• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori adalah serangkaian asumsi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.31Menurut Soerjono Soekanto, kontinuitas perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori.32

Kerangka teori adalah menyajikan cara-cara bagaimana mengorganisasi dan menginterpretasi hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.33 Penelitian bertujuan untuk mencari jawaban atas permasalahan-permasalahan dan menjelaskan gejala spesifik atau proses yang terjadi,

31

Burhan Ashshofa,Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal.19. 32

Soerjono Soekanto ,Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: UI Press, 1986), hal.6. 33

namun harus diuji dengan menghadapkan pada fakta-fakta yang mampu menunjukkan kebenaran melalui teori-teori.

Teori merupakan suatu prinsip yang dibangun dan dikembangkan melalui proses penelitian yang dimaksud untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah. Teori dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu variable bebas tertentu dimasukkan dalam penelitian, karena berdasarkan teori variable bersangkutan memang dapat mempengaruhi variabletak bebas atau merupakan salah satu penyebab.34

Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan/petunjuk serta menjelaskan gejala yang diamati.35Dikarenakanpenelitian ini merupakan penelitian hukum, maka kerangka teori diarahkan secara ilmu hukum dan mengarahkan diri kepada unsur hukum.

Teori yang digunakan sebagai pisau analisis pada penelitian ini adalah teori kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum terutama untuk hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku.36Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat.

34

J. Supranto,Metode Penelitian Hukum dan Statistik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal.192-193.

35

Snelberck dalam Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.35.

36

Sulaiman Jajuli, Kepastian Hukum Gadai Tanah Dalam Islam, (Yogyakarta : Deepublish, 2015), hal.51

Gustav Radbruch mengemukakan empat hal mendasar yang berhubungan dengan kepastian hukum, yaitu:37

1. Hukum itu positif, artinya hukum itu adalah peraturan perundang-undangan; 2. Hukum itu didasarkan kepada fakta;

3. Fakta harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan dan mudah dilaksanakan; dan

4. Hukum positif tidakmudah diubah.

Pendapat tentang kepastian hukum juga disampaikan oleh Jan M. Otto yang berpendapat bahwa kepastian hukum mensyaratkan sebagai berikut:38

1. Tersedia aturan-aturan yang jelas yang diterbitkan oleh kekuasaan Negara; 2. Lembaga-lembaga penguasa menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara

konsisen dan juga taat dan tunduk kepadanya;

3. Mayoritas masyarakat menyetujui muatan isi dari peraturan tersebut dan karena itu menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-aturan tersebut; 4. Hakim-hakim mandiri dan tidak berpihak dalam menerapkan aturan-aturan

hukum tersebut; dan

5. Putusan pengadilan secara konkrit dilaksanakan.

Syarat-syarat yang dikemukakan Jan M. Otto tersebut menunjukkan bahwa kepastian hukum dapat dicapai jika substansi hukum sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kepastian hukum yang seperti inilah yang disebut dengan kepastian

37

Ibid

38

hukum yang sebenarnya yang mensyaratkan adanya keharmonisan antara negara dengan rakyat.39

Menurut Sudikno Mertokusumo, kepastian hukum adalah jaminan hukum yang harus dijalankan, yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan putusan harus dapat dilaksanakan.40 Hans Kelsen melalui teori hukum murninya juga menekankan kepastian hukum. Kepastian ini penting karena hukum menjadi satu-satunya alat untuk menilai dan mengontrol secara tegas perilaku setiap anggota masyarakat. Tanpa ketegasan hak dan kepentingan warga negara dipertaruhkan.41

Profesi seorang Notaris harus berpedoman dan tunduk kepada Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Undang-Undang2 Tahun 2014 Tentang perubahan atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Landasan filosofis dibentuknya Undang Undang Jabatan Notaris dan Undang-Undangperubahan atas Undang Undang Jabatan Notaris adalah untuk terwujudnya jaminan kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Melalui akta yang dibuatnya, maka Notaris harus dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada masyarakat yang menggunakan jasa Notaris.

