• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SISTEM BIOMETRIK DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PERMOHONAN SPRI/PASPOR PADA KANTOR IMIGRASI KLAS I POLONIA MEDAN DISUSUN OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH SISTEM BIOMETRIK DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PERMOHONAN SPRI/PASPOR PADA KANTOR IMIGRASI KLAS I POLONIA MEDAN DISUSUN OLEH :"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

-

PENGARUH SISTEM BIOMETRIK DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PERMOHONAN SPRI/PASPOR

PADA KANTOR IMIGRASI KLAS I POLONIA MEDAN

DISUSUN OLEH : Isidorus Anung Prabadhi

070921010

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi S-1 Ekstensi Ilmu Administrasi Negara Medan

2009

(2)

- DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Kerangka Teori... 7

F. Defenisi Konsep ... 38

G. Defenisi Operasional ... 40

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Bentuk Penelitian ... 43

B. Lokasi Penelitian ... 44

C. Populasi dan Sampel ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

E. Teknik Analisa Data... 46

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 48

A. Sejarah Singkat Keimigrasian di Indonesia... 48

B. Sistem Pelayanan Hukum... 60

C. Tugas dan Fungsi Kantor Imigrasi Polonia Medan... 66

D. Struktur Organisasi Kantor Imigrasi Polonia... 68

E. Proses Membuat Sampai Menerbitkan Dalam Pelaksanaan Birokrasi Pengurusan Paspor Sebelum Berbasis Biometrik Di Kantor Imigrasi Polonia... 69

(3)

-

F. Proses Membuat Sampai Menerbitkan dalam Pelaksanaan Birokrasi Pengurusan Paspor Berbasis Biometrik Di Kantor

Imigrasi Polonia Medan... 72

G. Produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi Polonia Medan... 78

BAB IV PENYAJIAN DATA... 81

A. Distribusi Frekwensi Jawaban Identitas Responden... 82

B. Distribusi Frekwensi jawaban responden atas pengaruh Sistem biometrik dalam meningkatkan pelayanan permohonan SPRI/ Paspor pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.... 84

BAB V ANALISA DATA... 100

A. Kualitas Pelayanan yang Diberikan... 101

B. Kualitas SDM dan Sarana dalam Memproses Layanan... 106

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 116 DAFTAR PUSTAKA

(4)

-

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki abad XX bersamaan dengan munculnya konsep kenegaraan dan kedaulatan atas suatu wilayah tertentu, serta sejalan dengan perkembangan teknologi khususnya dibidang transportasi baik udara, laut dan darat, telah membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap peningkatan arus mobilitas manusia antar negara/kawasan (migration flows). Sehingga didalam era globalisasi yang menerpa seluruh bagian bumi ini, pesatnya pergerakan (mobilitas) manusia antar negara tersebut tidak terhindarkan lagi dan telah menimbulkan suatu pandangan negara tanpa batas (borderless world).

Beberapa faktor yang mempengaruhi mobilitas manusia tersebut seperti : faktor geografis dan bencana alam, sumber daya alam yang terbatas, faktor sosial, politik dan ekonomi yang kurang menguntungkan, selain itu isu-isu global juga turut mempengaruhi mobilitas manusia seperti transorganized crime, people smuggling, money laundry dan terrorism. Terjadinya beberapa faktor tersebut yang tidak mendukung bagi kehidupan manusia memberikan motivasi terhadap sekelompok manusia untuk melakukan exodus dari satu tempat ke tempat yang lain yang dinilai lebih menguntungkan. Menurut Widjajanto (2001:1) konsep migrasi tersebut selanjutnya menurunkan pengertian baru yang dikenal sebagai : emigrasi, imigrasi dan transmigrasi.

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian global, akan semakin banyak pula manusia yang mengadakan perjalanan darat, laut dan

(5)

-

udara untuk berbagai kepentingan, baik di tingkat domestik maupun internasional.

Akibatnya mobilitas manusia akan menunjukkan peningkatan yang cukup besar di saat ini dan di masa mendatang. Asumsi ini tidak berarti bahwa aspek lain, seperti ideologi, politik, sosial budaya, dan keamanan tidak berpengaruh pada mobilitas manusia, tetapi saat ini kecenderungan dunia memang lebih ke arah aspek ekonominya, Santoso (2004:123).

Ketika muncul konsep negara dan kedaulatan atas suatu wilayah tertentu, maka dalam melakukan perlintasan antar negara mewajibkan penggunaan instrumen tertentu yang telah disepakati secara universal. Untuk melakukan perjalanan antar negara, setiap orang yang masuk atau yang keluar suatu negara diwajibkan memiliki surat perjalanan, yaitu dokumen resmi yang memuat identitas pemegangnya, yang berlaku dan dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

Dokumen yang digunakan untuk melakukan perjalanan antar negara adalah paspor yang oleh banyak ahli diyakini berasal dari bahasa Perancis “passer”

melalui/lewat dan “port” berarti pelabuhan, sebagaimana dikutip dalam buku Surat Perjalanan Republik Indonesia, Widjajanto (2001:4). Paspor memiliki fungsi sebagai bukti domisili seseorang yang dikeluarkan oleh pemerintah bagi warga negaranya atau dapat juga kepada bukan warga negaranya yang berdomisili di negara tersebut yang bermaksud akan melakukan perjalanan antar negara.

Paspor pada setiap negara memiliki pengamanan, sebagai pengawasan terhadap keamanan dokumen dari pemalsuan. Namun pada kenyataannya masih terdapat banyak kekurangan pada kondisi Paspor Republik Indonesia, seperti :

(6)

-

1. Masih banyak informasi yang diterima bahwa terdapat Paspor RI yang dipalsukan, terbanyak adalah penggantian pada halaman data pemegang paspor.

2. Disamping itu masih terdapat beberapa jenis Surat Perjalanan Republik Indonesia yang kualitasnya masih belum mengikuti standar internasional, seperti MRZ (machine readable zone) yaitu bagian dari paspor yang terbaca mesin seringkali tidak dapat terbaca oleh mesin pembaca paspor.

3. Security featuresn yang masih mudah ditiru untuk dipalsukan menyangkut jenis kertas, pencetakan, laminasi.

Untuk mengatasi kekurangan pada SPRI maka dibuat suatu sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik, dengan beberapa pertimbangan di dalam pelaksanaannya antara lain :

1. Pencegahan dari usaha pemalsuan paspor, baik dari upaya melakukan pemalsuan blanko paspor maupun perubahan elemen dalam paspor seperti pada halaman biodata pemegang paspor.

2. Pencegahan dari orang yang berusaha memiliki paspor ganda untuk tujuan kriminal. Paspor baru diharapkan diterbitkan menyatu dengan sistem terpadu untuk pencegahan paspor ganda.

3. Akses ke berbagai negara, khususnya negara maju. Amerika Serikat mensyaratkan paspor biometrik bagi negara-negara yang memperoleh fasilitas bebas visa ke AS. Jika paspor negara tersebut belum menggunakan biometrik, maka harus meminta visa terlebih dahulu.

Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik ini memiliki keunggulan sifat tidak dapat dihilangkan, dilupakan atau dipindahkan dari satu orang ke orang lain, juga

(7)

-

sulit ditiru atau dipalsukan, karena biometrik memenuhi dua fungsi yaitu identifikasi dan verifikasi maka keunikannya lebih terjamin serta memanfaatkan teknologi komputerisasi dengan online system yang juga berguna untuk pengawasan terhadap pemalsuan dan penggandaan identitas pemegang Paspor Republik Indonesia. Sistem biometrik ini sudah mulai berjalan sejak tanggal 6 Februari 2006. Kantor imigrasi sebagai lembaga negara yang berhak dan berwenang untuk mengatur lalu-lintas orang yang akan masuk ataupun keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan bahkan yang memberikan izin tinggal untuk jangka waktu tertentu, dengan suatu Surat Perjalanan Republik Indonesia atau paspor, dituntut berperan dalam memberikan pelayanan prima dalam pengurusan paspor kepada masyarakat, tujuannya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta transparan (good governance).

