• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

Teori menempati kedudukan yang penting dalam dunia ilmu sebagai sarana

untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan-penjelasan melalui cara

mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan.21

Kerangka teori tesis ini menggunakan teori utilitas (utilitarisme) yang

dipelopori Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart Mill.

Jeremy Bentham dalam karya tulisnya “An introduction to Principles of Morals and

Legislation”.22

21 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Cistra Aditya Bakti,2000). Hal. 253.

22 Ian Saphiro, Asas dan Moral Dalam Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan Freedom Institude, 2006)hal. 13. Jeremy Benthan (1748-1832) karyanya Introduction To The Principles Of Morals And Legislation, pertama kali

Bentham menjelaskan lebih jauh bahwa asas manfaat melandasi segala kegiatan berdasarkan sejauh mana tindakan itu meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan kelompok itu; atau dengan kata lain meningkatkan atau melawan

kebahagiaan itu.23

Utilitarisme disebut suatu teleologis (dari kata yunani telos = tujuan), sebab

menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan

apa-apa menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.24

Teori Utilitas merupakan pengambilan keputusan etika dengan

mempertimbangkan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya (The

Greatest Good For The Greatest Number) artinya bahwa hal yang benar didefinisikan sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang baik atau meminimalisir apa yang berbahaya bagi kebanyakan orang. Semakin bermanfaat pada semakin banyak orang perbuatan itu semakin etis. Dasar moral dari perbuatan hukum ini bertahan paling lama dan relatif paling banyak digunakan. Utilitarianism (dari kata utilis berarti

diterbitkan pada tahun 1789 adalah karya klasik yang menjadi rujukan (locus classicus) tradisi Utilitarian. Utilitarisme berasal dari kata latin utilitis yang berarti “manfaat”. Dictum Bentham yang selalu dikenang, yakni bahwa mereka diharapkan mampu memaksimalkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.

23Ibid, Hal 14.

manfaat) sering disebut juga aliran konsekuensialisme karena sangat berorientasi

pada hasil perbuatan.25

Dipahami bahwa utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi

perbuatan dalam menilai baik buruknya. Kualitas moral suatu perbuatan baik buruknya tergantung pada konsekuensi atau akibat yang dibawakan olehnya. Jika suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling besar artinya paling memajukan kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat maka perbuatan itu adalah baik. Sebaliknya jika perbuatan membawa lebih banyak kerugian dari pada manfaat perbuatan itu harus dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan disini memang menentukan

seluruh kualitas moralnya.26

Prinsip utilitarianisme dan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki makna

yang hampir sama dan hubungan yang erat. Dalam hal ini pengertian CSR Corporate

Social Responsibility berkaitan dengan mekanisme pengaturan diri perusahaan yang terintegrasi dan berhubungan erat dengan segala aturan, tanggung jawab, norma, dan etika yang berlaku di lingkungan sekitar. Jadi dalam CSR, sebuah perusahaan dalam proses perjalanannya diharapkan tidak hanya mengutamakan segi keuntungan materi semata, namun juga memikirkan keadaan pihak-pihak lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan tersebut.

25 Erni R. Ernawan, Business Ethics : Etika Bisnis, (Bandung: CV. Alvabeta, 2007), Hal. 93.

26 Manuel G. Velazquez, Etika Bisnis : Konsep dan Kasus (Edisi ke-5), diterjemahkan oleh Ana Purwaningsih, Kurnianto, dan Totok Budi Santoso, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2005) Hal. 80.

John Stuart Mill melakukan revisi dan mengembangkan lebih lanjut teori ini dalam bukunya utilitarianisme yang diterbitkan pada tahun 1861 John Stuart Mill mengasumsikan bahwa pengejaran utilitas masyarakat adalah sasaran aktivitas moral individual. John Stuart Mill mempostulatkan suatu nilai tertinggi kebahagiaan yang mengijinkan kesenangan heterogen dalam berbagai bidang kehidupan. Ia menyatakan bahwa semua pilihan dapat dievaluasi dengan mereduksi kepentingan yang dipertaruhkan sehubungan dengan kontribusinya bagi kebahagiaan individual yang tahan lama. Teori ini dikenal dengan utilitarianisme eudaemonistik. Kriteria utilitas menurutnya harus mampu menunjukkan keadaan sejahtera individual yang lebih awet

sebagai hasil yang diinginkan, yaitu kebahagiaan.27

Teori utilitarianisme mengatakan suatu adalah baik jika membawa manfaat,

tetapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar. Perbuatan yang menagkibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang baik. Melestarikan lingkungan hidup misalnya merupakan tanggung jawab moral individu atau korporasi? utilitarisme menjawab : karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai keseluruhan. Korporasi atau perusahaan tentu bisa meraih banyak manfaat dengan

