• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Teori digunakan untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.5 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan penulis dibidang hukum.6 Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.7 Kata lain dari kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian.8

1.1. Pengertian Lelang

Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin Auctio yang berarti

peningkatan harga secara bertahap. Para ahli menemukan di dalam literatur Yunani bahwa lelang telah dikenal sejak 450 tahun sebelum Masehi. Beberapa jenis lelang yang populer pada saat itu antara lain adalah lelang karya seni, tembakau, kuda, budak dan sebagainya.9

Di Indonesia, sejarah kelembagaan lelang sudah cukup lama dikenal. VR (Stbl. Tahun 1908 Nomor 189 diubah dengan Stbl. 1940 Nomor 56) yang masih berlaku sebagai dasar hukum lelang, menyatakan :10

“Penjualan di muka umum ialah pelelangan dan penjualan barang, yang diadakan di muka umum dengan penawaan harga yang makin meningkat,

5 JJJ M. Wuismen,Penelitian Ilmu Sosial, Jilid 1, Penyunting M. Hisman, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, halaman. 203.

6 M.Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju Bandung 1994, halaman 27. 7 Burhan Ashshofa,Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta Jakarta, 1998, halaman 23. 8 M.Solly Lubis,Op.Cit.halaman 23.

9

FX.Ngadijarno,Badan Lelang; Teori dan Praktek,Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, 2008, hal.3.

dengan persetujuan harga yang makin menurun atau dengan pendaftaran harga, atau dimana orang-orang yang di undang atau sebelumnya sudah diberi tahu tentang pelelangan atau penjualan, atau kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang berlelang atau membeli untuk menawar harga, menyetujui harga atau mendaftarkan”

Bachtiar Sibarani menyatakan dalam Jurnal Keadilan bahwa Penjualan Lelang pada hakekatnya adalah penjualan barang kepada orang banyak atau dimuka umum melaui mekanisme lelang, pada dasarnya menghasilkan penjualan dengan harga tinggi dan wajar, oleh karena itu penggunaan mekanisme lelang sebagaimana mekanisme pasar telah direstui dan diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.11

Pasal 1 ayat 1 Kepmenkeu nomor 93 /PMK.06/2010 Petunjuk Pelaksanaan Lelang, untuk selanjutnya disebut Juklak Lelang dikatakan

“ Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum baik secara langsung maupun melalui media elektronik dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan peminat”.

Menurut tim Penyusun Rancangan Undang-Undang Lelang Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara Biro Hukum Sekretariat Jendral Departemen Keuangan Pengertian Lelang adalah cara penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran secara kompetisi yang didahului dengan pengumuman lelang dan atau upaya mengumpulkan peminat.12

Pengertian lelang yang telah disebutkan di atas, Unsus Pokoknya yaitu :

11

Bachtiar Sibarani, Masalah Hukum Privatisasi Lelang,Jurnal Keadilan Vol.4 No.1 (2006) hal. 18.

12 DR. Purnama T. Sianturi, SH, M.Hum, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang,Mandar Maju, Bandung Hal 53-54.

1. Saat dan tempat tertentu.

2. Dilakukan di depan umum dengan mengumpulkan peminat melaui cara pengumuman.

3. Dilaksanakan dengan cara penawaran yang khusus, yaitu tertulis dan atau lisan. 4. Penawaran tertinggi dinyatakan sebagai pemenang.

5. Dilakukan di hadapan pejabat Lelang

Perubahan dalam pengertian lelang pada Kepmenkeu No. 93 /PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang adalah pada saat sekarang Lelang dapat dilakukan dengan menggunakan media elektronik.

1.2. Jenis Lelang

Jenis Lelang dibedakan berdasarkan sebab barang di jual dan penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang. Sifat lelang ditinjau dari sudut sebab barang dilelang dibedakan antara lelang eksekusi dan lelang non eksekusi. Lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan atau dokumen yang dipersamakan dengan itu sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Lelang non eksekusi adalah lelang selain lelang eksekusi yang meliputi lelang non eksekusi wajib dan lelang nen eksekusi sukarela. Sifat lelang ditinjau dari sudut penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang, dibedakan antara lelang yang sifatnya wajib, yang menurut peraturan perundang-undangan wajib melalui kantor lelang dan lelang yang sifatnya sukarela atas permintaan masyarakat. Lelang non eksekusi wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang milik

negara/daerah dan kekayaan negara yang dipisahkan sesuai peraturan yang berlaku. Lelang Non Eksekusi sukarela adalah lelang untuk melaksanakan kehendak perorangan atau badan untuk menjual barang miliknya.13

a. Lelang yang bersifat Eksekusi dan Wajib.

