• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : BENTUK HAK YANG DIMILIKI RAHMAWATI

C. Ruang Lingkup Hak Moral dan Hak Ekonomi dalam Hak

Hak Cipta merupakan terjemahan dari copyright dalam bahasa Inggris (secara harfiah artinya hak salin). Copyright diciptakan sejalan dengan penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan proses pembuatan karya aslinya.61

Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya atau hasil olah gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan" atau hak untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga sekaligus memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan secara tidak sah atas suatu ciptaan.62 Mengingat hak eksklusif itu mengandung nilai ekonomis yang tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.63

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta memuat defenisi hak cipta sebagai berikut : Hak cipta adalahhak eksklusif

60 http://archive.rimanews.com/gayahidup/Pengadilan-Memutuskan-Hak-Cipta-Film-Soekarno-Milik-Rachmawati, diakses Senin, 08 Januari 2018 Pukul 10.00 Wib.

61Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual : Hak Cipta, Paten, Hak cipta dan Seluk- Beluknya), Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2015, hlm.21

62 Nico Kansil, Pengantar Umum Mengenai Hak Cipta, Paten dan Merek, Yan Apul, Jakarta, 2004, hlm. 15

63 Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Op.Cit., hlm.14

pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak cipta didefenisikan sebagai hak ekslusif bagi para pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberikan izin kepada pihak lain untuk melakukan hal yang sama dalam batasan hukum yang berlaku.

Hal penting untuk diingat adalah hak tadi mengizinkan pemegang hak cipta untuk mencegah pihak lain untuk memperbanyak tanpa izin.64

Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan".65 Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.66

Hak ekslusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.67 Dalam pengertian mengumumkan atau memperbanyak, termasuk kegiatan menterjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalih wujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan,

64 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm.41

65 Endang Purwaningsih, Intellectual Property Rights, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hlm.2

66 Insan Budi Maulana, Bianglala Hak Kekayaan Inetelektual, Hecca Mitra Utama, Jakarta, 2005, hlm.22.

67 Ibid, hlm. 24.

49

mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, hak ciptaam dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.68

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta mendefenisikan pencipta seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta mengandung pengertian dan sifat hak cipta, yakni :

1. Hak cipta adalah hak eksklusif.

Dari definisi hak cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 disebutkan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif, diartikan sebagai hak eksklusif karena hak cipta hanya diberikan kepada pencipta atau pemilik/

pemegang hak, dan orang lain tidak dapat memanfaatkannya atau dilarang menggunakannya kecuali atas izin pencipta selaku pemilik hak, atau orang yang menerima hak dari pencipta tersebut (pemegang hak).69 Pemegang hak cipta yang bukan pencipta ini hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif tersebut yaitu hanya berupa hak ekonominya saja.70 Hak cipta itu merupakan hak yang bersifat khusus istimewa atau eksklusif yang diberikan kepada pencipta atau pemegang hak cipta. Dengan hak yang bersifat khusus ini berarti tidak ada orang lain yang boleh menggunakan hak tersebut terkecuali dengan izin pencipta atau pemegang hak cipta yang bersangkutan.71

68 Endang Purwaningsih, Op.Cit, hlm.97

69 Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm. 85

70 Ibid., hlm. 86.

71 Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, Akademika Pressindo, Jakarta, 2000, hlm. 52.

2. Hak yang bersifat khusus, tunggal, atau monopoli tadi meliputi hak pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan ciptaanya, memperbanyak ciptaannya dan memberi izin kepada orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil ciptaaanya tersebut.72

3. Dalam melaksanakan hak yang bersifat khusus ini, baik pencipta, pemegang hak cipta, maupun orang lain yang telah diberi izin untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tadi harus dilakukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang merupakan pembatasan-pembatasan tertentu.73 4. Hak cipta tersebut dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat immaterial

yang dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain baik untuk seluruh maupun sebagian.

5. Hak cipta berkaitan dengan kepentingan umum

Hak cipta merupakan hak eksklusif yang istimewa, tetapi ada pembatasan-pembatasan tertentu yang bahwa hak cipta juga harus memperhatikan kepentingan masyarakat atau umum yang juga turut memanfaatkan ciptaan seseorang.74 Secara umum, hak cipta atas suatu ciptaan tertentu yang dinilai penting demi kepentingan umum dibatasi penggunaannya sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat(kepentingan umum).75 Kepentingan-kepentingan umum tersebut antara lain: kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kegiatan

72 Hendra Tanu Atmadja, Perlindungan Hak Cipta Musik atau Lagu, Penerbit Hatta Internasional, Jakarta, 2004, hlm. 49

73 CST. Kansil, Hak Milik Intelektual (Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta), Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hl. 23.

