• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELANGGARAN HAK MORAL DAN HAK EKONOMI PENCIPTA NASKAH FILM (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 305 K/Pdt.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELANGGARAN HAK MORAL DAN HAK EKONOMI PENCIPTA NASKAH FILM (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 305 K/Pdt."

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh :

BISMAR SIREGAR 157011179/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

PELANGGARAN HAK MORAL DAN HAK EKONOMI PENCIPTA NASKAH FILM (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

NO.305K/Pdt.Sus-HKI/2011)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

BISMAR SIREGAR 157011179/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

HALAMAN TANGGAL UJIAN

Telah Diuji Pada Tanggal : 13 Juli 2018

TIM PENGUJI TESIS

KETUA : Prof.Dr. OK. SAIDIN, SH, M.Hum

ANGGOTA : 1. Dr. T. KEIZERINA DEVI AZWAR, S.H, C.N, M.Hum 2. Dr. JELLY LEVIZA, SH, M.Hum

3. Dr. EDY IKHSAN, SH, MA 4. Dr. AFFILA, SH, M.Hum

(5)

yuridis yang kompleks karena film biografi yang diangkat dari pertunjukan/pagelaran merupakan sebuah hasil dari karya cipta yang sangat menarik untuk dikaji kedudukannya apakah sebagai karya cipta turunan atau tidak. Selanjutnya, dikarenakan yang menjadi obyek permasalahan disini adalah film, atau biasa disebut dengan istilah sinematografi di dalam UndangUndang Hak Cipta, maka diperlukan untuk menentukan siapa yang menjadi pencipta dalam sebuah karya film.

Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar pemecahan permasalahan yang dikemukakan. Data yang dipergunakan adalah data sekunder dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian kepustakaan (Library Research) dan analisis data yang digunakan adalah data kualitatif.

Bentuk hak yang dimiliki Rahmawati sebagai salah satu penulis naskah film adalah dituliskan nama Rahmawati sebagai pencipta naskah filim Soekarno tetapi ternyata namanya tidak dicantumkan sehingga Rahmawati menggugat PT Multivison Plus dan sutradara Hanung Bramantyo ke pengadilan. Rahmawati menggugat hak cipta film itu karena pemegang hak cipta film itu. Pengadilan Niaga (PN) Jakarta Pusat mengabulkan gugatan yang diajukan Rahmawati terhadap Multivision Plus dan dalam putusan tersebut, PN Jakarta Pusat menilai Multivision Plus melakukan pelanggaran hak cipta dengan tidak memasukkan nama Rahmawati dalam naskah Film Soekarno. Putusan tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Agung dengan berpendapat kalau Soekarno dan kehidupannya bukanlah ciptaan seseorang. Implikasi Hukum dari keberadaan Rahmawati sebagai pemegang hak moral dan hak ekonomi sesuai naskah film dengan tidak memasukkan nama Rahmawati dalam naskah Film Soekarno merupakan pelanggaran hak cipta dalam hal ini Produser melakukan wanprestasi dengan tidak mencantumkan nama Rahmawati sebagai pemegang hak cipta, dikarenakan Hak Moral dan Hak Ekonomi tidak dapat dialihkan tanpa adanya izin dari pemegang hak cipta. Pertimbangan hukum hakim dalam putusan MA No. 305 K/Pdt.Sus- HKI/2014 sudah tepat ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah berdasarkan pada pembuktian yaitu berdasarkan pada pembuktian yaitu berdasarkan keterangan-keterangan dari saksi dan terbukti bahwa tidak terjadi pelanggaran hak cipta, Majelis Hakim berpendapat kalau Soekarno dan kehidupannya bukanlah ciptaan seseorang.

Kata Kunci : Pelanggaran, Hak Moral dan Hak Ekonomi, Pencipta.

(6)

ABSTRACT

Cinematography or movie in Copyright Act is one of the components which is protected by Copyright Act. A lot of movies which are originated from a historical or famous figure arouse complex juridical problems. Biographical movie which comes from a show/performance is the outcome of an interesting creation to be analyzed to find out whether it is artificial or original. Since the object of the research is a movie or cinematography in Copyright Act, it is necessary to determine who the writer of that movie is.

The research used descriptive and juridical normative method by using statue approach as the basis for the problem solving. Secondary data were gathered by conducting library research and analyzed qualitatively.

Rahmawati is the script writer of the movie, Soekarno, but her name is not attached on it so that she files a complaint to PT Multivision Plus and its director, Hanung Bramantyo and brings it to the Court. She claims for the copyright of the movie as hers. The Jakarta Pusat Commercial Court accepts her complaint against multivision Plus. The court considers that Multivision Plus has violated against the copyright by excluding the name of Rahmawati in the movie script.

The Ruling is revoked by the Supreme Court with the reason that Soekarno and his life is not a person‟s creation. The legal implication on Rahmawati as the holder of moral and economic rights is in accordance with the movie script so that her name is not included in the script although it does not violate against copyright. This juristic fact is called default, a dispute in the civil law and not in the intellectual property rights because Rahmawati does not register the movie script owned by the Directorate General of the Intellectual Property Rights of the ministry of Law and Human Right. The judge‟s legal consideration in the Supreme Court‟s Ruling No. 305 K/Pdt.Sus-HKI/2014 is correct, according to the evidence based on witnesses‟ testimonies, and it is evident that there is no violation against copyright. The Panel of Judges considers that Soekarno and his life are not a person‟s creation.

Keywords: Violation, Moral and Economic Rights, Writer

(7)
(8)
(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Bismar Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 16 Maret 1991

Alamat : Jl. Binjai Km 11,2 Suka Bumi Baru No.106 Pujimulyo

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 27 Tahun

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Ayah : Khoirul Bahri Siregar, SH., CN., M.Hum

Nama Ibu : Rosmardiana Harahap, SH

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 105270 Sunggal (1996-2002) 2. SMP Negeri 1 Sunggal (2002-2005) 3. SMA Panca Budi Medan (2005-2008)

4. Fakultas Hukum Universitas Medan Area (2008-2014)

5. Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2015-2018)

(10)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “PELANGGARAN HAK MORAL DAN HAK EKONOMI PENCIPTA NASKAH FILM (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO.305K/Pdt.Sus- HKI/2014) ini guna penyelesaian studi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan kepada pihak yang telah menjadi bagian penting selama penulis menjalani kehidupan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan, yaitu:

1. Prof.Dr.Runtung,SH,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr.T.Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Sumatera Utara.

