• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN

D. Pengertian Dan Konsep Itikad Tidak Baik Dalam

2. Kriteria Itikad Tidak Baik Menurut Undang-undang

Perbuatan itikad tidak baik ini jelas-jelas dilarang dalam Undang-undang merek, hal ini sebagaimana tercantum pada pasal 4 Undang-undang No 15 Tahun 2001, yang berbunyi :

“Merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik “

Undang-undang No 15 Tahun 2001 tidak memberikan definsi secara jelas mengenai pengertian itikad tidak baik ini, pada penjelasan Undang-undang No 15 Tahun 2001 ini hanya dijelaskan mengenai pemohon yang beritikad baik. Pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, menjiplak, atau meniru ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat pada kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa Perbuatan beritikad tidak baik yaitu tindakan curang untuk membonceng merek yang sudah terkenal atau sesuatu yang sudah banyak dikenal masyarakat luas ataupun memiliki reputasi yang baik, sehingga dengan menggunakan merek yang demikian, menimbulkan kesalahan persepsi masyarakat. Perbuatan demikian, tidak sesuai dengan dasar etika intelektual yang telah diatur dengan undang-undang Merek Indonesia, karena suatu karya yang dihasilkan dengan cara meniru karya orang lain adalah merupakan suatu pelanggaran.

Seseorang yang beritikad tidak baik tersebut dalam hal persaingan tidak jujur berwujud penggunaan upaya-upaya atau ikhtiar-ikhtiar mempergunakan merek dengan meniru merek terkenal (well know trade mark) yang sudah ada sehingga merek atas barang atau jasa yang diproduksi secara pokoknya sama dengan merek atas barang atau jasa yang sudah terkenal (untuk barang atau jasa sejenis) dengan maksud menimbulkan kesan kepada khalayak ramai, seakan-akan barang atau jasa yang diproduksinya itu sama dengan produksi barang atau jasa yang sudah terkenal.

Bahkan suatu merek yang didaftarkan diharapkan di pergunakan secara itikad baik. Jika sebuah merek diajukan pendaftarannya tanpa bermaksud memakai ataupun tujuan pendaftaran mereknya untuk menghalangi pihak lain mendaftarkan ataupun menghambat orang lain supaya tidak bisa mendaftarakan merek tersebut, hal ini juga termasuk suatu tindakan berdasarkan itikad tidak baik.91 Bahkan ada yang mendaftarkan merek terkenal asing yang belum terdaftar di Indonesia, dan jika pemilik merek terkenal asing ingin memperdagangkan tersebut ingin menproduksi dan memperdagangkan mereknya, dia harus harus bekerjasama dengan pihak yang mendaftarkan merek secara itikad tidak baik melalui lisensi. Hal seperti pernah diizinkan di Indonesia, tetapi melalui perkembangan dan pembaharuan Undang-undang merek di Indonesia, hal seperti ini tidak di perbolehkan lagi.92

Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tidak memberikan penjelasan mengenai kriteria dari itikad tidak baik tersebut. Tetapi pada pasal 6 ada diatur penolakan

91 Lindsey, Tim, Eddy Damian, Simon Butt dan Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung : P.T. Alumni , 2006) hal 141

terhadap permohonan merek oleh Direktorat Jenderal, Pasal 6 Undang-Undang no 15 Tahun 2001 menyebutkan bahwa :

(1)Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut: a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan

Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal.

(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(3)Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:

a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;

b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Pasal 6 Undang-Undang No 15 Tahun 2001 ini, selalu dijadikan dasar gugatan merek perihal pelanggaran merek dengan unsur itikad tidak baik, Terutama butir pertama pada Pasal 6 ini. Beberapa contoh gugatan pendaftaran merek secara itikad tidak baik, dengan dasar persamaan pada pokoknya dan persamaan pada keseluruhan, yiatu: CESARA PACIOTTI (Cespa SRL) melawan CESARE PACIOTTI (Piong San Po), RDL (RDL Pharmaceautical) melawan RDL (PT Sparindo Mustika), HOLLAND BAKERY (PT Mustika Citrarasa) melawan BAKERI HOLAN (Drs

F.X.Y. kiatanto S) dan masih banyak lagi gugatan itikad tidak baik dengan dasar persamaan pada pokoknya maupun persamaan pada keseluruhan.

Jadi mengenai Kriteria Itikad Tidak Baik dalam Pendaftaran merek belum diatur secara jelas dalam Undang-Undang No 15 Tahun 2001. walaupun tidak jelaskan dalam Undang-Undang No 15 tahun 2001 mengenai kriteria itikad tidak baik, tetapi dalam pasal 6 Undang-undang merek ada diatur tentang penolakan permohonan pendaftaran merek. penolakan permohonan merek ini dalam hal adanya persamaan pada pokoknya dan persamaan pada keseluruhan dengan merek terdaftar maupun dengan merek terkenal. Permohonan pendaftaran merek juga harus ditolak dalam hal menyerupai nama orang terkenal, foto atau nama badan hukum. Dalam hal merek merupakan tiruan atau menyerupai nama, singkatan, bendera, lambang atau simbol atau emblen negara atau lembaga nasional maupun internasional, permohonan pendaftaran tersebut harus di tolak juga. Jadi walaupun Undang-Undang No 15 tahun 2001 belum mengatur secara jelas mengenai kriteria dari itikad tidak baik, Pasal 6 Undang-Undang merek ini dapat dijadikan pedoman untuk menentukan apakah suatu pendaftaran merek tergolong beritikad buruk atau tidak.

E. Perlindungan Merek Asing Menurut Perundang-undangan merek Di