• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia dapat dikategorikan dalam berbagai kelompok. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin secara konvensional dikenali dengan kategori wanita dan pria. Dari segi adat istiadat dan bahasa, dikenal berbagai kelompok suku bangsa, seperti suku bangsa Jawa, Sunda, Arab, dan Rusia. Lalu berdasarkan ciri fisik biologis, manusia dikelompokkan menjadi beberapa ras seperti Mongoloid, Eropa, Melayu, dan Melanisia. Menurut iman kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, manusia berkelompok menjadi penganut agama Islam (sunni dan syiah), Katolik, Kristen Protestan, Katolik Ortodoks, Yahudi, Hindu, Budddha, Shinto. Berdasarkan juridis formal, manusia dikelompokkan dalam kategori warga negara dan kategori warga negara asing.

Seluruh kategori diatas dipelajari dalam ilmu politik. Hal itu disebabkan kategori tersebut sangat berkaitan denga konsep – konsep bangsa dan negara. Ilmu politik memusatkan perhatian pada konsep bangsa dan negara karena semua proses politik menyangkut bangsa dan negara. Apabila permasalahan bangsa dibahas, dua konsep lain muncul ke permukaan, yaitu suku bangsa (ethnic group) dan ras. Suku bangsa merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan ciri – ciri fisik biologis, seperti warna kulit, bentuk wajah (hidung dan mata), bentuk rambut dan perawakan.

Suatu suku bangsa dapat memiliki lebih dari satu negara seperti suku Arab yang terkelompokkan menjadi lebih dari sepuluh negara Arab. Lalu, suatu ras terdiri atas lebih dari satu negara bukan menjadi pertanyaan lagi karena tidak ada satu ras di dunia yang memiliki satu negara saja. Ternyata ras bukan faktor yang menentukan dalam pembentukan bangsa dan negara. Sebaliknya, suatu negara dapat terdiri atas beberapa suku bangsa dan ras, seperti Indonesia dan Amerika Serikat.

Negara juga bukanlah pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan identitas kultural atau fisik biologis, negara menggambarkan adanya satu struktur kekuasaan yang memonopoli penggunaan paksaan fisik yang sah terhadap keelompok masyarakat yang tinggal dalam wilayah yang jelas batas – batasnya. Jadi, negara merupakan pengelompokan masyarakat atas dasar kesamaan struktur kekuasaan yang memerintahnya. Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas kultural yang baru pula. Hal itu dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan.

Proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya meliputi satu nasionalitas (suatu bangsa) merupakan proses pembentukan negara –

negara. Pengertian bangsa dalam istilah satu bangsa berbeda dengan pengertian bangsa dalam istilah bangsa-negara (nation-state). Bangsa dalam bangsa-negara mencakup jumlah kelompok masyarakat (berbagai suku bangsa dan ras) yang lebih luas dari pada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam suku bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam bangsa-negara. Ben Anderson, seorang ilmuwan politik dari Universitas Cornell merumuskan pengertian bangsa secara unik. Menurut pengamatannya, bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan (imagined political community)

dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.9

Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa yang paling kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain. Dibayangkan secara terbatas karena bangsa yang paling besar sekalipun yang penduduknya ratusan juta jiwa mempunyai batas wilayah yang relatif jelas. Dibayangkan sebgai berdaulat karena bangsa ini berada di bawah suatu negara yang mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut. Akhirnya, disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena terlepas dari adanya kesenjangan dan penindasan, para anggota bangsa itu selalu memandang satu sama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan berjuta – juta orang bersedia mati bagi komunitas yang dibayangkan itu.

Sementara itu, secara umum dikenal adanya dua model proses pembentukan bangsa-negara. Pertama, model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Setelah bangsa-negara ini terbentuk, kemudian rezim politik (konstitusi) dirumuskan dan ditetapkan dan sesuai dengan pilihan rezim politik itu, dikembangkan sejumlah bentuk partisipasi politik warga masyarakat dalam kehidupan bangsa-negara. Kedua, model mutakhir yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok suku bangsa dan ras.