Pentingnya peranan Notaris dalam membantu menciptakan kepastian hukum serta perlindungan hukum bagi masyarakat lebih bersifat preventif yaitu bersifat

39

Ibid

40

Ibid,hal.53 41

Andre Ata Ujan, Filsafat Hukum-Membangun Hukum, Membela Keadilan, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hal.90

pencegahan terjadinya masalah hukum, dengan cara menerbitkan akta otentik yang dibuat dihadapannya terkait dengan status hukum, hak, dan kewajiban seseorang dalam hukum yang berfungsi sebagai alat bukti yang paling sempurna di pengadilan apabila terjadi sengketa atas hak dan kewajiban terkait.42Akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris dapat menjadi bukti otentik dalam memberikan perlindungan hukum kepada para pihak manapun yang berkepentingan terhadap akta tersebut mengenai kepastian peristiwa atau kepastian perbuatan hukum itu dilakukan.

Selanjutnya penelitian ini juga menggunakan teori tanggung jawab hukum. Teori tanggung jawab hukum yang dikemukakan oleh Hans Kelsen yang mengatakan bahwa seseorang bertanggung jawab atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa ia memikul tanggung jawab hukum atas sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.

Hans Kelsen juga mengatakan bahwa hukum telah menentukan pola perilaku tertentu, maka tiap orang seharusnya berperilaku sesuai pola yang ditentukan itu atau setiap orang harus menyesuaikan diri dengan apa yang telah ditentukan.43

Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya menundukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoritis yang relevan, sebagaimana yang dirumuskan oleh Hans Kelsen yaitu yang berhubungan dengan konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggungjawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau ia memikul tanggung jawab hukum berarti ia bertanggungjawab atas suatu sanksi dalam hal

42

Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, (Bandung: Mandar Maju,, 2011), hal.7.

43

perbuatan hukum yang bertentangan.44Biasanya dalam sanksi ditujukan kepada pelaku langsung. Seseorang bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri.

Tanggungjawab hukum terkait dengan konsep hak dan kewajiban hukum.Konsep kewajiban biasanya dilawankan dengan konsep hak, istilah hak disini adalah hak hukum (legal right).Secara tegas dinyatakan bahwa suatu jual beli tidak dapat dirubah, diganti, atau bahkan diakhiri dengan hanya berdasarkan pada kemauan atau kehendak salah satu pihak, baik penjual maupun pembeli.

Untuk dapat menerapkan keadilan, membutuhkan suatu keadaan finalitas atau kemanfaatan dan untuk dapat memastikan keadilan dan keadaan kemanfaatan tersebut dapat tercapai, maka dibutuhkan suatu kepastian, maka pada prinsipnya hukum memang terdiri dari 3 (tiga) aspek, yakni:

a. Keadilan, yaitu menunjukkan kesamaan hak dan kewajiban di depan hukum. b. Kemanfaatan, yaitu menunjuk kepada tujuan keadilan yakni memajukan

kebaikan dalam kehidupan manusia.

c. Kepastian, yaitu menunjuk pada jaminan bahwa hukum yang didalamnya berisi keadilan dan norma kemanfaatanbenar-benar berfungsi sebagai hukum yang ditaati.45

Sehingga di dalam pelayanan hukum harus memenuhi rasa keadilan di dalam masyarakat, walaupun rasa keadilan itu sulit untuk dipastikan, namun setidaknya

44

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni dengan judul buku asli General Theory of Law and State ,alih bahasa Somardi, (Jakarta: Rumidi Pers, 2001), hal.65.

45

harus memenuhi suatu ukuran normatif yang hidup di dalam masyarakat yang akan melahirkan suatu kepastian hukum.46

Notaris dalam menjalankan tugas kewenangannya sebagai pejabat umum memiliki ciri utama, yaitu pada kedudukannya (posisinya) yang tidak memihak dan mandiri (independen), bahkan dengan tegas dikatakan bukan sebagai salah satu pihak. Notaris selaku pejabat umum di dalam menjalankan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat menyangkut antara lain di dalam pembuatan akta otentik sama sekali bukan pihak dari yang berkepentingan. Notaris sekalipun ia adalah aparat hukum bukanlah sebagai penegak hukum , notaris sungguh netral tidak memihak kepada salah satu dari mereka yang berkepentingan.47

Pada hakekatnya Notaris selaku pejabat umum, hanyalah mengkonstatir atau merelateer atau merekam secara tertulis dan otentik dari perbuatan hukum pihak-pihak yang berkepentingan, Notaris tidak berada di dalamnya, ia adalah orang luar, yang melakukan perbuatan hukum itu adalah pihak-pihak yang membuat serta yang terikat dalam dan oleh isi perjanjian, adalah mereka pihak-pihak yang berkepentingan, inisiatif terjadinya pembuatan akta Notaris atau akta otentik itu berada pada pihak-pihak. Oleh karena itu akta notaris atau akta otentik itu berada pada pihak-pihak. Oleh karena itu, akta notaris atau akta otentik tidak menjamin

