BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis,dengan tujuan untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi.12 Teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.13
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka logis artinya menempatkan permasalahan dalam suatu penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah untuk mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penenmuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris yang dapat dinyatakan benar.14
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum yang dikemukakan oleh Philipus M Hadjon Perlindungan hukum artinya suatu perlindungan yang diberikan oleh perangkat hukum baik yang bersifat preventif
12
Soeryono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta : Universitas Pers, 1986), hal 122 13M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian,( Bandung : Madju, 1994), hal 80
maupun yang bersifat represif, baik melalui hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis yang diberikan terhadap subjek hukum dengan tujuan memberikan suatu rasa aman, damai, tertib dan pasti dalam kehidupan sehari-hari subjek hukum.15 Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk perlindungan yang mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan. Tujuannya adalah meminimalisasi peluang terjadinya pelanggaran merek dagang. Langkah ini difokuskan pada pengawasan pemakaian merek, perlindungan terhadap hak eksklusif pemegang hak atas merek dagang terkenal asing, dan anjuran-anjuran kepada pemilik merek untuk mendaftarkan mereknya agar haknya terlindungi. Perlindungan hukum represif yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menanggulangi suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi, yaitu berupa pelanggaran hak atas merek. Tentunya dengan demikian peranan lebih besar berada pada lembaga peradilan dan aparat penegak hukum lainnya.16
Perlindungan hukum menunjukkan arti bahwa hukum itu melindungi sesuatu. Sesuatu yang dilindungi oleh hukum adalah kepentingan manusia, karena memang hukum itu dibuat oleh dan untuk manusia atau masyarakat. Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.
Perlindungan hukum diperlukan untuk mewujudkan fungsi hukum dan tujuan hukum. Pada umunnya ahli ahli hukum sudah sepakat mengatakan bahwa fungsi
15Otje Salman,Teori Hukum (Suatu Pencarian/Penelaahan), (Jakarta :Granada Media,2007), hal 19
16 Y Sri Pudyatmoko, Penegakan dan perlindungan Hukum, (Jakarta : Salemba Empat, 2007),hal 155-160
hukum merupakan perlindungan kepentingan manusia, sementara tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang terbit, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan terciptanya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia terlindungi.
Hukum juga memberikan perlindungan terhadap hak yang dimiliki oleh manusia. Sanusi Bintang dalam bukunya yang berjudul “Hak Cipta” memgartikan hak sebagai Kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk dipergunakan secara bebas.17 Menurut Satjipto Raharjo Hak tidak saja berarti kewenangan yang dilindungi oleh hukum namun juga menekankan pada pengakuan atas wewenang dari hak tersebut.18
Diantara hak-hak yang diakui oleh masyarakat global harus mendapat perlindungan adalah Intelectual Property Rights atau di sebut juga hak kekayaan intelektual, hak yang secara khusus diperuntukkan bagi perlindungan hasil karya atau pikiran manusia. Beberapa penulis hukum ada pula yang nmenggunakan istilah Hak Milik Intelektual. Hak Milik Intelektual tersebut meliputi:
a. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya, bersifat tetap dan eksklusif;
b. Hak yang diperoleh pihak lain atas izin dari pemilik, bersifat sementara.19 Dalam Hak Kekayaan Intelektual, salah satunya mencakup merek. Merek tersebut harus memiliki daya pembeda yang cukup,artinya memiliki kekuatan untuk
17Sanusi Bintang,Hukum Hak Cipta, (Bandung :Citra Aditya, 1998), hal 1
18Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum, ( Bandung : Citra Aditya, 1996), hal 54
membedakan barang atau jasa produk suatu perusahaan dari perusahaan lainnya. Agar memiliki daya pembeda, merek itu harus dapat memberikan ciri khas pembeda pada barang atau jasa yang bersangkutan yang pada umumnya dilekatkan pada barang atau pada bungkusan barang, atau dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang bersangkutan dengan jasa.20 Ciri khas pembeda demikian diharapkan dapat memberikan citra sekaligus menunjukkangoodwill (itikad baik) perusahaan tersebut. Demikian pentingnya peranan Merek sehingga terhadapnya terkait hak-hak perseorangan atau badan hukum, sehingga pada dasarnya Merek dimata hukum adalah benda tidak berwujud.21 Pengertian Merek yang diberikan oleh Undang-Undang Merek pun tidak jauh berbeda dengan yang terdapat dalam Black Law Dictionary, yang pada prinsipnya terkandung penegasan bahwa:
1. Merek setiap tanda barang dagang atau jasa.
2. Untuk membedakan barang atau jasa dari barang atau jasa orang lain.22
Perlindungan hukum diberikan kepada subjek hukum pemilik merek yang telah terdaftarkan di Direktorat Jendaral Hak Kekayaan Intelektual. Perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang merek di Indonesia hanya pada merek terdaftar. Pada Merek yang telah terdaftar di Departemen Kehakiman Bidang Hak Kekayaan Intelektual selanjutnya akan mendapatkan Hak Atas Merek. Pada Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 disebutkan bahwa:
20Endang Purwaningsih,Op.Cit, hal 49
21OK. Saidin,Op. Cit, hal 331
22M. Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 1992, (Bandung : Citra Aditya Bakti, , 2002), hal 181
“Hak Atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada pihak lain untuk menggunakannya”.