Secara gramatikal, pelayanan dapat diartikan “membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang”, sedangkan pengurusan dapat diartikan “proses, cara atau perbuatan mengurus sesuatu”, dari pengertian- pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa untuk hal pelayanan dan pengurusan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Namun pada kenyataannya sistem dalam pelayanan pemberian dan pengurusan paspor yang ada pada saat ini belum memenuhi syarat pelayanan prima seperti yang diharapkan oleh banyak pihak atau masyarakat. Pelayanan dan pengurusan paspor yang belum optimal di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan dipengaruhi oleh berbagai faktor keterbatasan sumber daya organisasi, diantaranya sumber daya manusia, modal dan metode.

(8)

-

Realitas masalah pelayanan dan pengurusan paspor di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan dapat dilihat dari berbagai indikasi, diantaranya masih banyaknya keluhan para pelanggan atau masyarakat terhadap pelayanan dan pengurusan pemberian paspor seperti sarana dan pra-sarana yang belum memadai, dimana pelanggan atau masyarakat harus datang berulang-ulang, kemampuan sumber daya yang terbatas, tidak adanya transparansi dan prosedur yang berbelit- belit serta sikap (attitude) petugas yang kurang ramah dalam menghadapi para pemohon.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, upaya untuk meningkatkan pelayanan dan pengurusan paspor dapat tercapai dengan baik dan optimal, diperlukan suatu cara yang tepat dan bijaksana sehingga disatu sisi lain dapat mengurangi rutinitas dan kejenuhan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang membebani waktu dan tenaga para pegawai di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

Upaya tersebut pada dasarnya tertumpu kepada peningkatan sistem layanan dan pengurusan paspor yang dilakukan dengan cara merubah sistem pelayanan dan pengurusan paspor yang bersifat manual ke arah yang berbasis biometrik atau penerapan Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik (selanjutnya disebut dengan SPTBB) berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia nomor : M.02-12.03.10 Tahun 2006 yang bersifat “on-line” diseluruh wilayah Republik Indonesia. Sistem ini diharapkan dapat mempermudah bagi semua pihak, baik untuk para pegawai di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan dan para pelanggan atau masyarakat yang mau melakukan pengurusan paspor untuk perjalanan ke luar negeri.

(9)

-

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan tentang “Pengaruh Sistem Biometrik Dalam Meningkatkan Pelayanan Permohonan SPRI/Paspor Pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan” antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana kebijakan keimigrasian dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat ?

2. Bagaimana proses pembuatan sampai penerbitan dalam pengurusan paspor berbasis biometrik di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan ?

3. Hambatan-hambatan apa sajakah yang terjadi dalam sistem pelayanan pengurusan paspor berbasis biometrik di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah diutarakan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan keimigrasian tentang pelayanan.

2. Untuk mengetahui proses pembuatan sampai penerbitan dalam pengurusan paspor berbasis biometrik di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam prosedur pengurusan paspor berbasis biometrik di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

(10)

-

D. Manfaat Penulisan

1. Secara teoritis pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas akan menimbulkan pemahaman dan pandangan yang baru dalam penyelesaian masalah yang menyangkut pelayanan jasa keimigrasian mengingat buku dan literatur yang membahas masalah tersebut sangat minim, sehingga dengan demikian diharapkan tulisan ini dapat menambah kekayaan referensi buku- buku yang membahas masalah pelayanan permohonan SPRI/paspor pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan yang berbasis biometrik/dengan sistem biometrik.

2. Secara Prakteknya sangat bermanfaat dan membantu bagi semua pihak, baik itu para pegawai di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan dan para pelanggan atau masyarakat yang melakukan pengurusan paspor menjadi lebih efektif, efisien dan akurat, serta “on-line” di seluruh wilayah Republik Indonesia.

E. Kerangka Teori

1. Pengertian Sistem Biometrik dan Pelayanan Pengertian Sistem Biometrik

Sistem atau system berasal dari Bahasa Yunani “System” yang berarti menempatkan atau mengatur. Sistem dalam pengertian umum menurut Santoso (2005:164) merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari berbagai komponen atau bagian yang satu sama lain saling terkait dan bekerja sama sehingga merupakan satu kesatuan. Oleh sebab itu sistem didalam suatu organisasi harus dibenahi. Dalam pengertian lain suatu Sistem pada hakekatnya adalah seperangkat komponen, elemen, unsur atau sub sistem dengan segala atributnya, yang satu

(11)

-

sama lain saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi dan saling tergantung sehingga keseluruhannya merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi atau suatu totalitas, serta mempunyai peranan atau tujuan tertentu.

Biometrik adalah suatu teknik untuk verifikasi identitas orang tertentu diantara orang banyak dengan cara mengukur karakteristik fisik maupun perilaku individu yang dianggap unik (buku panduan “Standard Operating Procedure Surat Perjalanan Republik Indonesia:2008).

Dalam peraturan Direktur Jenderal Imigrasi No : F.083.PL.01.10 Tahun 2006 (pasal 1) Tentang Pelaksanaan Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik Pada Surat Perjalanan Republik Indonesia yang dimaksud dengan Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik pada SPRI adalah pengambilan photo wajah dan sidik jari pemohon secara terpadu pada penerbitan SPRI. Dimana pada (pasal 5) Sistem Photo Terpadu Berbasis Biometrik pada SPRI dilaksanakan di kantor- kantor Imigrasi di seluruh wilayah Indonesia dan Unit Khusus. Sistem paspor biometrik seringkali dipandang sebagai respon atau terorisme, pengawasan keimigrasian, pemalsuan dokumen perjalanan. Tujuan utama dari penggunaan biometrik menurut ICAO adalah verifikasi dan identifikasi.

Biometrik adalah juga suatu teknik untuk verifikasi identitas orang tertentu diantara orang banyak dengan cara mengukur karakteristik fisik maupun perilaku individu yang dianggap unik.

Karakteristik fisik : 1. Sidik jari 2. Iris 3. Retina

(12)

- 4. Geometri wajah

5. Geometri tangan Karakteristik perilaku : 1. Suara

2. Tanda-tangan

Verifikasi adalah konfirmasi identitas dengan membandingkan detil spesifikasi individu yang diakuinya apakah sesuai dengan detil-detil yang telah terekam sebelumnya, terkait didalamnya konfirmasi atau penolakan atas identitas diri orang yang mengklaim. Hal ini juga disebut one to one match disaat data subjek berada di are verifikasi dengan data biometrik pemohon yang direkam saat sistem pengumpulan data (melakukan konfirmasi data pribad dengan ciri-ciri dalam fisik dan perilakunya dengan data yang telah ada). Contohnya saat seseorang ingin mengajukan permohonan paspor ataupun visa maka yang dilakukan adalah proses verifikasi untuk memastikan apakah si pemohon cocok dengan catatan permohonan dokumen. Sedangkan yang dimaksud identifikasi adalah memastikan identitas diri seseorang dengan menentukan kemungkinan apakah detil spesifikasi individu tersebut cocok dengan kumpulan detil spesifikasi yang telah terekam sebelumnya (mencari kemungkinan persamaan data diri dengan data lainnya). Identifikasi yang juga disebut one to many match digunakan saat proses verifikasi dirasa tidak cukp memadai lagi. Proses ini membandingkan subjek dengan seluruh kumpulan data yang ada pada database namun yang memiliki fitur sama. Dari proses diatas, verifikasi dinilai memiliki nilai ketepatan yang paling tinggi.

(13)

-

Saat ini teknologi biometrik telah berkembang sangat pesat dari sidik jari hingga penggunaan karakteristik fisik dan perilaku. Demikian pula dengan penggunaannya dari hanya sebagai identifikasi hingga penggunaannya sebagai sistem verifikasi keamanan dan sebagainya.

Biometrik cepat sekali mengaitkan teknologi yang secara luas sudah dipakai di bidang forensik, seperti identifikasi kriminal dan sekuriti penjara.

Kemajuan akhir-akhir ini di bidang sensor-sensor biometrik, dapat digunakan untuk mencegah akses yang memiliki otoritas terhadap ATM, ponsel, smartcard, dekstop PC, dan jaringan komputer. Biometrik dapat digunakan sepanjang transaksi dilakukan melalui telepon dan internet. Disebabkan makin meningkatnya ancaman sekuriti maka banyak negara telah mulai memakai biometrik untuk kontrol perbatasan dan Paspor.

Diantara semua teknik biometrik, identifikasi melalui sidik jari adalah metode tertua yang telah dipakai dengan sukses dalam sejumlah aplikasi. Setiap orang diketahui memiliki sidik jari yang unik dan tidak bisa diubah/diganti. Suatu sidik jari terdiri atas serangkaian bukti dan lakukan diatas permukaan jari.