1) Lelang Eksekusi Panitia Urusan Putang Negara (PUPN)

Lelang Eksekusi PUPN adalah pelayanan lelang yang diberikan kepada PUPN/BUPLN dalam rangka proses penyelesaian pengurusan piutang Negara atas barang jaminan/sitaan milik penanggung hutang yang tidak membayar hutangnya kepada negara berdasarkan Undang-undang No. 49 Prp tahun 1960 tentang Panitia Pengurusan Piutang Negara.

2) Lelang Eksekusi Pengadilan Negeri (PN)/Pengadilan Agama (PA)

Lelang Eksekusi Pengadilan Negeri (PN)/Pengadilan Agama (PA) adalah lelang yang diminta oleh panitera PN/PA untuk melaksanakan keputusan hakim pengadilan yang telah berkekuatan pasti khususnya dalam rangka perdata, termasuk lelang hak tanggungan, yang oleh pemegang hak tanggungan telah diminta fiat eksekus kepada ketua pengadilan.

3) Lelang Barang temuan dan sitaan, rampasan Kejaksaan/penyidik

Lelang barang temuan dan sitaan, rampasan Kejaksaan/Penyidik adalah Lelang yang dilaksanakan terhadap barang temuan dan lelang dalam kerangka acara pidana sebagaimana diatur dalam KUHAP yang antara lain meliputi lelang

eksekusi barang yang telah diputus dirampas untuk Negara, termasuk dalam kaitan itu adalah lelang eksekusi pasal 45 KUHAP yaitu lelang barang bukti yang mudah rusak, busuk dan memerlukan biaya penyimpanan tinggi.

Barang temuan adalah barang-barang yang ditemukan oleh penyidik dan telah diumumkan dalam jangka waktu tertentu tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Barang temuan kebanyakan berupa hasil hutan yang disita oleh penyidik tetapi tidak ditemukan tersangkanya dan telah diumumkan secara patut, tetapi tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Lelang barang rampasan adalah lelang eksekusi barang yang telah diputus dirampas untuk negara. Dalam lelang barang rampasan pemohon lelang sekaligus sebagai penjual adalah Kepala Kejaksaan Negeri, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kejaksaan mengenai pelelangan/penjualan barang rampasan. Lelang barang sitaan adalah lelang terhadap barang-barang yang disita sebagai barang bukti sitaan perkara pidana yang karena pertimbangan sifatnya cepat rusak/busuk, berbahaya atau biaya penyimpanannya terlalu tinggi dijual mendahului keputusan pengadilan berdasarkan pasal 45 KUHP . lelang atas barang bukti sitaan telah disita yang sifatnya cepat rusak/busuk dan biaya penyimpanan tinggi, maka Kejaksaan Negeri yang menangani perkara permohonan lelang kekantor lelang. Lelang barang buki sitaan memerliukan izin dari ketua pengadilan tempat perkara berlangsung. Uang hasil lelang dipergunakan sebagai bukti dalam perkara.

Lelang Sita Pajak adalah lelang atas sitaan pajak sebagai tindak lanjut penagihan piutang pajak kepada negara baik pajak pusat maupun pajak daerah. Dasar hukum dari pelaksanaan lelang ini adalah Undang-undang Nomor 19 tahun 1997.

5) Lelan Eksekusi barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Barang tak bertuan) Lelang Barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat diadakan terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai Negara dan barang yang menjadi milik Negara. Direktorat Bea dan Cukai telah mengelompokkan barang menjadi tiga, yaitu barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yand dikuasai Negara dan barang yang menjadi milik Negara. Lelang barang tak bertuan dimaksudkan untuk menyebut lelang yang dilakukan terhadap barang yang dalam jangka waktu yang ditentukan tidak dibayar bea masuknya.

6) Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT)

Lelang eksekusi yang dilakukan berdasarkan pasal 6 UUHT, yang memberikan hak kepada pemegang Hak tanggungan pertama untuk menjual sendiri secara lelang terhadap objek hak tanggungan apabila cidera janji. Pelaksanaan Lelang Eksekusi hak tanggungan didasarkan pasal 6 UUHT.

7) Lelang Eksekusi Fidusia

Lelang eksekusi fidusia adalah lelang terhadap Objek fidusia karena debitor cidera janji, sebagaimana diatur Undang-undang fidusia. Parate eksekusi fidusia, kreditor tidak perlu memnta fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri apabila

akan menjual secara lelang barang agunan kredit yang diikat fidusia, jika debitor cedera janji.

b. Lelang Non Eksekusi Wajib

Lelang barang inventaris instansi pemerintah pusat/pemerintah daerah adalah lelang yang dilakukan dalam rangka penghapusan barang milik/dikuasai negara, termasuk dalam pengertian barang milik/dikuasai negara adalah aset pemerintah pusat/daerah, ABRI maupun sipil. Barang yang dimiliki negara adalah barang yang pengadaannya bersumber dari dana yang berasal dari APBN, APBD serta sumber-sumber lainnya atau barang yang dinyata-nyata dimiliki negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak termasuk kekayaan Negara yang dipisahkan. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasa 48 ayat

(1) Penjualan benda milik negara/daerah dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. INPRES No. 9 Tahun 1970 tentang penjualan dan atau pemindahtanganan barang-barang yagn dimiliki/dikuasai Negara, mengatur barang milik/kekayaan Negara/Daerah harus dijual secara Lelang.

c. Lelang Secara Sukarela 1) Lelang Sukarela/Swasta

Lelang Sukarela/Swasta adalah jenis pelayanan lelang atas permohonan masyarakat secara sukarela. Jenis pelayanan lelang ini sedang dikembangkan untuk dapat bersaing dengan berbagai bentuk jual beli Individual/jual beli biasa yang di kenal di masyarakat. Lelang sukarela yang saat ini sudah berjalan antara lain lelang barang-barang milik kedutaan/korps diplomatik, lelang barang seni seperti carpet dan lukisan, lelang sukarela yang diadakan oleh Balai Lelang. 2) Lelang Sukarela BUMN (Persero)

Pasal 37 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1998 tentang Perusahan Perseroan (Persero) mengatur, bagi persero tidak berlaku Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1970 tentang penjualan dan atau pemindahtanganan barang-barang yang dimiliki/dikuasai Negara, yang harus melalui kantor lelang. Dalam penjelasan pasal 37 dinyatakan guna memberikan keleluasaan pada Persero dan Persero terbukadalam melaksanakan usahanya maka penjualan dan pengalihan barang yang dimiliki/dikuasai Negara, dinyatakan tidak berlaku. Persero tidak wajib menjual barangnya melalui Lelang atau dapat menjua asetnya tanpa melalui Lelang. Jika Persero memilih cara penjualan lelang, maka lelang tersebut termasuk jenis lelang sukarela.

1.3. Pihak Dalam Lelang

Lelang pada dasarnya merupakan jual beli, hanya cara penjualannya dilakukan dengan cara yang khusus seperti disebutkan dalam pengertian lelang, tidak seperti jual beli di pasar.

Pihak dalam jual beli adalah Penjual dan Pembeli, yang melakukan perjanjian, terjadi pada saat pejabat lelang untuk kepentingan si penjual menunjuk penawar yang tertinggi dan mencapai harga limit sebagai pembeli lelang.14 serta harus dilakukan di hadapan Pejabat Lelang.

Berdasarkan pasal 1a VR yang menyatakan :

“Menurut ketentuan dalam ayat berikut dan pasal ini penjualan di muka umum tidak boleh diadakan kecuali di depan juru lelang. Dengan peraturan pemerintah dapat dilakukan penjualan di muka umum dibebaskan dari campur tangan juru lelang. Seorang yang berbuat bertentangan dengan ketentuan dalam pasal ini, didenda paling banyak sepuluh ribu rupiah; perbuatannya yang dapat dipidana dipandang sebagai pelanggaran”.