Hak atas merek dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 menggunakan “Sistem Deklaratif”, yaitu memberikan Hak Atas Merek kepada pemakai pertama di Indonesia walaupun tidak didaftarkan, dengan didaftarkan maka pemiliknya dianggap sebagai pemakai pertama kecuali terbukti sebaliknya, maka dapat dibatalkan berdasarkan Pasal 10.23 Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 ini sudah memakai “Sistem Konstitutif”. Sistem Konstitutif ini memberikan Hak Atas Merek yang terdaftar, dengan demikian pihak yang mereknya terdaftar dalam Daftar Umum Kantor Merek sajalah yang berhak terhadap merek tersebut. Sistem ini lebih menjamin adanya kepastian hukum, yaitu kepada pihak yang mempunyai bukti pendaftaran dan diterima sebagai merek dalam bentuk sertifikat sebagai bukti sah kepemilikan merek, dianggap sekaligus sebagai pemakai pertama merek tersebut, dan jika terjadi sengketa maka merek terdaftar tersebut lebih mudah memberikan pembuktian daripada merek yang tidak terdaftar, dimana dalam kasus-kasus sidang perdata dalam pemeriksaannya lebih menggunakan bukti otentik atau tulisan dibandingkan dengan bukti keterangan saksi-saksi. Pada sistem konstitutif ini perlindungan diberikan kepada pendaftar pertama yang beritikad baik.24
23Erma Wahyuni, T. Syamsul Bahri, Hessel Nogi S. Tangkilisan,Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, (Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia,2002), hal. 143.
24Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia,( Bandung :PT.Alumni, 2003), hal 320
Jadi dalam Undang-Undang merek No. 15 tahun 2001, Hak Atas Merek hanya dapat dimiliki oleh Pemilik Merek Terdaftar, merek tersebut hanya dapat digunakan oleh yang bersangkutan. Namun dapat juga digunakan oleh pihak ketiga, hal inilah yang disebut dengan Sistem Konstitutif, yaitu setiap merek, baru dapat dilindungi apabila merek tersebut telah didaftarkan. Tapi dalam hal terdapat unsur itikad tidak baik dari pemohon pendaftaran merek tersebut maka pendaftaran hak atas merek tersebut dapat di tolak, hal ini sebagaimana tercantum di dalam Pasal 4 Undang-Undang nomor 15 tahun 2001 yang mengatur tentang merek.
Sedangkan merek yang tidak terdaftar, yang tergolong merek terkenal juga di berikan perlindungan. Definisi Merek Terkenal didalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek hanya tersirat diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, didalamnya pengertian dan pengaturan tentang merek terkenal tidak terlalu jelas. Pengertian terhadap merek terkenal lebih kita dapati dalam Konvensi-Konvensi Internasional dan Pendapat Para Sarjana. Oleh karena pada merek terkenal tidak didaftarkan akan tetapi tetap mendapat perlindungan hukum, maka hal ini menunjukkan pada prinsipnya perlindungan terhadap merek terkenal adalah merupakan pengecualian dari Sistem Konstitutif dalam perlindungan merek secara umum.
2. Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagain terpenting dari teori. Konsepsi diterjenmahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi sesuatu yang
khusus, yang disebut dengan operational definition.25 Suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian, keadan, kelompok atau individu.26
Dalam penelitian tesis ini, perlu kiranya didefinisikan beberapa pengertian konsep-konsep yang saling terhubung guna menghindari kesalahpahaman atas berbagai istilah yang dipergunakan dalam penulisan tesis ini, selanjutnya akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah tersebut dalam suatu kerangka konsep sebagai berikut:
1. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
2. Merek asing adalah suatu merek yang dimiliki oleh badan hukum asing yang belum terdaftar menurut hukum merek di Indonesia
3. Pendaftaran secara itikad tidak baik adalah pendaftaran suatu merek yang memiliki persamaan pada pokoknya ataupun persamaan pada keseluruhan dengan merek terdaftar maupun merek terkenal, yang bertujuan untuk membonceng ketenaran suatu merek