4. Bapak Edy Ikhsan, SH, MA, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(11)

5. Prof.Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum, selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan memberikan motivasi, bimbingan, dorongan, saran, dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.

6. Ibu Dr.T.Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan memberikan motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.

7. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku pembimbing ketiga yang telah meluangkan waktu dan memberikan motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,yang telah memberikan ilmu pengetahuan,bimbingan,serta arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan perkuliahan.

9. Seluruh Staf/Pegawai Administrasi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk kuliah hingga penulis menyelesaikan tesis ini.

10. Teristimewa, kedua orang tua saya tercinta, Khoirul Bahri Siregar, SH., CN., M.Hum dan Rosmardiana Harahap, SH Untuk segala doa, dukungan, nasehat, dan bimbingannya kepada penulis selama ini. Terima kasih Ayah dan Mama untuk kesabaran dan kasih sayangnya yang luar biasa.

11. Abang dan kakak ipar saya, Palti Raja Siregar, SH dan Fatimatu Risna, SE yang telah memberikan doa dan Motivasinya kepada penulis.

12. Adik saya, Muhammad Riski Siregar yang telah memberikan doa dan Motivasinya kepada penulis.

(12)

13. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan penulisan tesis.

14. Rekan-rekan seperjuangan Stambuk 2015 Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang ikut mewarnai masa perkuliahan penulis, terkhusus kepada rekan-rekan ASPEMO, Afsyahni Siregar, SH, M.Kn, Andi Afrianta Sitepu, SH, M.Kn, Mhd Rasyid Siregar, SH, M.Kn, Robby Marcel Sinaga, SH, M.Kn, Ilham Rizky Aldana Siregar, SH, M.Kn, Yoppi Rahmad Afandi Pohan, SH, M.Kn, Khairi Afif Nasution, SH, M.Kn, Cut Raisha Yannaz, SH, M.Kn, Rahman Tahir Harahap, SH, M.Kn, yuristia Eka erwanda, SH, M.Kn, Andriansyah Napitupulu, SH, M.Kn, Tahi Bonar Sinambela, SH, M.Kn, Zefanta Tambunan, SH, M.Kn, Rizki Nainggolan, SH, M.Kn, Khairul Iqbal Marpaung, SH, M.Kn, Mhd Rizki Prawira, SH, M.Kn, yang terus memberikan motivasi, semangat, saling membantu, saling memberikan kritik dan saran dari awal masuk perkuliahan sampai saat penulis selesai menyusun tesis ini.

Semoga persahabatan kita tetap terjaga sampai kapanpun.

15. Rekan-rekan seperjuangan Stambuk 2015 Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang ikut mewarnai masa perkuliahan penulis. Terkhusus untuk sahabat-sahabat sekelas di group C yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terus memberikan motivasi, semangat, saling membantu, saling memberikan kritik dan saran dari awal masuk perkuliahan sampai saat penulis selesai menyusun tesis ini. Semoga persahabatan kita tetap terjaga sampai kapanpun.

Penulis berharap semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah.

(13)

Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan juga bagi semua pihak khususnya yang berkaitan dengan bidang Hak Kekayaan Intelektual.

Medan, 13 Juli 2018 Penulis,

(Bismar Siregar)

(14)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ... i

TANGGAL UJIAN PERNYATAAN ORISINALITAS PEERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. ... ii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Keaslian Penelitian ... 14

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 16

1. Kerangka Teori ... 16

2. Kerangka Konsep ... 20

G. Metode Penelitian... 23

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 23

2. Sumber Data ... 24

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 25

4. Analisis Data ... 25

BAB II : BENTUK HAK YANG DIMILIKI RAHMAWATI SEBAGAI PEMILIK HAK MORAL DAN HAK EKONOMI DALAM PENULISAN NASKAH FILM ... 27

A. Film dan Hubungan Hukum Antara Penulis Naskah dan

(15)

Produser Film ... 27

B. Hak Rahmawati Sebagai Penulis Naskah Film... 38

C. Ruang Lingkup Hak Moral dan Hak Ekonomi dalam Hak Cipta ... 47

BAB III : IMPLIKASI HUKUM KEBERADAAN RAHMAWATI SEBAGAI PEMILIK HAK MORAL DAN HAK EKONOMI SESUAI NASKAH FILM ... 65

A. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hukum Hak Cipta Terhadap Naskah Film ... 65

B. Upaya Hukum Pemilik Naskah Film Terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan Produser dan Sutradara ... 77

C. Pelanggaran Hukum Oleh Produser dan Sutradara Terhadap Naskah Film dari Rachmawati... 111

BAB IV : PENERAPAN HUKUM HAKIM DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 305 K/Pdt.Sus-hki/2014 DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA ... 119

A. Duduk Perkara ... 119

B. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Majelis Hakim 124 C. Analisis Penerapan Hukum Oleh Majelis Hakim ... 140

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 150

A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 151

DAFTAR PUSTAKA. ... 153

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hak cipta adalah hak privat. Hak keperdataan yang melekat pada diri si pencipta. Pencipta boleh pribadi, kelompok orang, badan hukum publik atau badan hukum privat. Hak cipta lahir atas kreasi pencipta. Kreasi yang muncul dari

“olah pikir” dan “olah hati”. Hak cipta haruslah benar-benar lahir dari kreativitas manusia, bukan yang telah ada diluar aktivitas atau diluar hasil kreativitas manusia.1

Kreativitas dan aktivitas manusia menjadi kata kunci dalam kelahiran atau kemunculan hak cipta. Itu jugalah sebabnya hak cipta itu disebut sebagai hak eksklusif (exclusive rights). Hanya manusia yang melakukan “olah otak” dan

“olah hati” yang dapat melahirkan hak cipta. Hasil olah otak dan olah hati itu berupa benda tidak berwujud meliputi: ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Ilmu pengetahuan, seni, dan sastra itu tidak dalam bentuk nyata (wujud dan konkret), tetapi dalam bentuk immaterial.2

Indonesia telah ikut serta dalam organisasi dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Esta bilishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Perdagangan Dunia) yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual) yang disingkat TRIPs, serta Indonesia juga

1 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm. 191

2 Ibid, hlm. 191

(17)

meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra).3

Menurut ketentuan Bern Convention, unsur keaslian dari suatu ciptaan merupakan hal yang esensial agar suatu karya dapat diberikan perlindungan hak cipta. Persyaratan keaslian merupakan akibat langsung dari persyaratan asal hak cipta (authorship). Indonesia menetapkan perlindungan hak cipta diberikan pada ciptaan yang bersifat pribadi dengan memenuhi persyaratan keaslian berdasarkan kemampuan pikiran dan dalam bentuk yang khas.4 Syarat keaslian terkait dengan konsepsi hak cipta sebagai kekayaan, ciptaan harus benar dari eksistensi pencipta.

