• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perceraian menurut bahasa Arab perceraian berasal dari kata talaq atau itlaq yang artinya lepas dari ikatan, berpisah menceraikan, pembebesan.1

Perceraian menurut kamus bahasa Indonesia disebut “cerai” yang artinya pisah, perpisahan antara suami dan istri.16

Menurut Al-Jaziry “talak” ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu.

Menurut Abu Zakaria Al- Anshari “talak” ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya.17

Dalam pelajaran Islam, perpisahan ibarat pintu masuk krisis yang merupakan jalan mudah untuk mengatasi masalah keluarga, jika tidak ditemukan jalan alternatif untuk mengatasinya. Selanjutnya, pada dasarnya pelajaran Islam tidak menganjurkan talak karena Allah SWT melihat perpisahan di antara pasangan sebagai demonstrasi hukum dan sangat Allah benci. Ibnu Umar menyatakan, Rasulullah Saw bersabda:

16 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 861

17 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 192

18

قلاطلا الله دنع للاحلا ضغبا

Untuk menjamin bahwa pintu perceraian hanya digunakan dalam keadaan krisis dalam keberadaan pasangan, Al-Quran sebenarnya menetapkan bahwa ahli untuk berpisah hanyalah milik pasangan, yang pada umumnya tidak terlihat oleh seorang istri dalam membuat dan memutuskan mentalitas. Dalam Al-Qur'an telah di jelaskan bahwa :

ءاسنلا متقلط اذإو نهوحرس وأ فورعمب نهوكسمأف نهلجأ نغلبف

و ۚ اودتعتل ارارض نهوكسمت لاو ۚ فورعمب ظ دقف كلذ لعفي نم

ۚ هسفن مل

نم مكيلع لزنأ امو مكيلع الله تمعن اوركذاو ۚ اوزه الله تايآ اوذختت لاو

19

ميلع ءيش لكب الله نأ اوملعاو الله اوقتاو ۚ هب مكظعي ةمكحلاو باتكلا

Berdasarkan sumber hukumnya, maka hukum talak ada empat :

a. Wajib atau harus dilaksanakan, yaitu perceraian yang harus dilakukan oleh hakim terhadap seseorang yang telah bersumpah untuk tidak bersetubuh dengan istrinya sampai jangka waktu tertentu, sedangkan ia juga tidak mau membayar kafarah sumpahnya. sehingga dia bisa bergaul dengan istrinya.

Tindakannya menyakiti istrinya.

18 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Alih Bahasa A. Hassan, Bulughul Maram, Diponegoro, Bandung, 1999, hlm. 476

19 Al-Baqarah(2): 231

b. Sunnah, jika suami tidak mampu lagi membayar kewajibannya (penghidupan) atau wanita tidak menghargai harga dirinya.

c. Haram, dalam dua keadaan: pertama; membatalkan perceraian saat istri sedang haid, kedua; cerai selama waktu suci yang dia campur dalam waktu suci itu.

d. Mubah atau Dibolehkan dapat dilakukan jika perlu terjadi perceraian dan tidak ada pihak yang dirugikan oleh perceraian, tampaknya juga bermanfaat.20

Dalam perceraian tentu tidak langsung cerai perlu diketahui alasan dalam proses perceraian Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam sebagai bentuk kodifikasi hukum Islam, sebab atau penjelasannya telah diatur tersendiri. Pasal 38 UU Perkawinan menyatakan bahwa perpisahan terjadi karena: Kematian suatu pertemuan, Perceraian karena perceraian dan perpisahan karena gugatan, dan Putusan Pengadilan.21

Pengertian mediasi yaitu upaya untuk menyelesaikan sengekta melalui proses perundingan pihak-pihak yang bersengketa dengan dibantu

20 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 201

21 H. Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 74

pihak ketiga sebagai mediator. Dalam sidang pertama perkara perceraian, ketika kedua belah pihak yang berperkara hadir di persidangan, maka hakim mewajibkan kedua belah pihak pada hari itu juga atau paling lama dua hari kerja berikutnya untuk berunding guna memilih mediator, yang kemudian dilaksanakan proses mediasi.22

Kemudian pada pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ditegaskan bahwa pemisahan harus diselesaikan sebelum sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan runtuh untuk menampung dua pertemuan tersebut.23

Suatu peristiwa harus memiliki wawasan yang dapat diperoleh, seperti halnya pada perpisahan, juga dikenal adanya kecerdasan yang akan kita dapatkan baik untuk pasangan atau istri. Perpisahan pada dasarnya adalah suatu demonstrasi yang sah namun yang umumnya dibenci oleh Allah SWT, kecerdasan yang diperbolehkan oleh perpisahan adalah dengan alasan bahwa unsur-unsur kehidupan rumah tangga sekarang dan kemudian mengarah pada sesuatu terlepas dari motivasi di balik pengembangan keluarga. Dalam keadaan sekarang, jika itu berlanjut, itu akan melukai kedua pasangan, baik itu suami atau istri, bahkan anak.24

22 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syari’ah, Hukum Adat dan Hukum Nasional, (Jakarta:

