• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan penelitian sebelumnya, sistem jaringan industri antar sentra industri perikanan tangkap dipengaruhi oleh 5 sub sistem, yaitu: sumber komoditi (Slack 1993, Murphy dan Daley 1994, Song 2002 yang diacu dalam Tai dan Hwang 2005), lokasi pelabuhan (Ha 2003, Malchow dan Kanafani 2001 yang diacu dalam Tai dan Hwang 2005), fasilitas pelabuhan (Chen 1997, Cullinane 2002, Fung 2001 yang diacu dalam Tai dan Hwang 2005), jarak (Malchow dan Kanafani 2001, Zohil dan Prijon 1999 yang diacu dalam Tai dan Hwang 2005) dan biaya operasi (Tai dan Hwang 2001, Tai 2000, Wu 2000 yang diacu dalam Tai dan Hwang 2005). Terhadap 5 sub sistem dilakukan beberapa analisis, yaitu:

7

(1) Subsistem sumber komoditi dilakukan analisis kapasitas dan aliran faktor

input, kemandirian faktor input serta kapasitas dan aliran variabel faktor out put.

(2) Subsistem lokasi pelabuhan dilakukan analisis terhadap kapasitas kapal perikanan.

(3) Subsistem fasilitas pelabuhan perikanan dilakukan analisis pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan meliputidermaga, tempat pelelangan ikan, fasilitas BBM, pabrik es dan cold storage.

(4) Subsistem jarak dilakukan analisis terhadap jarak dan waktu yang paling efisien.

(5) Subsistem biaya transportasi dilakukan analisis biaya yang paling efisien. Hubungan kelima subsistem tersebut diatas sangat kompleks sehingga memerlukan harmonisasi guna mewujudkan sistem jaringan industri antar sentra industri perikanan tangkap yang efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu perlu dilakukan pengkajia n mengenai sistem jaringan industri antar sentra industri perikanan tangkap secara komprehensif dengan mempertimbangkan seluruh sub sistem jaringan industri antar sentra industri perikanan tangkap tersebut (Gambar 2).

Gambar 2. Kerangka pikir

1.6 Hipotesis

Konfigurasi jaringan industri menentukan tingkat efisiensi industri perikanan tangkap yang diukur terhadap waktu dan biaya transportasi.

Sistem jaringan antar sentra industri perikanan tangkap

Subsistem jaringan industri per ikanan tangkap yang utama Fasilitas pelabuhan : -Dermaga -Tempat pelelangan ikan -Fasilitas BBM -Pabrik es -Cold storage Jarak Lokasi pelabuhan : -Kapal perikanan Biaya operasi Sumber komoditi: -Faktor input -Variabel output Analisis pelayanan pelabuhan perikanan Analisis biaya transportasi variabel out put Analisis kapasitas

dan aliran faktor input, kemandirian faktor input, kapasitas dan aliran variable out put

Analisis kapasitas kapal perikanan

Model jaringan industri perikanan tangkap yang efektif dan efisien

Instrumen analisis

Status pelabuhan perikanan

dalam jaringan industri Jaringan industri yang efektif

dan efisien Analisis

2

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 – Mei 2009 dengan pentahapan sebagai berikut :

(1) Persiapan dilakukan pada Oktober 2007

(2) Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan pada Nopember 2007 hingga Juni 2008

(3) Pengolahan data dilakukan pada Juli 2008 – Agustus 2008 (4) Penulisan disertasi dilakukan pada September 2008 – Mei 2009

Penelitian jaringan industri perikanan tangkap di Kabupaten Belitung – Propinsi Bangka Belitung meliputi Pulau Belitung yang difokuskan di PPN Tanjung Pandan, Pulau Mindanau difokuskan di PPI Selat Nasik, pangkalan kapal perikanan di Pulau Gersik, pangkalan kapal perikanan di Pulau Sumedang dan pangkalan kapal perikanan di Pulau Seliu (Gambar 3). Pangkalan kapal perikanan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah konsentrasi tambat labuh kapal perikanan yang merupakan sentra industri perikanan tangkap namun dari segi infrastruktur belum masuk dalam klasifikasi pelabuhan perikanan. Kelima lokasi tersebut diatas merupakan sentra industri perikanan tangkap yang utama di Kabupaten Belitung.