9

Pada tingkat perkembangan tertentu, munculnya kesadaran politik di kalangan satu atau beberapa kelompok suku bangsa untuk berpartisipasi dalam proses politik akan membawa mereka kepada pertanyaan yang lebih mendasar. Pertanyaan ini berkaitan dengan pilihan rezim politik. Hal itu dipertanyakan setelah melalui proses politisasi yang secukupnya.10

Suatu bangsa akan terbentuk apabila masalah – masalah bentuk pertisipasi politik dan rezim politik disepakati jawabannya. Namun, pada proses politisasi yang dilakukan, secara memadai, mungkin saja terdapat satu atau lebih kelompok suku bangsa yang tidak bersedia ikut serta dalam bangsa yang baru. Mungkin disebabkan oleh ketidaksetujuan mereka terhadap pillihan bentuk-bentuk partisipasi politik dan rezim politik. Dalam situasi ini, mungkin terdapat satu atau lebih kelompok etnis yang menghendaki suatu negara sendiri atau mungkin menghendaki bentuk kompromi seperti daerah istimewa dengan hak – hak dan kewenangan khusus.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Selain itu, manusia juga merupakan makhluk politik yang mempunyai naluri utnuk berkuasa. Oleh karena itu keberadaan sebuah negara sangat diperlukan sebagai tempat berlindung bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang lemah dari tindakan individu, kelompok, atau masyarakat maupun penguasa yang kuat (otoriter) karena manusia dengan manusia yang lainnya memiliki sifat seperti serigala (homo homini lupus). Kata negara sendiri berasal dari bahasa Inggris

(state), bahasa Belanda (staat), bahasa Perancis (etat) yang sebenarnya kesemua kata itu berasal dari bahasa Latin (status atau statum) yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap; dimana makna luas dari kata tersebut juga bisa diartikan sebagai kedudukan persekutuan hidup manusia.11

Asal mula negara pada zaman Yunani kuno yaitu dari keluarga, menjadi kelompok, lalu menjadi desa dan akhirnya menjadi polis ( kota ). Tujuan mereka

10

Ibid., Ramlan Surbakti, hal. 54

11

berkelompok adalah untuk meminta perlindungan atau bisa dikatakan saling tolong menolong ( sifat manusia yang homo homini lopus ), jadi pada waktu itu negara merupakan sebuah kota atau city state. Bentuk negara pada zaman Yunani kuno adalah city state. Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata merupakan suatu keharusan yang bersifat objektif, yang asal mulanya berpangkal pada pekerti manusia. Sedang tugas negara adalah menciptakan hukum yang harus dilakukan para pemimpin atau para penguasa yang dipilih secara saksama oleh rakyat.

Pada zaman Yunani kuno dapat dilaksanakan suatu sistem pemerintahan negara yang bersifat demokratis karena:

1. Negara Yunani pada waktu itu masih kecil yaitu berupa polis atau City State.

2. Persoalan di dalam negara dahulu tidaklah seruwet dan berbelit-belit seperti sekarang ini, lagipula jumlah warga negaranya masih sedikit. 3. Setiap warga negara ( kecuali yang masih bayi, sakit ingatan dan

budak-budak belian ) adalah negara minded, dan selalu memikirkan tentang penguasa negara, cara memerintah dan sebagainya.12

Menurut Plato negara itu timbul atau ada karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka macam, menyebabkan mereka harus bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tiap-tiap orang itu mempunyai tugas sendiri-sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi kepentingan mereka bersama. Kesatuan mereka inilah yang kemudian disebut masyarakat atau negara. Plato mengatakan bahwa tujuan negara yang sebenarnya adalah untuk mengetahui atau mencapai atau mengenal idea yang sesungguhnya, sedang yang dapat mengetahui atau mencapai idea yang sesunguhnya itu hanyalah ahli-ahli filsafat saja.

Maka dari itu pimpinan negara atau pemerintahan negara sebaiknya harus dipegang oleh ahli-ahli filsafat saja. Untuk hakekat negara, Plato mengatakan bahwa luas negara itu harus diukur atau disesuaikan dengan dapat atau tidaknya,

12

mampu atau tidaknya negara memelihara kesatuan di dalam negara itu karena pada hakekatnya negara itu adalah suatu keluarga yang besar. Kemudian, Menurut Aristoteles negara itu merupakan suatu kesatuan yang tujuannya untuk mencapai kebaikan yang tertinggi yaitu kesempunaan diri manusia sebagai anggota dari negara. Menurut Aristoteles negara terjadi karena penggabungan keluarga-keluarga menjadi suatu kelompok yang lebih besar, kelompok itu bergabung lagi hingga menjadi desa dan desa ini bergabung lagi demikian seterusnya hingga timbul negara yang sifatnya masih merupakan suatu kota atau polis. Menurut Aristoteles tujuan negara adalah kesempurnaan diri manusia sebagai anggota masyarakat sebab kebahagiaan manusia tergantung daripada kebahagiaan masyarakat.13

