• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teori

Dalam dokumen ANGGA SATRIA PERKASA FDK (Halaman 57-67)

BAB I PENDAHULUAN

D. Kerangka Teori

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).4

Semiotika adalah ilmu tanda-tanda. Studi tentang tanda dan gejala yang berhubungan dengannya. Ilmu semiotik menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk ha;-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bertanggung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada.5

Di antara sekian banyak pakar tentang semiotika, Charles Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dapat dianggap sebagai pemuka-pemuka semiotika modern. Kedua tokoh inilah yang memunculkan dua aliran utama semiotika modern, yang satu menggunakan konsep Pierce dan yang satu menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan itu mungkin terutama

4 Alex Sobur, Semiotika Visual, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), h.15

5 Rahmat Krisyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.261-262

disebabkan oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Pierce adalah ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah cikal-bakal linguistik umum. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak saling mengenal satu sama lain. Pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar tentang semiotika. Menurut Charlers Sanders Pierce semiotika adalah tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni ͆doktrin formal tentang tanda-tanda͇. Bagi Pierce semiotika adalah suatu cabang dari ilmu filsafat. Sedangkan menurut Ferdinand de Saussure semiologi adalah sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat, menurutnya semiologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi sosial. Baik istilah semiotika maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda tanpa adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam.6

Semiotika Charles Sanders Pierce

Menurut Charles Sanders Pierce, semiotika berangkat dari tiga elemen utama tersebut, yang disebut Pierce sebagai teori segitiga makna atau triangle meaning.7 Teori segitiga makna (triangle meaning) Pierce yang terdri atas sign (tanda), object (objek), dan interpretan (interpretant). Menurut Pierce, salahsatu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi

6

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problema Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.3

dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili tanda tersebut. Yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.8

Bagi Peirce, tanda ͆is something which stands to somebody for something in some respect or capacity.͇ Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretan. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda; misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruhyang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan (symbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dna objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang besifat kausal atau hubungan sebab akibat,

atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tandanya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.

Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata, atau mata dimasuki insekta, atau baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan sering tejadi kecelakaan, maka di tepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa di situ sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.9

2. Sampul sebagai Representasi Isu Representasi

Aktivitas membentuk ilmu pengetahuan yang dimungkinkan kapasitas otak untuk dilakukan oleh semua manusia disebut representasi. Representasi dapat didefinisikan lebih jelasnya sebagai penggunaan tanda (gambar, bunyi, dan lain- lain) untuk menghubungkan, menggabarkan, memotret, atau mereproduksi

sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu. Dengan kata lain, proses menaruh X dan Y secara berbarengan itu sendiri. Menentukan makna X = Y bukanlah pekerjaan yang mudah. Maksud dari pembuat bentuk, konteks sejarah dan sosial saat representasi dibuat, tujuan pembuatannya, dan sebagainya, merupakan faktor kompleks yang masuk dalam sebuah lukisan. Sebenarnya, salah satu dari pelbagai tujuan utama semiotika adalah untuk mempelajari faktor-faktor tersebut. Charles Pierce menyebut bentuk fisik aktual dari representasi, X, sebagai representamen (secara literal berarti ͆ yang merepresentasikan͇); Pierce mengistilahkan Y yang dirujuknya sebagai objek representasi; dan menyebut makna atau makna-makna yang dapat diekstrasi dari representasi (X=Y) sebagai interpretan. Keseluruhan proses menentukan makna representamen, tentu saja, disebut interpretasi.10

Dalam politik, repersentasi berarti bebrapa orang yang dipiih oleh rakyat dan berpihak kepada masyarakat secara keseluruhan sebagai ͂perwakilan̓ mereka dalam kongkres atau parlemen. Hal yang sama berlaku dalam bahasa, media, dan komunikasi, representasi dapat berwujud kata, gambar, sekuen, cerita, dsb yang ͂mewakili̓ ide, emosi, yang sudah ada dan dipahami secara kultural, dalam pembelajaran bahasa dan penandaan yang bermacam-macam atau sistem tekstual secara timbal balik. Hal ini melalui fungsi tanda ͂mewakili̓ yang kita tahu dan mempelajari realitas.