Keunikan suatu sidik jari dapat ditentukan oleh pola bukti dan lakukan demikian juga detail-detail kecil. Sejumlah besar sidik telah diambil dan disimpan setiap hari. Dalam demikian banyaknya jenis aplikasi termasuk forensik, kontrol akses dan registrasi SIM. Pengenalan orang secara otomatis berdasarkan sidik jari membutuhkan sidik jari masukan untuk dicocokkan dengan sejumlah besar sidik jari yang telah tersimpan dalam suatu database.

Masalah pengambilan wajah, yang disebut deteksi, dapat dirumuskan sebagai berikut : dengan citra tidak bergerak serta hitam diatas putih, temukan

(14)

-

lokasi dan ukuran wajah setiap orang. Banyak cara dimana deteksi wajah orang sangat menentukan perannya, deteksi ini mempresentasikan langkah pertama untuk sistem rekognisi wajah secara otomatis penuh, juga dapat digunakan dalam indeks atau pencarian dalam database citra sesuai dengan muatannya. Selain fitur sidik jari dan pengambilan wajah yang dapat dilakukan dengan sistem tersendiri, juga dikenal suatu sistem yang dikenal dengan multi biometrik (biometrik ganda).

Suatu sistem identifikasi personal yang semata-mata berdasarkan sidik jari atau wajah seringkali tidak mampu memenuhi persyaratan-persyaratan performa sistem. Untuk rekognisi (pengenalan) wajah dapat dilakukan dengan cepat tetapi tidak dapat diandalkan sementara verifikasi sidik jari dapat diandalkan, tetapi tidak efisien untuk mengeluarkannya dari database yang mengintegrasikan wajah dan sidik jari.

Dalam rekomendasi International Civil Aviation Organization (ICAO) pada sebuah konvensi yang diadakan di Kairo pada tahun 2004, dikemukakan mengenai standar biometrik dalam pemanfaatan e-passport serta media penyimpanan dalam dokumen perjalanan. Pengenalan wajah juga disebut sebagai unsur interoperabilitas yang global serta pemanfaatan fitur sidik jari dan retina sebagai unsur sekunder. “E-Passport” baru sesuai standar ICAO mengarah ke perkembangan teknologi abad 21. Kemudian ICAO mengadopsi teknologi biometrik yang tersedia dan mengklasifikasikannya menjadi tiga kategori berdasarkan kemampuan dasar masing-masing fitur yang komprehensif menjadi : 1. Group 1 : Pengenalan wajah (kompatibilitas 85%)

2. Group 2 : Sidik jari dan retina (kompatibilitas 65%)

(15)

-

3. Group 3 : Tanda tangan, geometri tangan dan suara (kompatibilitas kurang dari 50%)

Pelayanan Publik

Pengertian pelayanan menurut H.A.S Moenir (2002:6) Pelayanan merupakan kegiatan yang diteruskan oleh organisasi atau perseorangan kepada konsumen yang bersifat tidak terwujud dan tidak dapat dimiliki, konsumen yaitu masyarakat yang mendapat manfaat dan aktivitas yang dilakukan oleh organisasi yang memberikan pelayanan.

Pelayanan public merupakan produk birokrsi public yang diterima oleh warga pengguna maupun masyarakat secara luas. Karena itu pelayanan public dapat didefenisikan sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan birokrasi public untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Pengguna yang dimaksudkan disini adalah warga Negara yang membutuhkan pelayanan public. Di dalam SK MenPan Nomor 81/1993 yang dimaksud pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan instansi pemerintah dan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan jasa baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dasar teoritis pelayanan public yang ideal menurut paradigma new public service yaitu pelayanan public harus responsive terhadap berbagai kepentingan dan nilai-nilai public. Tugas pemerintah adalah melakukan negoisasi dan mengelaborasi berbagai kepentingan warga negara dan kelompok komunitas.

Dengan demikian, karakter dan nilai yang terkandung di dalam pelayanan public tersebut harus berisi preferensi nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Karena

(16)

-

masyarakat bersifat dinamis, maka karakter pelayanan public juga harus selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.

Disamping itu pelayanan public model baru harus bersifat non diskriminatif sebagaimana dimaksud oleh dasar teoritis yang digunakan, yaitu teori demokrasi yang menjamin adanya persamaan warga tanpa membedakan asal usul, suku, ras, etnik, agama dan latar belakang kepartaian. Ini berarti setiap warga negara diperlakukan secara sama ketika berhadapan dengan birokrasi public dalam menerima layanan sepanjang syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi.

Hubungan yang terjalin antara birokrat public dengan warga negara adalah hubungan impersonal sehingga terhindar dari sifat nepotisme dan primordialisme.

Dalam pandangan Albrecht dan Zemke dalam Dwiyanto (2006: 140), kualitas pelayanan merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek, yaitu system pelayanan, SDM pemberi layanan, strategi dan pelanggan. System pelayanan public yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan public yang baik pula.

Suatu system yang baik memiliki dan menerapkan prosedur pelayanan yang jelas dan pasti, serta mekanisme control di dalam dirinya sehingga segala bentuk peyimpangan yang terjadi secara mudah dapat diketahui.

Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia (SDM), dibutuhkan petugas pelayanan yang mampu memahami dan mengoperasikan system pelayanan yang baik. Disamping itu, petugas pelayanan juga harus mampu memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Selain itu, system pelayanan juga harus sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau pengguna. Organisasi harus mampu merespon kebutuhan dan keinginan pengguna dengan meyediakan system pelayanan dan strategi yang

(17)

-

tepat. Sifat dan jenis pelanggan yang bervariasi membutuhkan strategi pelayanan yang berbeda dan hal ini harus diketahui oleh petugas pelayanan. Karena itu, petugas pelayanan perlu mengenali pengguna dengan baik sebelum dia memberikan pelayanan.

Kualitas pelayanan public yang diberikan oleh birokrasi dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti tingkat kompetensi aparat, kualitas peralatan yang digunakan untuk memproses pelayanan, budaya birokrasi, dan sebagainya.

Kompetensi aparat birokrasi merupakan akumulasi dari sejumlah sub variable seperti tingkat pendidikan, jumlah tahun pengalaman kerja, dan variasi pelatihan yang telah diterima. Sedangkan kualitas dan kuantitas peralatan yang digunakan akan mempengaruhi prosedur, kecepatan proses dan kualitas keluaran (output) yang akan dihasilkan.

Organisasi yang menggunakan teknologi modern seperti komputer memiliki metode dan prosedur kerja yang berbeda dengan organisasi yang masih menggunakan cara kerja manual. Dengan mengadopsi teknologi modern dapat menghasilkan output yang lebih banyak dan berkualitas dalam waktu yang relatif lebih cepat.

Untuk menilai kualitas pelayanan public itu sendiri, tedapat sejumlah indikator yang dapat digunakan. Apabila kita meminjam pendapat Lenvine dalam Dwiyanto,dkk (2006: 144), maka produk pelayanan public di dalam negara demokrasi setidaknya harus memenuhi tiga indicator, yaitu responsiveness, responsibility, dan accountability.

1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.

(18)

-

2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan public itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.

3. Accountabilitya atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.

Menurut KepMenPan 81/1995, kinerja organisasi public dalam memberikan pelayanan public dapat dilihat dari indicator, seperti kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, keamanan, keterbukaan, efisien, ekonomis, keadilan yang merata, dan ketepatan waktu.

1. Kesederhanaan, yaitu prosedur atau tata cara pelayanan umum harus didesain sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan pelayanan umum menjadi mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan dan kepastian tentang tata cara, rincian biaya layanan dan cara pembayaran, jadwal waktu penyelesaian layanan, dan unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum.

3. Keamanan, yaitu usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas pada pelanggan dari adanya bahaya, resiko, dan keragu-raguan. Proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum.

(19)

-

4. Keterbukaan, yaitu bahwa pelanggan dapat mengetahui seluruh informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan jelas, yang meliputi informasi tata cara, persyaratan, waktu penyelesaian, dan lain-lain.

5. Efisien, yaitu persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dan produk pelayanan public yang diberikan.

6. Ekonomis, yaitu agar pengenaan biaya pelayanan ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang/jasa dan kemampuan pelanggan untuk membayar.