Bahwa negara merupakan lembaga yang sangat defenitif memastikan aturan-aturan kelakuan dalam wilayahnya, terungkap dalam istilah kedaulatan, kedaulatan adalah ciri utama negara. yang dimaksud ialah bahwa tidak ada pihak, baik di dalam dan diluar negeri yang harus dimintai ijin untuk menetapkan atau melakukan sesuatu. Kedulatan adalah hal yang mutlak, tertinggi, tak terbatas namun dalam kenyataan tidak ada negara sama sekali berdaulat.14 Kekuasaan kedaulatan merupakan atribut kehendak umum, dibuat untuk berlaku umum oleh tujuan yang bersifat umum oleh tujuan yang bersifat umum, dikehendaki oleh semua orang. Kekuasaan kedaulatan mempertahankan dan menciptakan susunan berbagai pelembagaan dan paksaan hanya merupakan salah satu karakteristiknya, tetapi sedikitnya jika paksaan esensi daripada kekuasaan kedaulatan, ia merupakan sifat khusus dan faktor pembanding. Pada negara saja, dalam segi kedaulatannya, terletak hak penentu untuk yang menggunakan kekerasan.15

Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras akan berupaya keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas cultural yang baru pulak hal ini dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan, proses terbentuknya negara modern yang penduduknya meliputi satu nasionalitas (suatu

13

14

Frans magnis suseno, Etika Politik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka, 2003, hal.175

15

bangsa) merupakan proses pembentukan bangsa. Bangsa dalam bangsa-negara mencakup jumlah masyarakat (berbagai suku,bangsa dan ras) yang lebih luas daripada bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam suku bangsa lebih sempit cakupannya daripada identitas kultural dalam bangsa-negara.16

Istilah kedaulatan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu sovereignty yang dalam bahasa Italia disebut sovranus. Istilah-istilah itu diturunkan dari kata Latin superanus yang berarti tertinggi. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi atau kekuasaan yang tidak terletak dibawah kekuasaan lain. Dimana letak kekuasaan tertinggi pada suatu negara bermacam-macam pada berbagai negara, terkadang hanya sebagai slogan, tetapi terkadang memang diikuti secara konsekuen. Ada negara yang menganggap bahwa kedaulatan ditangan rakyat, artinya suara rakyat banyak benar-benar didengar keluhannya dan penderitaannya, menurut mereka inilah contoh negara demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Tetapi hal ini tampaknya hanya sekedar menutupi perilaku pemerintah yang berkuasa. Negara-negara komunis sering mengatakan sebagai Negara demokrasi, tetapi memaksakan kehendaknya demi partai tunggal dan sosialisme. Negara liberal sering mengucapkan demokrasi, tetapi mereka menyebarluaskannya melalui pemaksaan. Padahal mereka sendiri dulunya adalah negara penjajah. Oleh karena itu, bila ada yang mengatakan bahwa kedaulatan di tangan rakyat maka yang membuktikannya adalah sejauh mana pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyatnya, baik langsung maupun melalui perwakilan pada badan legislatif.17

Konsep Negara tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan tentang kekuasaan, karena kekuasaan adalah fungsi dari keberadaan sebuah negara. Kekuasaan sendiri bisa didefinisikan sebagai kemampuan seseorang atau suatu kelompok

16

Ramlan surbakti, Memahami Ilmu Politik, Grasindo : Jakarta, 2010. hal.52

17

untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan pelaku.

Kekuasaan merupakan konsep penerangan yang diterapkan sama mudahnya kepada gejala fisik dan kepada unsur manusia. Kekuasaan merupakan kata umum dalam perbendaharaan kata-kata kebanyakan orang dan sangat sering digunakan untuk menerangkan latar sebab-sebab yang terdapat dibalik gejala. Kekuasaan merupakan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tinakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. Kemampuan potensial dari seseorang/kelompok orang untuk mempengaruhi yang lain dalam sistem yang ada. Kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi individu-individu lain untuk mempengaruhi pembuatan keputusan kolektif.