2.2Peralatan Pendukung

Ketersediaan alat pendukung merupakan hal yang sangat diperlukan dalam melakukan penelitian. Pada penelitian ini peralatan yang digunakan diantaranya kuisioner sebagai pedoman pengump ulan data, alat tulis, alat ukur, seperangkat computer untuk rekapitulasi dan analisis data dan kamera untuk kepentingan dokumentasi penelitian.

Pulau Belitung PPN Tanjung Pandan (LP1) Pulau Mendanau PPI

Selat Nasik (LP2) Pulau Seliu (LP5) Pulau Gersik (LP3) Pulau Sumedang (LP4) 107o 3o Skala : 1:12.500 BT LS

Gambar 3 Peta Pulau Belitung dan lokasi penelitian (Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah - Kab. Belitung)

Keterangan :

LP 1: PPN Tanjung Pandan, sentra industri perikanan tangkap di Pulau Belitung (02o44’45’’LS; 107o37’41’’BT) LP 2: PPI Selat Nasik, sentra industri perikanan tangkap di PulauMindanau (02o49’55’’LS; 107o24’55’’BT) LP 3: Pangkalan kapal perikanan di Pulau Gersik (03o00’20’’LS; 107o16’17’’BT)

LP 4: Pangkalan kapal perikanan di Pulau Sumedang (03o19’60’’LS; 107o12’41’’BT) LP 5: Pangkalan kapal perikanan di Pulau Seliu (03o13’13’’LS; 107o31’47’’BT)

2.3Metode Penelitian

Penelitian model jaringan industri perikanan tangkap dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

(1) Penentuan status pelabuhan perikanan (sebagai suatu sentra industri) yang dilakukan dengan analisis MCA tahap pertama dan analisis TOPSIS

(2) Penentuan model jaringan industri perikanan terpilih yang dilakukan dengan analisis mnimalisasi waktu tempuh dan biaya transportasi variabel output. (3) Perumusan strategi pembangunan industri perikanan tangkap yang dilakukan

dengan analisis efisiensi teknik dan analisis Danmark Teori (Gambar 4). Analisis parameter model industri perikanan tangkap di wilayah kepulauan dilakukan dengan analisis Nested Multi Criteria Analysis (NMCA). Nested Multi Criteria Analysis yaitu analisis MCA dalam dua tahap dimana analisis MCA kedua

11

merupakan bagian dari analisis MCA pertama. Analisis NMCA adalah salah satu cara pengambilan keputusan yang didasari beberapa parameter dan memiliki beberapa alternatif.

Penentuan status pelabuhan perikanan ditentukan berdasarkan analisis MCA tahap pertama dan analisis TOPSIS. Analisis MCA pertama dilakukan terhadap 4 parameter yaitu indeks pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan (IPFP), indeks kapasitas kapal perikanan (IKAPI), indeks kemandirian (IK) dan kapasitas sentra industri (KSI). Score keempat parameter di atas, dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution

yang disingkat dengan TOPSIS (Li dan Xie 2006). Berdasarkan kedua analisis tersebut diatas kemudian ditentukan status sentra industri sebagai sentra pelayanan jasa utama, sentra pelayanan jasa antara (server/spoke) dan client/feeder.

Perumusan jaringan industri perikanan diawali dengan melakukan optimasi model melalui analisis minimalisasi jarak. Analisis minimalisasi jarak adalah teknik analisis untuk mendapatkan jarak yang paling minimal melalui teknik penyapuan. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan jarak antar sentra industri yang paling minimal.

Model jaringan industri perikanan tangkap terpilih diuji dengan analisis MCA tahap kedua. MCA tahap kedua yang dilakukan terhadap jaringan industri yang ada sekarang (existing model) dan alternatif model jaringan industri perikanan tangkap di wilayah kepulauan. Parameter yang dianalisis pada MCA tahap dua adalah waktu tempuh dan biaya transportasi.