74 M. Hutauruk, Peraturan Hak Cipta Nasional, Erlangga, Jakarta, 2012, hlm.31.

75 Hendra Tanu Atmadja, Op.Cit, hlm. 51

51

penelitian dan pengembangan. Apabila negara memandang perlu, maka negara dapat mewajibkan pemegang hak cipta untuk menerjemahkan atau memperbanyaknya atau pemegang hak cipta dapat memberi izin kepada pihak lain untuk melakukannya.

6. Hak cipta dapat beralih maupun dialihkan

Seperti halnya bentuk-bentuk benda bergerak lainnya, hak cipta juga dapat beralih maupun dialihkan, baik sebagian maupun dalam keseluruhannya.

Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu:76

a. Transfer : merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak kepada pihak/ orang lain, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan.

b. Assignment : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada pihak lain berupa pemberian izin/ persetujuan untuk pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensi.

7. Hak Cipta dapat dibagi atau diperinci (divisibility):77

a. Berdasarkan praktik-praktik pelaksanaan hak cipta dan juga norma

„Principle of Specification‟ dalam hak cipta, maka hak cipta dibatasi oleh:

b. Waktu: misalnya lama produksi suatu barang sekian tahun,

c. Jumlah: misalnya jumlah produksi barang sekian unit dalam satu tahun, d. Geografis: contohnya sampul kaset bertuliskan “For Sale in Indonesia

Only” atau slogan “Bandung Euy

76Suyud Margono, Op.Cit, hlm 14-15

77 Ibid., hlm.15.

Memperhatikan pada pengertian hak cipta yang diberikan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 dapat ditentukan unsur-unsur dari hak cipta, yakni : 78 1. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta 2. Untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan

3. Timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan

4. Tanpa mengurangi pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menciptakan suatu karya cipta, tentu ada subjek atau orang yang membuat atau menciptakan karya cipta tersebut.”Jika dikaitkan dengan hak cipta, maka subjeknya ialah pemegang hak yaitu pencipta atau orang atau badan hukum yang secara sah memperoleh hak untuk itu”.79

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Berdasarkan dari pengertian pencipta dan pemegang hak cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, maka dapat dilihat adanya perbedaan antara pencipta dan pemegang hak cipta. Seorang pencipta otomatis menjadi pemegang hak cipta yang merupakan pemilik dari hak cipta, sedangkan pemegang hak cipta belum tentu merupakan pencipta.80 Hal ini

78 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 31

79 OK.Saidin, Op.Cit.,hlm.235.

80 CJT. Simorangkir, Hak Cipta Lanjutan II, Djambatan, Jakarta, 2009, hlm. 39

53

dimungkinkan karena pemegang hak cipta mungkin saja menerima pengalihan hak dari pencipta atau membeli hak cipta dari pencipta. Cara memperoleh suatu hak, bisa dengan pewarisan, hibah, wasiat atau pihak lain dengan perjanjian. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Ciptaan yang telah diterbitkan tapi tidak diketahui nama penciptanya atau hanya tertera nama samaran, dalam hal ini, hak cipta atas ciptaan tersebut dipegang oleh negara untuk kepentingan penciptanya. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.81

Berdasarkan penciptanya, ciptaan diklasifikasikan sebagai berikut : 82 a. Ciptaan warga Negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia.

b. Ciptaan bukan warga Negara Indonesia, bukan penduduk, bukan badan hukum Indonesia, atau diumumkan di Indonesia dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak ciptaan itu diumumkan untuk pertama kali di Indonesia.

c. Ciptaan bukan warga Negara,bukan penduduk, bukan badan hukum Indonesia dengan ketentuan :

1) Negara mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta dengan Negara Republik Indonesia.

2) Negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam suatu perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan hak cipta dan hak lain yang berkaitan dengan hak cipta.

Pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang hak cipta, dan timbulnya perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Namun demikian,

81 Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu , Neighboring Right, dan Collecting Society, Alumni, Bandung, 2008, hlm. 19.

82 Ibid, hlm. 113

surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan.83

Hukum hak cipta bertujuan melindungi ciptaan-ciptaan para pencipta yang dapat terdiri dari pengarang, artis, musisi, dramawan, pemahat, programer komputer dan sebagainya.84 Hak-hak para pencipta ini perlu dilindungi dari perbuatan orang lain yang tanpa izin mengumumkan atau memperbanyak karya cipta pencipta.

