“ANALISIS HUKUM TERHADAP KEBIJAKAN
CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA PT. BANK SUMUT “
Oleh
PUTRI NESIA DAHLIUS NIM :127005006/HK
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA PT. BANK SUMUT.
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Hukum dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Univrrsitas Sumatera Utara
PUTRI NESIA DAHLIUS
127005006
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
RESPONSIBILITY
PADA PT. BANK
SUMUT.
Nama Mahasiswa
: PUTRI NESIA DAHLIUS
Nomor Pokok
: 127005006
Program Studi
: Ilmu Hukum
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H. M. H.
Ketua
Prof. Dr. Suhaidi, S. H., M.H. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M. Hum.
Anggota Anggota
Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Tanggal 14 Januari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M. H.
Anggota
:
1.
Prof.
Dr.
Suhaidi, S. H, M. H
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak ada terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak ada terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 14 Januari 2015
Penulis,
Seiring perubahan kualitas hidup manusia, kesadaran masyarakat terhadap keberadaan suatu perusahaan di lingkungannya semakin meningkat. Perusahaan dituntut untuk tidak semata-mata mengejar keuntungan finansial, melainkan juga mengedepankan etika bisnis, terutama kepedulian dan kontribusinya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Tanggung Jawab sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk turut serta berperan dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan itu sendiri, komunitas lokal, maupun masyarakat pada umumnya. Konsep penerapan CSR di Indonesia di atur dalam peraturan perundang-undangan yaitu UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral Dan Batu Bara, PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, dan Keputusan MK No. 53/PUU-XI/2008 tentang Pertimbangan Konstitusionalitas Norma Pengujian Pasal 74 UU PT.
Dalam penulisan tesis ini terdapat 3 (tiga) permasalahan yaitu : Bagaimanakah penerapan konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perundang-undangan di Indonesia, bagaimanakah kebijakan PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan kewajiban Corporate Social Responsibility (CSR) nya, serta bagaimanakah independensi PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan kebijakan CSR nya.
Penelitian yang dilakukan bersifat metode normatif empiris karena untuk mengetahui lebih dalam norna-norma hukum positif yang dapat di jadikan dasar lahirnya kewajiban CSR dan untuk melihat bagaimana perilaku masyarakat (Bank Sumut) dalam melaksanakan peraturan-peraturan hukum tentang CSR.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan CSR di Indonesia sudah merupakan suatu kewajiban hukum. Karena CSR merupakan suatu kewajiban hukum bagi perseroan terbatas, maka CSR harus dianggarkan sebagai beban biaya perseroan. Namun untuk besarnya jumlah dana CSR tidak diatur dalam UU tersebut, hal ini sesuai dengan kemampuan perusahaan dengan memperhatikan azas kepatutan dan kewajaran.
Along with the change in the quality of human life, people’s awareness of the existence of a company in their surrounding is increasing. A company is expected not only to be profit oriented but also put forward business ethics, particularly care for and contribute to environment and to the people in its vicinity. Corporate Social Responsibility (CSR) is a commitment of a company to participate in the sustainable economic development in order to increase the quality of life and useful environment for the company itself, for the local community, and for the people as a whole. The consept of implementing CSR in Indonesia is regulated under Law No. 40/2007on Corporation, Law No. 25/2007 on Capital Investment, Law No. 19/2003on BUMN, Law No. 4/2009 on Mining, Mineral, and Coal, PP (Government Regulation) No. 47/2012 on Social and Environmental Responsibility on Corporation, the Decree of teh Supreme Court No. 53/PUU-XI/2008 on Constitutional Advisory of Audit Norm, under Article 74 of Law on Corporation
There were 3 (three) problems as follow : how about the implementation of the concept of CSR in legal provisions in Indonesia, how about the policy of PT. Bank Sumut in implementing it CSR, and how about the independence of PT. Bank Sumut in implementing its CSR policy.
The research used judical empirical method which was aimed to deeply find out positive legal norms which could be used as the basis for the birth of CSR and to find out public behavior(Bank Sumut) in implementing legal provisions on CSR.
The result of the research shoowed that the implementation of CSR in Indonesia is legally obligatory, especially for a corporation so that it is budgeted as the corporation’s expense. However, the amaount of the expense is not regulated in the law; it depends on the capacity of the company by considering reasonableness and fairness.
The policy of PT. Bank Sumut in implementing its CSR referred to Law No. 40/2007 on Corporation, PP No. 47.2012, the Decree of RUPS, and the Decree of the Director No. 240/Dir/Setdir/SK/2013 on the Operational Standard Procedure of CSR, in which Bank Sumut used CSR management with partnership pattern by collaborating with the local governmen that determined CSR planning and implementation. Bank Sumut only waits for the proposal from the local government to implement its CSR, and it has had its own SOP (operational standard procedure) in the mechanism of determining whether the fund is reasonable or not. In other words, Bank Sumut plays an active role in determining the distribution of the CSR fund although it has to follow its right corridor.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Tesis ini berjudul “Analisis Hukum Terhadap Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Bank Sumut”, yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program
Pascasarjana Univeristas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat para
pembimbing Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., Prof. Dr. Suhaidi S.H., M.H.,
dan Dr. Mahmul Siregar S.H. M.Hum., yang ditengah-tengah kesibukannya masih
tetap meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan mendorong
semangat penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Penulis sampaikan juga penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara , Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M. Sc (CTM)., Sp. A (K).
2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr.
memberikan dukungan, doa, motivasi kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan tesis ini.
4. Drs. Dahlius Dahlan (Alm) Ayahanda tercinta yang saya yakin selalu
mendoakan yang terbaik buat saya.
5. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H, M. Hum.,selaku anggota komisi penguji atas
semua saran dan masukannya.
6. Bapak Dr. Dedy Harianto S. H. M. Hum., selaku anggota komisi penguji
atas semua saran dan masukannya.
7. Bapak M. Yahya selaku Direktur Operasional PT. Bank Sumut yang telah
memberikan dukungan, semangat, serta kemudahan bagi penulis dalam
menjalani pendidikan Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Para Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengarahan kepada penulis
selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Ilmu
Hukum Sekolah Pascasarjana Univeristas Sumatera Utara.
9. Seluruh pegawai Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, atas segala pelayanan dan
dorongan kepada penulis.
10.Bapak Didi Duharsa selaku Pimpinan Corporate Secretary yang telah
yang senantiasan memberikan masukan, serta membantu penulis dalam
pengumpulan data-data dalam menyelesaikan tesis ini.
12.Rekan-rekan PT. Bank Sumut yang membantu dalam mendapatkan
informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tesis ini.
13.Teman-teman kuliah Angkatan 2012 di Program Studi Magister Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Sumatera Utara dan semua pihak yang telah
banyak memberikan masukan sehingga tesis ini dapat diselesaikan, penulis
ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak dan sekaligus menyampaikan permintaan maaf yang tulus
jika seandainya terdapat kekeliruan, dan tak luput pula penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang bertujuan menyempurnakan tesis ini.