Apa yang dilindungi sebagai hak cipta adalah milik pribadi, sedangkan apa yang tidak dilindungi adalah milik umum, karena kaslian merupakan persyaratan hukum secara aktual untuk kepastian perlindungan. Hak mendasar pada hak cipta adalah keaslian yang menyiratkan bahwa pemegang hak cipta atau pihak yang mengklaim sebagai pihak yang membuat karya tersebut. Keaslian merupakan yang bersangkutan tidak meniru milik orang lain atau mengambil tanpa seizing pemilik hak cipta. Keaslian adalah perwujudan gagasan atau ide itu benar-benar dari pencipta sendiri.5

Ada 2 (dua) hak yang tercakup dalam hak cipta yaitu: hak moral dan hak ekonomi. Hak moral adalah hak yang harus dilekatkan secara abadi pada hasil ciptaan yang dilahirkan oleh pencipta sedangkan hak ekonomi ialah hak yang memberi manfaat ekonomi kepada pencipta. Kedua hak ini dalam Undang- Undang Hak Cipta Nomor 28 tahun 2014 diatur dalam pasal-pasal yang berbeda.

3 Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta (Copyright‟s Law), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm. 80

4 Ibid

5 Ibid

(18)

3

Meskipun kedua hak tersebut diatur terpisah namun undang-undang menyebutkan kedua hak itu adalah bersifat eksklusif.6

Kerangka sistem perlindungan hak cipta (copy right) hukum membedakan dua macam hak yaitu hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right).

Menyangkut karya musik dan lagu terdapat dua macam hak ekonomi yaitu hak memperbanyak (mechanical right) dan hak mengumumkan (performing right).

Hak ekonomi tersebut berhubungan dengan perlindungan kepentingan ekonomi pencipta, misalnya hak untuk mendapatkan royalti atas penggunaan (perbanyakan dan pengumuman) karya ciptaan yang dilindungi. Hak moral berkaitan dengan perlindungan kepentingan nama baik dari pencipta, misalnya untuk tetap mencantumkan namanya sebagai pencipta dan untuk tidak mengubah isi karya ciptaannya.7

Sebagai hak eksklusif (exclusive rights), hak cipta mengandung dua esensi hak, yaitu: hak ekonomi (economy rights) dan hak moral (moral rights).

Kandungan hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan (performing rights) dan hak untuk memperbanyak (mechanical rights). Adapun hak moral meliputi hak pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan dan hak pencipta untuk melarang orang lain mengubah ciptaannya, termasuk judul ataupun anak judul ciptaan.8

Ditetapkannya ketentuan hak cipta melalui Undang-Undang tentang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta untuk melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta

6 OK. Saidin, Op.Cit, hlm. 70

7 Sanusi Bintang., Hukum Hak Cipta, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2003, h.98.

8 Henry Soelistyo, Hak Cipta tanpa Hak Moral, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2011, hlm. 48

(19)

dan pemilik hak terkait sebagai unsur penting dalam pembangunan kreativitas nasional. Selain itu, kehadiran undang-undang yang baru ini sekaligus mempertegas dan memperjelas hak-hak eksklusif serta peraturan-peraturannya bagi pemegang hak cipta yang berada di Indonesia. Teringkarinya hak ekonomi dapat mengikis motivasi para pencipta dan pemilik hak terkait untuk berkreasi.

Hilangnya motivasi seperti ini akan berdampak luas pada runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia. Hak ekonomi yang diberikan kepada pencipta terkait dengan royalti dari hasil pemanfaatan suatu karya cipta pencipta yang diumumkan dan diperbanyak.

Hak ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta, yaitu:9 1. Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi untuk

melakukan:

a. Penerbitan ciptaan;

b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya;

c. Penerjemahan ciptaan;

d. Pengadaplasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan;

e. Pendistribusian ciptaan atau salinannya;

f. Pertunjukan ciptaan;

g. Pengumuman ciptaan;

h. Komunikasi ciptaan; dan i. Penyewaan ciptaan.

2. Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat izin pencipta atau pemegang hak cipta.

3. Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau penggunaan secara komersial ciptaan.

Hasil karya cipta yang diproduksi palsu atau bajakan dan disebarkan sebagai alat penghasilan, selain merugikan bagi penerimaan royalti para pencipta juga mengurangi pendapatan pajak negara dan penurunan kualitas barang yang dapat dinikmati oleh konsumen. Kerugian ini jelas harus ditanggulangi dengan

9 Pasal 9 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

(20)

5

melakukan penegakan hukum atas pelanggaran hak tersebut sehingga dapat tercipta perlindungaan yang diharakan oleh semua pihak, terutama para pencipta/pemegang izin.

Pelanggaran hak ekonomi pencipta merupakan salah satu tindak pidana yang mengambil tanpa izin dari pencipta atau pemegang hak cipta untuk digunakan dalam keperluan komersial dan juga tanpa membayar royalti atau keuntungan yang harus diterima oleh pemegang hak cipta. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sendiri tidak mengenai istilah pelanggaran hak ekonomi pencipta, karena itu tindakan yang dikategorikan sebagai tindakan pelanggaran hak cipta, lebih khususnya dalam hak eksklusif pencipta yang diatu melalu ketentuan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Pelanggaran hak cipta dapat dikategorikan menjadi pelanggaran langsung (direct infrigriment), pelanggaran atas kewenangan (authorization of infringements), dan pelanggaran tidak langsung (indirect inftingement).10

Pelanggaran langsung dapat berupa tindakan memproduksikan kembali dengan meniru karya yang asli atau menyiarkan suaru karya ciptaan tidak sesuai dengan ciptaan yang asli. Meski hanya sebagian kecil jika merupakan ciri khas dari ciptaan, termasuk dalam pelanggaran banyak kasus yang telah terjadi yang termasuk sebagai pelanggaran secara langsung. Dalam pelanggaran atas dasar kewenangan tidak dipermasalahkan sisi pelanggaran itu sendiri, namun akan difokuskan kepada siapa yang akan bertanggung gugat. Karena pada hakikatnya hal ini untuk meyakinkan bahwa pencipta atau pemegang hak cipta akan mendapat kompensasi yang layak.11

10 Rahmi Jened, Op.Cit¸ hlm. 82

11 Ibid, hlm. 84

(21)

Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari masalah moral karena di dalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang jangka waktu perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul disebabkan pada dasarnya setiap orang mempunyai keharusan untuk menghormati atau menghargai karya cipta orang lain. Dengan kata lain, hak moral merupakan penghargaan moral yang diberikan masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat.