7. Keadilan yang merata, yaitu cakupan atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil.

8. Ketepatan waktu, yaitu agar pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

10 (sepuluh) prinsip pelayanan (Bintoro Tjokromidjojo, 2004:130-139) : 1. Kesederhanaan

2. Kejelasan 3. Kepastian waktu 4. Akurasi

5. Keamanan 6. Tanggung jawab

7. Kelengkapan sarana/prasarana 8. Kemudahan akses

(20)

- 9. Kedisiplinan, sopan, ramah

10. Kenyamanan

6 (enam) azas pelayanan (Bintoro Tjokromidjojo, 2004:130-139) : 1. Transparansi

2. Akuntanbilitas 3. Kondisional 4. Partisipasif 5. Kesamaan hak

6. Keseimbangan antara hak dan kewajiban

Pelayanan Prima menurut Said Zainal Abidin (2004:20-21), adalah pelayanan terbaik yang dapat diberikan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat dan dapat memuaskan masyarakat tersebut. Paradigma pelayanan, adalah suatu konsep yang mengantar seseorang untuk menciptakan kredibilitasnya sehingga memungkinkan melakukan pembalikan kebiasaan dari aparatur yang dilayani menjadi aparatur yang melayani. Standar pelayanan antara lain meliputi : 1) Prosedur pelayanan

2) Waktu penyelesaian 3) Biaya Pelayanan 4) Produk pelayanan 5) Sarana dan prasarana

6) Kompetensi petugas pelayanan

Standar pelayanan, adalah suatu dokumen yang berisi rincian teknik dari sebuah pelayanan yang biasanya mencakup :

(21)

- 1. Visi dan misi pelayanan

2. Prosedur pelayanan 3. Denah pelayanan 4. Persyaratan pelayanan 5. Jenis pelayanan 6. Janji pelayanan 7. Jaminan mutu

8. Ketentuan tarif/biaya 9. Klasifikasi pelanggan

Solly Lubis (2007:72-81) menyatakan bahwa pelayanan mempunyai dimensi- dimensi yang melekat dengan mutu pelayanan antara lain :

1. Tidak nyata, dalam dimensi ini memperlihatkan bahwa pelayanan tidak dapat ditampilkan secara fisik.

2. Dapat diuji dapat diandalkan dan alamat seperti yang dijanjikan sehingga kemampuannya dapat diuji.

3. Daya tanggap, kemampuan membantu pelanggan dalam menyediakan pelayanan.

4. Ketrampilan memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan sesuai standar.

5. Kesamaan, sopan, santun, penghargaan, perhatian dan persahabatan dari orang yang menghubungi.

6. Kredibilitas ketulusan kepercayaan, kejujuran dari pemberi layanan.

7. Keamanan, kebebasan dari buruknya resiko keragu-raguan.

(22)

-

8. Akses kemerdekaan untuk didekati dan dihubungi.

9. Komunikasi, memberikan pengetahuan yang dapat dipahami oleh pelanggan dan mau mendengar suara pelanggan.

10. Pengertian, berusaha mengerti pelanggan dan kebutuhannya.

Hakikat Pelayanan Publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi negara. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan per Undang-Undangan. Beberapa pengertian defenisi mengenai pelayanan prima :

1. Layanan prima adalah membuat pelanggan merasa penting.

2. Layanan prima adalah melayani pelanggan dengan ramah, tepat dan cepat.

3. Layanan prima adalah pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.

4. Layanan prima adalah menempatkan pelanggan sebagai mitra.

5. Layanan prima adalah pelayanan optimal yang menghasilkan kepuasan pelanggan.

6. Layanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan untuk membiasakan rasa puas.

7. Layanan prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan pelanggan.

Pelayanan Prima, adalah kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik/memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan

(23)

-

melanjutkan kepuasannya, agar mereka selalu loyal kepada organisasi jadi keberhasilan program pelayanan prima tergantung pada penyelenggaraan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya.

Adapun dasar hukum pelayanan prima yang diterapkan di Indonesia yaitu : 1. Undang-undang Dasar 1945 tambahan Amandemen I, II, II, IV.

2. Inpres No.1 tahun 1995, tentang penugasan kepada Menpan untuk segera bertindak meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat.

3. Surat Edaran Menko Wasbang No.56 tahun 1998 tentang edaran, agar semua Departemen melaksanakan pelayanan prima di lingkungan masing-masing.

4. Keputusan Menpan No.25/M.Pan/2/2004 Tentang Juknis Transportasi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

5. Instruksi Menkeh No.M.01.PR.08.10 tahun 1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata Laksana Pelayanan Umum (di lingkungan Depkeh).

6. Kepmenkeh M.03.PR.07 tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian Kantor Wilayah Departemen Kehakiman RI.

2. Fungsi Sistem Biometrik Terhadap Tingkat Pengamanan Paspor

Kantor Imigrasi bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang keimigrasian khususnya dalam pemberian paspor bagi warga negara untuk melakukan perjalanan keluar dan masuk wilayah Indonesia untuk melakukan perjalanan keluar dan masuk wilayah Indonesia. Dalam penerbitan paspor itu sendiri harus diteliti dan memperhatikan prosedur agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan yang dapat merugikan orang lain maupun instansi.

(24)

-

Dalam hal ini pemerintah menganggap sistem biometrik sebagai jawaban krisis pencurian identitas yang terjadi akan mampu membasmi terorisme. Pemalsuan identitas menjual paspor dan dokumen penting lainnya yang digunakan para imigran gelap, bahkan juga teroris yang lalu lalang dan akan mengancam keamanan dunia. Dalam menjawab tantangan itu imigrasi menerapkan teknologi biometrik melalui sidik jari (finger print) dan geometri wajah (facial recognition), karena dianggap kedua pindai biometrik ini paling tepat jika diterapkan pada paspor Indonesia karena dianggap memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan biaya yang relatif murah dibandingkan dengan sistem pindai biometrik lainnya.

Salah satu fungsi Imigrasi sebagai penegak hukum dan keamanan khususnya dalam pemberian paspor yaitu dengan mencegah adanya pemalsuan paspor dan menghindari seseorang untuk mempunyai lebih dari satu paspor RI.

Sebagaimana diketahui bahwa masalah pengamanan paspor untuk menghindari penggunaannya oleh mereka yang tidak berhak guna suatu tujuan tertentu di banyak negara bukanlah masalah baru, namun telah muncul sejak lama.

Pengamanan paspor dibedakan atas dua kategori, yaitu :

1. Pengamanan terbuka

Mempergunakan peralatan canggih dalam memilih bahan ataupun kertas paspor, pemberian pengamanan yang dapat dilihat seperti cara pengamanan foto, tanda tangan, cap jari atau yang lebih dikenal dengan sidik jari dan sebagainya sehingga sukar bagi orang yang akan mencoba memalsukannya meskipun secara visual dapat dilihat bentuknya, sehingga jika terjadi perubahan atau pemalsuan akan segera diketahui.

(25)

- 2. Pengamanan tertutup

Mempergunakan peralatan canggih, yang tidak dapat dilihat secara visual.

Paspor dibedakan menjadi dua bentuk pemalsuan, yaitu : a. Paspor palsu, yakni paspor yang sengaja dibuat palsu.

b. Paspor yang dipalsukan yakni paspor asli yang dipalsukan

Kebiasaan yang terjadi selama ini, pemalsuan dokumen itu mengikuti suatu keadaan yang sangat situasional atau yang berkembang saat itu, untuk itu pemeriksaan harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi, baik perkembangan regional maupun perkembangan global. Pada umumnya tujuan dari pemalsuan dokumen adalah untuk :

1. Mendapatkan keuntungan 2. Mendapatkan identitas baru 3. Melindungi identitas

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dalam upaya pengamanan paspor, eksistensi suatu teknologi merupakan salah satu rekomendasi yang dapat dikemukakan. Dalam perkembangannya upaya guna menanggulangi berbagai macam permasalahan penyalahgunaan paspor baik yang berupa masalah pengamanan maupun penggunaan paspor ganda oleh satu orang muncullah beberapa gagasan. Ide-ide juga bermunculan dari rekomendasi berbagai organisasi internasional.