Medan, Desember 2014
Penulis,
Nama : PUTRI NESIA DAHLIUS
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 26 Maret 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Stella Raya Komp. Stella Residance Blok EE12
Pendidikan Formal : - Sekolah Dasar (SD) Kartika 1-I Medan (Lulus Tahun 2000)
- Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan (Lulus Tahun 2003)
- Sekolah Menengah Atas (SMA) Harapan 1 Medan (Lulus Tahun 2006)
- S-1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (Lulus Tahun 2010)
- Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Ilmu Hukum (2012-2015)
Medan, Desember 2014
Penulis,
Putri Nesia Dahlius
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ……… iii
PERNYATAAN ……….. iv
ABSTRAKSI ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR... viii
RIWAYAT HIDUP ………... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ……… xv
DAFTAR GAMBAR ……… xvi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 13
C. Tujuan Penelitian... 14
D. Manfaat Penelitian... 14
E. Keaslian Penelitian... 16
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi... 18
A. Konsep CSR di Indonesia... 38
B. Pengaturan CSR dalam Perundang-Undangan di Indonesia..56
C. Manfaat Corporate Social Responcibility... 72
D. Hambatan Dalam Penerapan CSR... 81
BAB III : KEBIJAKAN PT. BANK SUMUT DALAM PELAKSANAAN
KEWAJIBAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR).
A. Profil PT. Bank Sumut………..………... 87
B. Dasar Penerapan CSR pada PT. Bank Sumut ... 93
C. Pelaksanaan CSR PT. Bank Sumut... 100
BAB IV : INDEPENDENSI PT. BANK SUMUT DALAM PELAKSANAAN
KEBIJAKAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR).
A. Mekanisme Pengalokasian Dana CSR PT. Bank Sumut... 114
B. Independensi Bank Sumut Dalam Penyaluran Dana CSR... 131
B. Saran ... 143
Tabel 1 : Alokasi Dana CSR PT. Bank Sumut Tahun Buku 2011.... ... 125
Tabel 2 : Alokasi Dana CSR PT. Bank Sumut Tahun Buku 2012... 127
Tabel 3 : Rekap Anggaran Dan CSR PT. Bank Sumut... 129
Seiring perubahan kualitas hidup manusia, kesadaran masyarakat terhadap keberadaan suatu perusahaan di lingkungannya semakin meningkat. Perusahaan dituntut untuk tidak semata-mata mengejar keuntungan finansial, melainkan juga mengedepankan etika bisnis, terutama kepedulian dan kontribusinya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Tanggung Jawab sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk turut serta berperan dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan itu sendiri, komunitas lokal, maupun masyarakat pada umumnya. Konsep penerapan CSR di Indonesia di atur dalam peraturan perundang-undangan yaitu UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral Dan Batu Bara, PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, dan Keputusan MK No. 53/PUU-XI/2008 tentang Pertimbangan Konstitusionalitas Norma Pengujian Pasal 74 UU PT.
Dalam penulisan tesis ini terdapat 3 (tiga) permasalahan yaitu : Bagaimanakah penerapan konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perundang-undangan di Indonesia, bagaimanakah kebijakan PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan kewajiban Corporate Social Responsibility (CSR) nya, serta bagaimanakah independensi PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan kebijakan CSR nya.
Penelitian yang dilakukan bersifat metode normatif empiris karena untuk mengetahui lebih dalam norna-norma hukum positif yang dapat di jadikan dasar lahirnya kewajiban CSR dan untuk melihat bagaimana perilaku masyarakat (Bank Sumut) dalam melaksanakan peraturan-peraturan hukum tentang CSR.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan CSR di Indonesia sudah merupakan suatu kewajiban hukum. Karena CSR merupakan suatu kewajiban hukum bagi perseroan terbatas, maka CSR harus dianggarkan sebagai beban biaya perseroan. Namun untuk besarnya jumlah dana CSR tidak diatur dalam UU tersebut, hal ini sesuai dengan kemampuan perusahaan dengan memperhatikan azas kepatutan dan kewajaran.
Along with the change in the quality of human life, people’s awareness of the existence of a company in their surrounding is increasing. A company is expected not only to be profit oriented but also put forward business ethics, particularly care for and contribute to environment and to the people in its vicinity. Corporate Social Responsibility (CSR) is a commitment of a company to participate in the sustainable economic development in order to increase the quality of life and useful environment for the company itself, for the local community, and for the people as a whole. The consept of implementing CSR in Indonesia is regulated under Law No. 40/2007on Corporation, Law No. 25/2007 on Capital Investment, Law No. 19/2003on BUMN, Law No. 4/2009 on Mining, Mineral, and Coal, PP (Government Regulation) No. 47/2012 on Social and Environmental Responsibility on Corporation, the Decree of teh Supreme Court No. 53/PUU-XI/2008 on Constitutional Advisory of Audit Norm, under Article 74 of Law on Corporation
There were 3 (three) problems as follow : how about the implementation of the concept of CSR in legal provisions in Indonesia, how about the policy of PT. Bank Sumut in implementing it CSR, and how about the independence of PT. Bank Sumut in implementing its CSR policy.
The research used judical empirical method which was aimed to deeply find out positive legal norms which could be used as the basis for the birth of CSR and to find out public behavior(Bank Sumut) in implementing legal provisions on CSR.
The result of the research shoowed that the implementation of CSR in Indonesia is legally obligatory, especially for a corporation so that it is budgeted as the corporation’s expense. However, the amaount of the expense is not regulated in the law; it depends on the capacity of the company by considering reasonableness and fairness.
The policy of PT. Bank Sumut in implementing its CSR referred to Law No. 40/2007 on Corporation, PP No. 47.2012, the Decree of RUPS, and the Decree of the Director No. 240/Dir/Setdir/SK/2013 on the Operational Standard Procedure of CSR, in which Bank Sumut used CSR management with partnership pattern by collaborating with the local governmen that determined CSR planning and implementation. Bank Sumut only waits for the proposal from the local government to implement its CSR, and it has had its own SOP (operational standard procedure) in the mechanism of determining whether the fund is reasonable or not. In other words, Bank Sumut plays an active role in determining the distribution of the CSR fund although it has to follow its right corridor.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangSeiring dengan perubahan kualitas hidup manusia, kesadaran dan sikap kritis
masyarakat terhadap keberadaan suatu perusahaan di lingkungannya semakin
meningkat. Perusahaan dituntut untuk tidak semata-mata mengejar keuntungan
finansial (profit oriented), melainkan juga mengedepankan etika bisnis, terutama
kepedulian dan kontribusinya terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.1
Diwajibkan atau tidak diwajibkan oleh pemerintah tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya seharusnya merupakan
komitmen yang lahir atas kesadaran sendiri bahwa perusahaan dan masyarakat
semestinya bisa hidup berdampingan secara harmonis, bersama menikmati
kesejahteraan dan bersama merasakan kenyamanan.
