• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan konsepsi

Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran.12

Menurut M. Solly Lubis menyebutkan bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang djadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang merupakan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.13

Menurut Mukti Fajar teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan

12

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm.6.

13

simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum.14 Sedangkan suatu kerangka teori bertujuan menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasi dan menginterpretasi hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu15. Oleh karena itu dalam meneliti tentang status Badan Hukum Yayasan Pendidikan pasca pembatalan Undang-undang nomor 9 tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan menggunakan teori sebagai pisau analisis untuk menjelaskan permasalahan yang ada yaitu dengan teori negara hukum (rechtstaat).

Teori negara hukum yaitu suatu teori mengenai sistem kenegaraan yang diatur berdasarkan hukum yang berlaku yang berkeadilan yang tersusun dalam suatu konstitusi, dimana semua orang dalam negara tersebut, baik yang diperintah maupun yang memerintah, harus tunduk hukum yang sama, sehingga setiap orang yang sama diperlakukan sama dan setiap orang berbeda diperlakukan berbeda diperlakukan berbeda dengan dasar pembedaan yang rasional, tanpa memandang perbedaan warna kulit, ras, gender, agama, daerah dan kepercayaan, dan kewenangan pemerintah dibatasi berdasarkan suatu prinsip distribusi kekuasaan, sehingga pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang dan tidak boleh melanggar hak-hak rakyat, karenanya kepada rakyat diberikan peran sesuai kemampuan dan perananya secara demokratis.16

Putusan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 31 Maret 2010 dengan putusan

14

Mukti Fajar et al ., DualismePenelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm.134.

15

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm.19.

16

Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (Rechtstaat), PT. Refika Aditama, Bandung, 2009 hlm.3.

nomor 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009 yang menyatakan ”bahwa Undang-undang Badan Hukum Pendidikan bertentangan dengan Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sehingga Mahkamah Konstitusi menafsirkan bahwa Badan Hukum Pendidikan konstitusional sepanjang dimaknai sebagai sebutan fungsi penyelenggaraan pendidikan dan bukan badan hukum tertentu”.

Agar tidak terjadi kekosongan hukum yang bisa menyebabkan ketidakpastian hukum atau ketidakpastian peraturan perundang-undangan mengenai badan hukum penyelenggara pendidikan di Indonesia pasca putusan tersebut, maka berdasarkan pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ketika memutuskan gugatan tersebut bahwa suatu lembaga pendidikan harus dikelola oleh suatu badan hukum, dimana bentuk badan hukum yang dikenal dalam perundang-undangan adalah yayasan, perkumpulan, perserikatan, badan wakaf dan lain sebagainya.

Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya final untuk :

a Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c Memutus pembubaran partai politik ; dan

d Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.17

Tugas yang paling utama dari Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah

17

melakukan judicial review18, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24C dari Undang-Undang Dasar 1945, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang-Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi.19

Pasca pembatalan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia maka penyelenggaraan pendidikan formal oleh swasta kembali menggunakan badan hukum yang sudah ada yaitu yayasan atau perkumpulan, dengan demikian segala aturan tentang Yayasan tetap berlaku yaitu :

a Undang-Undang nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

b Undang-Undang nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

c Peraturan Pemerintah nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan.

Putusan Mahkamah konstitusi tersebut besifat final dan mengikat kepada seluruh warga negara Indonesia ,hal ini merupakan bentuk dari negara hukum yang dianut di Indonesia, sehingga keputusan Mahkamah Konstitusi tersebut menjadi hukum positif yang menciptakan pengharmonisasian peraturan perundang-undangan dengan Undang-Undang Dasar, sehingga terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan

18 Judicial review

adalah suatu pranata dalam ilmu hukum yang memberikan kewenangan kepada badan pengadilan umum, atau badan pengadilan khusus, ataupun lembaga khusus untuk melakukan peninjauan ulang, dengan jalan menerapkan atau menafsirkan ketentuan dan semangat dari konstitusi, sehingga hasil dari peninjauan ulang tersebut dapat menguatkan atau menyatakan batal atau membatalkan, atau menambah atau mengurangi terhadap suatu tindakan berbuat atau tidak berbuat dari aparat pemerintah (eksekutif) atau dari pihak-pihak lainnya (termasuk prlemen).

19

pendidikan di Indonesia.

Berbicara mengenai badan hukum, maka berhubungan dengan subjek hukum. Menurut R.Soeroso,” subjek hukum adalah :

a sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak dalam hukum.

b sesuatu pendukung hak yang menurut hukum berwenang/ berkuasa bertindak menjadi pendukung hak (Rechtsbevoegheid).

c segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban.20 Bentuk dari subjek hukum tersebut ada 2 (dua ) macam , antara lain : 1). Manusia (persoon)

Manusia dalam hukum positif merupakan persoon (natuurlijke persoon).

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah makhluk yang sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa lainnya, seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena manusia mempunyai roh atau jiwa dan pikiran yang tidak dimiiki oleh makhluk lainnya.