Bachtiar sibarani dalam Jurnal Hukum Bisnis menyatakan bahwa:15 1. Lelang yang dilakukan di hadapan Pejabat Lelang antara lain:

a. Lelang eksekusi Pengadilan b. lelang eksekusi BUPLN

c. Lelang barang milik Pemerintah Pusat/Daerah d. Lelang milik BUMN/D

2. Lelang yang dibebasan dari campur tangan Pejabat Lelang, antara lain adalah : a. Lelang ikan segar (stb 1908;642)

b. Lelang yang dilaksanakan oleh Perum Pegadaian (stb. 1926;133, 1921;29, 1933;341, 1935;453).

14 Purnama T. Sianturi, “Tanggung Jawab Kantor Lelang Negara, Penjual, Pembeli dan Balai Lelang Dalam Penjualan Aset Badan Penyehatan Perbankan Nasional (Studi Kasus di Kantor Lelang Negara Medan Kurun Waktu 1999-2000)”, Tesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, hal. 102.

15Bachtiar Sibarani, Kendala dan Prospek Lelang Negara; Sebuah Tinjauan Hukum,Jurnal Hukum Bisnis, 2003, Vol.22 No.3.

c. Lelang kayu kecil (Stb. 1912;128, 1914;397, 1935;453)

d. Lelang hasil perkebunan atas biaya penduduk Indonesia di tempat-tempat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan (Stb.1915, 1943;63, 1938;371 dan 464) e. Lelang hewan-hewan tangkapan polisi (Stb.1918;125, 1925;34, 1934;56) f. Lelang harta peninggalan anggota tentara yang tidak mempunyai anggota

keluarga (Stb. 1872;208, 1874;147, pasal 12)

g. Lelang buku-buku perpustakaan yang dilakukan oleh anggotanya (Stb. 1914;56)

h. Lealng yang dilakukan oleh juru sita berkenaan dengan eksekusi hukuman sesuai HIR Pasal 200 ayat (2) /Rbg Pasal 215 ayat (2).

i. Lelang cengkeh yang dilakukan oleh KUD berdasarkan Keppres no. 8/1980 Jo Kepmenperdag Nomor 29/KP/1/1980.

j. Lelang aset-aset bank di Bawah BPPN berdasarkan Surat Edaran DJPLN Nomor SE-03/PL/2003 tentang Pengecualian Alas Penyelenggaraan Lelang yang Dilakukan Sendiri Oleh BPPN Jo PP nomor 17/1999 tentang BPPN Jo UU Nomor 71/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 10/1998 Pasal 37 A.

Dalam Jual beli secara Lelang para pihak adalah : 1. Penjual

Pasal 1 ayat 8 Kepmenkeu No. 93 /PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang menyatakan Penjual adalah perseorangan, badan atau instansi yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan atau perjanjian berwenang melakukan penjualan secara lelang.

2. Pembeli

Pasal 1 ayat 9 Kepmenkeu Nomor 93 /PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang menyatakan Pembeli adalah orang atau badan yang mengajukan penawaran tertinggi yang mencapai atau melampaui nilai limit yang disahkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat lelang.

Berdasarkan Pasal 40 Kepmenkeu Nomor 93 /PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang dikatakan bahwa pejabat Lelang, Pejabat Penjual, Pemandu Lelang, Hakim, Jaksa, Panitera, Juru Sita, Pengacara/Advokat, Notaris, PPAT, Penilai dan Pegawai DJPLN, yang terkait dengan pelaksanaan lelang dilarang menjadi Pembeli.

3. Pejabat Lelang

Pasal 1 ayat (5) Kepmenkeu Nomor 93 /PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang memberikan pengertian Pejabat Lelang ( Vendumeester sebagaimana dimaksud

dalam VR) adalah orang yang khusus diberi wewenang oleh Menteri keuangan untuk melaksanakan Penjualan barang secara lelang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pejabat Lelang merupakan salah satu pihak yang harus hadir dalam pelaksanaan Lelang, karena jika lelang dilaksanakan tanpa kehadiran Pejabat Lelang,

kecuali untuk lelang tertentu seperti lelang ikan dan lelang Perum Pegadaian, Pelaksanaan Lelang tersebut dapat dikenakan sankasi berupa pembatalan penjualan.