Milton Friedman ekonom pemenang hadiah Nobel bersikap pesimis atas
segala upaya menjadikan perusahaan sebagai alat tujuan sosial. Tujuan korporasi,
menurutnya hanyalah menghasilkan keuntungan ekonomi bagi pemegang sahamnya.2
1 Bambang Radito & Melia Famiola. CSR. (Bandung: Rekayasa Sains. 2013). Hal. 1 2 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius, 2000),Hal 293
Jadi korporasi memberikan sebagian keuntungannya bagi masyarakat dan lingkungan,
maka korporasi telah menyalahi kodratnya dimana korporasi hanya mencari
keuntungan sebesar-besarnya demi kepentingan pemegang saham.
Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab sosial dari bisnis
merusak ekonomi pasar bebas. Doktrin ini juga bersifat ancaman terhadap masyarakat
bebas dan demokratis. Kemudian Friedman dalam bukunya Capitalism and Freedom,
menyatakan bahwa :
“Dalam masyarakat bebas terdapat hanya satu tanggung jawab sosial untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber daya alam dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan keuntungannya, selama hal itu sebatas aturan-aturan main, artinya, melibatkan diri dalam kompetisi
yang terbuka dan bebas tanpa penipuan dan kecurangan.”3
Bahkan Milton Friedman mengungkapkan bisnis dari bisnis adalah bisnis (The
bussiness of bussiness is bussiness). Tanggung jawab sosial hanya pada individu dan
tidak melekat pada perusahaan sebab tanggung jawab perusahaan adalah
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemegang saham.4
Perusahaan –perusahaan yang ada terlalu fokus kepada kegiatan ekonomi dan
produksi yang mereka lakukan sehingga melupakan keadaan masyarakat di sekitar
wilayah beroperasinya dan juga melupakan aspek-aspek kelestarian lingkungan.
Padahal sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal
New York Time Magazine, 13 September 1970, dengan judul The Social Responsibility of Business is to Increase its Profits.
3Ibid, Hal. 294
4 Sri Hartati Samhadi,“Etika Sosial Perusahaan Multinasional”, Harian Kompas, tanggal 4
28H Ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut “ setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.5
Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke IV yang berbunyi sebagai
berikut :6
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas dasar
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkadung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokraksi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
Jelaslah dalam Undang-Undang Dasar ini bahwa masyarakat memiliki hak
atas lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia, yang
merupakan hak yang paling mendasar yang dimiliki setiap orang. Lingkungan hidup
yang baik dan sehat sangat berperan dalam kelangsungan hidup masyarakat. Dimana
lingkungan yang baik dan sehat dapat menjadikan masyarakat bebas dari segala
penyakit. Masyarakat juga berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Pendidikan yang diperoleh mengupayakan masyarakat
5
Pasal 28H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
lebih sadar akan lingkungan yang baik dan bersih serta dapat meningkatkan kualitas
lingkungan hidup.
Corporate Sosial Responsibility (CSR) sebagai komitmen bisnis untuk
memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan tujuan
meningkatkan kualitas hidup komunitas setempat maupun masyarakat luas, dan bagi
terciptanya iklim usaha/investasi yang kondusif dan keberlanjutan bisnis.
Substansi keberadaan prinsip CSR adalah dalam rangka memperkuat
kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan
pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dengannya baik lokal, nasional,
maupun global. Di dalam pengimplementasiannya diharapkan agar unsur-unsur
perusahaan, pemerintah dan masyarakat saling berinteraksi dan mendukung supaya
CSR dapat diwujudkan secara komprehensif sehingga dalam pengambilan keputusan,
menjalankan keputusan dan pertanggungjawabannya dapat dilaksanakan bersama,
CSR merupakan sebuah etika dalam dunia usaha dimana perusahaan wajib
melakukan hal tersebut.7
CSR semakin mendapat perhatian dan pengakuan secara nasional dan global
seiring dengan munculnya kesadaran bahwa CSR telah menjadi suatu kebutuhan
bersama di kalangan dunia usaha, masyarakat dan pemerintah. Bagi perusahaan, CSR
bermanfaat untuk memperoleh citra yang baik, kepercayaan, keamanan sosial, dan
7Alchoyr: “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” www.theprworld.com/CSR-Indonesia di
keberlanjutan perusahaan. Sedangkan bagi masyarakat, CSR bermanfaat untuk
memberikan perlindungan dan kesejahteraan. Bagi pemerintah sendiri, CSR
bermanfaat untuk meringankan beban pembiayaan pembangunan dan mempercepat
pencapaian kesejahteraan rakyat.
Di Indonesia, CSR telah diatur dalam Undang-Undang. Salah satunya,
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mewajibkan
implementasi CSR bagi perusahaan-perusahaan yang menggunakan dan/atau terkait
dengan sumber daya alam. Sementara UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dalam Pasal 15 ayat b menegaskan bahwa setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pendorong perkembangan CSR yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran
paradigma dunia usaha yang tidak hanya semata-mata untuk mencari keuntungan saja
melainkan juga bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial. Di
dalam Pasal 74 Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa :
“ Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya mengelolah dan memanfaatkan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika tidak dilakukan maka perseroan tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Kesadaran pentingnya melakukan CSR merupakan trend global seiring
dengan semakin maraknya kepedulian mengutamakan pemangku kepentingan
Governance (GCG) yang merupakan prinsip fairness, transparancy, dan
accountability.8
Aturan yang lebih tegas sebenarnya juga sudah ada di dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam Pasal 15 huruf b disebutkan
“setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan”.9 Jika tidak maka dapat dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis,
pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman
modal atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (Pasal 34
ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal).10
Pengaturan CSR di dalam peraturan Perundang-Undangan Indonesia tersebut
masih menciptakan kontroversi dan kritikan. Bagi kalangan pebisnis CSR dipandang
sebagai suatu kegiatan sukarela sehingga tidak diperlukan pengaturan di dalam
peraturan perundang-undangan. Menurut Ketua Umum Kadin, Mohammad S.
Hidayat, CSR adalah “Kegiatan diluar kewajiban perusahaan yang umum dan sudah
ditetapkan dalam perundang-undangan formal sehingga jika diatur akan bertentangan
dengan prinsip kerelaan dan akan memberikan beban baru kepada dunia usaha.11”
8
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas(UU No. 40 Tahun 2007). Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2007, Hal 94
9 Pasal 15 Huruf b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal 10 Pasal 34 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
11“CSR, Kegiatan Sukarela yang Wajib diatur”. Dimuat dalam www.hukumonline.com, pada
Prakteknya penerapan CSR disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
perusahaan dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu kegiatan CSR sangat
beragam, hal ini bergantung pada proses interaksi sosial bersifat sukarela didasarkan
pada dorongan moral dan biasanya melebihi dari hanya sekedar kewajiban memenuhi
peraturan perundang-undangan. Perlu disadari banyak manfaat yang akan diperoleh
perusahaan yang melakukan CSR antara lain dapat mempertahankan dan menaikkan
reputasi dan brand image perusahaan sehingga muncul citra yang positif dari
masyarakat. Upaya CSR mampu meningkatkan citra perusahaan dengan
mempraktekkan karya ini yang sering disebut kinerja sosial perusahaan (corporat
social performance). Perusahaan menyadari masih ada hal yang perlu diperhatikan
dari pada memperoleh laba sebesar mungkin yakni mempunyai hubungan baik
dengan masyarakat di sekitar tempat usaha dan masyarakat umum.12
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya pada perusahaan
industri yang menghasilkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat, tetapi
juga bagi sektor perbankan.13 Sektor perbankan diharapkan tidak hanya
melaksanakan tugas-tugas utama perbankannya melainkan juga diminta untuk tetap
memiliki kepedulian terhadap lingkungan (komunitas) sebagai wujud corporate
social responsibility-nya.14
12 K. Bertens, Op.cit. hal. 301
13
DjogoTonny.”Tanggung Jawab Sosial Korporasi” dimuat dalam www.beritabumi.or.id tanggal 24 November 2005 04.01.
14
Pentingnya menerapkan CSR pada perusahaan bank telah terbukti dari
sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR pada bank-bank di
beberapa negara sudah cukup banyak dilakukan. Berdasarkan studi empiris yang
dilakukan oleh Branco (2006) pada sejumlah bank-bank di Portugis, diyakini bahwa
corporate social responsibility merupakan alat yang sangat penting bagi perusahaan
untuk berkomunikasi dengan stakeholders-nya. Hal ini sejalan dengan pernyataan
McDonald and Rudle-Thiele (2008) yang mengatakan bahwa program-program CSR
yang dilaksanakan hampir seluruh bank-bank ritel di dunia bertujuan untuk
memperkuat reputasi bank dan hubungan dengan para stakeholder. Demikian juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Gianna Zappi (2007) pada industri perbankan
di Italia dimana pandangan Italian Banking Association tentang CSR adalah sebagai
manajemen strategi perusahaan yang berorientasi pada pemberian nilai bagi para
stakeholder-nya. Selain itu, berdasarkan penelitian Sharma and Vredenburg (1998)
diyakini bahwa penerapan CSR sangat penting bagi perkembangan dan
kekompetitifan bisnis perusahaan. Oleh karena itu, pertimbangan-pertimbangan ini
menunjukkan bahwa penerapan CSR sangat perlu dilakukan oleh bank meskipun
tidak ada regulasi atau peraturan yang mewajibkan penerapan CSR.15
Menurut Bank Dunia, tanggung jawab sosial perusahaan terdiri dari beberapa
komponen utama: perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak azasi manusia,
interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, standar usaha, pasar,
15Andriyati M Sinaga. Pengaruh Elemen Good Corporate Governence (GCG) Terhadap
Pelaporan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Pada Sektor Perbankan Di Indonesia
pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan, kepemimpinan
dan pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan. Banyak perusahaan di dunia yang
makin meyakini bahwa CSR adalah mutlak untuk membangun citra yang lebih baik
dan kredibel, dan bahwa inisiatif - inisiatif CSR berwawasan sosial dan lingkungan
akan berdampak positif bagi kinerja finansial dan menjamin sukses berkelanjutan
bagi suatu perusahaan.16
Kepatuhan terhadap hukum adalah kewajiban ‘standar’ yang harus dipenuhi.
Namun melakukan sesuatu yang beyond the law adalah lebih baik lagi. Saat ini salah
satu kriteria penilaian masyarakat dan stakeholder (termasuk shareholder) terhadap
suatu perusahaan adalah bagaimana komitmen perusahaan tersebut pada masyarakat
dan lingkungan yang mendapat kepercayaan dan yang memiliki reputasi baik adalah
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat
dan lingkungan. Jika menilik pada konsep asalnya maka sebenarnya perusahaan yang
telah memperhatikan kepentingan dan mengusahakan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya melalui pemberian upah dan tunjangan-tunjangan kesehatan dan lain-lain
serta yang telah menjaga serta melestarikan lingkungan hidup dalam
kegiatan-kegiatan operasional perusahaan sebenarnya telah melakukan CSR. Begitu juga
dengan perusahaan-perusahaan yang memperhatikan dan mengutamakan kepentingan
konsumen dengan memberikan produk yang terbaik dan aman telah juga melakukan
16 Artikel: Mengenai Pengaruh Corporate Sosial Responsibility Terhadap Ekonomi Indonesia
CSR. Hal-hal tersebut di atas sebenarnya dapat dikategorikan sebagai pelaksanaan
CSR dalam arti sempit atau dalam arti pelaksanaan CSR secara ‘minimum’
mengingat kegiatan-kegiatan tersebut adalah berhubungan langsung dengan
pelaksanaan bisnisnya. Meski merupakan pelaksanaan CSR secara ‘minimum’.
Aspek lain yang patut diperhatikan adalah aspek keberlanjutan atau ‘sustainability’
dari setiap kegiatan CSR. Sebagai contoh, banyak perusahaan yang melakukan
kegiatan-kegiatan ‘charity’ seperti sumbangan sembako atau bantuan lainnya kepada
masyarakat yang terkena musibah banjir dan meng-klaim-nya sebagai salah satu
bentuk CSR Perusahaan. Padahal dalam konsep CSR sangat erat kaitannya dengan
aspek ini (lihat juga definisi CSR dalam Pasal 1 (3) UU PT). Sehingga,
kegiatan-kegiatan CSR Perusahaan haruslah dibuat dalam rencana jangka panjang dan yang
memiliki efek jangka panjang bagi masyarakat atau lingkungan.17
Ide mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau yang dikenal dengan
Corporate Social Responbility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Kelompok
yang mendukung wacana CSR berpendapat bahwa perusahaan tidak dapat dipisahkan
dari para individu yang terlibat di dalamnya, yakni pemilik dan karyawannya. Namun
mereka tidak boleh hanya memikirkan keuntungan finansialnya saja, melainkan pula
harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap publik. CSR merupakan
17www.aniunpad.fileswordpress.com mengenai Corporate Social Responsibility: Konsep,
Kepedulian perusahaan yang didasari 3 prinsip dasar yang dikenal dengan istilah
Triple Bottom Lines (3P)yaitu:18
1. Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2. People, Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat
3. Plannet, Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati. Beberapa program TJSP yan berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme) dll.
Ada empat pola CSR di Indonesia, yang pertama adalah :19
1. Keterlibatan Langsung yaitu Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelengarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju.
3. Bermitra dengan pihak lain, Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi pemerintah (Ornop), Instansi Pemerintah, Universitas atau media masa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu Konsorsium, perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
18
Suriadi Agus. Implementasi CSR Di Indonesia disampaikan pada acara sosialisasi SOP CSR PT. Bank Sumut. kamis 14 Februari 2013.
19
PT. Bank Sumut mempunyai kebijakan mengenai CSR nya sendiri yang
dalam manajemen pengelolaan CSR nya dengan menggunakan model kemitraan yaitu
perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan pemerintah
(Pemko/Pemkab) dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan
sosialnya, dimana sumber dana CSR nya dari laba bersih perusahaan yang jumlahnya
diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan sisa dana CSR tahun
sebelumnya. Besarnya alokasi dana CSR pada PT. Bank Sumut dibagi sesuai dengan
persentase kepemilikan saham masing-masing kabupaten atau kota ditambah dengan
pembagian komposisi dana CSR milik pemerintah provinsi Sumatera Utara yang
dibagi rata keseluruh Kabupaten atau Kota sehingga Kabupaten atau Kota yang tidak
memiliki saham di bank juga mendapatkan dana CSR. Peruntukan dana CSR bank
difokuskan kepada program kesejahteraan masyarakat yang tidak ditampung dalam
APBD dan APBN sebagai contoh dalam bidang pendidikan dan pelatihan yaitu
pemberian beasiswa untuk pelajar dan mahasiswa, pelatihan keterampilan kerja dan
kewirausahaan. Dalam bidang kesehatan yaitu pengadaan ambilance, pengobatan
gratis untuk masyarakat kurang mampu, dll. Pola penerapan CSR pada PT. Bank
Sumut menggunakan empat (4) program, antara lain :20
1. Community Development (Pemberdayaan Masyarakat)
Program yang mendorong peningkatan kemampuan atau keterampilan atau pengetahuan yang menumbuhkan kemandirian kelomok sasaran secara terencana dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi aktif kelompok
20 SK Direksi PT. Bank Sumut No. 240/Dir/Setdir/SK/2013 tanggal 3 September 2013
sasaran dalam pengambilan keputusan yang difasilitasi oleh tenaga pendamping, seperti: pemberdayaan ekonomi yaitu pendampingan kelompok tani, pemberdayaan kesehatan yaitu pos pelayanan terpadu (posyandu), pemberdayaan lingkungan yaitu percontohan desa wisata, dll.
2. Charity dan Philanthropy (kedermawanan sosial)
Program pemberian kontribusi dalam bentuk donasi (sejumlah bantuan dana tunai tertentu)atau barang berupa kegiatan amal atau kepedulian sosial seperti bantuan dana ke panti jompo, bantuan sembako untuk korban bencana alam.
3. Social Marketing (Kampanye Sosial)
Program pemberian kontribusi dalam bentuk jasa sosial berupa kampanye kesadaran publik, seperti kampanye go green, kampanye HIV Aids, dll.
4. Community Voluntering (Kelompok Relawan)
Melibatkan karyawan perusahaan ataupun kelompok masyarakat sebagai relawan dalam program CSR ini seperti: kader kesehatan, sahabat alam,dll. Dalam hal realisasi program CSR dipertanggungjawabkan oleh Direksi pada RUPS.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, Penulis tertarik untuk membahas tentang
pengaturan Corporate Sosial Responsibility (CSR) sebagai suatu karya ilmiah dalam
bentuk tesis dengan judul “Pelaksanaan Kebijakan Corporate Social Responsibility
(CSR) Pada PT. Bank Sumut terkait dengan penerapan CSR dalam
perundang-undangan di Indonesia, kebijakan PT. Bank Sumut dalam melaksanakan CSR nya,
dan indenpensi PT. Bank Sumut dalam pelaksanakan kebijakan CSR nya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
2. Bagaimanakah kebijakan PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan kewajiban
Corporate Social Responsibility (CSR) ?
3. Bagaimanakah independensi PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan kebijakan
corporate social responsibility (CSR) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang terdapat pada perumusan masalah di atas maka yang
menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penderivasian konsep Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam Perundang-Undangan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui kebijakan PT. Bank Sumut dalam melaksanakan kewajiban
Corporate Sosial Responsibility (CSR).
3. Untuk mengetahui independensi PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan
kebijakan Corporate Sosial Responsibility (CSR).
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis, yaitu :
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para
akademi maupun masyarakat umum serta diharapkan dapat memberi manfaat
guna menambah khasanah ilmu hukum secara umum dan hukum perusahaan
secara khusus di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah atau badan legislatif
dalam menentukan kebijakan maupun regulasi dalam upaya
pengembangan hukum nasional ke arah pengaturan tanggung jawab sosial
perusahaan.
b. Sebagai informasi dan inspirasi bagi praktisi bisnis (para pelaku
usaha,pemegang saham, dan komisaris) khususnya PT. Bank Sumut
bahkan investor untuk memahami pengaturan tanggung jawab perusahaan
serta melaksanakan sebagai kepedulian dan komitmen dalam pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan.
c. Sebagai bahan kajian bagi para akademisi yang dapat mengambil
poin-poin atau modul-modul pembelajaran dari tesis ini dan diharapkan wacana
tanggung jawab sosial perusahaan ini berkembang ke arah yang lebih baik.
d. Sebagai rujukan dan informasi bagi aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), masyarakat umum, dan pemangku kepentingan (satekholders)
pengontrol perkembangan implementasi tanggung jawab sosial
perusahaan di Indonesia.
E. Keaslian Penelitian
Menurut data yang ada berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil judul
penelitian yang ada pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) telah ada
yang meneliti mengenai tanggung jawab sosial yaitu :
1. Edi Syahputra, Mahasiswa Pascasarjana Hukum dengan judul penelitian “
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)terhadap masyarakat
lingkungan PTPN IV (Studi Pada Unit Kebun Dolok Ilir, Kabupaten
Simalungun) tahun penulisan 2008.
2. Dwi Windarti, Mahasiswi Pascasarjana Hukum dengan judul Penelitian
“Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat ( Studi di PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero), Tbk,
(PTBA))” tahun penulisan 2004.