10

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h.20-21

Representasi merupakan bentuk konkret (penanda) yang berasal dari konsep abstrak. Beberapa di antaranya dankal atau tidak kontroverial, sebagai contoh, bagaimana hujan direpresentasikan dalam film, karena hujan yang sebenarnya sulit ditangkap oleh mata kamera dan susah diproduksi. Akan tetapi beberapa representasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan budaya dan politik, sebagai contoh: gender, bangsa, usia, kelas, dst. Karena representasi tidak terhindarkan untuk terlibat dalam proses seleksi sehingga beberapa tanda tertentu lebih istimewa daripada yang lain, inin terkait dengan bagaimana konsep tersebut direpresentasikan dalam media berita, film, bahkan dalam percakapan sehari-hari. Faktanya, Dyer (1993:1) mengkalim bagaimana ͂ kita terlihat menemukan sebagian bagaimana kita diperlakukan; bagaimana kita memperlakukan orang lain didasarkan bagaimana kita melihat mereka (dan) penglihatan semacam itu datang dari representasi̓. Hal itu seharusnya hadir bukan sebagai hal yang mengejutkan, kemudian mengenai bagaimana cara representasi diatur melalui pelbagai macam media, genre, dan dalam pelbagai macam wacana memelukan perhatian yang menyeluruh.11

Persoalan utama dalam representasi adalah bagaimana realitas atau objek tersebut ditampilkan? Ketika ada kecelakaan, peristiwa pemboman di depan kedubes, bagaimana peristiwa ini ditampilkan? Menurut John Fiske, saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan, kelompok, atau seseorang paling tidak tidak ada tiga proses yang dihadapi oleh wartawan. Pada level pertama, adalah peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas. Bagaimana peristiwa itu

11

, John Hartley, Communication, Culturalm & Media Studies: Konsep Kunci, (Yogyakarta : Jalasutra, 2010), h265-266

dikontruksi sebagai realitas oleh wartawan/media. Dalam bahasa gambar (terutama televisi) ini umumnya berhubungan dengan aspek seperti pakaian, lingkungan, ucapan, dan ekspresi. Di sini, realitas selalu siap ditandakan, ketika kita menganggap dan mengkonstruksi peristiwa tersebut sebagai sebuah realitas. Misalnya, pengemboman kita anggap sebagai realitas ditandakan dengan adanya suara bom, transkrip wawancara dengan orang yang mengetahuinya/saksi mata, pernyataan pers atau dari pihak kepolisian mengenai terjadinya peristiwa tersebut, pada level kedua, ketika kita memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Di sini kita menggunakan perangkat secara teknis. Dalam bahasa tulis, alat teknis itu adalah kata, kalimat atau proposisi, grafik, dan sebagainya. Dalam bahasa gambar/televisi, alat itu berupa kamera, pencahayaan, editing, atau musik. Pemakaian kata-kata, kalimat, atau proposisi tertentu, misalnya, membawa makna tertentu ketika diterima oleh khalayak. Peristiwa pengeboman Kedubes Filipina terebut ditandakan kembali dengan kata-kata, kalimat, atau proposisi tertentu. Pada level ketiga, bagaimana peistiwa tersebut diorganisir ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas sosial, atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat (patriaki, materialisme, kapitalisme, dan sebagainya). Menurut Fiske, ketika kita melakukan representasi tidak bisa dihindari kemungkinan menggnakan ideologi tersebut. Misalnya, ada peristiwa pemerkosaan, bagaimana peristiwa tersebut digambarkan? Dalam ideologi yang dipenuhi ideologi patriarkial, kode representasi yang muncul itu, misalnya, digambarkan dengan

tanda posisi laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Atau dalam peristiwa demonstrasi, ideologi kelas sosial yang menyatakan demonstrasi itu diakibatkan oleh kelas bawah kita akan mendapati kode representasional berupa kata atau kalimat tertentu yang menggambarkan pihak buruh sebagai pihak yang salah. Di sini, kepercayaan sosial itu sering kali diterima sebagai common sense, yang diterima tanpa banyak dipertanyakan. Bagaimana ideologi tersebut meresap ke dalam praktik kerja watawan tanpa ia menyadarinya.

Tabel 1

Realitas, Representasi, dan Ideologi

PERTAMA REALITAS

Dalam bahasa tulis seperti dokumen, wawancara, transkrip, dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti pakaian, makeup, prilaki, gerak-gerik, ucapan, ekspresi, suara.

KEDUA REPRESENTASI

Elemen-elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimay, foto, caption, grafik dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti kamera, tata cahaya, edisiting, musik, dan sebagainya.

Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam kode representasional yang memasukan di antaranya bagaimana objek digambarkan: karakter, narasi, setting, dialog, dan sebagainya.

KETIGA IDEOLOGI

Semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan kode- kode ideologi, seperti individualisme, liberalisme, sosialisme, patriakial, ras, kelas, materialisme, kapitalisme, dan sebagainya.12

12

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media , (YogyakartaL: LkiS, 2012), h.114- 116

3. Sampul pada Majalah

Salah satu ciri khas dari majalah berita adalah desain sampulnya atau halaman 1. Berbeda dengan koran siswa, yang biasanya menampilkan tiga atau lebih berita di halaman 1, majalah berita menampilkan satu berita utama atau satu fokus utama. Ukuran publikasi, yang biasanya berukuran tabloid atau 8.5 x 11 inci, menyebabkan fokus harus seperti itu, sebab jika dimuati tiga atau empat berita, maka halaman itu akan tampak penuh dan padat. Sampulnya mungkin berupa foto atau gambar lainnya. Sampul juga sering dilengkapi dengan teaser headline tentang berita lain yang ada di dalam publikasi. Sering kali berita sampul (cover story) diletakkan di halaman tengah atau dalam beberapa halaman liputan khusus yang tidak berada di halaman awal. Pengenalan dan pengembangan berita sampul dan fokus berita sebagai feature berita adalah dua ciri terpenting yang membedakan majalah berita dengan media berita lainnya.

Informasi berita yang dipajang d sampul harus menarik bagi banyak pembaca. Fokus berita ini harus dilaporkan dan disajikan dengan amat cermat dan ditulis serta disunting dengan baik. Ia harus memuat narasumber orisinal yang layak berita. Sampul majalah Krikwood Call menginformasikan berita 23 halaman tentang desegregasi, tindakan afirmatif, rasisme, dan minoritas yang sukses. Tidak semua berita sampul harus serius dan mendalam. Akan tetapi, berita utama sebaiknya memberikan berita akademis yang signifikan, seperti dampak anggaran sekolah atau perubahan dalam jadwal, atau topik tentang sekolah yang menarik bagi siswa, seperti fitnes atau diet. Berita aktivitas sekolah tradisional, seperti

acara penyambutan siswa baru atau drama sekolah, dapat ditampilkan disampul, tetapi berita semacam ini harus disajikan dengan sudut pandang yang segar.

Dengan hanya judul majalah dan headline teaser disampulnya, desainer bisa menata banyak ruang kosong di sampul itu secara lebih kreatif. Desainer bisa menggunakan foto atau karya seni dengan satu headline, atau kombinasi lainnya.pastikan smua unsur yang ada di sampul adalah bagus dan menarik. Bagaimanapun, sampul memberi kesan pertama bagi pembaca.

Foto atau gambar lainnya harus sangat menarik bagi siswa. Gambar harus disunting untuk menghasilkan dampak maksimal bagi pembaca dan tidak mengandung kelemahan dalam hal ketajaman dan kontrasnya. Jika menggunakan karya seni, ia harus direproduksi dengan kualitas yang tinggi. Entah menggunakan foto atau karya seni, perlunya headline teaser dan teller. Sebuah foto orang yang beraksi juga membutuhkan caption, yang bisa dimuat di halaman 1 atau di dalam halaman sampul. Berita berawal di sampul dapat diteruskan di tengah halaman dalam atau bagian lain dari majalah itu.

Banyak majalah berita membagi ruang sampul menjadi ruang foto atau headline teaser atau rujukan (yang menunjukan isi di dalam majalah). Headline ringkas ini harus menarik dan mengesankan atau mengejutkan, sehingga memicu pembaca untuk melongok ke isi beritanya. Karya seni, foto-foto kecil dan grafik dapat dipakai bersama dengan headline untuk menambah daya tarik.

Nama majalah dan informasi penting lainnya nama sekolah, kota, tanggal terbit, dan nomor edisi harus ditampilkan di sampul, biasanya di bagian atas sampul. Jenis huruf dan desain huruf harus mudah dibaca, tampak profesional,

segar, dan sesuai dengan isi berita. Folio bagian dalam dan elemen desain lainnya dapat didesain dengan gaya yang sama dan dengan tipe huruf yang sama, seperti yang dipakai di nama majalah.13

Dalam dokumen ANGGA SATRIA PERKASA FDK (Halaman 57-67)

Dokumen terkait