Terhadap model terpilih kemudian dilakukan perumusan strategi pembangunan industri perikanan di wilayah kepulauan dengan melakukan analisis efisiensi teknik (TE) relatif dan analisis Danmark teori. Teknis efisiensi relatif adalah pengukuran produktifitas relatif kapal perikanan suatu sentra industri terhadap sentra industri lainnya. Sedangkan Danmark teori adalah suatu teori pembangunan industri perikanan di Danmark yang menggunakan diagram kartesius dimana sumbu ordinat merupakan aktivitas pembangunan dan sumbu absis merupakan pengawasan.

Gambar 4 Diagram metode penelitian

Analisis MCA tahap I meliputi berdasarkan :

Ø Indeks Pelayanan Fasilitas Pelabuhan Perikanan (IPFP) Ø Indeks Kapasitas Kapal Perikanan (IKAPI)

Ø Indeks Kemandirian (IK) Ø Kapasitas Sentra Industri (KSI)

Optimasi Model Jaringan Industri Perikanan Tangkap di Wilayah Kepulauan melalui analisis minimalisasi jarak dengan teknik penyapuan yang berpatokan

pada status pelabuhan perikanan

Analisis MCA tahap II: perbandingan jaringan industri yang ada sekarang dan alternatif model terhadap parameter waktu tempuh dan biaya transportasi

Model Jaringan Industri Perikanan Tangkap di Wilayah Kepulauan

Analisis efisiensi teknik (TE) relatif kapasitas sentra industri dan analisis Danmark teori

Strategi pengelolaan perikanan tangkap di wilayah kepulauan Analisis MCA tahap I dan analisis TOPSIS dilakukan klasifikasi status sentra

industri perikanan tangkap

Nested Multi Criteria Analysis (NMCA) yaitu analisis yang terdiri dari 2 tahapan analisis MCA

13

2.4Metode Analisis

2.4.1 Penetapan status sentra industri perikanan tangkap

Penetapan status dilakukan dengan analisis Multi Criteria Analysis (MCA) tahap pertama dan analisis TOPSIS. Parameter yang diukur meliputi: indeks pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan, indeks kapasitas kapal perikanan, indeks kemandirian dan kapasitas sentra industri. Asumsi yang dipergunakan adalah keempat parameter tersebut diatas mempunyai bobot yang sama dalam penentuan status pelabuhan perikanan.

2.4.1.1Indeks pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan

Indeks pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan (IPFP) adalah ukuran ketersediaan fasilitas prasarana pada sentra industri perikanan tangkap. Prasarana yang diukur meliputi fasilitas pokok, yaitu: dermaga, tempat pelelangan ikan (TPI), fasilitas BBM, pabrik es dan fasilitas penunjang berupa cold storage. Formula untuk menghitung indeks pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan adalah :

5

IPFPi = ? Iij

j=1

dimana : Iij = Xij Bj Bj = nj / n

IPFPi = index pelayanan fasilitas pelabuhan perikanan lokasi i Iij = nilai IPFP lokasi ke-i prasarana ke-j

Xij = volume prasarana j pada lokasi i Bj = bobot prasarana j

nj = jumlah prasarana j n = jumlah prasarana.

i = lokasi

j = jenis prasarana

2.4.1.2Indeks kapasitas kapal perikanan

Indeks kapasitas kapal perikanan (IKAPI) adalah ukuran kapasitas kapal perikanan pada sentra industri perikanan tangkap dalam melakukan proses produksi. Kapal perikanan yang diamati dibatasi hanya pada kapal perikanan yang melakukan

kegiatan penangkapan ikan. Kapasitas kapal perikanan diukur berdasarkan daya tampung rata-rata palka. Tiga jenis kapal yang dijadikan pengamatan adalah kapal perikanan yang berukuran kurang dari 5 GT dengan rata-rata kapasitas palka sebesar 1,2 ton, kapal yang berukuran antara 5 sampai 10 GT dengan rata-rata kapasitas palka sebesar 2 ton dan kapal yang berukuran di atas 10 GT dengan rata-rata kapasitas palka sebesar 4 ton. Formula untuk menghitung indeks kapasitas kapal perikanan adalah:

3

IKAPIi = ? Jik

k=1

dimana : Jik = Yik Ck Ck = mk / m

IKAPIi = index kapasitas kapal perikanan pada lokasi i Jik = nilai IKAPI lokasi ke-i kapal perikanan ke k Yi k = Jumlah kapal perikanan k pada lokasi i Ck = bobot sarana k

mk = volume palka kapal perikanan jenis k

m = volume palka maksimal kapal perikanan yang diamati

i = lokasi

k = jenis kapal perikanan

2.4.1.3Indeks kemandirian

Indeks kemandirian (IK) adalah ukuran ukuran kemampuan sentra industri perikanan tangkap untuk memenuhi kebutuhan faktor input sendiri. Faktor input

yang dianalisis adalah BBM dan es. Nilai ini diukur berdasarkan proporsi (%) faktor

input, yaitu dengan rumus:

2

IKi = ? IKil l=1

IKil = Il / Dl

dimana:

IKi = tingkat kemandirian lokasi ke -i

IKil = tingkat kemandirian asupan l pada lokasi ke- i Il = volume pasokan faktor asupan l

Dl = volume kebutuhan faktor asupan l

i = lokasi

15 2.4.1.4Kapasitas sentra industri

Kapasitas sentra industri (KSI) adalah volume ikan yang diproduksi dari suatu sentra industri. KSI dihitung dengan rumus sebagai berikut :

n

KSIi = ? Xio o=1

dimana:

KSIi = kapasitas sentra industri ke-i

Xo = volume ikan o yang dihasilkan lokasi ke-i

i = lokasi

o = jenis ikan

2.4.1.5Status sentra industri perikanan tangkap

Penentapan status sentra industri perikanan tangkap diawali dengan penetapan

score untuk keempat parameter di atas. Score setiap parameter berkisar mulai dari 0 hingga 1. Rumus untuk menghitung score tersebut adalah:

ai – min (a)

Score ai = —————————

Maks (a) –min (a)

dimana: a = nilai indeks

Kemudian dilakukan analisis technique for order preference by similarity to ideal solution (TOPSIS) untuk mendapatkan ranking sentra industri perikanan tangkap dengan nilai yang ideal. Adapun analisis TOPSIS dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Menentukan matrik kriteria alternatif sebagai baris dan kolom

a11 a12 a13 a14 ... a1n

a21 a22 a23 a24 ... a2n

Aij = a31 a32 a33 a34 ... a3n

am1 am2 am3 am4 ... amn

dimana :

aij = score untuk indeks i pada lokasi j i = indeks

(2) Normalisasi matrik A dengan dengan formula : m

rij = a ij ? a ij2 , i = 1, 2, 3, ..., m i = 1 j = 1, 2, 3, ..., n

(3) Menentukan ranking yang terbobot (weighted normalized rating) yakni : Vij = w j r ij ; i = 1,2,3,... ,m

j = 1,2,3,...,n

(4) Identifikasi alternatif ideal dan non ideal melalui formula :

A* = { ( maks Vij ¦ j e J1 ), (min Vij ¦ j e J2), ¦ i = 1, 2, 3, ..., m}} = {V1*, V2*, ..., Vn*}

A- = { ( min Vij ¦ j e J1 ), (maks Vij ¦ j e J2), ¦ i = 1, 2, 3, ..., m}} = {V1-, V2-, ..., Vn-}

(5) Menghitung Euclidean distance dengan solusi ideal melalui formula : n S* = ( ? ( Vij – Vj*)2 , i = 1, 2, 3,..., m J=1 n S- = ( ? ( Vij – Vj-)2 , i = 1, 2, 3, ..., m J=1

(6) Menghitung „relative closeness“ melalui : Ci * = Si- / ( Si* + Si-), i = 1, 2, 3, …, m dimana 0 < Ci* < 1

