahaya, resiko, dan keragu-raguan. Proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.
-
4. Keterbukaan, yaitu bahwa pelanggan dapat mengetahui seluruh informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan jelas, yang meliputi informasi tata cara, persyaratan, waktu penyelesaian, dan lain-lain.
5. Efisien, yaitu persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dan produk pelayanan public yang diberikan.
6. Ekonomis, yaitu agar pengenaan biaya pelayanan ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang/jasa dan kemampuan pelanggan untuk membayar.
7. Keadilan yang merata, yaitu cakupan atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil.
8. Ketepatan waktu, yaitu agar pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
10 (sepuluh) prinsip pelayanan (Bintoro Tjokromidjojo, 2004:130-139) : 1. Kesederhanaan
2. Kejelasan 3. Kepastian waktu 4. Akurasi
5. Keamanan 6. Tanggung jawab
7. Kelengkapan sarana/prasarana 8. Kemudahan akses
- 9. Kedisiplinan, sopan, ramah
10. Kenyamanan
6 (enam) azas pelayanan (Bintoro Tjokromidjojo, 2004:130-139) : 1. Transparansi
2. Akuntanbilitas 3. Kondisional 4. Partisipasif 5. Kesamaan hak
6. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Pelayanan Prima menurut Said Zainal Abidin (2004:20-21), adalah pelayanan terbaik yang dapat diberikan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat dan dapat memuaskan masyarakat tersebut. Paradigma pelayanan, adalah suatu konsep yang mengantar seseorang untuk menciptakan kredibilitasnya sehingga memungkinkan melakukan pembalikan kebiasaan dari aparatur yang dilayani menjadi aparatur yang melayani. Standar pelayanan antara lain meliputi : 1) Prosedur pelayanan
2) Waktu penyelesaian 3) Biaya Pelayanan 4) Produk pelayanan 5) Sarana dan prasarana
6) Kompetensi petugas pelayanan
Standar pelayanan, adalah suatu dokumen yang berisi rincian teknik dari sebuah pelayanan yang biasanya mencakup :
- 1. Visi dan misi pelayanan
2. Prosedur pelayanan 3. Denah pelayanan 4. Persyaratan pelayanan 5. Jenis pelayanan 6. Janji pelayanan 7. Jaminan mutu
8. Ketentuan tarif/biaya 9. Klasifikasi pelanggan
Solly Lubis (2007:72-81) menyatakan bahwa pelayanan mempunyai dimensi-dimensi yang melekat dengan mutu pelayanan antara lain :
1. Tidak nyata, dalam dimensi ini memperlihatkan bahwa pelayanan tidak dapat ditampilkan secara fisik.
2. Dapat diuji dapat diandalkan dan alamat seperti yang dijanjikan sehingga kemampuannya dapat diuji.
3. Daya tanggap, kemampuan membantu pelanggan dalam menyediakan pelayanan.
4. Ketrampilan memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan sesuai standar.
5. Kesamaan, sopan, santun, penghargaan, perhatian dan persahabatan dari orang yang menghubungi.
6. Kredibilitas ketulusan kepercayaan, kejujuran dari pemberi layanan.
7. Keamanan, kebebasan dari buruknya resiko keragu-raguan.
-
8. Akses kemerdekaan untuk didekati dan dihubungi.
9. Komunikasi, memberikan pengetahuan yang dapat dipahami oleh pelanggan dan mau mendengar suara pelanggan.
10. Pengertian, berusaha mengerti pelanggan dan kebutuhannya.
Hakikat Pelayanan Publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi negara. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan per Undang-Undangan. Beberapa pengertian defenisi mengenai pelayanan prima :
1. Layanan prima adalah membuat pelanggan merasa penting.
2. Layanan prima adalah melayani pelanggan dengan ramah, tepat dan cepat.
3. Layanan prima adalah pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
4. Layanan prima adalah menempatkan pelanggan sebagai mitra.
5. Layanan prima adalah pelayanan optimal yang menghasilkan kepuasan pelanggan.
6. Layanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan untuk membiasakan rasa puas.
7. Layanan prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan pelanggan.
Pelayanan Prima, adalah kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik/memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan
-
melanjutkan kepuasannya, agar mereka selalu loyal kepada organisasi jadi keberhasilan program pelayanan prima tergantung pada penyelenggaraan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya.
Adapun dasar hukum pelayanan prima yang diterapkan di Indonesia yaitu : 1. Undang-undang Dasar 1945 tambahan Amandemen I, II, II, IV.
2. Inpres No.1 tahun 1995, tentang penugasan kepada Menpan untuk segera bertindak meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat.
3. Surat Edaran Menko Wasbang No.56 tahun 1998 tentang edaran, agar semua Departemen melaksanakan pelayanan prima di lingkungan masing-masing.
4. Keputusan Menpan No.25/M.Pan/2/2004 Tentang Juknis Transportasi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
5. Instruksi Menkeh No.M.01.PR.08.10 tahun 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata Laksana Pelayanan Umum (di lingkungan Depkeh).
6. Kepmenkeh M.03.PR.07 tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian Kantor Wilayah Departemen Kehakiman RI.
2. Fungsi Sistem Biometrik Terhadap Tingkat Pengamanan Paspor
Kantor Imigrasi bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang keimigrasian khususnya dalam pemberian paspor bagi warga negara untuk melakukan perjalanan keluar dan masuk wilayah Indonesia untuk melakukan perjalanan keluar dan masuk wilayah Indonesia. Dalam penerbitan paspor itu sendiri harus diteliti dan memperhatikan prosedur agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan yang dapat merugikan orang lain maupun instansi.