Hak cipta pada dasarnya adalah sejenis kepemilikan pribadi atau suatu ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide pencipta di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan.85 Ketika seseorang membeli sebuah buku, anda hanya membeli hak untuk menyimpan dan meminjamkan buku tersebut sesuai dengan keinginan anda. Buku tersebut adalah milik anda pribadi dalam bentuknya yang nyata atau dalam wujud benda berupa buku. Namun ketika membeli hak cipta karya tulis yang ada dalam buku yang dimiliki oleh pengarang ciptaan karya tulis yang diterbitkan sebagai buku.

Kerangka pemikiran tentang sifat dasar hak cipta yang demikian, seseorang tidak memperoleh hak untuk mengkopi ataupun memperbanyak buku tanpa seizin dari pengarang. Apalagi menjual secara komersil hasil perbanyakan buku yang dibeli tanpa seizin dari pengarang.86 Hak memperbanyak karya tulis adalah hak ekslusif pengarang atau seseorang kepada siapa pengarang

83 Bernard Nainggolan, hlm.70.

84 OK. Saidin., Op.Cit, hlm.25

85 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Intelektual, Citra Adtya Bakti, Bandung, 2001, hlm.112.

86 Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga Manajemen Kolektif, Alumni, Bandung, 2011, hlm.39.

55

mengalihkan hak memperbanyak dengan cara memberikan lisensi. “Pencipta sebagai pemilik hak cipta memiliki suatu kekayaan intelektual dalam bentuk tidak berwujud (intangable) yang bersifat sangat pribadi”.87

Menurut Pasal 1 ayat (1) undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, bahwa hak cipta adalah “hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsif deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka hak eksklusif terdiri dari hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right). Hak moral dan hak ekonomi merupakan aspek yang sangat penting terkait dengan suatu karya cipta yang dilahirkan maupun yang diciptakan.Hak moral adalah hak yang melekat dalam diri pencipta yang tidak dapat dipisahkan, hak ini berkaitan dengan kaitanya terhadap naskah, isi naskah, layout dan cover.88

1. Hak ekonomi atas suatu ciptaan (economic right).

Hak cipta berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi (economic rights). Adanya kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi di dalam hak cipta tersebut, merupakan suatu perwujudan dari sifat hak cipta itu sendiri, yaitu bahwa ciptaan-ciptaan yang merupakan produk olah pikir manusia itu mempunyai nilai, karena ciptaan-ciptaan tersebut merupakan suatu bentuk kekayaan, walaupun bentuknya tidak berwujud (intangible).89

87Eddy Damian., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Alumni, Bandung, 2002, hlm. 96

88 Ibid, hlm. 97.

89 Ibid, hlm. 98.

Manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut sebenarnya juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya perlu dipahami, dan tidak sekedar menganggapnya semata-mata sebagai karya yang memberikan kepuasan batiniah, bersifat universal dan dapat dinikmati oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun juga, apalagi dengan sikap bahwa sepantasnya hak itu dapat diperoleh secara cuma-cuma.90

Hak ekonomi ini diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual dapat digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau perdagangan yang mendatangkan keuntungan.91 Hak ekonomi tersebut adalah hak yang dimiliki oleh seseorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.Hak ekonomi pada setiap undang-undang selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak yang diliputnya, dan ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut. Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, menyatakan bahwa pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. Penerbitan ciptaan;

Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya;

Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta menyatakan bahwa penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara. Penggandaansama dengan perbanyakan, yaitu menambah jumlah sesuatu ciptaan dengan

90 Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual dalam Menghadapi Era Global. UIR Press, Riau, 2002, hlm. 25

91 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm. 19.

57

pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut, dengan menggunakan bahan yang sama, maupun tidak sama; termasuk mengalihwujudkan sesuatu ciptaan. Bentuk perbanyakan ini biasa dilakukan dengan peralatan tradisional maupun modern. 92

b. Penerjemahan ciptaan;

Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan;

Penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dikatakan bahwa adaptasi adalah mengalihwujudkan suatu Ciptaan menjadi bentuk lain, sebagai contoh dari buku menjadi film. Karya lain dari hasil transformasi adalah merubah format ciptaan menjadi format bentuk lain, sebagai contoh musik pop menjadi musik dangdut.93

c. Pendistribusian ciptaan atau salinannya;

Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta disebutkan bahwa pendistribusian adalah penjualan, pengedaran dan/atau penyebaran ciptaan dan/atau produk hak terkait.Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya dengan maksud agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat.Hak ekonomi untuk melakukan pendistribusian ciptaan ini tidak berlaku terhadap ciptaan atau salinannya yang telah dijual atau yang telah dialihkan kepemilikan ciptaan tersebut kepada siapapun. 94

92 Mieke Komar Kantaatmadja dan Ahmad M. Ramli., Perlindungan Atas Hak Kekayaan Intelektual Masa Kini dan Tantangan Menghadapi Era Globalisasi Abad 21, Alumni, Bandung, 2004, hlm. 16.