Status sentra industri ditetapkan berdasarkan score MCA dan ranking hasil analisis TOPSIS. Sentra industri yang mendapatkan nilai tertinggi ditetapkan sebagai penyedia jasa utama. Sentra industri yang mempunyai nilai positif pada parameter IPFP dan IKAPI ditetapkan sebagai penyedia jasa antara. Sentra industri yang mempunyai nilai rendah pada keempat parameter diatas ditetapkan sebagai

17 Tabel 1 Status sentra industri perikanan tangkap

Status Kriteria

Penyedia jasa utama Nilai tertinggi

Server Nilai positif pada IPFP dan IKAPI

Client Nilai rendah

2.4.2 Optimasi model

Optimasi model dilakukan berdasarkan analisis minimalisasi jarak dengan teknik penyapuan terhadap 3 alternatif jaringan industri yaitu peningkatan kapasitas jaringan industri yang ada, optimalisasi jaringan industri yang ada dan pengembangan jaringan industri berdasarkan status sentra industri. Analisis minimalisasi jarak adalah salah satu teknik dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan alternatif yang paling efesien (Mulyono 1999). Teknik penyapuan dilakukan dengan mengurangi setiap elemen matriks baris dan kolom terhadap elemen matriks terendah sehingga pada baris atau kolom terdapat elemen matriks dengan nilai nol.

Analisis minimalisasi jarak dilakukan dengan membuat matriks dimana kolom vertikal merupakan pelabuhan perikanan asal dan horizontal merupakan tujuan. Berdasarkan status pelabuhan perikanan disusun berupa matriks 2 kali 2 dimana 2 pelabuhan perikanan tujuan (server) dan 2 pelabuhan perikanan sumber bahan baku (client). Elemen matriks adalah jarak antar pelabuhan perikanan sumber bahan baku dengan daerah tujuan. Jarak diukur berdasarkan alur pelayaran yang dipergunakan oleh kapal pengangkut variabel output.

2.4.3 Model terpilih

Penetapan model terpilih dilakukan dengan melakukan analisis waktu tempuh dan analisis biaya transportasi variable output.

2.4.3.1 Waktu tempuh

Waktu tempuh dalam analisis ini didefinisikan sebagai total waktu tempuh yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil produk dari satu sentra industri ke sentra industri lainnya dalam suatu aliran yang tercermin pada model jaringan industri. Waktu tempuh dihitung berdasarkan rumus berikut:

n Min Tp = ? Sr / V r=1

Keterangan :

Tp = total waktu tempuh alternatif model p Sr = jarak jalur r (jalur pelayaran tradisional)

V = kecepatan rata-rata kapal angkut (dengan spesifikasi 15 GT, 60 HP, 6,762 knot)

p = model

r = jalur

2.4.3.2Biaya transportasi

Biaya transportasi adalah biaya yang diperlukan untuk memindahan suatu barang/komoditi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut variabel output dari suatu sentra industri di suatu pulau ke pulau lainnya. Biaya transportasi terdiri dari biaya penyewaan kapal, pembelian es untuk pengawetan ikan, dan ongkos kuli angkut. Biaya transportasi ini dihitung dengan rumus :

n

Min TCp = ? Qi TCr

r=1

ATCp = TCp / Q / Tp

Keterangan :

TCp = total biaya transportasi model p (Rp) Qi = volume ikan yang diangkut dari lokasi i (ton) TCr = biaya transportasi jalur r (Rp)

Q = total produksi

ATCp = biaya transportasi rata-rata model p per jam (Rp/ton/jam) Tp = waktu tempuh model p

i = lokasi sentra industri

p = model jaringan industri (model sekarang dan model alternatif)

r = jalur

2.4.4. Strategi pengelolaan industri perikanan tangkap di sentra-sentra produksi Strategi pengelolaan industri perikanan tangkap di sentra-sentra produksi dilakukan dengan analisis efisiensi teknik dan analisis Danmark Teori.