27 Peter Pratley, Etika Bisnis (The Essence of Business Ethic), diterjemahkan oleh Gunawan Praseto, (Yogyakarta: Penerbit Andi bekerjasama dengan Simon &Schuster (Asia) Pte, Ltd, 1997), hal. 191-192.

menguras kekayaan alam melalui teknologi dan industri, hingga sumber daya alam risak atau habis sama sekali. Karena itu menurut utilitarisme upaya pembangunan

berkelanjutan (sustainable development) menjadi tanggung jawab moral individu dan

perusahaan.28

Mudah dipahami bahwa utilitarisme sebagai teori etika sesuai dengan

pemikiran ekonomis. Misalnya teori ini cukup dekat dengan cost-benefit analysis

(analisis biaya-manfaat) yang banyak dipakai dalam konteks ekonomi. Manfaat yang dimaksudkan utilitarisme bisa dihitung juga sama seperti menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis. Keputusan diambil pada manfaat terbesar

dibanding biayanya.29

Aktifitas setiap perusahaan tidak pernah lepas dari interaksi dengan lingkungan sosialnya. Akibat dari interaksi itu menuntut adanya timbal balik antara perusahaan dan lingkungan sosialnya yang berimbas pada timbulnya dampak-dampak sosial atas kegiatan operasional pada lingkungannya. Sepanjang manusia menggunakan sumber daya manusia dan komunikasi yang ada, maka perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian profit tersebut bagi masyarakat. Sesuai dengan teori utilitaranisme yang dikembangkan pertama kali oleh Jeremy Bentham (1748-1832) yaitu bagaimana menilai baik dan buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal

28 K. Bertens. Ibid ., Hal. 66

secara moral. Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan yang punya dampak bagi kepentingan banyak orang secara moral.

Penerapan CSR atau tanggung jawab sosial Perusahan dalam teori

utilitarianisme dianggap sesuai dengan pelaksanaan CSR tersebut. Sebagaimana kita ketahui CSR merupakan suatu konsep dimana perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan guna terciptanya kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai teori utilitarianisme, secara singkat dapat diartikan bahwa bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang. Nilai positif dari etika utilitarianisme, bahwa utilitarianisme selalu mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang. Yang paling pokok dari utilitarianisme adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan akibat atau konsekuensinya yaitu

sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi banyak orang.30

Teori utilitarianisme dan teori keadilan digunakan dalam tesis ini. Teori

Keadilan dikemukakan oleh John Rawls. Di dalam bukunya yang berjudul A Theory

Of Justice, beliau menyaratkan dua prinsip keadilan sosial yang sangat

mempengaruhi pemikiran abad ke-20 yaitu prinsip-prinsip sebagai berikut :

30 Artikel : Citra Restu Aggari, Perusahaan Yang Menerapkan Etika Utilitarianisme atau CSR. Citrarestuanggriani.blogspot.com Di akses pada tanggal 18 Mei 2014.

1. Paling utama adalah prinsip kebebasan yang sama (Equal Liberty) yakni

setiap orang memiliki hak atas kebebasan individual (liberty) yang sama

dengan hak orang lainnya.

2. Prinsip kesempatan yang sama (equal oppurtunity). Dalam hal ini,

ketidakadilan ekonomi dalam masyarakat harus diatur untuk melindungi pihak yang tidak beruntung dengan jalan memberi kesempatan yang sama bagi

semua orang dengan persyaratan yang adil.31

Menjalankan CSR menggunakan prinsip kebebasan yang sama (equel liberty)

dan prinsip kesempatan yang sama (equal oppurtunity) ini sangatlah penting, bahwa

dalam mejalani kehidupan hak setiap individu harus diutamakan. Kegiatan CSR mempunyai Komitmen dan tanggung jawab korporat terhadap dampak yang ditimbulkan oleh korporat baik yang bersifat sosial maupun lingkungan serta usaha bagi korporat untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial masyarakat. Untuk itu, korporat maupun masyarakat dalam menjalani kehidupan sosialnya harus diciptakan kepercayaan, saling memberi kesempatan satu sama lain dalam hal meningkatkan kesejahteraan yang saling menguntungkan sehingga terciptanya keadilan.

