• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan suatu kegiatan tergantung dari pelaksanaan atau proses kegiatan tersebut. Dalam kegiatan belajar mengajar, tingkat keberhasilanya tergantung dari proses belajar mengajar yang terjadi. Namun, masalah yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran adalah

49

kurangnya keterlibatan siswa dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang optimal atau rendah. Kegiatan belajar mengajar lebih didominasi oleh guru daripada siswa. Untuk

menciptakan suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan semangat belajar siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa agar lebih optimal perlu diterapkan model pembelajaran yang tepat yang akan sangat

mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ekonomi.

Model pembelajarn Example Non Examples dan Talking Stick merupakan model pembelajaran yang bersifat student centered. Kedua model tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran serta mengembangkan potensi yang mereka miliki tanpa harus selalu mengandalkan informasi dari guru saja, sehingga siswa belajar dalam suasana yang interaktif dan menyenangkan.

Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Example Non Examples dan model pembelajaran Talking Stick.

Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi siswa melalui kedua model pembelajaran tersebut. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kecerdasan adversitas yang dimiliki siswa yang dibagi dalam tiga taraf kecerdasan yaitu quitters (rendah), campers (sedang), dan

50

1. Ada perbedaan signifikan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Example Non Examples dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Talking Stick

Model pembelajarn kooperatif tipe Example Non Examples dan tipe

talking stick merupakan model pembelajaran yang variatif dan efektif

diterapkan. Model Example Non Examples menekankan pada kerja sama kelompok dan interaksi kelompok melalui gambar , sedangkan model

Talking Stick lebih menekankan kemandirian yang terpusat pada siswa.

Kedua model pembelajaran ini memiliki langkah-langkah yang berbeda.

Model pembelajaran Example Non Examples, guru menggunakan gambar tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menempelkan gambar atau tulisan atau ditayangkan melalui proyektor. Selanjutnya guru memberi petunjuk pada peserta didik untuk memperhatikan atau

menganalisis. Guru membagi siswa ke dalam kelompok 2-3 orang siswa kemudian mendiskusikan gambar yang ditayangkan, dari hasil analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya dan guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang dicapai.

Sedangkan Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya. Talking Stick

merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi kelas

51

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.

Sumber: jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran- talking-stick.html

Aktivitas belajar siswa pada model pembelajaran Talking Stick lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Example Non

Examples. Pembelajaran Talking Stick walaupun siswa bekerja dalam

kelompok namun siswa harus mampu mengemukakan idenya secara mandiri dalam menyelesaikan masalah dan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.Sedangkan dalam pembelajaran Example Non Examples siswa hanya melihat gambar yang diberikan oleh guru dan mendiskusikannya dalam kelas.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui perbedaan aktivitas belajar siswa yang diduga akan mempengaruhi hasil belajar ekonomi yang berbeda antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

Example Non Examples denga siswa yang pembelajarannya

52

2. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan adversitas pada pencapaian hasil belajar siswa

Metode Example non Examples adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan

mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model

Pembelajaran Example Non Examples ini lebih menekankan pada siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi (climber), namun dapat juga digunakan yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas sedang (camper) dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa. Model pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu metode yang terpusat pada siswa.

Dengan demikian ada interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan adversitas siswa.

http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-example-non- example.html

53

3. Rata-rata hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Examples lebih tinggi daripada Talking Stick padasiswa yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Example Non

Examples bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi

(climber) membuat siswa lebih kreatif dan berkembang karena, model

pembelajaran Example Non Examples siswa dituntut untuk lebih kritis dalam menganalisisa gambar yang diberikan oleh guru dan mengetahui aplikasi dari materi berupa gambar. Siswa yang tergolong pada taraf

climber tidak akan terbebani oleh siswa yang tergolong pada taraf quitter,

karena mereka hanya bekerjasama untuk memecahkan kesulitan belajar , sedangkan tugas dalm pembelajarannya harus diselesaikan secara

individu. Hal tersebut dapat mengakibatkan perbedaan hasil belajar pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi (climber). Siswa

climber yang menggunakan model pembelajaran Exsample Non

Exsamples hasil belajarnya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan

siswa yang menggunakan model pembelajaran Talking Stick.

4. Rata-rata hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Examples lebih tinggi daripada Talking Stick padasiswa yang memiliki kecerdasan adversitas sedang

Penerapan pembelajaran kooperatif Example Non Examples di kelas eksperimen, siswa membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang heterogen, terdiri dari 6-7 peserta didik dalam setiap kelompoknya dan diikuti dengan pemberian bantuan individu bagi peserta didik yang memerlukannya. Bagi siswa yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi

54

(climbers) model pembelajaran ini kurang efisien karena mereka merasa

dimanfaatkan tanpa bisa mengambil manfaat apa-apa dalam kegiatan pembelajaran. Anggota mereka dalam kelompok tidak lebih pandai dari dirinya.

Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick yang diterapkan di kelas kontrol merupakan model pembelajaran kooperatif yang didesain untuk menguji kesiapan siswa dan melatih memahami dengan cepat setiap materi yang akan diberikan. Model ini, siswa dilibatkan dalam tahap perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi, sehingga siswa yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi

(climbers) dan sedang (campers) akan termotivasi untuk cakap dalam

berkomunikasi dan berproses di kelompok yang telah dibentuk. Sedangkan siswa yang memiliki kecerdasan adversitas rendah (quitters) akan sulit untuk memahami materi pembelajaran. Mereka membutuhkan bimbingan guru atau teman sebayanya yang bisa membantu mereka dalam memahami materi pembelajaran.

5. Rata-rata hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Examples lebih tinggi daripada Talking Stick padasiswa yang memiliki kecerdasan adversitas rendah

Kecerdasan adversitas merupakan kemampuan yang menggambarkan keuletan dan kegigihan seseorang dalam menghadapi problematika dalam hidupnya, dalam pembelajaran kecerdasan adversitas diduga dapat

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas rendah (quitter) akan cenderung mudah

55

putus asa dalam menghadapi masalah belajar dan memiliki motivasi belajar yang rendah. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi (climber) akan terus gigih dalam mencari, mencoba, dan menemukan hal-hal baru yang dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Dalam pembelajaran kecerdasan adversitas diduga dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas rendah (quitter) akan cenderung mudah sinis, murung dan menjadi pemarah dalam menghadapi masalah belajar dan memiliki motivasi belajar yang rendah. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi (climber) akan menemukan cara untuk membuat segala sesuatunya terjadi.

Pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas rendah (quitter). Hasil belajar ekonomi siswa akan lebih tinggi karena guru membuat serangkaian

aktivitas belajar yang terprogram dan menguji kesiapan siswa dalam memahami pelajaran. Selain itu, siswa yang tergolong pada taraf quitter

tergabung dalam kelompok belajar yang heterogen sehingga

kekurangannya akan tertutupi oleh siswa yang tergolong pada kelas

climber.

Siswa pada taraf quitter yang menggunakan model pembelajaran Example

Non Examples hasil belajarnya cenderung rendah, karena terdapat

pembagian kelompok yang terdiri dari 2-3 orang siswa. Sehingga siswa yang memilki minat belajar tinggi akan lebih aktif mendominasi diskusi

56

dan cenderung mengontrol jalannya diskusi, sedangkan siswa yang memiliki minat belajar rendah akan lebih banyak diam dan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi.

Berdasarkan uraikan di atas maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir

Dokumen terkait