2). Badan Hukum (recht persoon)

Menurut Wirjono Projodikoro sebagaimana yang dikutip oleh Sutarno, badan hukum adalah suatu badan disamping manusia perorangan juga dapat bertindak dalam hukum dan mempunyai hak dan kewajiban serta kepentingan-kepentingan terhadap orang lain atau badan lain.21

Untuk keikutsertaanya dalam pergaulan hukum maka suatu badan hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum yaitu :

a). Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya.

20

R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum ,Sinar Grafika ,Jakarta, 2009, hlm.227-228.

21

b). Hak dan kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggota-anggotanya.22

Menurut Hikmahanto Juwana 23, adapun jenis Badan Hukum yang selama ini dikenal yaitu :

(1).Perseroan Terbatas (2).Koperasi

(3).Yayasan

(4).Perusahaan Umum (5).Badan Layanan Umum (6).Perhimpunan

(7).Badan Hukum Milik Negara

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.28 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 menyatakan bahwa,”Yayasan adalah Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang terpisah dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota”. Selain dari pada itu ,” yayasan baru dianggap sah sebagai badan hukum apabila telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Terhadap kekayaan yang terpisah adalah merupakan suatu konsekuensi logis dari suatu badan hukum yayasan. kekayaan yayasan merupakan ”Kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan dari sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, wakaf, hibah, hibah wasiat

22Ibid

.,hlm.238.

23

dan kekayaan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.24

Pada prinsipnya kekayaan suatu badan hukum sudah terikat dengan tujuan dan maksud tertentu dari badan hukum yang bersangkutan. Dengan kata lain kekayaan tersebut adalah milik ” tujuan dan maksud” dari sebuah badan hukum. Disinilah tampak hubungan antara teori kekayaan bertujuan dengan badan hukum yayasan. Telah diketahui bahwa yayasan memiliki tujuan yag idealistis ,bersifat sosial dan kemanusiaan .Maka dari itu, kekayaan sebuah yayasan adalah alat yang seharusnya hanya digunakan untuk mencari tujuan dan maksud yayasan itu sendiri.25Kekayaan yayasan tersebut semata-mata digunakan untuk mencapai tujuan ideal yaitu,” di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan atau dengan kata lain yayasan didirikan tidak untuk diperuntukkan semata-mata untuk mencari keuntungan atau komersial (didasari prinsip Filantropis atau organisasi Nirlaba)”.26

Dalam rangka tercapainya maksud dan tujuan, Yayasan memerlukan kegiatan usaha, agar yayasan bisa melakukan kegiatan usaha Yayasan memerlukan wadah atau sarana.

Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuan dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan

24

Pasal 26 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.

25

Rita M, Resiko Hukum Bagi Pembina,Pengawas dan Pengurus Yayasan , PT Penebar Swadaya, 2009, hlm.47-48.

26

Omica,analisis Pemberlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Yayasan di Bidang

Pendidikan,Program Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara : Medan, 2005, hlm 29-30.

usaha.27Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.28serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.29

Pasca pembatalan Undang-undang Badan Hukum Pendidikan terhadap kedudukan Badan Hukum Pendidikan Masyarakat yang telah mendapatkan pengesahan dalam masa berlaku Undang-undang Badan Hukum Pendidikan maka digunakan kaidah hukum ex nunc, yang berarti bahwa perbuatan dan akibat dari akta/surat tersebut dianggap ada sampai saat dilakukan pembatalan.

Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial, Abdul Kadir Mappong mengatakan ada dua macam pembatalan sebuah peraturan dalam putusan uji materi di Mahkamah Agung. Ada pembatalan secara ex tunc dan secara ex nunc. Ia menjelaskan bila sebuah peraturan dibatalkan secara ex tunc maka semua akibat hukumnya batal juga, dicabut sampai ke akar-akarnya. Sedangkan pembatalan secara

ex nunc bersifat prospektif (berlaku ke depan). Kalau ex tunc bersifat retroaktif (berlaku surut) sedangkan ex nunc hanya sejak pembatalannya saja.30

Dalam ilmu perundang-undangan, jika suatu Undang-Undang telah diputuskan seperti tersebut diatas, maka Mahkamah Konstitusi akan mengembalikannya kepada pemerintah untuk dibuat Undang-Undang baru untuk

27

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

28

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

29

Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

30

mengatur hal yang sama dengan substansi yang berbeda.31 2. Kerangka Konsepsi

a Yayasan adalah ,

”Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang terpisah dan diperuntukkan untuk tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”.32

b Pendidikan formal adalah

”jalur pendidikan terstruktur dan berjenjang yang meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.”33

c Masyarakat adalah

”kelompok Warga Negara Indonesia non-pemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.”34

d Satuan Pendidikan adalah ,

”Kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal.”35 e Mahkamah Konstitusi adalah,

”Salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”36

31Ibid.

,hlm 67.

32

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan . 33

Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No.9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan.

34

Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan. 35

Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No.9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan. 36

G. Metode Penelitian

Dokumen terkait