Seseorang memiliki kekuasaan atas orang lain yang berarti bahwa orang pertama dapat membuat orang kedua bertindak menurut apa yang diinginkan oleh orang pertama,dan orang kedua bertindak menurut apa yang diinginkan oleh orang pertama, dan orang kedua tidak bisa memilih tindakan lain. Kekuasaan adalah kemampuan yang mungkin untuk memaksa orang lain.18

Kekuasaan sangat berkaitan erat dengan wewenang bedanya antara kekuasaan dengan wewenang adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Oleh karena itu, kekuasaan sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan. Kekuasaan dapat menciptakan kelas-kelas sosial di masyarakat, adapun yang menciptakan kelas-kelas sosial dan ketimpangan kekuasaan adalah pembagian kerja dalam kegiatan produksi dan hubungan sosial dalam produksi. Akan tetapi walaupun selalu ada, kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota masyarakat. Justru karena pembagian yang tidak merata tadi timbul

18

Charles A. McClelland, Ilmu hubungan Internasional Teori dan sistem, Jakarta : Rajawalipress, hal.16.

makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.

Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan mencakup kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya. Pada hakekatnya kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan asimetris. Hubungan Simetris berkaitan dengan hubungan persahabatan, hubungan sehari-hari dan hubungan yang bersifat ambivalen, sedangkan hubungan asimetris berkaitan dengan popularitas, peniruan, mengikuti perintah, tunduk pada pemimpin formal atau informal.

Dalam kenyataan terdapat lebih banyak hubungan asimetris daripada hubungan simetris, oleh karena hubungan simetris merupakan tujuan ideal yang jarang tercapai. Penguasa akan lebih banyak menggunakan paksaan serta kekuatan militer didalam melaksanakan kekuasaanya yang tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat sehingga mereka tunduk kepada kemauan penguasa atau sekelompok orang-orang yang dianggap sebagai penguasa. Penguasa berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat dengan jalan menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat, penguasa dapat melaksanakan peraturan-peraturannya serta akan menyalurkan perintah-perintahnya dengan dikenakan sanksi-sanksi tertentu. Penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan yang sah. Penguasa dan Pemerintah membuat hukum yang mengatur kehidupan masyarakat dan meberi sanksi yang tegas pada pelanggarnya.

Dengan cara menyesuaikan tradisi, pemegang kekuasaan dengan tradisi yang dikenal di dalam sesuatu masyarakat, pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lebih lancar. Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin yang bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaannya. Hal itu dilakukan supaya kekuasaan dapat menjelma menjadi

wewenang.19

Kekuasaan adalah suatu yang dimiliki oleh orang-orang atau kelompok-kelompok sosial. Seperti halnya uang, kekuasaan dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berlainan dan dapat digunakan oleh pihak-pihak lain. Kekuasaan juga merupakan kekuatan-kekuatan yang dapat diusahakan atau yang dapat dihilangkan keseimbangannya antara pihak-pihak yang memegang kekuasaaan, atau yang dapat hilang keseimbangannya. Kekuasaan berbeda dari satu ke situasi lainnya. Adanya kekuasaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dengan yang dikuasai; atau dengan kata lain antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan fihak lain yang menerima pengaruh ini, dengan rela atau karena terpaksa.

Walaupun kekuasaan itu senantiasa ada dalam setiap masyarakat, namun bukan berarti bahwa kekuasaan dapat dibagi rata para semua anggota masyarakat; dengan ketidakmerataan ini justru kemudian timbul makna pokok dari kekuasaan, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain agar menurut pada kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.

20

Para penguasa biasanya mempunyai keahlian di bidang-bidang tertentu seperti di bidang politik, ekonomi, militer dan Media. Kekuasaan yang dipegang seorang ahli politik misalnya, adalah terutama mencakup di bidang politik saja. Keadaan semacam demikian, yaitu apabila penguasa hanya menguasai bidang-bidang tertentu, menyebabkan bahwa dia lebih mudah untuk digulingkan. Oleh sebab itu seorang penguasa seharusnya dapat pula menguasai bidang-bidang lain, selain dari kemampuannya dalam bidang tertentu. Apabila dia merasa tidak sanggup untuk menguasai bidang-bidang kehidupan masyarakat, maka seyogyanya dia mendekati pihak-pihak lain yang ahli dan mengajak mereka untuk membentuk the rulling class tersendiri.