Pemakaian teknologi mutakhir merupakan solusi yang ditawarkan untuk memberikan akurasi dan keamanan dalam pelayanan publik termasuk penerbitan paspor, dan berbagai kegiatan ekonomi umum direkomendasikan untuk segera dipakai. ICAO telah melakukan penelitian mengenai pemanfaatan teknologi

(26)

-

biometrik dan aplikasinya dalam dokumen perjalanan dalam bentuk visa maupun paspor sejak tahun 1995.

3. Pengertian Surat Perjalanan Republik Indonesia/Paspor dan Fungsinya Kata “paspor” yang oleh banyak ahli diyakini berasal dari bahasa Perancis

“passer” yang berarti melalui/lewat dan “port” yang berarti pelabuhan secara harafiah perkataan “paspor” dan paspoort yang semula merupakan gabungan perkataan “to pass dan “port” (pelabuhan laut/udara, dalam bahasa inggris), berarti : melalui/melewati pelabuhan. Paspor adalah surat pas keluar negeri, surat ijin keluar negeri (Undang-undang Nomor 9 tahun 1992) tentang Keimigrasian, pasal 1 angka 3). Surat Perjalanan Republik Indonesia, yang selanjutnya disingkat SPRI adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan keluar atau masuk wilayah Negara Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah nomor 36 Tahun 1994 tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia).

SPRI/Paspor adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman dalam hal ini Direktorat Jenderal Imigrasi. Dasar hukum daripada SPRI/Paspor RI adalah :

1. UU No.9 Tahun 1999\2b Tentang Keimigrasian.

2. Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1994

3. Keputusan Menteri Kehakiman RI nomor M.01-IZ.03.10 tahun 1995 tentang Paspor biasa, Paspor untuk orang asing, SPLP untuk WNI dan SPLP untuk orang asing.

4. Petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi No.F-458.IZ.03.02 Tahun 1997.

(27)

-

Sesuai dengan jenis dan ciri-ciri paspor pada umumnya, Surat Perjalanan Republik Indonesia atau yang disebut dengan Paspor Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, terdiri dari :

1. Paspor Biasa diberikan kepada warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri;

2. Paspor Diplomatik diberikan kepada warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan ke luar negeri dengan status diplomatik atau perjalanan yang bersifat diplomatik;

3. Paspor Dinas diberikan kepada warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan di luar negeri atau perjalanan dinas yang tidak bersifat diplomatik;

4. Paspor Haji diberikan kepada warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke tanah suci di negara Saudi Arabia dalam rangka menunaikan ibadah haji;

5. Paspor untuk orang Asing dapat diberikan kepada orang asing yang memiliki izin tinggal tetap atau penduduk Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke luar wilayah Indonesia dan tidak mempunyai Surat perjalanan serta dalam waktu yang dianggap layak tidak dapat memperoleh dari negaranya atau negara lain;

6. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Indonesia yang diberikan kepada warga negara Indonesia yang dalam keadaan khusus sebagai pengganti dari Paspor Biasa;

(28)

-

7. Surat Perjalanan Laksana Paspor Dinas yang diberikan kepada warga negara Indonesia yang dalam keadaan khusus sebagai pengganti dari Paspor Dinas;

8. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing diberikan kepada orang asing yang tidak mempunyai dokumen perjalanan yang sah dan negaranya tidak mempunyai perwakilan di Indonesia, Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing diberikan untuk keperluan :

a. atas kehendak sendiri ke luar wilayah Indonesia, sepanjang orang asing yang bersangkutan tidak terkena pencegahan;

b. dikenakan tindakan pengusiran atau deportasi;

c. dalam keadaan tertentu yang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, diberi izin untuk masuk ke wilayah Indonesia.

Surat Perjalanan Republik Indonesia atau Paspor Republik Indonesia, pengeluarannya dilakukan oleh beberapa Departemen atau instansi yang ditunjuk oleh Departemen yang bersangkutan :

1. Paspor Diplomatik dikeluarkan atas nama Presiden oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia.

2. Paspor Dinas dan Surat Perjalanan Laksana Paspor Dinas dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri atau Pejabat yang ditunjuk yaitu Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.

3. Paspor biasa untuk Warga Negara Indonesia, Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Indonesia, Paspor untuk Orang Asing dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia yang mana sekarang telah dirubah menjadi Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atau Pejabat yang ditunjuk

(29)

-

yaitu Direktur Jenderal Imigrasi yang dilaksanakan oleh Kantor-kantor Imigrasi diseluruh Indonesia.

4. Paspor Biasa untuk Warga Negara Indonesia, Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Indonesia, Paspor untuk Orang Asing dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing yang bertempat tinggal atau berada di luar wilayah negara Republik Indonesia dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi yang ditempatkan/diperbantukan pada perwakilan Republik Indonesia atau Pejabat Dinas Luar Negeri pada perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang ditunjuk oleh Menteri Luar Negeri.

5. Paspor Haji dikeluarkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia atau Pejabat yang ditunjuk yaitu Direktur Jenderal Bimbingan Islam dan urusan Haji Departemen Agama Republik Indonesia. Paspor Haji tidak dikeluarkan bagi warga negara Republik Indonesia yang bertempat tinggal atau berada di luar wilayah negara Republik Indonesia. Bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan ke tanah suci di Saudi Arabia untuk menunaikan ibadah haji tidak melalui wilayah Indonesia, dapat menggunakan Paspor Republik Indonesia yang dikeluarkan pada angka 4 di atas.

Dari pengertian di atas, paspor adalah :

1. Sebuah dokumen yang diberikan oleh sebuah otoritas resmi yang berkompeten.

2. Yang memberikan ijin bagi pemegang untuk melakukan perjalanan.

Dari defenisi yang telah dikutip serta beberapa pemaparan lebih lanjut mengenai paspor, maka dapat disimpulkan fungsi paspor sebagai berikut :

(30)

- 1. Sebagai surat/dokumen perjalanan antar negara

2. Sebagai bukti identitas pemegangnya, hal ini dapat ditemui dari penggunaan paspor dalam praktek sebagai bukti identitas pemilik untuk kelengkapan pembuktian diri seperti terjadi pada KTP atau SIM.

3. Sebagai izin untuk meninggalkan wilayah negara, terbukti tidak diperlukan izin lain selain pemberian atau pencantuman stempel atau cap tanda bertolak di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) apabila yang bersangkutan tidak terkena halangan hukum pencekalan.

4. Sebagai bukti kewarganegaraan pemegangnya.

Bila ditelaah lebih jauh lagi, fungsi paspor bukanlah hanya sekedar poin- poin yang disebutkan diatas. Pada hakekatnya, selain perwujudan fisik yang terdapat di dalam paspor berupa sebuah buku yang terdiri dengan halaman- halaman, dimana halaman tersebut dimaksudkan guna tempat menerakan stempel kedatangan dan keberangkatan, stiker visa serta catatan keimigrasian lainnya.

Esensi paspor juga merupakan perwujudan moral yang terkait antara kewajiban suatu negara yang mengeluarkan paspor guna melindungi keutuhan diri pemegangnya, dalam hal ini warga negara tersebut dimanapun ia berada. Begitu pula dengan pertanggung jawaban moral yang dimiliki oleh seorang warga negara untuk menjunjung tinggi dan menjaga nama baik negara asalnya (origin country) dimanapun ia berada selama ia bepergian antar negara.

Melihat begitu penting serta esensialnya hakekat paspor, maka sangat tidak mengherankan apabila ditempuh upaya-upaya guna menghadapi kendala-kendala dalam pemanfaatan paspor. Dalam prakteknya, terjadi bahwa sesuatu yang

(31)

-

mempunyai nilai tinggi secara komersial memacu pihak-pihak tertentu untuk mencoba mencari keuntungan dengan menciptakan substitusinya. Dalam konteks ini upaya pengamanan paspor agar tidak jatuh kepada pihak yang tidak berhak sangatlah relevan untuk dibahas.

Ciri-ciri Paspor Republik Indonesia

Sesuai Petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor : F.1239- IZ.03.02 tahun 1999 sebagai perubahan atas petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor F.458-IZ.03.02 tahun 1997 tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia, khusus Angka III Pelaksanaan. (Bagian A Umum angka 1 huruf a dan b) diubah menjadi sebagai berikut :

a. Paspor biasa terdiri dari 48 (empat puluh delapan) halaman.

b. Paspor biasa terdiri dari 24 (dua puluh empat) halaman, dikhususkan untuk Paspor bagi Tenaga Kerja Indonesia.