Pelaksanaan Penjualan secara Lelang diawasi seorang Pengawas Lelang berdasarkan pasal 1 ayat 7 Kepmenkeu Nomor 93 /PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang, Pengertian Pengawas Lelang adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Menteri Keuangan untuk mengawasi pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Pejabat Lelang, yaitu Kepala Kantor, yang bertanggung jawab atas dipatuhinya peraturan-peraturan lelang oleh Pejabat Lelang sebagaimana Pelaksana lelang dalam acara Lelang. Pengawasan yang dilakukan meliputi pengawasan administratif, keuangan dan bertindak sebagai pemutus bila terlibat perselisihan.16

1.4. Tata Cara Lelang

Pasal 5 ayat 1 dan 2 VR menetapkan

“ Seorang yang menghendaki mengadakan penjualan di muka umum, memberitahukan hal itu pada Juru Lelang atau di tempat-tempat ang dalam kantor ada pemegang buku, pada pemegang buku, dengan menyampaikan pada dan atau hari-hari kapan penjualan ingin diadakan. Permintaan ditulis dalam daftar dari mana yang berkepentingan atas permintaannya dapat melihatnya”

Pasal 2 ayat (1) Kepmenkeu Nomor 93 /PMK.06/2010 tentang Juklak Lelang menyatakan setiap Penjual yang bermaksud melakukan penjualan secara lelang mengajukan permohonan lelang secara tertulis disertai dengan dokumen yang disyaratkan kepada kepala kantor lelang.

Tata cara lelang ditetapkan Direktur Piutang dan Lelang Negara dalam keputusan Nomor 38/PL/2002 tentang Tata Cara Administrasi dan Lelang Negara yang meliputi tahapan :

1. Persiapan Lelang

Dalam persiapan lelang terdapat beberapa hal yang harus dilaksanakan guna kelancaran pelaksanaan lelangnya. Hal ini untuk menghindari kemungkinan adanya sengketa hukum di kemudian hari. Beberapa kegiatan antara lain persiapan-persiapan, kelengkapan dokumen, jadwal waktu pengumuman, persyaratan-persyaratan hukum sebagai dasar hukum pelaksanaan lelang itu sendiri dan sebagainya. Adapun proses yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

A. Permohonan lelang

Permohonan lelang diajukan secara tertulis kepada Pejabat Lelang Kelas II disertai dokumen persyaratan lelang bersifat umum dan khusus.

B. Waktu dan Tempat Lelang Waktu Lelang

1. Setelah permohonan lelang diteliti kelengkapan dokumen dan keabsahannya, waktu lelang ditetapkan.

2. Penetapan hari dan tanggal lelang memperhatikan jadwal dari pejabat lelang dan keinginan si penjual

4. Lelang di luar jam dan hari kerja harus dengan seijunSuperintenden (Pasal 8

KMK No. 304/KMK.01/2002) Tempat Lelang

1. Lelang barang bergerak dilaksanakan di tempat barang itu berada

2. Lelang barang tidak bergerak dilaksanakan ditempat yang dikehendaki penjual, dengan ketentuan tetap harus memperhatikan wilayah kerja dan jabatan Pejabat Lelang Kelas II.

3. Lelang barang bergerak atas contoh dapat dilaksanakan tidak ditempat barang itu berada tetapi harus dengan persetujuan Superintenden. Terhadap barang

contoh tersebut harus dibubuhi segel KP2LN.

4. Bila objek lelang tersebar diwilayah kerja beberapa KP2LN, selanjutnya akan dilelang di satu KP2LN, perlu ijinSuperintended.

5. Lelang non eksekusi dapat dilaksanakan di luar wilayah kerja tempat barang berada, setelah mendapat persetujuan ;

i. Direktur Jendral untuk barang-barang yang berada dalam wilayah antar Kantor Wilayah DJPLN; atau

ii. Kepala Kantor Wilayah DJPLN setempat untuk barang –barang yang berada dalam wilayah kantor wilayah DJPLN setempat.