Perkembangan masa kini telah terjadi pergeseran pengelolaan perusahaan dari

pengelolaan yang didasarkan kepada shareholders theory menjadi stakeholders

theory. Apabila dahulu pengelolaan perusahaan didasarkan pada shareholders theory

lebih mengutamakan atau menitik beratkan pada kepentingan pemegang saham atau

pemilik, maka sebaliknya sekarang ini muncul suatu pandangan stakeholders theory

yang menitik beratkan pengelolaan perusahaan untuk kepentingan stakeholders.

Dalam stakeholders theory melihat perusahaan sebagai institusi sosial, dimana

kepentinganpemegang saham bukanlah menjadi hal yang dominan dalam sistem

pengelolaannya.32

Stakeholders terdiri dari stakeholders internal dan stakeholders eksternal.

Stakeholders internal terdiri dari pemilik atau pemegang saham. Sedangkan

stakeholders eksternal terdiri dari pemerintah, masyarakat/konsumen dan lingkungan hidup.

Teori Stakeholder (Stakeholders Theory) dijelaskan bahwa perusahaan tidak

sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholder) sebagaimana terjadi

selama ini, namun bergeser lebih luas yaitu pada ranah sosial kemasyarakatan (stakeholder), selanjutnya disebut tanggung jawab sosial (social responsibility). Fenomena seperti ini terjadi karna adanya tuntutan dari masyarakat akibat externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi. Tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur sebatas pada indikator ekonomi dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial terhadap

32

Bismar Nasution, Implementasi Hukum Berkaitan Dengan Corporate Sosial Responsibility. Disampaikan pada “Lokakarya Kepemimpinan Sosial dan Bedah Kasus Program Corporate Social Responsibility (CSR), dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan. Medan, tanggal 7 Juni 2012.

stakeholder, baik internal maupun eksternal. Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan.

Dengan demikian stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti :

pemerintah, perusahaan pesaing , masyarakat sekitar, para pekerja lingkungan perusahaan, lingkungan internasional dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat

mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Batasan stakeholder tersebut di atas

mengisaratkan bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholder, karena

mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktifitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan

perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholder bukan tidak mungkin

akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder. Berdasarkan

pada asumsi dasar stakeholder theory perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan

lingkungan sosial (social setting) sekitarnya. Perusahaan perlu menjaga legitimasi

stakeholder serta mendudukinya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan

keputusan, sehingga dapat mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan.33

Kehidupan bisnis jika ingin berlangsung jangka panjang maka bisnis harus

memberi jawaban kepada kebutuhan masyarakat dan memberi masyarakat itu apa

33 Bambang Rudito & Melia Famiola. Etika Bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Indonesia.(Bandung : Rekayasa Sains.2007) Hal. 209.

saja yang menjadi kebutuhan mereka. Dengan kata lain dunia bisnis harus seimbang dengan kehidupan lingkungan yang bermutu.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility

(CSR) adalah sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi dengan komunitas lokal sebagai bentuk masyarakat secara keseluruhan. Kebutuhan korporat untuk beradaptasi dan guna mendapatkan keuntungan sosial berupa kepercayaan

(trust). CSR tentunya sangat berkaitan dengan kebudayaan perusahaan dan etika

bisnis yang harus dimiliki oleh budaya perusahaan, karena untuk melaksanakan CSR

diperlukan suatu budaya yang didasari oleh etika yang bersifat adaptif.34

Berbicara tentang implementasi tanggung jawab sosial perusahaan berarti kita

sedang berbicara tentang aktivitas kerjasama, bukan kerja sendiri. Korporat dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya tentu tidak hanya berusaha mendapatkan keuntungan secara finansial belaka, akan tetapi keuntungan sosial tentunya menjadi sasaran juga untuk pada gilirannya akan menguatkan pendapatan finansial.