Dengan adanya perubahan ini tidak menimbulkan perbedaan dalam penggunaannya kecuali dalam hal jumlah halaman antara paspor biasa 48 (empat puluh delapan) halaman dan paspor biasa 24 (dua puluh empat) halaman. Akan tetapi sudah pasti akan berimplikasi terhadap aspek pembiayaan dalam pengurusan perolehan paspor, karena masing-masing paspor tersebut memiliki ketentuan tersendiri dalam pembiayaannya.

Paspor RI lama : 1. Halaman Sampul

Teknik yang digunakan dalam percetakan desain gambar Garuda adalah Gold Coast Press Printing dengan desain sayap yang rapat.

(32)

- 2. Halaman Biografi

a. Memiliki reaksi terhadap sinar ultra violet (UV) b. Memiliki laminasi retro-reflektif

3. Halaman Prayer

a. Memiliki nomor perforasi b. Memiliki pola geometrik

c. Terdapat tulisan Republik Indonesia 4. Halaman Pengesahan

a. Terdapat nomor registrasi b. Cap basah dan tanda tangan 5. Watermark

Gambar Garuda dapat dilihat apabila terdapat cahaya dari atas.

6. Halaman Visa

a. Menggunakan cetakan pelangi

b. Memiliki fitur pengaman berupa serat, gambar burung Garuda dan nomor halaman yang bereaksi terhadap sinar ultra violet.

c. Memiliki benang jahitan yang bereaksi terhadap sinar ultra violet berwarna hijau kekuningan.

7. Halaman Belakang Dalam

a. Menggunakan cetakan intaglio yang memiliki ciri-ciri tinta tebal, terasa timbul dan tanpa identansi.

b. Menggunakan desain OVI (Optical Variabel Ink) yang memiliki efek dua warna tergantung sudut pandangnya.

(33)

-

Paspor Baru :

1. Halaman sampul/Cover :

a. “Emboss printing” berbentuk Bendera Indonesia dengan cetakan “invisible ink” akan berpendar dibawah sinar ultraviolet.

b. Teks PASPOR REPUBLIK INDONESIA dan lambang GARUDA PANCASILA berwarna jingga memedar kuning dibawah sinar ultraviolet.

2. End paper (depan) :

a. “Latent Image (Intaglio Printing)”, teks “RI” dapat dilihat pada sudut kemiringan tertentu.

b. “Optical Variabel Ink” pada bunga melati akan berubah warna dari hijau ke biru pada sudut pandang tertentu.

c. “Teks Modulation (Dua positive)”, perubahan teks REPUBLIK INDONESIA” dari “microtext” ke “minitext”.

3. End paper (belakang)

a. “Line-Width-Modulation”, perubahan garis sekuriti dari tipis ke tebal yang membentuk teks “PASSPORT”.

b. “Special Raster” pada cetakan offset dibentuk dari teks “REPUBLIK INDONESIA” dan “*” yang membentuk imaji Garuda Pancasila dan wilayah Negara Republik Indonesia.

c. “Special Raster” pada cetakan intaglio dibentuk dari elemen-elemen raster teks yang membentuk teks “REPUBLIK OF INDONESIA”.

d. “Two-colour Intaglio Printing”, perpanduan wara merah dan biru pada cetakan intaglio.

(34)

- 4. Data page :

a. Area fotografi pemilik paspor.

b. “Machine-Readable Zone”, area yang disiapkan khusus bagi mesin pengidentifikasi paspor.

c. “Special Raster” berwarna magenta pada cetakan offset dibentuk dari teks

“REPUBLIK INDONESIA” dan “*” yang membentuk imaji Garuda Pancasila dan Wilayah Negara Republik Indonesia.

d. Plastik laminasi khusus (Glass Bead) yang memiliki efek “retroreflective”

berupa logo Garuda yang menyebar (wall paper) dan “floating image”

berupa teks “RI” yang utuh.

5. Halaman visa dan water mark :

a. Teks Modulation (Dia-positive), perubahan teks “REPUBLIK INDONESIA” dari “microtext” ke “minitext”.

b. Nomor halaman yang dicetak menggunakan Invisible Ink yang akan berpendar berwarna merah dibawah sinar ultra violet.

c. “Line-Width-Modulation”, perubahan garis sekuriti dari tipis ke tebal yang membentuk teks “PASSPORT”.

d. Kombinas benang berwarna merah dan putih akan berpendar dibawah sinar ultraviolet.

e. “Water mark” bergambar Bunga Bangkai (amorphophallus titanium) ditempatkan pada halaan 1, 2, 7, 8, 11, 12 (untuk paspor 24 halaman), dan pada halaman 1, 2, 7, 8, 9, 11, 12, 17, 18, 19, 20 (untuk paspor 48 halaman).

(35)

-

f. Cetak offset yang menggunakan teknik pewarnaan “rainbow colour”

dengan perubahan warna yang satu dengan lainnya secara halus.

Bagian-bagian yang terdapat dalam paspor RI antara lain sebagai berikut : 1. Kertas/bahan dokumen

Kertas yang digunakan untuk pembuatan paspor RI adalah kertas dengan spesifikasi tertentu yang dicetak oleh Peruri.

2. Sampul/cover paspor

Sampul pada paspor RI memiliki ciri tebal dan berwarna lebih gelap daripada halaman dalamnya.

3. Tulisan/cetakan asli dalam dokumen

Tulisan cetak yang ada dalam sebuah dokumen adalah tulisan cetak asli yang bersifat tulisan/huruf standar dari percetakan.

4. Identitas diri pemegang dokumen

Identitas pemegang paspor ditulis berdasarkan data-data yang dilampirkan pada saat mengajukan permohonan paspor.

5. Photo diri pemegang paspor

Photo diri pemegang paspor diambil dengan menggunakan perangkat foto yang menyatu dengan penulisan data identitas diri.

6. Nomor seri dokumen/perforasi

Nomor seri dokumen tercetak dalam paspor itu sendiri, baik dalam bentuk huruf/angka maupun dalam bentuk perforasi. Nomor perforasi berbentuk lubang-lubang pada paspor yang membentuk angka sesuai dengan nomor perforasi yang tercetak dalam paspor.

(36)

- 7. Nomor register dokumen

Nomor register digunakan sebagai alat yang digunakan untuk mengetahui banyaknya paspor yang telah dikeluarkan oleh suatu kantor.

8. Tinta

Tinta yang digunakan dalam pembuatan suatu paspor biasanya menggunakan tinta khusus yang tidak terdapat di tempat umum atau sulit untuk mendapatkannya.

9. Kualitas cetakan

Setiap paspor yang diterbitkan selalu dijaga kualitasnya, sebab hal ini untuk menjaga nilai dan kewibawaan dokumen itu sendiri.

10. Benang jahitan

Benang jahitan mempunyai kualitas sendiri yang ditentukan oleh percetakan paspor, biasanya benang ini ditentukan jenisnya dan mempunyai standar tertentu.

11. Masa berlaku paspor

Masa berlaku paspor adalah 5 tahun terhitung sejak tanggal paspor diterbitkan.

12. Tanggal pembuatan paspor

Tanggal pembuatan paspor menunjukkan kapan paspor diterbitkan.

13. Tanda tangan dalam Paspor

Dalam paspor terdapat tanda tangan dari pemegang paspor yang ditanda tangani secara manual, penandatangannya dilakukan sewaktu pemohon diwawancarai oleh petugas wawancara.

(37)

- 14. Nama dan lambang negara

Nama dan lambang negara selalu terdapat dalam setiap paspor, begitupun dengan paspor RI, hal ini ditunjukkan dengan tulisan Republik Indonesia dan gambar burung Garuda.

Sejak tahun 1997 Indonesia telah menerapkan sistem Machine Readable Passport (MRP), dan kemudian diperbaharui tahun 2006 dengan sistem Biometrik yakni suatu sistem yang dianjurkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) untuk mempercepat dan mempermudah proses pemeriksaan di bandara- bandara ataupun pelabuhan-pelabuha Internasional. Sistem ini telah diterapkan oleh hampir semua egara di dunia. Sejak foto diambil secara langsung dan data pemegang paspor tidak lagi ditulis dengan tangan melainkan dicetak langsung dengan komputer. Sistem ini menurut pengendalian standar mutu agar paspor dapat dibaca oleh mesin pembaca paspor dimanapun diseluruh dunia.