93 Penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

94 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, Alumni, Bandung, 2003, hlm. 56

d. Pertunjukan ciptaan;

Hak pertunjukan ciptaan (Public Performance Right)merupakan hak yang dimiliki oleh para pemusik, dramawan, maupun seniman lainnya yang karyanya dapat terungkap dalam bentuk pertunjukan.95 Pada Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dikatakan bahwa pelaku pertunjukan adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukkan suatu ciptaan.Setiap orang atau pihak yang ingin menampilkan, atau mempertunjukkan suatu karya cipta harus meminta izin dari si pemilik hak untuk mempertunjukan (performings rights) tersebut. 96

e. Pengumuman ciptaan;

Pengumuman sendiri berdasarkan pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta adalah pembacaan, penyiaran, pameransuatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.

f. Komunikasi ciptaan;

Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta menyatakan bahwa komunikasi adalah pentranmisian suatu ciptaan, pertunjukan, atau fonogram melalui kabel atau media lainnya selain penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik, termasuk penyediaan suatu ciptaan,

95 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 5-6.

96 Bambang Kesewo, Beberapa Ketentuan Dalam Persetujuan TRIPs, Departemen Perdagangan RI, Jakarta, 2004, hlm.19.

59

pertunjukan, atau fonogram agar dapat diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya. 97

g. Penyewaan ciptaan.

Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif, seorang pencipta/pemegang hak cipta melakukan perbanyakan ciptaan kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh keuntungan materi dari perbanyakan ciptaan tersebut. Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain untuk memproduksi, memperbanyak dan menjual hasil copy-an ciptaan adalah bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin saja melainkan pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari perbuatan tersebut.

Hal ini memang wajar, pencipta/pemegang hak cipta ikut serta mendapat bagian keuntungan, karena pihak yang diberi izin mendapatkan keuntungan dari penerimaan izin tersebut.98

Hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan sendiri hak kekayaan intelektual atau karena penggunaan pihak lain berdasarkan lisensi. Dalam perjanjian lisensi hak cipta selain memperjanjikan izin menggunakan hak cipta juga memperjanjikan pembagian keuntungan yang diperoleh penerima lisensi dengan pemberi lisensi.99

2. Hak moral (moral right).

Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari masalah moral karena di dalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang jangka waktu perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul disebabkan pada

97Ita Gembiro, Hukum Milik Intelektual, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001, hlm. 46.

98 Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 45.

99 Ibid, hlm. 46.

dasarnya setiap orang mempunyai keharusan untuk menghormati atau menghargai karya cipta orang lain.100 Dengan kata lain, hak moral merupakan penghargaan moral yang diberikan masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat.

Penghargaan moral ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu dan orang lain tidak dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun mengubah karya cipta seseorang menjadi atas namanya.

Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi si pencipta konsep hak moral. Ini berasal dari sistem hukum kontinental yaitu perancis.

Menurut konsep hukum kontinental, hak pengarang (droid d‟aueteur, author right) terbagi menjadi hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai ekonomi seperti uang, dan hak moral yang menyangkut perlidungan atas reputasi pencipta. 101

Hak moral dan hak cipta disebut sebagai hak yang bersifat asasi, sebagai natural right yang dimiliki manusia. Pengakuan serta perlindungan terhadap hak moral selanjutnya menumbuhkan rasa aman bagi pencipta karena ia tetap merupakan bagian dari hasil karya atau ciptaannya. Pada gilirannya pun pengakuan dan perlindungan hak moral ini akan mampu menjamin stimulasi untuk memunculkan karya-karya cipta baru.102

100 Rooseno Harjowodigdo, Perjanjian Lisensi Hak Cipta Musik Dalam Pembuatan Rekaman, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015, hlm. 64.

101 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar Alumni, Bandung, 2006, hlm. 108.

102 Ibid., hlm. 110.

61

Hak moral ini dikenal dalam negara yang menganut sistem hukum Anglosaxon. Undang-undang di Inggris, misalnya memiliki hukum moral: moral right yang secara substansial menganut, yaitu: 103

a. Paternity, yaitu hak untuk diakui sebagai pencipta atau pemegang hak cipta;

b. Privacyright, yaitu hak untuk dilindungi dalam hal berhubungan dengan publikasi atau pembanyakan film atau fotografi;

c. Integrity right, yaitu hak dari pencipta melekat atas ciptaannya.

Pemilik atas hak cipta dapat dipindahkan kepada pihak lain, tetapi hak moralnya tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Hak moral merupakan hak

Pemilik atas hak cipta dapat dipindahkan kepada pihak lain, tetapi hak moralnya tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Hak moral merupakan hak