Pembangunan nasional pada dasarnya tidak hanya tanggung jawab pemerintah

untuk melaksanakannya, tetapi juga anggota masyarakat dan juga pihak swasta yang berwujud korporat untuk terlibat langsung maupun tidak langsung dalam usaha pengembangan masyarakat. Menurut UU Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 menyebutkan bahwa perseroan terbatas yang menjalankan usaha dibidang

dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kemudian pada UU no. 25 Tahun 2007 Pasal 15(b) menyatakan bahwa setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial korporat. Dalam hal ini dimaknai sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR yang mengarah pada pengembangan masyarakat lokal sekitar korporat itu berdiri. Sedangkan pemerintah baik pusat maupun daerah menyediakan perangkat peraturannya sebagai regulator dalam hubungan antara masyarakat swasta

dan pemerintah.35

CSR berkembang pada akhir tahun 90’an dengan ditandainya munculnya

definisi CSR oleh World Business Council for Sustainable Development (WBSD)

Tahun 1995, sebuah lembaga forum bisnis yang digagas oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kalangan bisnis agar dapat berkontribusi dalam pembangunan.

Konteks saat itu adalah pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development),

suatu konsep pembangunan demi masa depan tanpa merusak sumber daya alam, dimana mencoba menyatukan 3 (tiga) elemen pembangunan yaitu ekonomi,

lingkungan dan sosial.36

Gagasan CSR Oleh WBSD sangat dipengaruhi oleh pembangunan

berkelanjutan ini. Pemahaman yang muncul adalah bagaimana dunia bisnis dapat berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan secara luas dan secara mikro

35 Bambang Redito & Melia Famiola. Ibid Hal.12

terhadap masyarakat yang ada disekitarnya. Disimak dari defenisi CSR oleh WBSD adalah sebagai komitmen bisnis untuk berperilaku etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya serta masyarakat lokal dan masyarakat pada umumnya.

Pemahaman yang berebeda juga disajikan oleh kalangan dunia akademis

tentang CSR berkaitan dengan manajemen. CSR dipandang sebagai nilai-nilai atau value yang menjadi pedoman oleh korporat untuk kemudian disebarkan kepada para

konsumen dan stakeholder (share value) sehingga menimbulkan citra positif bagi

korporat dan akhirnya menimbulkan keuntungan bagi korporat.

Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Business for Social

Responsibility,37 adapun manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan yang

mengimplementasikan CSR antara lain :

a. Peningkatan dan penjualan pangsa pasar (increased sale and market share)

b. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (Strengthened and brand

positioning)

c. Meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan (Enchanced Corporate Image

and Clout)

d. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, motivasi dan mempertahankan

karyawan (increased ability to attract, motivate, and etain employes)

37 Philip Kotler dan Nancy Lee, Corporate Social responcibility: Doing the most for your company and your cause, (New Jersey: John Wiley and sons, inc, 2005) hal. 10. Business Social Responsibility adalah suatu organisasi non-profit secara global, yang memberikan informasi, instrumen, pelatihan-pelatihan dan jasa konsultasi yang berkaitan dengan CSR dalam melakukan kegiatan dan strategi bisnis perusahaan. Dikutip dari ika safitri,op cit., Hal 34

e. Menurunkan biaya operasional perusahaan (Decreasing operating cost)

f. Meningkatkan daya tarik bagi inverstor dan analisis keuangan (Increased

appeal to investors and financial analysts).

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merumuskan definisi-definisi tertentu yang dapat dijadikan pedoman operasionil didalam proses pengumpulan, analisa, dan

konstruksi data.38

Untuk menghindari kesalahan dan misinterpretasi, ada beberapa konsep yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Analisis hukum adalah penguraian suatu pokok atas berbagai

bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan mengenai perintah maupun larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat.

b. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perseroan

untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,

baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat

pada umumnya.39

c. Konsep dasar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu

pemikiran atau tata cara dasar diciptakannya suatu kegiatan yang dimana suatu perusahaan dalam menjalani usahanya mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan sosial tempat perusahaan tersebut berada.

d. Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Sumut adalah

rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak, dimana komitmen Bank Sumut untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.

Dokumen terkait