Paspor RI sistem Biometrik dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kecepatan pelayanan keimigrasian dan mengantisipasi pemalsuan. Yang dimaksud dengan meningkatkan kecepatan pelayanan keimigrasian adalah meningkatkan kecepatan pelayanan pada saat melakukan proses pemeriksaan di Tempat Pemeriksaan Keimigrasian (TPI) dan juga memangkas birokrasi yang panjang sewaktu pemohon memasukkan permohonan pembuatan paspor, yang biasanya begitu pemohon datang untuk menyerahkan formulir permohonan ke loket, disuruh datang lagi untuk melakukan foto 3 hari lagi, akan tetapi dengan sistem baru ini, pemohon bisa datang keesokan harinya, sehingga hanya berselang 1 (satu) hari sudah bisa datang untuk foto, tanda tanan paspor dan wawancara.

(38)

-

Sedangkan yang dimaksud dengan mengantisipasi pemalsuan adalah dengan penggunaan sistem MRP dan Biometrik, maka apabila terjadi perubahan atau penggantian data identitas personal seseorang maka akan dapat segera diketahui oleh sistem yang dioperasikan dengan sistem yang berpusat pada server pusat yang ada di PUSDAKIM (Pusat Data Keimigrasian) Direktorat Jenderal Imigrasi di Jakarta. Saat ini hampir semua negara tak terkecuali Indonesia menggunakan sistem Biometrik dalam Paspornya. Hal ini dikarenakan sistem ini merupakan rekomendasi dari ICAO. Dengan demikian akan terdapat standarisasi format dalam paspor dengan cara memasukkan data personal seseorang yang disimpan dan diolah oleh sistem ini yang terpusat pada data Server di PUSDAKIM. Hal ini memberi banyak manfaat kepada banyak pihak seperti imigrasi, penumpang ataupun otoritas bandara dan pelabuhan.

4. Persyaratan Pembuatan Paspor Republik Indonesia

Permintaan Paspor Biasa dapat dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan antar negara sepanjang tidak dikenakan tindakan hukum berupa pencegahan. Permintaan dilakukan oleh yang bersangkutan melalui Kantor imigrasi sesuai dengan domisilinya, atau apabila di luar negeri pada Perwakilan Pemerintah Republik Indonesia yang terdekat.

Permintaan Paspor biasa dilakukan dengan mengisi fordikenal dengan formulir yang telah ditentukan, jenis formulir tersebut dikenal dengan formulir Perdim 11 (untuk di dalam negeri) dan Perdim 14 (untuk di luar negeri).

Persyaratan yang harus dilampirkan sebagaimana diatur dalam pasal 4 Kepmenkeh dan HAM RI No.M.01-IZ.03.10 tahun 1995 Tentang Paspor Biasa,

(39)

-

Paspor Orang Asing, Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Indonesia dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing, adalah : 1. Keterangan identitas diri;

2. Surat izin dari instansi yang berwenang bagi yang akan bekerja di luar negeri;

3. Bagi yang telah memiliki SPRI untuk WNI atau yang namanya tercantum dalam SPRI untuk Warga Negara Indonesia yang dimiliki orang tuanya maka SPRI lamanya harus dilampirkan.

Mengenai identitas diri yang dimaksud adalah dokumen perorangan yaitu meliputi:

1. Bukti Domisili

a. Bagi warga negara Indonesia yang berdomisili atau bertempat tinggal di dalam wilayah negara Indonesia berupa KTP (Kartu Tanda Penduduk).

b. Atau resi Kartu Tanda Penduduk (bukti surat permohonan KTP)

c. Surat Keterangan Bertempat Tinggal dari Kecamatan yang dilengkapi dengan Kartu Keluarga (KK) bagi daerah yang telah mengeluarkan Kartu Keluarga.

Bagi warga negara Indonesia yang berdomisili atau bertempat tinggal di luar negeri yaitu berupa :

a. Tanda penduduk dari negara setempat.

b. Bukti/petunjuk/keterangan izin yang menunjukkan domisilinya di negara tersebut. Ada beberapa negara yang mengeluarkan “Green Card” bagi warga negara asing yang telah memperoleh status kependudukan di negara tersebut.

(40)

- 2. Bukti Identitas Diri

Untuk meyakinkan kebenaran identitas diri, pemohon melampirkan bukti identitas diri antara lain :

a. Akte Kelahiran atau Akte Kenal Lahir b. Akte Perkawinan atau Surat Nikah c. Ijazah

d. Surat Baptis

e. Surat Keterangan lainnya atau dokumen yang dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah. (Juklak Dirjenim No.F.458-IZ.03.02 Tahun 1997)

f. Surat Ganti Nama

3. SPRI yang lama bagi pemohon yang pernah memiliki SPRI atau SPRI orang tua bagi pemohon yang namanya telah tercantum dalam SPRI orang tuanya.

4. Surat Ganti Nama yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku berupa : a. Keputusan Presidium Kabinet

b. Keputusan Menteri Kehakiman c. Keputusan Pengadilan

5. Bagi Pegawai Negeri Sipil diperlukan izin dari instansi yang bersangkutan.

Ketentuan ini juga diberlakukan bagi anggota TNI/polri.

6. Pengaturan menyangkut pemberian Paspor untuk Anak Buah Kapal (ABK) atau Paspor untuk pelaut dapat dilakukan oleh setiap Kantor Imigrasi di Indonesia atau Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri pada saat alat angkutnya berlabuh di pelabuhan yang menjadi wilayah kerjanya. Adapun penambahan persyaratan yang diperlukan adalah :

(41)

-

a. Surat Permohonan dari Nahkoda atau dari Agen Perusahaan Perkapalan dimana ABK tersebut bekerja.

b. Nama pendaftar pada daftar Anak Buah Kapal (Crewlist). Diisyaratkan pula untuk melampirkan bukti domisili bagi mereka yang bertempat tinggal di Indonesia yaitu : Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau Keterangan bertempat tinggal dari Kecamatan. Pengguna Surat Permohonan KTP tidak diperkenankan, sementara itu bagi daerah yang telah mengeluarkan Kartu Keluarga diharuskan pula melampirkan untuk melampirkannya.

c. Paspor lama bagi yang pernah memiliki Paspor untuk Pelaut.

d. Keharusan untuk mendapatkan “sign-on” yang disyahkan oleh Syahbandar, sebagai bukt pemohon telah diterima bekerja di kapal.

F. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial (Singarimbun 1989:33).

Berdasarkan judul penelitian yang dipilih oleh peneliti, maka untuk menetapkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai variabel-variabel yang akan diteliti maka defenisi konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin maju dan berkembang, maka Direktorat Jenderal Imigrasi menerapkan Sistem Biometrik pada proses permohonan pembuatan paspor. Baik pembuatan paspor di dalam negeri maupun Atase Imigrasi pada Perwakilan RI di luar negeri (Drs. Imron Cotan, Sekjen Deplu, dipaparkan dalam Penyuluhan Peraturan Keimigrasian di Dirjen

(42)

-

imigrasi, 23-24 Juni 2008). Dengan adanya sistem biometrik yang diterapkan sekarang ini berlandaskan pada UU No.11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, dimana adanya perlindungan hukum kegiatan/aktivitas berbasis elektronik dari potensi kejahatan dan penyalahgunaan teknologi (Prof. Dr. Ahmad M. Rusli, SH, MH, Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM RI, pada pemaparan ilmiah di Dirjen Imigrasi Jakarta 24 Juni 2008). Sistem Biometrik adalah sistem pengambilan data dari pemohon, yaitu dengan cara pengambilan sidik jari (sepuluh jari tangan), pengambilan foto, dengan pengenalan retina mata. Sehingga dengan sistem biometrik, akan lebih meningkatkan tingkat keamanan Paspor terutama dari penyalahgunaan penggunaan paspor/pemalsuan untuk tujuan tertentu;

seperti dipergunakan untuk tindakan terorisme, penjualan narkoba, dan sedang mencuat saat ini yaitu Trafficing Human atau yang lebih dikenal dengan Perdagangan Manusia, terutama perempuan yang masih berumur belia.

