• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbicara mengenai JAMSOSTEK tidak terlepas dari perlindungan sosial, untuk mengkaji jaminan sosial tenaga kerja terlebih dahulu dilihat perlindungan sosial pada negara welfare state, yaitu : perlindungan sosial diperlukan untuk kesejahteraan; perlindungan sosial membutuhkan tindakan kolektif; perlindungan sosial didasarkan pada solidaritas; dan perlindungan sosial harus sekomprehensif mungkin.39

Dalam hal perlindungan sosial diperlukan untuk kesejahteraan, secara umum mencakup dua prinsip, yaitu : tindakan kolektif untuk menutup berbagai kemungkinan yang terjadi pada tenaga kerja; dan penyedia layanan untuk menangani kebutuhan para pekerja. Keberadaan layanan untuk pekerja tersebut merupakan salah satu layanan sosial. Perlindungan sosial diperlukan untuk kesejahteraan, baik karena memenuhi kebutuhan hidup, dan tanpa hal tersebut para pekerja akan menjadi tidak

39

nyaman apabila terjadi suatu hal yang dapat menyebabkan pekerja tersebut tidak dapat bekerja.40

Mengenai perlindungan sosial yang membutuhkan tindakan kolektif, hal ini karena perlindungan sosial memiliki karakteristik solidaritas yaitu pengakuan tanggung jawab bersama dan mengumpulkan resiko, dimana tanggung jawab atas resiko seseorang diterima oleh orang lain dalam hal ini pihak ketiga. Bahkan jika, pada prinsipnya, langkah-langkah untuk perlindungan sosial dapat dilakukan oleh pekerja sendiri, namun dalam prakteknya sering tidak mungkin bagi pekerja untuk melakukannya. Hal ini dikarenakan kondisi dimana pekerja membutuhkan perlindungan termasuk kemiskinan, ketidakmampuan fisik, mental dan penurunan kemelaratan. Perlindungan sosial yang efektif menuntut kontribusi pihak lain dalam masyarakat.41

Perlindungan sosial didasarkan pada solidaritas maksudnya adalah kewajiban kepada orang lain, ketika seorang anggota masyarakat atau pekerja yang mengalami kesulitan untuk mendukung biaya hidupnya dianggap diperlukan atau bergerak ke arah ketergantungan seperti kanak-kanak atau usia tua, kewajiban untuk orang itu akan ada. Pada awal manifestasinya perlindungan sosial dianggap sebagai bentuk amal. Amal adalah bentuk solidaritas sosial yang khas, salah satu motivasinya adalah agama sebagai kewajiban utamanya adalah untuk Tuhan. Meskipun motif amal telah selamat, organisasi perlindungan sosial telah bergeser menuju landasan dalam prinsip-prinsip saling membantu. Prinsip pokok perlindungan sosial adalah penyatuan

40 Ibid. 41

resiko. Dalam asuransi saling membantu, orang membayar premi untuk melindungi diri mereka terhadap keadaan yang kontinjensi. Inilah tempat perlindungan sosial yang lebih langsung atas dasar kewajiban timbal balik. Bentuk perlindungan sosial sering dilengkapi dengan pengaturan komersil, yang telah digandakan pola saling membantu formal.42

Perlindungan sosial harus sekomprehensif mungkin, maksudnya adalah sifat perlindungan sosial itu dibutuhkan untuk menanggulangi resiko dalam hal kemungkinan yang menimbulkan kebutuhan. Sangat mungkin untuk pengaturan formal perlindungan sosial menutupi minoritas istimewa. Menurut Ferrera, ciri sistem perlindungan sosial di Eropa Selatan sebagai polarisasi dengan pasti dualisme tajam membedakan orang-orang yang hanya segelintir orang terbaik untuk dilindungi dibandingkan dengan kebanyakan para buruh yang ada. Ini disebut kurangnya kesetaraan perlindungan terhadap orang lain.43

Jika perlindungan sosial dipandang dari sisi jasa di banyak negara yang tidak universal. Sistem Bismarck dengan ketentuan yang berlaku di Jerman didasarkan pada resiko yang dikumpulkan hanya untuk orang-orang di bawah pendapatan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Pekerja yang berpenghasilan lebih tinggi yang seharusnya dapat membuat peraturan yang lebih tinggi juga dalam hal tarif untuk pembayaran iuran. Alasan dasar untuk perlindungan sosial tidak harus semua orang tercakup dalam satu sistem yang sama, tetapi bahwa setiap orang perlu dilindungi terhadap eventualitas. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai cara, dan ada argumen

42 Ibid. 43

untuk fleksibilitas. Perlu dicatat bahwa nilai dari sistem perlindungan sosial di Jerman masih kurang lengkap, tetapi saling melengkapi strategi yang dapat diadopsi oleh negara lain untuk mengembangkan sistem perlindungan sosial.44

Dalam upaya memberikan perlindungan sosial bagi pekerja beserta keluarganya, banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, salah satunya adalah dengan mengeluarkan undang-undang. Seperti ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang bertujuan untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan, dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Dalam hal perlindungan tenaga kerja diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Kedua undang-undang tersebut di atas adalah undang-undang yang melindungi hak-hak tenaga kerja. Namun, tidak bisa diterapkan dengan baik. Hal ini dikarenakan lemahnya pengawasan dan penegakan hukum.