-
Dalam hal ini pemerintah menganggap sistem biometrik sebagai jawaban krisis pencurian identitas yang terjadi akan mampu membasmi terorisme. Pemalsuan identitas menjual paspor dan dokumen penting lainnya yang digunakan para imigran gelap, bahkan juga teroris yang lalu lalang dan akan mengancam keamanan dunia. Dalam menjawab tantangan itu imigrasi menerapkan teknologi biometrik melalui sidik jari (finger print) dan geometri wajah (facial recognition), karena dianggap kedua pindai biometrik ini paling tepat jika diterapkan pada paspor Indonesia karena dianggap memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan biaya yang relatif murah dibandingkan dengan sistem pindai biometrik lainnya.
Salah satu fungsi Imigrasi sebagai penegak hukum dan keamanan khususnya dalam pemberian paspor yaitu dengan mencegah adanya pemalsuan paspor dan menghindari seseorang untuk mempunyai lebih dari satu paspor RI.
Sebagaimana diketahui bahwa masalah pengamanan paspor untuk menghindari penggunaannya oleh mereka yang tidak berhak guna suatu tujuan tertentu di banyak negara bukanlah masalah baru, namun telah muncul sejak lama.
Pengamanan paspor dibedakan atas dua kategori, yaitu :
1. Pengamanan terbuka
Mempergunakan peralatan canggih dalam memilih bahan ataupun kertas paspor, pemberian pengamanan yang dapat dilihat seperti cara pengamanan foto, tanda tangan, cap jari atau yang lebih dikenal dengan sidik jari dan sebagainya sehingga sukar bagi orang yang akan mencoba memalsukannya meskipun secara visual dapat dilihat bentuknya, sehingga jika terjadi perubahan atau pemalsuan akan segera diketahui.
- 2. Pengamanan tertutup
Mempergunakan peralatan canggih, yang tidak dapat dilihat secara visual.
Paspor dibedakan menjadi dua bentuk pemalsuan, yaitu : a. Paspor palsu, yakni paspor yang sengaja dibuat palsu.
b. Paspor yang dipalsukan yakni paspor asli yang dipalsukan
Kebiasaan yang terjadi selama ini, pemalsuan dokumen itu mengikuti suatu keadaan yang sangat situasional atau yang berkembang saat itu, untuk itu pemeriksaan harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi, baik perkembangan regional maupun perkembangan global. Pada umumnya tujuan dari pemalsuan dokumen adalah untuk :
1. Mendapatkan keuntungan 2. Mendapatkan identitas baru 3. Melindungi identitas
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dalam upaya pengamanan paspor, eksistensi suatu teknologi merupakan salah satu rekomendasi yang dapat dikemukakan. Dalam perkembangannya upaya guna menanggulangi berbagai macam permasalahan penyalahgunaan paspor baik yang berupa masalah pengamanan maupun penggunaan paspor ganda oleh satu orang muncullah beberapa gagasan. Ide-ide juga bermunculan dari rekomendasi berbagai organisasi internasional.
Pemakaian teknologi mutakhir merupakan solusi yang ditawarkan untuk memberikan akurasi dan keamanan dalam pelayanan publik termasuk penerbitan paspor, dan berbagai kegiatan ekonomi umum direkomendasikan untuk segera dipakai. ICAO telah melakukan penelitian mengenai pemanfaatan teknologi
-
biometrik dan aplikasinya dalam dokumen perjalanan dalam bentuk visa maupun paspor sejak tahun 1995.
3. Pengertian Surat Perjalanan Republik Indonesia/Paspor dan Fungsinya Kata “paspor” yang oleh banyak ahli diyakini berasal dari bahasa Perancis
“passer” yang berarti melalui/lewat dan “port” yang berarti pelabuhan secara harafiah perkataan “paspor” dan paspoort yang semula merupakan gabungan perkataan “to pass dan “port” (pelabuhan laut/udara, dalam bahasa inggris), berarti : melalui/melewati pelabuhan. Paspor adalah surat pas keluar negeri, surat ijin keluar negeri (Undang-undang Nomor 9 tahun 1992) tentang Keimigrasian, pasal 1 angka 3). Surat Perjalanan Republik Indonesia, yang selanjutnya disingkat SPRI adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan keluar atau masuk wilayah Negara Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah nomor 36 Tahun 1994 tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia).
SPRI/Paspor adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman dalam hal ini Direktorat Jenderal Imigrasi. Dasar hukum daripada SPRI/Paspor RI adalah :
1. UU No.9 Tahun 1999\2b Tentang Keimigrasian.
2. Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1994
3. Keputusan Menteri Kehakiman RI nomor M.01-IZ.03.10 tahun 1995 tentang Paspor biasa, Paspor untuk orang asing, SPLP untuk WNI dan SPLP untuk orang asing.
4. Petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi No.F-458.IZ.03.02 Tahun 1997.
-
Sesuai dengan jenis dan ciri-ciri paspor pada umumnya, Surat Perjalanan Republik Indonesia atau yang disebut dengan Paspor Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, terdiri dari :
1. Paspor Biasa diberikan kepada warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri;
1. Paspor Biasa diberikan kepada warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri;