• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP

Dalam dokumen ANGGA SATRIA PERKASA FDK (Halaman 71-200)

Kesimpulan dan Saran.

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, April 2017

i

MAJALAH TEMPO 2016-2017

Akhir 2016 hingga awal 2017, merupakan periode isu Pilkada Jakarta. Berbagai permasalahan bermunculan terkait isu Pilkada Jakarta. Mulai dari persiapan partai politik untuk mengusung calon pasangan, adanya dua skenario pilkada yaitu melalui jalur independen dan partai politik, hingga siapa di balik pencalonan pasangan untuk menuju DKI 1. Dengan berbagai permasalahan tersebut Calon Gubernur DKI Jakarta menjadi sorotan di berbagai media nasional maupun internasional, tak terkecuali majalah mingguan Tempo yang kerap menampilkan ilustrasi sampul majalah dengan nyentrik bahkan menyindir dengan khasnya. Seorang calon gubernur layaknya terlihat gagah karena memiliki kekuasaan tertinggi di daerah, namun pada beberapa sampul majalah Tempo sosok Calon Gubernur DKI Jakarta digambarkan tidak seperti seorang calon pemimpin daerah seperti selayaknya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian menggunakan kajian semiotika Charles Sanders Pierce. Pada hasil temuan, terdapat tujuh ilustrasi sampul majalah yang menampilkan sosok Calon Gubernur DKI Jakarta dengan berbagai macam tema yang diangkat. Gambaran bagaimana representasi Calon Gubernur DKI Jakarta sebagai calon pemimpin daerah dalam sampul dan isi pemberitaannya. Peneliti merumuskan pertanyaan yakni: bagaimana representasi calon gubernur DKI Jakarta pada ilustrasi sampul majalah Tempo tahun 2016-2017 ?

Melihat konteks penelitian, tinjauan teoritis yang digunakan adalah semiotika menurut Charles Sanders Pierce, yaitu dengan teori segitiga maknanya atau triangle meaning. Peirce melihat makna atas sign atau tanda (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretant. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili tanda tersebut. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengindikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan, sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif model deskriptif. Data yang didapatkan adalah ilustrasi sampul majalah Tempo selama akhir 2016 sampai awal 2017 yang menampilkan Calon Gubernur DKI Jakarta. Juga ditambah dengan observasi buku dan dokumentasi.

Setelah melihat tujuh ilustrasi sampul majalah yang diteliti, maka kesimpulannya, Calon Gubernur DKI Jakarta pada ilustrasi sampul Majalah Tempo adalah sebagai calon pemimpin yang berusaha keras demi mendapatkan hati warga Jakarta agar menang dalam Pilkada Jakarta. Hal ini terlihat dari setiap edisi majalah Tempo yang menampilkan sosok Calon Gubernur DKI Jakarta dengan berbagai macam perihal usaha keras sebagai calon gubernur.

ii

Alhamdulilahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia yang begitu banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak pencerahan kepada umatnya, dari zaman penuh ilmu seperti yang kita rasakan sekarang.

Alhamdulilah peneliti telah menyelesaikan skrispsi sebagai tugas akhir pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti ingin menyampaikan kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan, M.A., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed Ph.D., M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag., serta wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M.Si.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si serta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musrifah Nurlaily, MA yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membnatunya menyelsaikan kuliah.

iii

dan pencerahan yang telah Bapak berikan selama mengerjakan skripsi.

4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang namanya tidak dapat penulis sebukan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti.

5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Yang paling spesial teruntuk kedua orang tua peneliti, Ibunda Jumira, dan Ayahanda Sutarno, S.Pd, serta Kakak Priyo Supriadi, S.IP dan Elly Febriani, yang dengan penuh kasih sayang selalu memberikan dukungan dan semangat, yang takhenti-hentinya memberikan doa yang tulus ikhlas dalam setiap waktu sehingga akhirnya skripsi ini selesai.

7. Segenap teman terdekat peneliti, Grup Wisuda 100, M. ALief Mumtaz Nadiby, Achmad Fauzi, Zaini Dahlan, Roni Kurniawan, Harry Riandayasa, Reza Armanda, Farouq Audah, Parama Sumbada, Yusuf Yanuar, Yasir Arafat, dan M. Badruzaman, terima kasih telah memberikan semangat dan perhatian yang penuh terhadap peneliti, semoga kalian segera wisuda, aamiin.

iv

keberkahan.

9. Orang paling dekat peneliti, Lilis Suryaningsih, yang selalu memberi semangat dan kasih sayangnya sehingga skripsi ini selesai, terima kasih. 10.Teman-teman Jurnalistik A dan B angkatan 2012, terimakasih waktu yang

telah kita habiskan bersama, semoga bermanfaat dan sukses masing-masing. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, mendoakan dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi dalam menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi masih banyak kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarukatuh.

Ciputat, April 2017

v

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR GAMBAR……… vii

DAFTAR TABEL……… viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah………. 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 6

D. Kerangka Teori……… 7

E. Tinjauan Pustaka………. 17

F. Metodelogi Penelitian………. 18

G. Sistematika Penulisan………. 21

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah……… 22

1. Majalah……….. 22

2. Sampul Majalah………. 25

B. Sampul Sebagai Representasi Isu………. 30

C. Teori Semiotika……… 35

1. Semiotika……… 35

2. Semiotika Visual……… 37 3. Semiotika Charles Sanders Peirce……….. 46

D. Ideologi Media……….. 55

BAB III REALITAS OBJEKTIF DAN PROFIL MAJALAH TEMPO

A. Profil Majalah Tempo……… 60 B. Representasi Calon Gubernur Jakarta Pada Ilustrasi Sampul Majalah Tempo 2016-2017……….. 66

vi

1. Sampul Majalah Tempo 1……… 71 2. Sampul Majalah Tempo 2……… 79 3. Sampul Majalah Tempo 3……… 86 4. Sampul Majalah Tempo 4……… 93 5. Sampul Majalah Tempo 5……… 100 6. Sampul Majalah Tempo 6……… 107 7. Sampul Majalah Tempo 7……… 114 C. Interpretasi Sampul Majalah Tempo……….. 120 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………... 128

B. Saran……… 129

viii Tabel 2.2 51 Tabel 3 ... 67 Tabel 4.1... 73 Tabel 4.2... 75 Tabel 4.3... 77 Tabel 4.4... 78 Tabel 4.5... 81 Tabel 4.6... 82 Tabel 4.7... 84 Tabel 4.8... 85 Tabel 4.9... 88 Tabel 4.10 ... 90 Tabel 4.11 ... 92 Tabel 4.12 ... 92 Tabel 4.13 ... 95 Tabel 4.14 ... 97 Tabel 4.15 ... 98 Tabel 4.16 ... 99 Tabel 4.17 ... 102 Tabel 4.18 ... 104 Tabel 4.19 ... 106 Tabel 4.20 ... 106 Tabel 4.21 ... 109 Tabel 4.22 ... 111 Tabel 4.23 ... 113 Tabel 4.24 ... 113 Tabel 4.25 ... 116 Tabel 4.26 ... 117 Tabel 4.27 ... 119 Tabel 4.28 ... 119 Tabel 4.29 ... 122

vii

Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo Edisi 26 September-2Oktober 2016….. 79 Gambar 4.3 Sampul Majalah Tempo Edisi 19-23 Oktober 2016………. 86 Gambar 4.4 Sampul Majalah Tempo Edisi 28 November-4 Desember 2016.. 93 Gambar 4.5 Sampul Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2017……….. 100 Gambar 4.6 Sampul Majalah Tempo Edisi 13-19 Februari 2017……… 107 Gambar 4.7 Sampul Majalah Tempo Edisi 23-26 Februari 2017……… 114

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyebaran informasi identik dengan teknologi komunikasi. Pembahasan tentang teknologi komunikasi berkaitan dengan alat-alat yang digunakan untuk menyebarkan informasi tersebut ke khalayak luas, dan alat-alat tersebut lah yang kerap kita sebut sebagai media komunikasi massa.

Majalah adalah media komunikasi yang menyajikan informasi secara dalam, tajam, dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama dibandingkan dengan surat kabar dan tabloid, serta menampilkan gambar/foto yang lebih banyak.1

Majalah adalah sebuah media publikasi yang diterbitkan secara berkala. Sebuah majalah berisi berbagai artikel, gambar, cerita pendek, opini, ilustrasi, dan kanal lainnya. Karena lengkapnya informasi yang diberikan, majalah seringkali dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca. Majalah menjadi salah satu media yang menyediakan nilai-nilai informasi sekaligus hiburan, yang juga memiliki segmentasi secara khusus.

Meski tak seaktual surat kabar yang terbit setiap hari, majalah yang terbit setiap minggu, dwi mingguan atau bahkan bulanan memiliki strategi dan gaya penyajian tersendiri agar majalah tetap menarik untuk dibaca. Majalah berita merupakan salah satu contoh dari majalah mingguan, yang memiliki segmentasi

1

Indah Suryawati, Jurnalisik Suatu Pengantar Teori dan Praktik,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 42.

masyarakat umum. Siapapun bisa membaca dan menikmati majalah berita karena sifatnya yang mengikuti berita-berita umum yang aktual.

Ada banyak majalah berita yang dikenal di pasaran Indonesia, seperti majalah Gatra, Tempo, dan Sindo. Di dalam sebuah majalah, terkandung banyak elemen grafis seperti foto, tipografi, warna, ilustrasi, dan elemen lain. Dalam sampul majalah, ilustrasi dan foto merupakan materi yang umum digunakan. Ilustrasi dan foto pada sampul majalah harus mampu mewakili isi dari tema tertentu yang diangkat pada edisi yang akan terbit atau sesuai dengan ideologi dari majalah. Ilustrasi dan foto digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dari sebuah judul dengan cepat kepada para pembaca atau khalayak. Dalam sampul majalah, tersimpan gambaran pesan yang tidak terbaca oleh setiap pembaca, namun menjadi kesimpulan mengenai edisi yang sedang terbit.

Sampul majalah harus terlihat menarik agar masyarakat tertarik untuk membeli dan membacanya. Sampul majalah menjadi salah satu faktor apakah suatu majalah akan laku atau tidak di pasaran. Sebelum membeli, orang akan melihat dan memperhatikan terlebih dahulu sampul majalahnya. Salah satu majalah di Indonesia yang menggunakan pendekatan ilustrasi pada sampulnya adalah Majalah Tempo. Selain itu Majalah Tempo merupakan salah satu majalah berita terbesar di Indonesia dengan jumlah oplah 110.000 – 180.000 eksemplar setiap terbit. Majalah Tempo merupakan majalah berita mingguan yang terbit setiap seminggu sekali.

Majalah Tempo memiliki ciri khas dalam penyajian ilustrasi terutama saat mengangkat laporan utama isu Pilkada di DKI Jakarta. Penyajian ilustrasi untuk

isu Pilkada pada sampul Majalah Tempo beberapa cukup menyindir elit politik yang terlibat dalam isu ini.

Majalah Tempo dengan gaya dan khasnya yang tersendiri menggambarkan ketiga calon gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Anies Rasyid Baswedan (Anies), dan Agus Harimurti Yudhoyono (Agus) dengan ilustrasi desain yang menarik. Seperti yang diilustrasikan pada sampul Majalah Tempo edisi 17-23 Oktober 2016, ketiga calon gubernur DKI Jakarta menggunakan pakaian koboi, lengkap dengan senjata di samping saku celana mereka masing-masing. Hal ini menarik untuk dianalisis karena representasi seorang calon pemimpin yang berbeda dari biasanya. Dalam suatu pengertian pemimpin, Pemimpin adalah seorang pribadi yang meiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai satu sasaran tertentu. Jadi pemimpin itu harus memiliki satu atau beberapa kelebihan, sehingga dia mendapat pengakuan dan respek dari para pengikutnya, serta dipatuhi perintahnya.2

Tiga calon gubernur DKI Jakarta yaitu Ahok, Anies, dan Agus juga digambarkan seperti sosok calon pemimpin yang penuh kecemasan dan berharap. Ilustrasi ketiganya terdapat pada sampul Majalah Tempo edisi 26 September-2 Oktober 2016. Ketiganya digambarkan seperti calon pemimpin daerah yang tidak memiliki kewibawaan dan kekuasaan. Padahal dalam Islam, pemimpin sama halnya dengan imam, khilafah atau kepala daerah adalah seseorang yang

2

Kartini Kartono, pemimpin dan kepeminpinan apakah kepemimpinan abnormal itu? (Jakarta: Rajagrafindo Persada), h. 51.

dipercaya dalam melayani, mengatur, dan memfasiltasi masyarakat (ummat) dalam segala urusan kenegaraan.3

Di akhir 2016 hingga awal 2017, berbagai isu Pilkada bermunculan, mulai dari persiapan partai politik untuk mengusung calon pasangan, adanya dua skenario pilkada yaitu melalui jalur independen dan partai politik, hingga siapa di balik pencalonan pasangan untuk menuju DKI 1.

Masa pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta untuk mengikuti Pilkada 2017 telah ditutup pada Jumat, 23 September 2016. Di luar ekspektasi publik, ternyata terdapat tiga pasang cagub dan wagub yang mendaftar ke kantor KPU DKI. Mereka terdiri dari pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (Djarot), Agus Harimurti Yudhoyono (Agus) dan Sylviana Murni, serta Anies Rasyid Baswedan (Anies) dan Sandiaga Salahudin Uno. Ketiganya terdiri dari beragam latar belakang mulai dari petahana, militer, pengusaha hingga mantan menteri Republik Indonesia.

Peneliti melihat ada kepentingan partai politik pada pencalonan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017. Salah satunya PDI Perjuangan yang resmi mengusung Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dalam pilkada serentak 2017. Keputusan dukungan ini diberikan lantaran PDIP masih melihat tingginya tingkat popularitas dan elektabilitas Ahok, meskipun partai berlambang moncong putih itu bisa mengusung kader sendiri. Kedua, bagi PDIP menguasai DKI adalah langkah strategis maha penting untuk menjadi magnet penguasaan pemilu yang

3

lebih besar. Terlebih PDIP sudah mendapatkan kader sebagai kepala daerah di sejumlah daerah, seperti Ganjar Pranowo sebagai gubernur Jawa Tengah dan Tri Rismaharini sebagai walikota Surabaya.

Oleh karena permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah terkait dengan tanda-tanda dalam foto, maka untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan pendekatan yakni semiotika Charles Sanders Peirce. Peneliti akan meneliti makna representasi calon gubernur pada Pilkada DKI Jakarta yang muncul dari ilustrasi sampul majalah Tempo tahun 2016-2017 yang bertema Pilkada DKI Jakarta melalui pendekatan semiotika. Peneliti menganalisa bahwa ada perbedaan-perbedaan dari tujuh edisi yang menampilkan sosok ketiga calon Gubernur DKI Jakarta menjadi ilustrasi sampul. Seperti perbedaan ekspresi atau gesture yang ditampilkan, dan tanda-tanda lainnya, sehingga menimbulkan representasi makna yang berbeda-beda pula.

Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik meneliti dengan judul

Representasi Calon Gubernur DKI Jakarta Pada Ilustrasi Sampul Majalah

Tempo Tahun 2016-2017.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat Majalah Tempo adalah majalah mingguan, maka untuk membatasi pembahasan dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti analisis semiotika pada ilustrasi sampul majalah Tempo tahun 2016-2017 yang bertema pilkada DKI Jakarta.

2. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti oleh peneliti, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana representasi calon gubernur DKI Jakarta pada ilustrasi sampul majalah Tempo tahun 2016-2017 ?

b. Apa saja makna representasi calon gubernur DKI Jakarta pada ilustrasi tujuh edisi sampul majalah Tempo tahun 2016?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah memberi pengetahuan mengenai representasi calon gubernur DKI Jakarta dalam ilustrasi sampul Majalah Tempo dan untuk mengatasi salah membaca pesan dari sebuah ilustrasi sampulmajalah. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan kajian media massa melalui majalah, khususnya ilustrasi sampul majalahuntukFakultasIlmuDakwahdanIlmu Komunikasi.

2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain itu juga memberi masukan akademis bagi para tim produksi majalah.

D. Kerangka teori 1.Teori Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).4

Semiotika adalah ilmu tanda-tanda. Studi tentang tanda dan gejala yang berhubungan dengannya. Ilmu semiotik menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk ha;-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bertanggung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada.5

Di antara sekian banyak pakar tentang semiotika, Charles Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dapat dianggap sebagai pemuka-pemuka semiotika modern. Kedua tokoh inilah yang memunculkan dua aliran utama semiotika modern, yang satu menggunakan konsep Pierce dan yang satu menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan itu mungkin terutama

4 Alex Sobur, Semiotika Visual, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), h.15

5 Rahmat Krisyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.261-262

disebabkan oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Pierce adalah ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah cikal-bakal linguistik umum. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak saling mengenal satu sama lain. Pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar tentang semiotika. Menurut Charlers Sanders Pierce semiotika adalah tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni ͆doktrin formal tentang tanda-tanda͇. Bagi Pierce semiotika adalah suatu cabang dari ilmu filsafat. Sedangkan menurut Ferdinand de Saussure semiologi adalah sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat, menurutnya semiologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi sosial. Baik istilah semiotika maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda tanpa adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam.6

Semiotika Charles Sanders Pierce

Menurut Charles Sanders Pierce, semiotika berangkat dari tiga elemen utama tersebut, yang disebut Pierce sebagai teori segitiga makna atau triangle meaning.7 Teori segitiga makna (triangle meaning) Pierce yang terdri atas sign (tanda), object (objek), dan interpretan (interpretant). Menurut Pierce, salahsatu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi

6

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problema Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.3

dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili tanda tersebut. Yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.8

Bagi Peirce, tanda ͆is something which stands to somebody for something in some respect or capacity.͇ Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretan. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda; misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruhyang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan (symbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dna objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang besifat kausal atau hubungan sebab akibat,

atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tandanya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.

Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata, atau mata dimasuki insekta, atau baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan sering tejadi kecelakaan, maka di tepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa di situ sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung

Dalam dokumen ANGGA SATRIA PERKASA FDK (Halaman 71-200)

Dokumen terkait