Penghargaan moral ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu dan orang lain tidak dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun mengubah karya cipta seseorang menjadi atas namanya.12

Hak moral dalam terminology Bern Convention menggunakan istilah moral rights, yakni hak yang dilekatkan pada diri pencipta. Dilekatkan, bermakna bahwa hak itu tidak dapat dihapuskan walaupun hak cipta itu telah berakhir jangka waktu kepemilikan. Hak moral dibedakan dengan hak ekonomi. Jika hak ekonomi mengandung nilai ekonomis, maka hak moral sama sekali tidak memiliki nilai ekonomis. Kata “moral” menunjukkan hak yang tersembunyi dibalik nilai ekonomis itu. Namun demikian, ada kalanya nilai hak moral itu justru memengaruhi nilai ekonomis.13

12 Ibid, hlm. 85

13 Misalnya satu karya cipta yang diciptakan oleh pelukis terkenal, nilai ekonomisnya akan tinggi, hasil lukisan yang mencantumkan nama Affandi, Abdullah, akan jauh lebih tinggi nilai jualnya jika dibandingkan nama-nama pelukis lain yang tidak terkenal. Hak untuk tetap mencantumkan nama pelukis dalam karya lukisan tersebut adalah merupakan hak moral yang berpengaruh terhadap hak ekonomis, dalam OK. Saidin, Op.Cit, hlm 250

(22)

7

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta menyebutkan bahwa hak moral itu merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta.

Hak yang dilekatkan itu meliputi hak untuk: 14

1. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

2. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

3. Mengubah Ciptaannya ssuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

4. Mengubah judul dan anak judul Ciptaan;

5. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

Hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah pencipta meninggal dunia.15Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral, penerima hak dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelepasan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.16

Hak moral itu, tidak hanya menyangkut ciptaan yang termasuk dalam karya cipta yang dilindungi dalam bentuk hak cipta (karya cipta asli) tetapi juga dalam hal hak terkait (neighboring rights). Misalnya saja terhadap hak moral pelaku pertunjukan merupakan hak yang melekat pada pelaku pertunjukan yang tidak dapat dihilangkan atau tidak dapat dihapus dengan alasan apapun walaupun

14 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014, op.cit, Pasal 5 ayat (1).

Yang dimaksud dengan “distorsi ciptaan” adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau identitas ciptaan. Yang dimaksud dengan “mutilasi ciptaan” adalah proses atau tindakan menghilangkan sebagian ciptaan. Yang dimaksud dengan “modifikasi ciptaan” adalah pengubahan atas ciptaan, dalam OK. Saidin, Op.Cit, hlm. 251

15 Ibid,

16 Ibid, hlm. 252.

(23)

hak ekonominya telah dialihkan. Hak moral pelaku pertunjukan tersebut meliputi:17

1. Namanya dicantumkan sebagai pelaku pertunjukan, kecuali disetujui sebaliknya, dan;

2. Tidak dilakukannya distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal-hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya kecuali disetujui sebaliknya;

Konsekuensi hak moral yang terus dilekatkan secara abadi terhadap diri pencipta menyebabkan hak moral itu berlaku tanpa batas waktu, kecuali perubahan atas suatu ciptaan yang disesuaikan kebutuhan masyarakat. Hak moral yang disebutkan terakhir ini berlangsung selama jangka waktu hak cipta tersebut.18 Masa berlaku hak moral terhadap hak moral pelaku pertunjukan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat juga berlangsung selama jangka waktu hak cipta tersebut.19

Pelanggaran hak moral, sekalipun hak cipta itu telah dialihkan seluruhnya kepada pihak lain hal itu tidak mengurangi hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak dan tanpa persetujuan Pencipta yang melanggar hak moral Pencipta. Demikian juga dalam hal pengalihan hak ekonomi pelaku pertunjukan kepada pihak lain tidak mengurangi hak pelaku pertunjukan atau ahli warisnya untuk menggugat setiap orang dengan

17 Ibid,

18 Ibid, hlm. 252

19 Ibid.

(24)

9

sengaja dan tanpa hak dan tanpa persetujuan pelaku pertunjukan yang melanggar hak moral pelaku pertunjukan.20

Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasaran kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukan. Sebagai karya seni budaya yang dapat dipertunjukan dengan atau tanpa suara juga bermakna bahwa film merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan vital kepada publik (khalayak). Sehingga fungsi lain dari film yang sebelumnya hanya mempunyai fungsi hiburan semata ternyata film mempunyai fungsi lain yaitu fungsi pendidikan, informasi dan pendorong karya kreatif.21

Dilihat dari perspektif ekonomi keberadaan karya film dapat mendorong perkembangan ekonomi kreatif yang sekarang menjadi isu hangat dan ramai diperbincangkan dalam kebijakan pemerintah dalam mengembangkan sektor ekonomi yang berbasis pada kreativitas individu dan komunitas masyarakat luas.

Dengan demikian film menyentuh berbagai segi kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Mengingat karya film merupakan karya seni yang mempunyai peran strategis maka film (feature film) termasuk salah satu objek hak cipta yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Film sebagai karya seni merupakan objek hak cipta yang dilindungi oleh undang-undang maka pembuat film selaku pemilik hak cipta atas karya film mempunyai hak eksklusif yaitu hak untuk memonopoli atas karya ciptaanya dalam rangka melindungi karya ciptanya dari pihak lain seperti hak untuk

20 Ibid, hlm. 253

21 Ekonomi kreatif merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan pada keterampilan, kreativitas dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga menitikberatkan pada pengembangan ide dalam menghasilkan nilai tambahnya.

(25)

mengumumkan dan memperbanyak karya ciptannya atau memberikan izin kepada orang lain untuk mendapat keuntungan secara ekonomis yang sering disebut dengan hak ekonomi.