2.4.4.1Analisis efisiensi teknik

Analisis strategi pembangunan industri perikanan di wilayah kepulauan diawali dengan analisis efisiensi teknik (TE) relatif. TE relatif adalah tingkat efisiensi kapasitas kapal perikanan pada suatu pelabuhan perikanan dibandingkan dengan kapasitas kapal perikanan pada pelabuhan perikanan lainnya. TE kapal perikanan

19

diukur berdasarkan produksi yang dihasilkan dibagi kapasitas kapal perikanan dengan formula sebagai berikut (Fauzi dan Anna 2005) :

TEi = E i / Eimax

Yi

Eimax = ——————— Xi

dimana :

TE = efisiensi teknik relatif kapasitas kapal perikanan dapa suatu pelabuhan perikanan Ei = produktifitas kapal perikanan pada lokasi i

Yi = jumlah keluaran pada lokasi i Xi = kapasitas kapal perikanan pada lokasi i

i = lokasi

2.4.4.2Analisis Danmark teori

Analisis Danmark teori yaitu suatu strategi untuk merumuskan kebijakan perikanan berdasarkan kebijakan pembangunan dan kebijakan regulasi. Kebijakan pembangunan adalah serangkaian keputusan-keputusan mengikat yang diambil oleh pemegang otorisasi dalam memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan demi peningkatan kesejahteraan manusia. Kebijakan regulasi adalah serangkaian keputusan-keputusan mengikat yang diambil oleh pemegang otorisasi dalam mengatur pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan agar tidak menimbulkan dampak negatif. Kedua jenis kebijakan tersebut diplotkan dalam sebuah diagram Cartesius. Ordinat diagram adalah kebijakan pembangunan dan absis diagram adalah kebijakan regulasi (Christensen 2004). Kombinasi berbagai nilai dari kebijakan pembangunan dan kebijakan regulasi menghasilkan strategi pengelolaan perikanan tangkap (Tabel 2 ).

Tabel 2 Diagram Cartesius Danmark teori

Koordinasi antar dinas &

peningkatan kapasitas Optimisasi manfaat sosial Sinkronisasi kebijakan Penggunaan instrumen ekonomi unt uk input & output

Pengembangan pusat ekonomi perikanan Optimisasi manfaat ekonomil Penguatan penegakan hukum Penerapan sistim perizinan perikanan yang efisien Rasionalisasi Alat tangkap Pengembangan infrastruktur perikanan Promosi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dari aspek lingkungan Optimisasi manfaat budaya Mobilisasi sumber pendanaan Pengendalian sumber-sumber overfishing & overcapacity lainnya Penerapan kebijakan fiskal perikanan yg kondusif Pengendalian Pembangunan Pemanfaatan dan pembaruan infr a struktur perikanan di daerah padat dan

non padat Pembangkitan produk perikanan non konsumtif dalam pengembangan budaya Optimisasi manfaat lingku ngan Optimisasi biaya lingkungan Penguatan norma lokal (sangsi & pahala)

Rasionalisasi tata ruang wilayah pesisir

Pencegahan Pemantauan Penguatan sistem pemantauan IUU Pemantauan kapasitas perikanan yang terintegrasi Koordinasi antar dinas & peningkatan kapasitas Optimisasi biaya budaya Promosi & sosialisasi "green catch" Penggunaan alat tangkap destruktif Pengembangan sistem monitoring Penyusunan basis data perikanan secara menyeluruh Sinkronisasi kebijakan Optimisasi biaya ekonomi UU Fishing (Illegal, unregu lated, unreported) Penyebaran informasi kondisi perikanan yang up to date Penguatan penegakan hukum Optimisasi biaya sosial Mobilisasi sumber pendanaan

21

Diagram strategi tersebut terdiri dari 4 kuadran yang pembagiannya berdasarkan pada nilai efisiensi tehnik TE (Tabel 3). Kuadran I adalah strategi pengembangan industri disertai dengan pemantauan terhadap efek negatif terhadap sumber daya ikan, kuadran II adalah strategi pengembangan industri disertai pengendalian untuk mencegah degradasi sumber daya ikan, kuadran III adalah strategi penguatan industri disertai pencegahan degradasi sumber daya alam, dan kuadran IV adalah stategi penguatan industri disertai dengan pemulihan sumber daya ikan, Analisis Danmark dilakukan terhadap setiap sentra industri perikanan tangkap.