Sumber kekuasan ialah sarana paksaan fisik, kekayaan dan harta benda (ekonomi), normatif, jabatan, keahlian, informasi, status sosial, popularitas prbadi, dan massa yang terorganisasi. Senjata tradisional, senjata konvensioanal, senjata

19

tanggal 19 Agustus 2013 pukul 11. 37 Wib

20

modern, penjara, kerja paksa, teknologi dan aparat yang menggunakan senjata – senjata ini merupakan sejumlah contoh sarana paksaan fisik. Pada masyarakat maju, senjata modern seperti nuklir dan misil tidak digunakan untuk mempengaruhi proses politik dalam negeri. Di negara itu, senjata modern berfungsi sebagai penangkal (deterrent) dan sumber pengaruh (leverage) dalam percaturan politik internasioal. Dalam negara – negara berkembang, senjata konvensional tidak hanya digunakan untuk mempertahankan kedaulatan dari penetrasi luar, tetapi juga untuk mematahkan oposisi dan kelompok yang dianggap menentang kekuasaan dengan alas an demi ketertiban dan kestabilan (internal war).21

Melihat hal-hal tersebut di atas, maka suatu kecenderungan bahwa kekuasaan itu bersifat kumulatif, artinya bertumpuk atau berkumpul dalam suatu tangan penguasa atau sekelompok orang-orang, merupakan hal yang wajar dalam berbagai masyarakat. Dan apabila dalam salah satu bidang kehidupan terdapat orang kuat yang berkuasa, maka timbul suatu pusat kekuasaan; untuk mengimbangi keadaan ini, masyarakat kemudian membentuk suatu pusat-pusat kekuasaan lainnya, yang disebut sebagai oposisi, perkara sehat atau tidaknya oposisi ini, merupakan soal lain. Konkurensi terhadap kekuasaan yang pada suatu saat memegang tampuk pemerintahan, akan selalu ada. Apakah konkurensi itu diberlakukan secara bebas atau terbatas, semuanya tergantung dari struktur masyarakat.

Apabila kekuasaan itu diterjemahkan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu dinamakan pemimpin dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-pengikutnya. Bedanya kekuasaan dengan wewenang (authority atau legalized power) wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat; karena memerlukan pengakuan dari masyarakat itu, maka dalam masyarakat yang sudah kompleks susunannya mengenal pembagian kerja yang terperinci, wewenang itu biasanya terbatas mengenai hal-hal yang diliputnya, waktunya, dan cara menggunakan kekuasaan itu.

21

Dalam setiap hubungan antara manusia maupun antar kelompok sosial, selalu tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan wewenang; Kekuasaan, dalam istilah umum disebut sebagai power, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut, kekuasaan itu juga mencakup baik suatu kemampuan untuk memerintah. Menurut Max Weber bahwa kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang-orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menterapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.

Kekuasaan tersebut mempunyai berbagai bentuk dengan bermacam-macam sumber; hak milik kebendaan, kedudukan, birokrasi, disamping misalnya suatu kemampuan khsusus dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang tertentu ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum yang tertentu, merupakan sumber-sumber kekuasaan. Jadi kekuasaan terdapat dimana-mana, dalam hubungan-hubungan sosial maupun oraganisasi-organisasi sosial, akan tetapi umumnya kekuasaan tertinggi ada pada organisasi yang disebut dengan “Negara”, secara resmi negara itu mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi, kalau perlu dengan paksaan; juga negaralah yang membagi-bagikan kekuasaan-kekuasaan yang lebih rendah derajatnya., bentuk inilah yang disebut sebagai kedaulatan (sovereignity). Kedaulatan biasanya hanya dijalankan oleh segolongan kecil dari masyarakat yang menamakan dirinya sebagai the rulling class, yang mana merupakan gejala yang umum ada pada masyarakat .

Kekuasaan suatu negara tidak bisa lepas dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dimana birokrasi pemerintah adalah bagian dari proses dan kegiatan politik. Pada setiap gugusan masyarakat yang membentuk suatu tata kepemerintahan tidak bisa dilepaskan dari aspek politik ini. Politik sebagaimana kita ketahui bersama terdiri dari orang-orang yang berperilaku dan bertindak yang diorganisasikan secara politik oleh kelompok-kelompok kepentingan dan

Dalam dokumen Kebijakan Mussolini Di Italia (1922-1943) (Halaman 14-36)

Dokumen terkait