Pemegang hak cipta film mempunyai hak untuk dapat melindungi kepentingan pribadi atas ciptaanya dalam hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atas reputasinya walaupun hak cipta karya tersebut sesungguhnya telah diserahkan kepada pihak lain yang disebut dengan hak moral.22

Film sebagai karya seni merupakan objek hak cipta yang dilindungi oleh undang-undang maka pembuat film selaku pemilik hak cipta atas karya film mempunyai hak eksklusif yaitu hak untuk memonopoli atas karya ciptaanya dalam rangka melindungi karya ciptanya dari pihak lain seperti hak untuk mengumumkan dan memperbanyak karya ciptannya atau memberikan izin kepada orang lain untuk mendapat keuntungan secara ekonomis yang sering disebut dengan hak ekonomi.

Pemegang hak cipta film mempunyai hak untuk dapat melindungi kepentingan pribadi atas ciptaanya dalam hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atas reputasinya walaupun hak cipta karya tersebut sesungguhnya telah diserahkan kepada pihak lain yang disebut dengan hak moral. Hak eksklusif pada hak cipta timbul secara otomatis terhitung sejak suatu ciptaan tersebut dilahirkan atau berwujud. Suatu ciptaan dikatakan telah dilahirkan atau berwujud jika ciptaan tersebut telah dapat dilihat secara kasatmata atau dapat didengar. Sejak saat itu pencipta atau pemegang hak telah memiliki hak eksklusif atas ciptaanya tanpa memerlukan pendaftaran hak secara formal.

22 Ras Elyta Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia (Analisis Teori dan Praktik), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm .64

(26)

11

Seperti halnya dengan contoh kasus yang ada, di mana rumah produksi (film) yang sangat terkenal di Indonesia, Tripar Multivision Plus, yang telah melanggar hak moral dan hak ekonomi penciptanya dalam hal pembuatan dan penayangan film. Tripar Multivision Plus membuat dan menayangkan film tanpa sepengetahuan penulis/pencipta naskah film. Sehingga film yang ditayangkan bukanlah film yang sesuai dengan naskah yang diciptakan oleh pencipta. Misalnya film Soekarno yang ditayangkan oleh Tripar Multivision Plus. Film Soekarno yang naskahnya ditulis oleh Rachmawati Soekarnoputri dalam penayangannya oleh Tripar Multivision Plus dituding tidak sesuai dengan naskah film.

Gugatan yang diajukan terdapat pelanggaran hak cipta yang dilakukan Tripar Multivision Plus dimana tanpa seijin dan sepengetahuan penggugat ternyata para terggugat melakukan shooting dan pembuatan film Soekarno. Oleh karena film Soekarno telah diproduksi dan tidak sesuai dengan naskah pencipta yang ditulis penggugat selaku pemegang hak cipta dan diperankan oleh seorang aktor yang tidak mengenal karakter dan pribadi dari Soekarno, maka jelas tidak akan menghasilkan film Soekarno sebagaimana diharapkan. Atas tindakan yang dilakukan Tripar Multivision Plus yang menggunakan karya cipta Penggugat selaku penulis naskah film adalah merupakan pelanggaran hak cipta yang merugikan penggugat, oleh karena itu dikhawatirkan Tripar Multivision Plus akan menyiarkan, mengumumkan, mengedarkan dan memperbanyak film Soekarno yang dibuat oleh Tripar Multivision Plus tanpa sepengetahuan penggugat.

(27)

Putusan Mahkamah Agung Nomor 305 K/Pdt.Sus-HKI/2014 yang memutuskan oleh karena Tripar Multivision Plus telah membuat dan menayangkan film maka tidak terdapat pelanggaran hak cipta hal ini merugikan penggugat selaku penulis/pencipta naskah film, menimbulkan masalah yakni putusan Hakim tidak melindungi karya cipta yang ditulis oleh penulis/pencipta naskah film. di dalam undang-undang hak cipta semua pihak yang menggunakan karya cipta milik orang lain, maka orang tersebut berkewajiban untuk terlebih dahulu meminta izin dari pemegang hak cipta.

Putusan Pengadilan Niaga dan Kasasi terjadi perbedaan pendapat mengenai pertimbangan Majelis Hakim yaitu dalam status kepemilikan hak cipta naskah film Soekarno dan Majelis Hakim Mahkamah Agung menggunakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta sebagai pertimbangan hukum dalam memutus perkara ini sehingga berdasarkan latar belakang di atas dilakukan penelitian tesis yang berjudul “Pelanggaran Hak Moral dan Hak Ekonomi Pencipta Naskah Film (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) Nomor 305 K/Pdt.Sus-HKI/2014)”

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas secara lebih mendalam pada penelitian ini adalah :

1. Bentuk hak yang dimiliki Rahmawati sebagai pemilik hak moral dan hak ekonomi dalam penulisan naskah film?

2. Implikasi hukum dari keberadaan Rahmawati sebagai pemegang hak moral dan hak ekonomi sesuai naskah film?

(28)

13

3. Penerapan hukum hakim dalam putusan MA No. 305 K/Pdt.Sus-HKI/2014 ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk hak yang dimiliki Rahmawati sebagai pemilik hak moral dan hak ekonomi dalam penulisan naskah film.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis implikasi hukum keberadaan Rahmawati sebagai pemegang hak moral dan hak ekonomi sesuai naskah film.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan hukum hakim dalam putusan MA No. 305 K/Pdt.Sus-HKI/2014 ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.

D. Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis, penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan Ilmu Hukum, khususnya dalam lapangan Hukum Hak Akan Kekayaan Intelektual (HAKI), yaitu yang berkaitan dengan Hak Moral dan Hak Ekonomi Pencipta Naskah Film, yaitu yang berkaitan dengan dilanggarnya Hak Moral dan Hak Ekonomi Pencipta Naskah Film, selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan pranata hukum di bidang Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)..

(29)

2. Secara Praktis : Manfaat penelitian ini untuk memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkecimpung di bidang Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), agar terciptanya unifikasi hukum di dalam masyarakat yaitu :

a. Pemerintah : Sebagai pranata dalam hal pembaharuan Undang-Undang khususnya dalam Undang-Undang Hak Cipta.

b. Pelaku Usaha : Sebagai bentuk perlindungan terhadap Hak Cipta atas segala sesuatu bentuk daripada Hukum Akan Kekayaan Intelektual.

c. Bidang Perfilman : Sebagai acuan/dasar hukum dalam hal perbidangan Hak Cipta dalam proyeksinya sebagai institusi perdagangan perfilman.

d. Masyarakat : Sebagai acuan/referensi dalam melihat sisi atau substansi dari Hak Cipta untuk dilaksanakan dan dihormati.