46

Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum,(Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2006), hal.146. 47

Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, (Bandung: Mandar Maju,, 2011), hal.65.

bahwa pihak-pihak berkata benar tetapi yang dijamin oleh akta otentik adalah pihak-pihak benar berkata seperti yang termuat dalam akta perjanjian mereka.48

Wewenang dan tugas notaris yang menjalankan sebagian tugas publik khususnya untuk pembuatan akta otentik, maka semua peraturan yang berhubungan dengan baik mengenai pejabatnya maupun produknya seharusnya mengacu pada tujuan yang dilandasi untuk kepentingan umum. Penjabaran dan pelaksanaan tersebut harus ditunjang pula dengan fungsi Notaris yang menjaga adanya kebebasan berkontrak dan menjamin akan kepastian hukum.49

Teori kepastian hukum dan teori tanggung jawab hukum diperlukan untuk dapat menjelaskan antara tanggung jawab notaris yang berkaitan dengan kewenangan notaris berdasarkan Undang Undang Jabatan Notaris yang berada dalam bidang hukum perdata. Kewenangan ini salah satunya adalah menciptakan alat bukti yang dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak, kemudian menjadi suatu sanksi atau perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan secara perdata, pidana atau administratif sesuai dengan akibat hukum yang ditimbulkannya.

Kewenangan notaris yang diberikan oleh Undang Undang Jabatan Notaris, berkaitan dengan kebenaran materiil atas akta otentiknya, jika dilakukan tanpa kehati-hatian dapat membahayakan masyarakat dan atau menimbulkan kerugian baik yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja, maka notaris harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

48

Ibid,.

49

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam pikiran atau ide.Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi antara abstraksi dan realitas.50 Selanjutnya Samadi Suryabrata memberikan arti khusus apa yang dimaksud dengan konsep , yang mana sebuah berkaitan dengan defenisi operasional. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal yang khusus yang disebut dengan defenisi operasional.51

Adapun uraian dari pada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah: a. Hutang menurut etimologi ialah uang yang dipinjam dari orang lain, dan

kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima.52Yang dimaksud hutang ialah kewajiban yang harus diserahkan kepada pihak lain sebagai akibat perjanjian meminjam, sedangkan piutang adalah uang yang dipinjamkan (yang dapat ditagih orang).53

b. Piutang adalah tagihan (klaim) kreditur kepada debitur atas uang, barang atau jasa yang ditentukan dan bila debitur tidak mampu memenuhi maka kreditur berhak untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur. Dalam kasus hukum, piutang diartikan sebagai uang yang dipinjamkan atau utang yang dapat

50

Samadi Suryabrata,Metodologi Penelitian,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) hal.38. 51

Ibid,hal.3. 52

Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia,hal.1256. 53

ditagih dari orang atau lainnya. Piutang timbul karena adanya perjanjian utang piutang atau dapat timbul sebagai akibat dari adanya suatu tuntutan perbuatan melawan hukum. Pihak yang mempunyai piutang ini dapat saja pribadi atau badan (swasta atau negara) yang bergerak dalam suatu bidang usaha tertentu.54 c. Kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau karena

undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.55

d. Debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau karena undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.56

e. Perjanjian hutang piutang atau perjanjian pinjam meminjam adalah Suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula.57

f. Perjanjian pelepasan hak dengan ganti rugi merupakan salah satu akta otentik yang pembuatannya dilakukan oleh Notaris dan mempunyai kekuatan pembuktian formil, artinya para pihak benar-benar menerangkan bahwa apa yang telah ditulis dalam akta itu mempunyai kekuatan pembuktian materiil,

37

Miftakhul Jannah, Aspek Hukum dalam Hutang Piutang, http://blog-materi.blogspot.co.id/2014/04/aspek-hukum-dalam-hutang-piutang.html?m=1, diakses tanggal 20 Pebruari 2016.

55

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan. 56

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan. 57

maksudnya semua keterangan yang diberikan dan tertulis di dalam akta tersebut adalah benar dan berlaku terhadap pihak ketiga.58

g. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.59

Dokumen terkait