Program JAMSOSTEK merupakan kebutuhan masyarakat yang mendasar karena menyangkut kelangsungan hidup baik bagi pekerja maupun keluarganya. Namun demikian diakui bahwa JAMSOSTEK, saat ini memerlukan kebutuhan yang

44 Ibid.

memperoleh prioritas bagi masyarakat, namun pelaksanaannya masih kurang berjalan seperti yang diharapkan.45

Pada hakikatnya Program JAMSOSTEK memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau keseluruhan penghasilan yang berkurang, disamping sebagai pelayanan akibat peristiwa yang dialami oleh pekerja dengan demikian para pekerja akan merasa lebih tenang dalam bekerja dan menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Dengan ketenangan yang diberikan kepada tenaga kerja, maka pekerjaan yang dilakukan akan sempurna dan menguntungkan pengusaha. Jika pengusaha diuntungkan maka dengan demikian negara juga diuntungkan. Hal ini semata adalah untuk membangun ekonomi melalui penerapan hukum yang baik.

Hukum dengan demikian, memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, khususnya dunia usaha. Erman Rajagukguk mengatakan:

”faktor utama bagi hukum untuk dapat berperan dalam pembangunan ekonomi adalah apakah hukum itu mampu menciptakan stability,

predictability dan fairness. Dua hal yang pertama adalah prasyarat bagi sistim

ekonomi apa saja untuk berfungsi. Termasuk dalam fungsi stabilitas adalah potensi hukum untuk menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan hukum untuk meramalkan (predictability) akibat dari suatu langkah-langkah yang telah diambil khususnya penting bagi negara yang sebagian rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial yang tradisional. Aspek keadilan (fairness) seperti perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku pemerintah adalah perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan.46

45

Surya Perdana, Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) pada Perusahaan Swasta di Kota Medan, (Medan : Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 3.

46

Erman Rajagukguk, ”Hukum Ekonomi Indonesia Memperkuat Persatuan Nasional, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial”, Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, Bali 14-18 Juli 2003.

Dunia usaha dengan demikian sangat membutuhkan kepastian hukum. Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa masyarakat sangat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk ketertiban masyarakat. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang diperbuatnya, sehingga akhirnya menimbulkan keresahan. Tetapi jika terlalu menitik beratkan pada kepastian hukum, dan ketat menaati peraturan hukum yang ada, maka akibatnya akan kaku serta akan menimbulkan rasa tidak adil.47

Keadilan sangat diperlukan dalam substansi hukum. Khususnya dalam hukum ekonomi, pranata hukum harus mampu mengakomodasi secara berkeadilan berbagai kepentingan kelompok masyarakat yang berbeda-beda strata ekonomi dan sosialnya dalam hal ini adalah tenaga kerja dan pelaku usaha. Hukum di bidang ekonomi dengan demikian harus berimbang dalam mengatur kepentingan pelaku usaha yang berbeda-beda skala ekonominya, baik itu Usaha Mikro Kecil Menengah (selanjutnya disebut UMKM), swasta besar, BUMN maupun swasta asing. Hal ini merupakan implementasi dari pesan konstitusional yang tidak mengizinkan adanya keberpihakan negara hanya pada satu pilar ekonomi. Peran negara sangat dibutuhkan untuk menciptakan keadilan bagi kelompok-kelompok masyarakat yang lemah melalui hukum yang menata sedemikian rupa ketidakmerataan sosial dan ekonomi agar lebih menguntungkan kelompok masyarakat yang lemah.

47

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogjakarta : Liberty, 1988), hal. 136.

Selanjutnya, untuk menghindari kesalahan dalam memaknai konsep-konsep48 yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka berikut akan diberikan definisi operasional dari konsep-konsep yang dipergunakan :

1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.49

2. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.50

3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.51

4. Hubungan Industri adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai

48

Bandingkan dengan M. Solly Lubis, mengemukakan bahwa Pandangan Konseptual dalam arti mampu berfikir dan memproduk buah pikiran yang bernilai konsepsual untuk menunjang kegiatan-kegiatan konseptualisasi baik melalui jalur formal maupun non-formal, M. Solly Lubis, Sistem Nasional, (Bandung : Mandar Maju, 2002), hal. V, dikutip Jaminuddin Marbun, Op.cit., hal. 33.

49

Pasal 1 angka (1), Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 14, Tambahan Lembaran Negara No. 3468.

50

Pasal 1 angka (2), Ibid. 51

Pasal 1 angka (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 39, Tambahan Lembaran Negara No. 4279.

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.52

5. Jaminan Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan.53

6. Jaminan Kematian adalah tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan.54

7. Jaminan Hari Tua adalah hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja.55

8. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif).56

9. Pengusaha adalah orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri ataupun bukan miliknya baik

52

Pasal 1 angka (16), Ibid. 53

Angka (1) Bagian Umum Penjelasan., Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Op. cit.

54

Angka (2) Bagian Umum Penjelasan., Ibid. 55

Angka (3) Bagian Umum Penjelasan., Ibid. 56

yang berkedudukan di wilayah Indonesia maupun yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.57

10.Program JAMSOSTEK adalah Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

11.Fungsi JAMSOSTEK adalah untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja berupa JKK, JK, JHT, dan JPK.

12.Peran JAMSOSTEK adalah sebagai pelindung pekerja dan mitra pengusaha. 13.Perlindungan hukum adalah berupa santunan uang dan pelayanan kesehatan. 14.Hambatan JAMSOSTEK adalah hal-hal yang dapat menurunkan jumlah

kepesertaan JAMSOSTEK terhadap perusahaan maupun tenaga kerja. Hal-hal tersebut dapat berupa faktor eksternal dan internal dari PT. Jamsostek (Persero) itu sendiri.