E. Keaslian Penelitian

Tesis ini berjudul : Pelanggaran Hak Moral dan Hak Ekonomi Pencipta Naskah Film (Studi Putusan MA Nomor 305 K/Pdt.Sus-HKI/2014)” adalah judul yang belum pernah dibahas oleh pihak manapun dan belum pernah dipublikasikan di media manapun, akan tetapi, ditemukan beberapa judul tesis yang berhubungan dengan topik dalam tesis ini antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Lasmauli Sylvia Riolina, Mahasiswi Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul Perlindungan Hak Bagi Pencipta Lagu ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Rumusan masalah dalam tesis ini adalah : a. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pelanggaran hak cipta lagu atau

musik di Indonesia ?

(30)

15

b. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran terhadap hak cipta lagu atau musik di Indonesia ?

c. Bagaimana upaya perlindungan hukum terhadap hak-hak pencipta lagu atau musik di Indonesia ?

2. Penelitian yang dilakukan oleh Saudara Erwin Cahaya, Mahasiswa Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Atas Program Komputer di Indonesia. Rumusan masalah dalam tesis ini adalah :

a. Bagaimanakah bentuk pelanggaran hak cipta atas program komputer di Indonesia ?

b. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta di bidang hak cipta atas program komputer di Indonesia ?

c. Bagaimana upaya penyelesaian terhadap pelanggaran hak cipta di bidang hak cipta atas program komputer di Indonesia ?

3. Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Ratna Arminda, Mahasiswa Program Magister Kenotariatan, dengan judul : Pembajakan Atas Karya Cipta Dalam Bentuk Cakram Optik Ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Rumusan masalah dalam tesis ini adalah :

a. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak cipta dalam bentuk cakram optik yang terjadi di Indonesia ?

b. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran terhadap hak cipta dalam bentuk cakram optik yang terjadi di Indonesia ?

c. Bagaimanakah pemberlakuan sanksi terhadap para pelaku pelanggaran Hak Cipta dalam bentuk cakram optic ?

(31)

4. Ria Anjelfa, Mahasiswa Magister Kenotariatan FH Undip, dengan judul Perlindungan Hukum Atas Karya Hasil Rekaman Suara Yang Dikonversi Dalam Bentuk Compact Discs (CD). Rumusan masalah dalam tesis ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana konsep penegakan hukum yang ideal terhadap kasus pembajakan hak cipta terhadap hasil rekaman suara yang dikonversi dalam bentuk compact disc (CD) di Indonesia?

b. Bagaimana perlindungan hukum hak cipta terhadap hasil rekaman suara yang dikonversi dalam bentuk compact disc (CD) ?

c. Bagaimana upaya penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terhadap hasil rekaman suara yang dikonversi dalam bentuk compact disc (CD) Berdasarkan penelusuran perpustakaan dan hasil-hasil pembahasan tesis yang sudah ada maupun yang sedang dilakukan ternyata belum pernah dilakukan pembahasan tesis yang berjudul di atas dan ini adalah murni hasil penelitian.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori.

Teori yang akan dijadikan landasan dalam studi ini adalah teori perlindungan hukum.

Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya bisa berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan,

(32)

17

kebahagian yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.23 Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (rechtsgerechtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit) dan kepastian hukum (rechtszekerheid).24

Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.

Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.25

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.26

Menurut Satjipto Rahardjo, “Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tidak didalam kekuasaan dalam

23Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hlm. 79.

24 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hlm. 85

25Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 2007, hlm.25

26Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Aneka Ilmu,Semarang, 2004, hlm. 3.

(33)

masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang.27 Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.28

Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah- kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.29

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subjek-subjek hukum melalui pertauran perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 30

a. Perlindungan hukum preventif yaitu perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang- undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

b. Perlindungan hukum represif, perlindungan hokum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

27 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm.53

28 Setiono, Op.Cit, hlm.3

29 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2003, hlm.14

30Ibid, hlm. 20.

(34)

19

Hukum hak atas kekayan intelektual adalah hukum yang mengatur perlindungan bagi para penciptanya dan penemuan karya-karya inovatif sehubungan dengan pemanfaatan karya-karya mereka secara luas dalam masyarakat. Karena itu, tujuan hukum hak atas kekayaan intelektual adalah menyalurkan kreativitas individu untuk kemanfaatan manusia secara luas. Sebagai suatu hak eksklusif, hak atas kekayaan intelektual secara umum mendapatkan tempat yang sama dengan hak-hak milik lainnya.

Beberapa alasan mengapa hak atas kekayaan intelektual harus dilindungi dapat dikemukakan sebagai berikut : 31

a. Bahwa kepada pencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra ataupun penemu di bidang teknologi baru yang mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri, diberikan suatu penghargaan dan pengakuan serta perlindungan hukum atas keberhasilan upayanya dalam melahirkan ciptaan baru itu. Dengan demikian, atas usaha dari pencipta ataupun penemu yang telah mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu, dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya, kepadanya layak diberikan hak-hak eksklusif untuk mengeksploitasi hak cipta guna meraih kembali apa yang telah dikeluarkannya. Dengan demikian, insentif harus diberikan untuk merangsang kreativitas dalam upaya menciptakan karya-karya baru di bidang teknologi.

Hal ini juga sejalan dengan prinsip bahwa hak atas kekayaan intelektual merupakan alat untuk meraih dan mengembangkan ekonomi.

b. Bahwa hak atas kekayaan intelektual yang merupakan hasil ciptaan atau penemuan bersifat rintisan, membuka kemungkinan risiko pihak lain akan

31 Ahmad M. Ramli, Fathurahman P, Film Independen (Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia), Ghalian Indonesia, Bandung, 2004, hlm. 14

(35)

dapat melampaui atau mengembangkan lebih lanjut penemuan yang dihasilkan oleh penemu. Oleh karenanya, penemuan-penemuan mendasar itu pun harus dilindungi, meskipun mungkin belum bisa memperoleh perlindungan di bawah hukum paten, tetapi dapat dikategorikan sebagai rahasia dagang atau informasi yang dirahasiakan. Hak atas kekayaan intelektual memiliki lingkup yang luas di mana di dalamnya tercukup karya-karya kreatif di bidang hak cipta (copyright) dan hak-hak terkait serta hak milik industri (industrial property).

c. Bahwa pada bidang tertentu, seperti hak cipta pada dasarnya terbuka, artinya penemunya berkewajiban untuk menguraikan atau membeberkan penemuannya dengan cukup jelas dan terperinci, sehingga orang lain dapat belajar atau melaksanakan penemuan tersebut, sebagai imbalannya kepada penemu diberikan hak eksklusif untuk dalam jangka waktu tertentu melakukan eksploitasi atas penemuannya.