Kencana Prenada, 2011), Cet. Ke-2, hlm. 310

23 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 248

24 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.109-200

Penyelesaian perkara perceraian melalui mediasi menjadi penting dalam rangkaian hukum Islam secara keseluruhan. Ketika ada bentrokan besar dalam keluarga yang sulit untuk ditentukan sendiri oleh pasangan, Islam memerintahkan agar kedua pasangan tersebut mengirimkan hakam (pembawa damai atau perantara dengan niat penuh untuk menemukan jalan keluar). Sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur'an,

نإو هنيب قاقش متفخ اديري نإ اهلهأ نم امكحو هلهأ نم امكح اوثعباف ام

25

امهنيب الله قفوي احلاصإ

Penjelasan/klarifikasi mediasi dari sisi fonetik (etimologis) lebih banyak tentang adanya perkumpulan penanya dari luar untuk menentukannya. mediator berada di tengah dan situasi non-partisan antara pertemuan interogasi, dan mencari berbagai pengaturan untuk mencapai hasil yang menyenangkan untuk pertemuan interogasi. Klarifikasi fonetis ini masih sangat luas dan belum menggambarkan secara utuh perwujudan dari peran mediasi secara menyeluruh. Dengan demikian, mediasi ini dapat diketahui apakah jumlah keterampilan sangat terbatas. Kemampuan tersebut diperoleh melalui berbagai pendidikan, persiapan dan pengalaman dalam menyelesaikan bentrokan atau pertanyaan. Mediator sebagai pihak

25 An-Nisa’ (4): 35

yang netral dapat menampilkan peran sesuai dengan kapasitasnya guna mendapatkan perdamaian dari dua pihak.26

Dengan tercapainya kerukunan di antara pasangan yang terlepas dari perdebatan, bukan hanya kehormatan pernikahan yang bisa dicapai. Secara bersamaan, itu dapat bekerja pada pemeliharaan dan pengembangan anak-anak pada umumnya. Konkordansi antara sisi yang berbeda dapat dilanjutkan. Sumber daya bersama dalam pernikahan secara ekonomi dapat menopang kehidupan keluarga. pasangan dapat menjauh dari masalah komunikasi sosial. Perkembangan mental dan mental anak-anak terlindung dari sensasi keterasingan dan ketidakmampuan dalam aktivitas publik.

Upaya untuk mengakomodasi dalam pertanyaan, adalah latihan yang terpuji dan lebih dari upaya untuk mengakomodasi di berbagai bidang.27

Ketentuan mengenai mediasi di pengadilan diatur dalam Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2008 tentang Tata Cara mediasi di Pengadilan Perma menempatkan mediasi sebagai salah satu komponen cara penyelesaian perkara yang diajukan oleh sidang-sidang ke pengadilan.

Hakim tidak serta merta menyelesaikan kasus melalui jalur hukum (perkara), namun pada awalnya harus mencari mediasi. mediasi merupakan komitmen yang harus dipenuhi dalam memilih perkara di pengadilan.

mediasi di pengadilan membentengi upaya kerukunan sebagaimana

26 Syahrizal Abbaas, Mediasi, Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, hlm.2-3

27 Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT.

Sarana Bakti Semesta, 1989) hlm. 49

dinyatakan dalam hukum acara pasal 130 HIR (HetHerzien Indonesische Reglement) atau pasal 154 Rbg ( Rechtreglement Buiten Gewesten).28

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 2 Perma No. 1 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa semua perkara sopan yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama diperlukan untuk kepentingan mediasi, dan dapat dianggap sebagai pelanggaran dalam hal tidak melakukan mediasi. dan jika tidak dilakukan strategi mediasi maka mengakibatkan putusan batal.29

Mahkamah Agung memberikan Perma Nomor 1 Tahun 2016 tentang Tata Cara Mediasi di Pengadilan yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Tata Cara Mediasi di Pengadilan. Pada tahun 2008 ada beberapa masalah, dengan tujuan agar penggunaanmediasi di pengadilan tidak memaksa. Mahkamah Agung mengetahui bahwa Perma No.1/2008 memiliki kendala dalam pelaksanaannya, misalnya, kurangnya komitmen untuk pertemuan saat mediasi secara langsung dan kurangnya pedoman yang berbeda, sehingga dapat dikatakan demikian. tidak berjalan sesuai dengan bentuk, karena tidak adanya altruisme dari perkumpulan untuk menuju perdamaian.30

28 Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika,2011), hlm 159.

29 Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, bab I, pasal II.

30 Susanti Adi Nugroho, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa,(Cet. II;

Tangerang: PT.Telaga Ilmu Indonesia, 2011), hlm. 183.

Terdapat kendala dalam pelaksanaannya, misalnya kurangnya komitmen para pihak untuk langsung menghadiri pertemuan mediasi dan tidak memadainya pedoman yang berbeda, sehingga bisa dikatakan tidak mengisi formulir yang sebenarnya, ini sebagian besar karena tidak adanya kemurahan hati dari perkumpulan untuk menuju perdamaian.31

Dokumen terkait