2. Memperkenalkan Prinsip Pelayanan Imigrasi, dengan mottonya yang baru : Kesederhanaan/Simplicity, Kejelasan/Clarity, Keterbukaan/Transparency, Efisiensi/Efficient, Keadilan/Fairness. Bahwasanya “Manajemen Pelayanan adalah bagaimana organisasi memberikan kepuasan secara berkesinambungan kepada pengguna jasa” dalam hal ini masyarakat (Premysis consulting, pemaparan di Direktorat Jenderal Imigrasi, Jakarta, 24 Juni 2008).

3. Direktorat Jenderal Imigrasi merupakan Lembaga Pelayanan Publik, dalam hal ini memberikan sosialisasi seluas-luasnya kepada masyarakat, tentang bagaimana tata cara memperoleh paspor, apa saja syarat-syaratnya, dan

(43)

-

bagaimana perlindungan hukumnya kepada masyarakat yang sudah memiliki paspor.

G. Defenisi Operasional

Defenisi operasional pada dasarnya adalah petunjuk bagaimana caranya mengukur suatu variabel sehingga diketahui dengan jelas dan tepat apa yang menjadi indikator penelitian untuk dikumpulkan datanya, kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai pendukung dari penelitian Subhilhar, et al (2006:6-8).

Suatu defenisi operasional merupakan spesialisasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel. Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah :

(44)

-

Tabel 1.1. Operasinalisasi Variabel Penelitian

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

1. Persyaratan

permohonan secara materiil

a. KTP/Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku.

b. Kartu Keluarga (dimana nama pemohon harus tercantum) c. Ijazah atau akte lahir Pemohon

(salah satu)

d. Surat Rekomendasi dari Tempat Kerja (Bagi yang kerja)

Enam Kriteria Sistem Biometrik

2. Persyaratan MRTD a. Hasil cetakan tidak boleh cacat, tulisan yang terprint harus jelas b. Foto yang tercetak pada paspor

harus jelas/tidak ada cacat.

3. Identifikasi, verifikasi mesin pembantu MRTD

a. Kalau hasil cetakan, dan tulisan yang terprint jelas, fotonya juga jelas, maka sewaktu diverifikasi memakai mesin MRTD akan lulus uji kualitas paspor

4. Persepsi publik secara Global

a. Adanya anggapan bahwa sistem biometrik ini birokrasinya rumit.

b. Adanya anggapan bahwa SDM di imigrasi tidak akan mampu mengikuti teknologi/perangkat komputer.

c. Sudah menjadi tuntutan perkembangan IPTEK dunia yang semakin maju.

(45)

- 5. Persyaratan

penyimpanan data

a. Data yang sudah benar tersimpan didalam server lokal dan pusat, hal ini dilakukan secara otomatis b. Data akan tersimpan apabila

tidak ada permohonan ganda (apabila pemohon pernah membuat di kantor lain akan ketahuan)

6. Penampilan SPRI yang baik/memenuhi syarat

a. Dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan teknologi, Paspor RI disempurnakan dari dulu yang bentuknya besar, sampai sekarang yang kecil/standar sesuai dengan persyaratan ICAO.

b. Semakin simpel untuk dibawa kemana-mana, dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi karena sulit untuk dipalsukan

Pelayanan Paspor

Prinsip Pelayanan 1. Kesederhanaan 2. Kejelasan 3. Keamanan 4. Keterbukaan 5. Efisien 6. Ekonomis

7. Keadilan yang merata 8. Ketepatan Waktu

(46)

-

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yaitu penelitian deskriptif kualitatif, menurut Nawawi (1994:73), bentuk penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang terjadi pada saat penelitian

dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang diselidiki sebagaimana adanya dengan interpretasi yang rasional.

Untuk keberhasilan suatu penelitian yang baik dalam memberikan gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian sangat ditentukan oleh metode yang dipergunakan dalam penelitian. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menggambarkan semua gejala dan fakta serta menganalisa permasalahan yang ada sekarang berkaitan dengan Sistem Biometrik Dalam Meningkatkan Pelayanan Permohonan SPRI/Paspor Pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

Dilihat dari pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan Pendekatan Kualitatif. Pendekatan ini digunakan dengan pertimbangan akan menyajikan secara langsung informasi dari informan, responden, maupun pada institusi di Kantor Imigrasi Klas I Polonia. Sehingga dapat dijajaki secara lebih mendalam objek yang akan diteliti dengan terjun secara langsung melihat kondisi di lapangan dan mengadakan interaksi langsung kepada objek penelitian dan diharapkan

(47)

-

penelitian ini dapat dilaksanakan secara objektif sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan baik secara akademik maupun secara praktis.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Medan, tepatnya pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat/pegawai pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan, dan masyarakat pemohon paspor sebagai pembanding. Teknik penentuan informan penelitian menggunakan Sampling Purposive. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sample informan dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2004:78). Dalam penelitian ini penulis memilih sampel yang mengetahui dengan jelas permasalahan yang diteliti.

Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah :

a. Pegawai pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan, sebagai informan kunci (Key informan) yang terdiri dari :

1. Kepala Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan

2. Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan

3. Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

4. Pegawai yang mengoperasikan Sistem Biometrik pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

(48)

-

5. Pegawai yang bertugas pada bagian loket (yang menerima berkas permohonan dari masyarakat yang mau membuat paspor).

6. Pegawai pada bagian Foto dan sidik jari (bertugas mengambil foto dan sidik jari secara biometrik).

7. Pegawai yang bertugas sebagai wawancara (tugasnya mewawancarai masyarakat yang mau membuat paspor).

8. Pegawai yang bertugas di bagian cetak dan laminating Paspor (tugasnya mencetak paspor, dan melaminating sehingga paspor siap, tinggal tanda tangan Kepala Kantor).

Pada konteks ini, untuk memudahkan menentukan sampel masyarakat yang akan diambil sebagai responden, penulis menggunakan Sample Taro Yamanee (Rahmat, 1989: 82) yaitu :

N n = ___________

nd2 + 1

dimana : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = presesi 10%

dari data yang diperoleh pada kantor imigrasi klas I Polonia Medan, jumlah masyarakat yang mengurus paspor dalam 1 hari mencapai sekitar 200 orang.

Untuk penentuan sampel, penulis mengambil jumlah populasi dalam 1 hari permohonan paspor yang masuk. Sampel pembanding dalam penelitian ini adalah

200 n = ___________

200 (0,1)2 + 1 = 66 orang

(49)

-

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Data Primer, yang meliputi :

a. Wawancara mendalam (depth-interview), dengan mengadakan tanya jawab secara terbuka dengan key informan tentang objek permasalahan yang diteliti. Selain itu juga melakukan wawancara dengan para staf ataupun pegawai yang menangani sistem Biometrik di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

b. Observasi, dengan melakukan pengamatan langsung mengenai gejala- gejala yang terjadi di lapangan yang berhubungan dengan objek penelitian.

c. Kuesioner, yakni menyebarkan daftar pertanyaan tertulis kepada masyarakat/pemohon yang disertai sejumlah alternatif jawaban.

2. Data Sekunder, yang meliputi :

Metode Library Research atau studi kepustakaan.

Yaitu mengumpulkan bahan bacaan, referensi, file-file, tulisan, artikel, atau sarana media informasi lainnya yang dapat dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini dilakukan teknik analisa data dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun kemudian diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk menganalisa data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian

(50)

-

dilapangan khususnya dari penyebaran kuesioner akan digunakan analisa tabel tunggal atau disebut analisa tabel frekwensi. Analisa tabel tunggal ini dimaksudkan untuk memperinci data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehingga akan dapat diketahui data yang paling dominan, atau yang paling besar persentasenya. Hasil observasi yang dilakukan disajikan secara tidak langsung untuk mendukung data-data yang diperoleh dari wawancara. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi salah tafsir terhadap masalah yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

1) Terhadap ayah atau ibunya yang sah, terhadap suami, istri, atau terhadap anaknya sendiri. 2) Terhadap seorang pegawai negeri yang sedang menjalankan tugas jabatannya

[r]

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran

[r]

Penunjukan Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Bendahara Penerimaan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Mahasiswa Baru ]alur Seleksi Mandiri (SM) Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun 2012,

 Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai cara menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV

Banyak rumor yang muncul belakangan bahwa Perguruan Tinggi Agama Islam tidak lagi mampu memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia, untuk menciptakan lulusan yang