Situasi pada masa kini sangat kondusif bagi penciptaan suatu kepastian hukum dan pengayoman atau perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, sehingga pembangunan hukum pada umumnya dan perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual pada khususnya perlu segera ditingkatkan lebih cepat menuju terwujudnya sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu.32 2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah suatu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara

32 Ade Manan Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Ghalia, Jakarta, 2000, hlm. 124.

(36)

21

abstraksi dan realitas.33 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstrak yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional.34

Kerangka konsepsional dalam merumuskan atau membentuk pengertian- pengertian hukum, kegunaannya tidak hanya terbatas pada penyusunan kerangka konsepsional saja, akan tetapi bahkan pada usaha merumuskan defenisi-defenisi operasional diluar peraturan perundang-undangan.35 Oleh karenanya, untuk dapat menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka dipandang perlu didefenisikan beberapa konsep yaitu, sebagai berikut:

a. Pelanggaran yaitu perbuatan (perkara) melanggar; tindak pidana yang lebih ringan daripada kejahatan.36

b. Hak yaitu sesuatu yang benar, kepunyaan, milik, kewenangan, kekuasaan untuk melakukan sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang atau peraturan lain, kekuasaan yang benar untuk menuntut sesuatu atau kekuasaan yang benar atas sesuatu.37

c. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.38

33 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989, hlm 34

34 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 1998, hlm. 3

35 Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hlm. 24

36

37 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 154

38 Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

(37)

d. Hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk: 39

1) Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum;

2) Menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

3) Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

4) Mengubah judul dan anak judul ciptaan, dan;

5) Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

e. Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.40

f. Pencipta seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang ditaungkan kedalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

g. Naskah yaitu karangan dengan tulisan tangan sebagai karya asli seseorang dengan bahan-bahan berita yang siap untuk di set, dan atau rancangan.41

h. Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.42

39 Pasal 5 (1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

40 Pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

41Sudarsono, Op.Cit, hlm. 294

42 Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2009 tentang Perfilman

(38)

23

i. Putusan Pengadilan yaitu sesuai dengan ketentuan pasal 178 HIR, pasal 189 RBG, apabila pemeriksaan perkara selesai, majelis hakim karena jabatannya melakukan musyawarah untuk mengambil putusan yang akan dijatuhkan.43

G. Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tat acara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambahkan pengetahuan manusia. Dengan demikian metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tat acara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.44

Metode penelitian dalam konteks ini, dijelaskan secara rinci langkah- langkah yang akan ditempuh dalam melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan yang ditetapkan, sejak dari penentuan jenis penelitian, sumber data yang dijadikan pokok penelitian (bahan hukum primer, sekunder, dan tertier), Teknik pengumpulan data kepustakaan dan/atau dokumen.45

Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat

43 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 797

44 Lukman Hadi Darmanto, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2007, hlm. 9

45 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 174-175

(39)

dalam peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundang-undangan, putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya yang relevan dengan perumusan penelitian.46 Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis dengan melakukan eksaminasi artinya menguji dalam arti yang luas Putusan PN diuji dengan putusan banding Pengadilan Tinggi. Putusan PT diuji dengan Kasasi MA, Putusan MA diuji dengan PK (Peninjauan Kembali).

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Bersifat deskriptif maksudnya penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analitis dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.

Jadi deskriptif analitis maksudnya adalah untuk menggambarkan, menjelaskan, dan menganalisis permasalahan dari setiap temuan data baik primer maupun sekunder, langsung diolah dan dianalisis untuk memperjelas data secara kategoris, penyusunan data secara sistematis, dan dikaji secara logis.47

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui data sekunder yaitu data yang dikumpulkan melalui studi terhadap bahan kepustakaan. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, dan peraturan perundang-undangan. Data sekunder dalam penelitian ini mencakup:

46 Ibrahim Johni, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Publishing, Malang, 2005, hlm. 336

47 Muslan Abdurrahman, Sosiologis dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press, Malang, 2009, hlm. 91

(40)

25

a. Bahan Hukum Primer, yakni Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Putusan Mahkamah Agung Nomor 305 K/Pdt.Sus-HKI/2014, Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta;

b. Bahan Hukum Sekunder, yakni buku-buku, rancangan undang-undang, tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian;

c. Bahan Hukum Tersier, yakni bahan yang isinya memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun sekunder, seperti kamus;

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik penelitian kepustakaan (Library Research) dengan menghimpun data yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan tulisan ilmiah hukum yang relevan dengan penelitian ini.

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen serta pedoman wawancara, yaitu untuk menghimpun serta menganalisa data primer dan sekunder.

4. Analisis Data

Analisis data didalam penelitian ini, dilakukan dengan pendekatan kualitatif karena penelitian ini akan berupaya untuk memaparkan sekaligus melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada dengan kalimat yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan jawaban yang jelas dan benar.48

Kualitatif berarti dilakukannya analisis data yang bertitik tolak dari penelitian terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur dalam bahan hukum primer.49

48 Soejono Soekanto, Op.Cit., hlm. 39

49 Zainuddin Ali, Op.Cit., hlm. 31.

(41)

Sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang telah dikumpulkan untuk diketahui validitasnya.50 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan berupa penarikan kesimpulan deduktif. Penalaran deduktif atau deduksi adalah merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Penelitian ini akan digunakan untuk mengetahui mengenai terlanggarnya hak moral pencipta naskah film yang dilakukan oleh produser.

50 Bambang Sunggono, Op.Cit, hlm. 77.

(42)

BAB II

BENTUK HAK YANG DIMILIKI RAHMAWATI SEBAGAI PENULIS NASKAH FILM

A. Film dan Hubungan Hukum Antara Penulis Naskah dan Produser Film Secara harafia Film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera.

Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. Dalam hal ini unsur seni yang terdapat dan menunjang sebuah karya fim adalah seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni puisi sastra, seni teater, seni musik. Kemudian ditambah lagi dengan seni pantomin dan novel. Kesemuannya merupakan pemahaman dari sebuah karya film yang terpadu dan dapat dilihat.51

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009 Tentang perfilman, bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakanpranata sosial dan media komunikasi masa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.

Film merupakan hasil karya bersama atau hasil kerja kolektif. Dengan kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja sejumlah unsur atau profesi.

Unsur-unsur yang dominan di dalam proses pembuatan film antara lain:52

51 Sumarni Marseli, Dasar-dasar Apresiasi Film, PT.Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 95

52 Ibid., hlm. 98.

(43)

1. Produser

Produser merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Selain dana, ide atau gagasan, produser juga harus menyediakan naskah yang akan difilmkan, serta sejumlah hal lainnya yang diperlukan dalam kaitan proses produksi film.

2. Sutradara

Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karena itu biasanya sutradara menempati posisi sebagai

“orang penting kedua” di dalam suatu tim kerja produksi film. Di dalam proses pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah skenario ke dalam aktivitas produksi.

3. Penulis Skenario

Penulis skenario film adalah seseorang yang menulis naskah cerita yang akan difilmkan. Naskah skenario yang ditulis penulis skenario itulah yang kemudian digarap atau diwujudkan sutradara menjadi sebuah karya film.

4. Penata Kamera (Kameramen)

Penata kamera atau popular juga dengan sebutan kameramen adalah seseorang yang bertanggungjawab dalam proses perekaman (pengambilan) gambar di dalam kerja pembuatan film.

5. Penata Artistik

Penata artistik (art director) adalah seseorang yang bertugas untuk menampilkan cita rasa artistik pada sebuah film yang diproduksi. Sebelum

(44)

29

suatu cerita divisualisasikan ke dalam film, penata artistik setelah terlebih dulu mendapat penjelasan dari sutradara untuk membuat gambaran kasar adegan demi adegan di dalam sketsa, baik secara hitam putih maupun berwarna.

Tugas seorang penata artistik di antaranya menyediakan sejumlah sarana seperti lingkungan kejadian, tata rias, tata pakaian, perlengkapan- perlengkapan yang akan digunakan para pelaku (pemeran) film dan lainnya.

6. Penata Musik

Penata musik adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pengisian suara musik tersebut. Seorang penata musik dituntut tidak hanya sekadar menguasai musik, tetapi juga harus memiliki kemampuan atau kepekaan dalam mencerna cerita atau pesan yang disampaikan oleh film.

7. Editor

Baik atau tidaknya sebuah film yang diproduksi akhirnya akan ditentukan pula oleh seorang editor yang bertugas mengedit gambar demi gambar dalam film tersebut. Jadi, editor adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar.

8. Pengisi dan Penata Suara

Pengisi suara adalah seseorang yang bertugas mengisi suara pemeran atau pemain film. Jadi, tidak semua pemeran film menggunakan suaranya sendiri dalam berdialog di film. Penata suara adalah seseorang atau pihak yang bertanggungjawab dalam menentukan baik atau tidaknya hasil suara yang terekam dalam sebuah film. Di dalam tim kerja produksi film, penata suara bertanggungjawab memimpin departemen suara.

(45)

9. Bintang film (pemeran)

Bintang film atau pemeran film dan biasa juga disebut aktor dan aktris adalah mereka yang memerankan atau membintangi sebuah film yang diproduksi dengan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita film tersebut sesuai skenario yang ada. Keberhasilan sebuah film tidak bisa lepas dari keberhasilan para aktor dan aktris dalam memerankan tokoh-tokoh yang diperankan sesuai dengan tuntutan skenario (cerita film), terutama dalam menampilkan watak dan karakter tokoh-tokohnya. Pemeran dalam sebuah film terbagi atas dua, yaitu pemeran utama (tokoh utama) dan pemeran pembantu (piguran).

Maraknya film yang diangkat dari biografi seseorang tokoh sejarah atau tokoh terkenal menimbulkan problema yuridis yang kompleks karena film biografi yang diangkat dari pertunjukan/pagelaran merupakan sebuah hasil dari karya cipta yang sangat menarik untuk dikaji kedudukannya apakah sebagai karya cipta turunan atau tidak. Selanjutnya, dikarenakan yang menjadi obyek permasalahan disini adalah film, atau biasa disebut dengan istilah sinematografi di dalam UndangUndang Hak Cipta, maka diperlukan untuk menentukan siapa yang menjadi pencipta dalam sebuah karya film.

Film biografi, senantiasa mempunyai segmen yang fanatik, artinya, ide yang sering kali ditawarkan, mayoritas memang sudah dikenal oleh publik, diakrabi oleh publik lewat literatur pustaka, ataupun kisah sejarah. Kondisi ini mendorong munculnya penonton yang fanatik dan spesifik. Banyaknya film sejarah atau film biografi atau yang biasa disebut dengan istilah film biopik, kini yang menjadi sengketa dan sedang mengalami kontroversi hingga Rachmawati

Referensi

Dokumen terkait

Rendahnya nilai kalori yang dihasilkan disebabkan karena kandungan lemak, protein, dan karbohidrat yang rendah pada nugget jamur kuping.. Tekstur merupakan penginderaan

2) Pembagian kelompok, dari jumlah sampel dibagi 2 yaitu kelompok yang menggunakan media cetak berupa leaflet , dan kelompok yang menggunakan media elektronik

Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Banyuurip adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Purworejo yakni sebesar 0,20 persen, sedangkan yang

3) Adanya harapan untuk menyebabkan self-esteem akan menyebabkan perilaku prososial Endosentric Motivation pada relawan komunitas cinta baca di Kota Bandung. 4)

prikazan je primjer sklopljenog sporazuma između poslodavca i radničkog vijeća kojima su dodatno uređena pitanja u vezi s izborom i radom povjerenika radnika za

oleh orang lain karena pekerjaannya serabutan. Aku ingin suamiku bekerja yang layak misalnya perusahaan atau yang sejenis”. Kemudian konselor melanjutkan konfrontasi agar

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui pengaruh subtitusi tepung mocaf, penambahan puree bayam dan interaksi subtitusi mocaf dan penambahan puree bayam terhadap hasil

Status kepemilikan bangunan tempat tinggal penting untuk kenyamanan dan ketenangan tinggal di rumah. Dapat diketahui status kepemilikan bangunan tempat