Tabel 3 Pembagian kuadran diagram kartesius Danmark teori

Kuadran Nilai TE Kebijakan

I 0,75 - 1 Industri perikanan tangkap diarahkan pada pengembangan industri perikanan tangkap yang disertai dengan kebijakan pemantauan terhadap degradasi sumber daya ikan

II 0,50 – 0,75 Industri perikanan tangkap diarahkan pada pengembangan industri perikanan tangkap namun disertai dengan kebijakan pengendalian terhadap degradasi sumber daya ikan

III 0,25 – 0,50 Industri perikanan tangkap diarahkan pada penguatan (establishing) industri perikanan tangkap namun disertai dengan kebijakan pencegahan degradasi sumber daya ikan

IV 0,00 – 0,25 Industri perikanan tangkap diarahkan pada penguatan (establishing) industri perikanan tangkap namun diisertai dengan kebijakan pemantauan pemulihan sumber daya ikan

2.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian didasari dengan metode survei. Metode surve i sangat tepat digunakan karena kajian tentang jaringan industri membutuhkan

tinjauan langsung mengenai keadaan ak tual dari berbagai pelaku (stakeholder) yang terlibat dalam sistem bisnis perikanan.

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui mekanisme pengamatan langsung terhadap aktivitas perikanan serta wawancara dengan pelaku bisnis perikanan yang dikelompokan dalam 4 kelompok, yaitu: pembina nelayan, nelayan, penguasaha pengangkutan ikan dan pengolah hasil perikanan. Wawancara dilak ukan terhadap 3 pembina nelayan di masing – masing lokasi penelitian, 32 nelayan kapal penangkap ikan dengan kapasitas = 7 10 GT, 3 pengusaha pengangkut hasil perikanan dan 6 pengolah hasil perikanan (cold storage). Informasi keterlibatan pelaku bisnis perikanan berikut data yang dikumpulkan dari masing- masing sampel disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Data primer yang dikumpulkan selama penelitian

No Pelaku bisnis perikanan

Jumlah sampel

Uraian data yang dikumpulkan Teknik pengumpulan data

1 2 3 4 5

Produksi

1 Pembina nelayan 15 Kepemilikan kapal

Jumlah kapal dan nelayan binaan Mekanisme pembiayaan Bagi hasil usaha Biaya operasional Biaya tetap

Wawancara

2 Nelayan 32 Spesifikasi teknis unit penangkapan a.Ukuran, bahan dan alat tangkap b.Bobot kapal dan permesinan c.Metode operasi

d.Lama trip dan jumlah trip per tahun e.Jumlah ABK Biaya operasional Pendapatan ABK Bagi hasil Proses penanganan Pengukuran dan Wawancara

Pengolahan dan pemasaran 1 Pengusaha cold

storage

6 Mekanisme pengumpulan bahan baku Mekanisme pembayaran

Spesifikasi produk yang diolah Kapasitas

Daerah pemasaran Komponen biaya Produksi

Pendapatan per tahun

23

1 2 3 4 5

2 Pengusaha pengangkutan ikan

3 Spesifikasi teknik kapal a.Bobot kapal

b.Kapasitas c.Lama trip

d.Jumlah trip per tahun Biaya tarif angkut Mekanisme pembayaran Biaya operasional Bagi hasil Pendapatan ABK

Wawancara

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara penelusuran pustaka dari suatu sumber publikasi. Data sekunder yang dikumpulkan berupa laporan-laporan resmi yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan meliputi:

(1) Geofisik, demografi, jumlah kapal, produksi yang diperoleh dari Belitung Dalam Angka Tahun 2000 – 2006 - Badan Pusat Statistik (2) Produk Domestik Bruto Kabupaten Belitung Tahun 2005 dan 2006 (3) Rumah tangga nelayan, kapal dan alat tangkap, produksi, sarana dan

prasarana 2001 – 2005

(4) Kebutuhan solar dan jumlah kapal Tahun 2003

(5) Data bulanan pengiriman ikan Kabupaten Belitung 2006 dan 2007 (6) Infrastruktur dan produksi ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara –

Dokumen terkait