6. Dalam hal lelang dilaksanakan di luar wilayah kerja tempat Pejabat Lelang Kelas II berada, maka pejabat lelang yang melaksanakan lelang membukukan hasil lelangnya namun tidak mempengaruhi pencapaian target. KP2LN

tersebut kemudian membuat laporan yang ditujukan kepaad KP2LN tempat barang berada dengan tembusan kepada Direktur Jenderal c.q. Direktur Lelang Negara dan Kpala Kantor Wilayah pelaksanaan lelang selambat-lambatnya 10 hari setelah pelaksanaan lelang. Hasil lelang akan diperhitungkan sebagai kompensasi pencapaian target dari KP2LN yang melaksanakan lelang kepada KP2LN tempet barang berada.

7. Dalam hal Lelang Eksekusi, KP2LN dapat mensyaratkan kepada Penjual untuk menggunakan tempat dan fasilitas lelang yang disediakan oleh DJPLN. Pelaksanaan Lelang di Luar Hari dan Jam Kerja.

Untuk Pelaksanaan lelang di luar hari dan Jam kerja, penjual harus mengajukan permohonan dispensasi pelaksanaan lelang di luar hari dan jam kerja secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah dalam hal pelaksanaan lelang dilakukan oleh Pejabat Lelang. Terhada permohonan tersebut, Kepala Kantor Wilayah dapat memberikan atau menolak permohonan lelang diluar hari dan jam kerja yang disampaikan oleh penjual.

Lelang di Luar Wilayah Kerja

Untuk pelaksanaan lelang di luar wilayah kerja Pejabat lelang, penjual mengajukan permohonan persetujuan lelang di luar wilayah kerja secara tertulis kepada KP2LN untuk barang-barang yang berada dalam wilayah antar Kantor Wilayah setempat.

KP2LN dapat memberikan atau menolak permohonan lelang di luar wilayah kerja tersebut yang disampaikan kepada penjual.

Syarat Lelang

Syarat-syarat umum dalam setiap pelaksanaan lelang pada prinsipnya adalah : 1. Dilakukan di hadapan Pejabat Lelang atau ditutup dan disahkan oleh Pejabat

Lelang dalam hal lelang internet.

2. Terbuka untuk umum yang dihadiri oleh penjual dan 1 (satu) orang peserta atau lebih

3. Pengunguman Lelang.

4. Harga Lealgn dibayarkan secara tunai selambat-lambatnya 3 (tiga) hari Kerja setelah pelaksanaan lelang.

Penjual dapat mengajukan syarat-syarat khusus secara tertulis kepada Pejabat Lelang dengan ketentuan tidak boleh bertentangan dengan peraturan umum lelang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun syarat-syarat tambahan lelang tersebut antara lain :

1. Jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum pelaksanaan lelang (Aanwidjzing).

2. Jangka waktu bagi calon pembeli untuk melihat dan meneliti secara fisik barang yang akan dilelang.

3. Jangka waktu pembayaran harga lelang.

Tata Cara Pengumuman Lelang

Setiap penjualan secara lelang harus didahului dengan Pengumuman Lelang yang dilakukan oleh penjual. Pada prinsipnya, pengumuman lelang harus dilakukan melalui surat kabar harian, selebaran, atau tempelan yang mudah dibaca oleh umum dan/atau melalui media elektronik termasuk internet di wilayah kerja tempat baran akan di jual. Dalam hal tidak ada surat kabar harian, maka pengumuman lelang diumumkan dalam yang terbit di tempat yang terdekat dan beredar diwilayah kerja Pejabat Lelang tempat barang akan dijual. Sejauh mungkin pengumuman lelang tersebut dimuat di surat kabar harian yang memiliki peredaran luas dan diperkirakan dibaca oleh kalangan bisnis.

Adapun maksud diadakan pengumuman lelang ini adalah :

a. Agar dapat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga bagi yang berminat dapat menghadiri pelaksanaan lelang (menghimpun peminat lelang/aspek publikasi). b. Memberikan kesempatan kepada pihak ketiga yang merasa dirugikan untuk

mengajukan sanggahan/Verzet(aspek legalitas).

c. Sebagai Shock Therapy bagi masyarakat agar menimbulkan efek jera, sehingga

diharapkan Debitur yang tadinya bermalas-malasan memenuhi kewajibannya akan timbul kesadaran untuk melunasi kewajiban-kewajibannya karena takut barang miliknya bisa saja dilelang sebagai bagian pelunasan hutang-hutangnya.17

Dokumen terkait