3. Ika Safitri, Mahasiswa Pascasarjana hukum dengan judul penelitian “
Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility
(CSR) Pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Dari beberapa tesis sebelumya seperti contoh di atas berisikan mengenai pengaturan
Corporate Social Responsibility (CSR) di lingkungan BUMN, Impelentasi Corporate
Social responsibility terhadap masyarakat lingkungan PTPN IV unit Kebun Dolok Ilir
di Kabupaten Simalungun dan dampak implementasi Corporate Social Resposibility
yang ditulis oleh Edi Syahputra tahun 2008. Kemudian, dalam tesis yang ditulis oleh
Ika Safitri mengenai konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dalam etika
bisnis dan perusahaan dan bagaimana peranan pemerintah, perusahaan dan
masyarakat sebagai kemitraan tripartit dalam penerapan CSR berdasarkan UU No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dan tesis yang di tulis oleh Dwi Wulandari
mengenai pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan PT. Tambang Batu Bara
Bukit Asam sebagai dasar hukum dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat serta
penerapannya. Dalam tesis ini penulis membahas mengenai Analisis Hukum
Terhadap kebijakan Corporate Sosial Responsibility Pada PT. Bank Sumut yang
dimana permasalahan yang akan dijawab tentang bagaimana penerapan konsep CSR
dalam perundang-undangan di Indonesia, bagaimana kebijakan PT. Bank Sumut
dalam pelaksanaan kewajiban CSR nya, serta bagaimana pelaksanaan kebijakan
penggunaan dana CSR pada PT. Bank Sumut. Sebagaimana yang kita tahu sebagai
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara yang merupakan perusahaan BUMD
yang dalam penerapan CSR nya menggunakan sistem kemitraan dengan pemerintah
Penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan memiliki keaslian dan sesuai
dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu jujur, rasional, objektif,
serta terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran
ilmiah sehingga dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara ilmiah, kelimuan dan terbuka untuk kritisi yang sifatnya
konstruktif (membangun).
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori menempati kedudukan yang penting dalam dunia ilmu sebagai sarana
untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula
tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu
sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan-penjelasan melalui cara
mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan.21
Kerangka teori tesis ini menggunakan teori utilitas (utilitarisme) yang
dipelopori Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart Mill.
Jeremy Bentham dalam karya tulisnya “An introduction to Principles of Morals and
Legislation”.22
21 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Cistra Aditya Bakti,2000). Hal. 253.
22 Ian Saphiro, Asas dan Moral Dalam Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Bekerjasama
Bentham menjelaskan lebih jauh bahwa asas manfaat melandasi segala
kegiatan berdasarkan sejauh mana tindakan itu meningkatkan atau mengurangi
kebahagiaan kelompok itu; atau dengan kata lain meningkatkan atau melawan
kebahagiaan itu.23
Utilitarisme disebut suatu teleologis (dari kata yunani telos = tujuan), sebab
menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan
perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan
apa-apa menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.24
Teori Utilitas merupakan pengambilan keputusan etika dengan
mempertimbangkan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya (The
Greatest Good For The Greatest Number) artinya bahwa hal yang benar didefinisikan
sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang baik atau meminimalisir apa yang
berbahaya bagi kebanyakan orang. Semakin bermanfaat pada semakin banyak orang
perbuatan itu semakin etis. Dasar moral dari perbuatan hukum ini bertahan paling
lama dan relatif paling banyak digunakan. Utilitarianism (dari kata utilis berarti
diterbitkan pada tahun 1789 adalah karya klasik yang menjadi rujukan (locus classicus) tradisi Utilitarian. Utilitarisme berasal dari kata latin utilitis yang berarti “manfaat”. Dictum Bentham yang selalu dikenang, yakni bahwa mereka diharapkan mampu memaksimalkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
23Ibid, Hal 14.
manfaat) sering disebut juga aliran konsekuensialisme karena sangat berorientasi
pada hasil perbuatan.25
Dipahami bahwa utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi
perbuatan dalam menilai baik buruknya. Kualitas moral suatu perbuatan baik
buruknya tergantung pada konsekuensi atau akibat yang dibawakan olehnya. Jika
suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling besar artinya paling memajukan
kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat maka perbuatan itu adalah
baik. Sebaliknya jika perbuatan membawa lebih banyak kerugian dari pada manfaat
perbuatan itu harus dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan disini memang menentukan
seluruh kualitas moralnya.26
Prinsip utilitarianisme dan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki makna
yang hampir sama dan hubungan yang erat. Dalam hal ini pengertian CSR Corporate
Social Responsibility berkaitan dengan mekanisme pengaturan diri perusahaan yang
terintegrasi dan berhubungan erat dengan segala aturan, tanggung jawab, norma, dan
etika yang berlaku di lingkungan sekitar. Jadi dalam CSR, sebuah perusahaan dalam
proses perjalanannya diharapkan tidak hanya mengutamakan segi keuntungan materi
semata, namun juga memikirkan keadaan pihak-pihak lain yang terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan tersebut.
25 Erni R. Ernawan, Business Ethics : Etika Bisnis, (Bandung: CV. Alvabeta, 2007), Hal. 93. 26 Manuel G. Velazquez, Etika Bisnis : Konsep dan Kasus (Edisi ke-5), diterjemahkan oleh
John Stuart Mill melakukan revisi dan mengembangkan lebih lanjut teori ini
dalam bukunya utilitarianisme yang diterbitkan pada tahun 1861 John Stuart Mill
mengasumsikan bahwa pengejaran utilitas masyarakat adalah sasaran aktivitas moral
individual. John Stuart Mill mempostulatkan suatu nilai tertinggi kebahagiaan yang
mengijinkan kesenangan heterogen dalam berbagai bidang kehidupan. Ia menyatakan
bahwa semua pilihan dapat dievaluasi dengan mereduksi kepentingan yang
dipertaruhkan sehubungan dengan kontribusinya bagi kebahagiaan individual yang
tahan lama. Teori ini dikenal dengan utilitarianisme eudaemonistik. Kriteria utilitas
menurutnya harus mampu menunjukkan keadaan sejahtera individual yang lebih awet
sebagai hasil yang diinginkan, yaitu kebahagiaan.27
Teori utilitarianisme mengatakan suatu adalah baik jika membawa manfaat,
tetapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat
sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme kriteria untuk
menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah
orang terbesar. Perbuatan yang menagkibatkan paling banyak orang merasa senang
dan puas adalah perbuatan yang baik. Melestarikan lingkungan hidup misalnya
merupakan tanggung jawab moral individu atau korporasi? utilitarisme menjawab :
karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai
keseluruhan. Korporasi atau perusahaan tentu bisa meraih banyak manfaat dengan
27 Peter Pratley, Etika Bisnis (The Essence of Business Ethic), diterjemahkan oleh Gunawan
menguras kekayaan alam melalui teknologi dan industri, hingga sumber daya alam
risak atau habis sama sekali. Karena itu menurut utilitarisme upaya pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) menjadi tanggung jawab moral individu dan
perusahaan.28
Mudah dipahami bahwa utilitarisme sebagai teori etika sesuai dengan
pemikiran ekonomis. Misalnya teori ini cukup dekat dengan cost-benefit analysis
(analisis biaya-manfaat) yang banyak dipakai dalam konteks ekonomi. Manfaat yang
dimaksudkan utilitarisme bisa dihitung juga sama seperti menghitung untung dan rugi
atau kredit dan debet dalam konteks bisnis. Keputusan diambil pada manfaat terbesar
dibanding biayanya.29
Aktifitas setiap perusahaan tidak pernah lepas dari interaksi dengan
lingkungan sosialnya. Akibat dari interaksi itu menuntut adanya timbal balik antara
perusahaan dan lingkungan sosialnya yang berimbas pada timbulnya dampak-dampak
sosial atas kegiatan operasional pada lingkungannya. Sepanjang manusia
menggunakan sumber daya manusia dan komunikasi yang ada, maka perusahaan
memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian
profit tersebut bagi masyarakat. Sesuai dengan teori utilitaranisme yang
dikembangkan pertama kali oleh Jeremy Bentham (1748-1832) yaitu bagaimana
menilai baik dan buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal
secara moral. Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu
kebijaksanaan yang punya dampak bagi kepentingan banyak orang secara moral.
Penerapan CSR atau tanggung jawab sosial Perusahan dalam teori
utilitarianisme dianggap sesuai dengan pelaksanaan CSR tersebut. Sebagaimana kita
ketahui CSR merupakan suatu konsep dimana perusahaan memiliki tanggung jawab
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan guna terciptanya kesejahteraan masyarakat. Hal
ini sesuai teori utilitarianisme, secara singkat dapat diartikan bahwa bertindaklah
sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar
mungkin bagi sebanyak mungkin orang. Nilai positif dari etika utilitarianisme, bahwa
utilitarianisme selalu mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan
bagi banyak orang. Yang paling pokok dari utilitarianisme adalah menilai tindakan
atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan akibat atau konsekuensinya yaitu
sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi banyak orang.30
Teori utilitarianisme dan teori keadilan digunakan dalam tesis ini. Teori
Keadilan dikemukakan oleh John Rawls. Di dalam bukunya yang berjudul A Theory
Of Justice, beliau menyaratkan dua prinsip keadilan sosial yang sangat
mempengaruhi pemikiran abad ke-20 yaitu prinsip-prinsip sebagai berikut :
30 Artikel : Citra Restu Aggari, Perusahaan Yang Menerapkan Etika Utilitarianisme atau
1. Paling utama adalah prinsip kebebasan yang sama (Equal Liberty) yakni
setiap orang memiliki hak atas kebebasan individual (liberty) yang sama
dengan hak orang lainnya.
2. Prinsip kesempatan yang sama (equal oppurtunity). Dalam hal ini,
ketidakadilan ekonomi dalam masyarakat harus diatur untuk melindungi pihak
yang tidak beruntung dengan jalan memberi kesempatan yang sama bagi
semua orang dengan persyaratan yang adil.31
Menjalankan CSR menggunakan prinsip kebebasan yang sama (equel liberty)
dan prinsip kesempatan yang sama (equal oppurtunity) ini sangatlah penting, bahwa
dalam mejalani kehidupan hak setiap individu harus diutamakan. Kegiatan CSR
mempunyai Komitmen dan tanggung jawab korporat terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh korporat baik yang bersifat sosial maupun lingkungan serta usaha
bagi korporat untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial masyarakat. Untuk itu,
korporat maupun masyarakat dalam menjalani kehidupan sosialnya harus diciptakan
kepercayaan, saling memberi kesempatan satu sama lain dalam hal meningkatkan
kesejahteraan yang saling menguntungkan sehingga terciptanya keadilan.
Perkembangan masa kini telah terjadi pergeseran pengelolaan perusahaan dari
pengelolaan yang didasarkan kepada shareholders theory menjadi stakeholders
theory. Apabila dahulu pengelolaan perusahaan didasarkan pada shareholders theory
lebih mengutamakan atau menitik beratkan pada kepentingan pemegang saham atau
pemilik, maka sebaliknya sekarang ini muncul suatu pandangan stakeholders theory
yang menitik beratkan pengelolaan perusahaan untuk kepentingan stakeholders.
Dalam stakeholders theory melihat perusahaan sebagai institusi sosial, dimana
kepentinganpemegang saham bukanlah menjadi hal yang dominan dalam sistem
pengelolaannya.32
Stakeholders terdiri dari stakeholders internal dan stakeholders eksternal.
Stakeholders internal terdiri dari pemilik atau pemegang saham. Sedangkan
stakeholders eksternal terdiri dari pemerintah, masyarakat/konsumen dan lingkungan
hidup.
Teori Stakeholder (Stakeholders Theory) dijelaskan bahwa perusahaan tidak
sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholder) sebagaimana terjadi
selama ini, namun bergeser lebih luas yaitu pada ranah sosial kemasyarakatan
(stakeholder), selanjutnya disebut tanggung jawab sosial (social responsibility).
Fenomena seperti ini terjadi karna adanya tuntutan dari masyarakat akibat
externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi. Tanggung jawab
perusahaan yang semula hanya diukur sebatas pada indikator ekonomi dalam laporan
keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial terhadap
32
stakeholder, baik internal maupun eksternal. Stakeholder adalah semua pihak baik
internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi
maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan.
Dengan demikian stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti :
pemerintah, perusahaan pesaing , masyarakat sekitar, para pekerja lingkungan
perusahaan, lingkungan internasional dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Batasan stakeholder tersebut di atas
mengisaratkan bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholder, karena
mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung atas aktifitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan
perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholder bukan tidak mungkin
akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder. Berdasarkan
pada asumsi dasar stakeholder theory perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan
lingkungan sosial (social setting) sekitarnya. Perusahaan perlu menjaga legitimasi
stakeholder serta mendudukinya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan
keputusan, sehingga dapat mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan.33
Kehidupan bisnis jika ingin berlangsung jangka panjang maka bisnis harus
memberi jawaban kepada kebutuhan masyarakat dan memberi masyarakat itu apa
33 Bambang Rudito & Melia Famiola. Etika Bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
saja yang menjadi kebutuhan mereka. Dengan kata lain dunia bisnis harus seimbang
dengan kehidupan lingkungan yang bermutu.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi dengan
komunitas lokal sebagai bentuk masyarakat secara keseluruhan. Kebutuhan korporat
untuk beradaptasi dan guna mendapatkan keuntungan sosial berupa kepercayaan
(trust). CSR tentunya sangat berkaitan dengan kebudayaan perusahaan dan etika
bisnis yang harus dimiliki oleh budaya perusahaan, karena untuk melaksanakan CSR
diperlukan suatu budaya yang didasari oleh etika yang bersifat adaptif.34
Berbicara tentang implementasi tanggung jawab sosial perusahaan berarti kita
sedang berbicara tentang aktivitas kerjasama, bukan kerja sendiri. Korporat dalam
melaksanakan aktivitas bisnisnya tentu tidak hanya berusaha mendapatkan
keuntungan secara finansial belaka, akan tetapi keuntungan sosial tentunya menjadi
sasaran juga untuk pada gilirannya akan menguatkan pendapatan finansial.
Pembangunan nasional pada dasarnya tidak hanya tanggung jawab pemerintah
untuk melaksanakannya, tetapi juga anggota masyarakat dan juga pihak swasta yang
berwujud korporat untuk terlibat langsung maupun tidak langsung dalam usaha
pengembangan masyarakat. Menurut UU Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal
74 Ayat 1 menyebutkan bahwa perseroan terbatas yang menjalankan usaha dibidang
dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Kemudian pada UU no. 25 Tahun 2007 Pasal 15(b)
menyatakan bahwa setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung
jawab sosial korporat. Dalam hal ini dimaknai sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan atau CSR yang mengarah pada pengembangan masyarakat lokal sekitar
korporat itu berdiri. Sedangkan pemerintah baik pusat maupun daerah menyediakan
perangkat peraturannya sebagai regulator dalam hubungan antara masyarakat swasta
dan pemerintah.35
CSR berkembang pada akhir tahun 90’an dengan ditandainya munculnya
definisi CSR oleh World Business Council for Sustainable Development (WBSD)
Tahun 1995, sebuah lembaga forum bisnis yang digagas oleh Badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk kalangan bisnis agar dapat berkontribusi dalam pembangunan.
Konteks saat itu adalah pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development),
suatu konsep pembangunan demi masa depan tanpa merusak sumber daya alam,
dimana mencoba menyatukan 3 (tiga) elemen pembangunan yaitu ekonomi,
lingkungan dan sosial.36
Gagasan CSR Oleh WBSD sangat dipengaruhi oleh pembangunan
berkelanjutan ini. Pemahaman yang muncul adalah bagaimana dunia bisnis dapat
berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan secara luas dan secara mikro
terhadap masyarakat yang ada disekitarnya. Disimak dari defenisi CSR oleh WBSD
adalah sebagai komitmen bisnis untuk berperilaku etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup
karyawan dan keluarganya serta masyarakat lokal dan masyarakat pada umumnya.
Pemahaman yang berebeda juga disajikan oleh kalangan dunia akademis
tentang CSR berkaitan dengan manajemen. CSR dipandang sebagai nilai-nilai atau
value yang menjadi pedoman oleh korporat untuk kemudian disebarkan kepada para
konsumen dan stakeholder (share value) sehingga menimbulkan citra positif bagi
korporat dan akhirnya menimbulkan keuntungan bagi korporat.
Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Business for Social
Responsibility,37 adapun manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan yang
mengimplementasikan CSR antara lain :
a. Peningkatan dan penjualan pangsa pasar (increased sale and market share)
b. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (Strengthened and brand
positioning)
c. Meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan (Enchanced Corporate Image
and Clout)
d. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, motivasi dan mempertahankan
karyawan (increased ability to attract, motivate, and etain employes)
37 Philip Kotler dan Nancy Lee, Corporate Social responcibility: Doing the most for your
e. Menurunkan biaya operasional perusahaan (Decreasing operating cost)
f. Meningkatkan daya tarik bagi inverstor dan analisis keuangan (Increased
appeal to investors and financial analysts).
2. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merumuskan definisi-definisi tertentu yang dapat
dijadikan pedoman operasionil didalam proses pengumpulan, analisa, dan
konstruksi data.38
Untuk menghindari kesalahan dan misinterpretasi, ada beberapa konsep yang
perlu dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Analisis hukum adalah penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan mengenai perintah maupun larangan yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat yang harus ditaati oleh seluruh anggota
masyarakat.
b. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perseroan
untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
pada umumnya.39
c. Konsep dasar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
pemikiran atau tata cara dasar diciptakannya suatu kegiatan yang
dimana suatu perusahaan dalam menjalani usahanya mempunyai
tanggung jawab terhadap lingkungan sosial tempat perusahaan tersebut
berada.
d. Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Sumut adalah
rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak, dimana komitmen Bank Sumut untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan
sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum
yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya
menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil
yang diinginkan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif didefenisikan
sebagai penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang
terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.
Disebut juga penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang
menggunakan data sekunder. Penelitian hukum normatif dikenal sebagai
penelitian hukum yang bersifat kualitatif. Penelitian hukum empiris adalah
penelitian hukum yang menggunakan sumber data primer.40 Penelitian
hukum normatif untuk mengkaji lebih dalam norma-norma hukum positif
yang dapat dijadikan dasar lahirnya kewajiban CSR bagi perusahaan.
Penelitian hukum empiris ditujukan untuk melihat perilaku masyarakat
(Bank Sumut) dalam melaksanakan peraturan-peraturan hukum tentang
CSR.
Sifat penelitian dari tesis ini adalah deskriptif analitis yaitu suatu
penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan
menganalisis peraturan hukum yang berkaitan dengan bank CSR.
40 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum Dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia:
Penelitian ini juga akan menggambarkan dan menganalisis praktek CSR di
Bank Sumut.
2. Sumber Data
Data atau bahan penelitian dalam tesis ini dihimpun dari bebarapa sumber,
yaitu :
A. Data Sekunder
a. Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan unsur-unsur dalam sistem
Corporate Social Responsibility (CSR), konsep CSR, serta
aspek-aspek lain yang timbul dari penyelenggaraan CSR yang
diantaranya adalah Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, PP No. 47
Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas, Surat Keputusan Direksi (SK) No.
240/Dir/Setdir/SK/2013 Tanggal 3 September 2013 Tentang
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) PT. Bank SUMUT dan Surat Edaran (SE) No.
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility) PT. Bank Sumut.
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya,
bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum
sepanjang relevan dengan objek telaan penelitian.
c. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus, majalah, maupun dari internet.
B. Data Primer
Menunjang analisis data sekunder, maka penelitian ini juga
mengumpulkan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara.
Wawancara yang dilakukan dengan pejabat PT. Bank Sumut unit
Sekretaris Perusahaan yaitu Pimpinan Corporate Secretary (Bapak
Didi Diharsa) dan Bapak Hadi Pramono pejabat asisten V. Wawancara
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk
mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran
konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek
telaahan penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan
dan karya ilmiah lainnya. Data primer dikumpulkan melalui teknik
wawancara mendalam (indepth interview) dengan pejabat PT. Bank Sumut
yang tujuannya untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan CSR di PT.
Bank Sumut.
4. Analisis Data
Pengelolaan data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara
melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian konstruksi
dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam
kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum
tersebut. Tujuan analisa data dalam penelitian adalah menyempitkan dan
membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur,
menemukan jawaban atas pertanyaan perihal permasalahan akan di bahas
dengan melihat dari data-data yang ada.41
Bahan-bahan hukum primer, hukum sekunder, dan tersier yang dimaksud
telah diperoleh, maka bahan hukum tersebut diperiksa kembali kelengkapan dan
konsistensinya satu sama lain, kemudian bahan hukum tersebut diolah secara
kualitatif dengan melakukan identifikasi yang logis, sistematis, sesuai dengan tema
utnuk dianalisis. Analisis bahan hukum dilakukan secara kualitatif kemudian ditarik
kesimpulan dengan menggunakan cara deduktif sehingga diharapkan dapat menjawab
permasalahan yang ditetapkan. Analisa kualitatif rumusan pembenaran didasark