• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teori Manajemen Varney 1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Menurut Sulistyawati (2009), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.

2. Proses Asuhan Kebidanan

Proses asuhan manajemen kebidanan menurut Varney (2004) dalam Sulistyowati (2009), terdiri dari 7 langkah yaitu sebagai berikut:

a. Langkah 1 : Pengkajian

Pengkajian pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulka data dasar dan semua informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi klien. Pengkajian balita dengan pneumonia, antara lain:

1) Anamnesa (Data Subyektif)

Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi kejadian (Nursalam, 2013).

Adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan balita sakit dengan pneumonia (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Menurut Somantri (2012) adalah menggigil, demam ൒

40 0 C, nyeri pleuritik, batuk, sputum berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru.

b) Riwayat kesehatan (1) Riwayat imunisasi

Menurut Ridha (2014 ), imunisasi yang tersedia yang sudah dilakukan ibu untuk mengimunisasikan anaknya antara lain : BCG pada umur < 2bulan (untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC), DPT pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan (untuk melindungi dari difteri, pertusis, tetanus), Polio pada umur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan

(untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis), hepatitis B pada umur 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan (untuk memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B), Campak pada umur 9 bulan (untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit campak).

(2) Riwayat penyakit yang lalu

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, Hipertensi, Asma.

(3) Riwayat penyakit sekarang

Menurut Ambarwati dan wulandari (2010), data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang adad hubungannya dengan penyakit pneumonia.

(4) Riwayat penyakit keluarga

Menurut Ambarwati dan Wulandari ( 2010), data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien.

c) Riwayat sosial

Menurut Matondang (2013), riwayat sosial dapat diketahui dari:

(1) Yang mengasuh

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan balita. (2) Hubungan dengan anggota keluarga

Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan anggota keluarga.

(3) Hubungan dengan teman sebaya

Dikaji untuk mengetahui keharmonisan balita dengan teman sebayanya.

(4) Lingkungan rumah

Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan lingkungan sekitar rumah.

d) Pola kebiasaan sehari-hari

Menurut Matondang (2013), pola kebiasaan sehari-hari yang perlu dfikaji diantaranya:

(1) Nutrisi

Dikaji tentang riwayat makan, seperti jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari

(2) Istirahat / tidur

Berapa lama anak tidur siang, malam, keadaan anak (tenang, atau gelisah), pasien dengan pneumonia cenderung gelisah dan menyebabkan anak susah tidur. (3) Pola Hygiene

Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan dan nilai kerentangan terhadap infeksi.

(4) Aktivitas

Meliputi motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan anak baik gerakan atau sikap tubuh dan motorik halus adalah kemampuan anak untuk menggerakkan

bagian-bagian tubuh tertentu, paisen dengan pneumonia pola aktivitasnya terganggu karena rewel.

(5) Eliminasi

Pengkajian tentang BAB dan BAK yang meliputi kondisi, frekuensi, dan warnanya.

2) Pemeriksaan fisik ( Data Obyektif )

Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara: a) Status generaslis

1) Keadaan umum

Menurut Sulistyowati (2009), untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria:

(a) Baik

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, sertasecara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. (b) Lemah

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik

terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.

Menurut Somantri (2012), biasanya pada kasus pneumonia keadaan umum anak masih baik, jika sudah pneumonia berat keadaan umum anak akan lemah.

2) Kesadaran

Menurut hidayat (2011), Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kesadaran anak, antara lain: composmentis (anak mengalami kesadaran penuh), somnolen (anak memiliki kesadaran yang lebih rendah dengan ditandai dengan anak tampak mengantuk, tidak responsif terhadap rangsangan ringan), apatis (anak acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya), sopor (anak tidak memberikan respon ringan maupun sedang, tetapi masih memberikan respon sedikit terhadap rangsangan yang kuat dengan adanya reflek pupil terhadap cahaya), koma (anak tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun).

Pada kasus pneumonia pasien sering mengalami penurunan kesadaran atau somnolen (Muttaqin, 2008). 3) Tanda-tanda vital

(a) Pemeriksaan nadi

Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Pemeriksaan nadi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya pulsus defisit yang merupakan denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan

Tabel 2.4 Frekuensi Nadi Rata-Rata

Usia Frekuensi Nadi Rata-Rata

0-1 bulan 140 1 bulan 130 1-6 bulan 130 6-12 bulan 115 1-2 tahun 110 2-4 tahun 105 Sumber : Hidayat 2011 (b) Pemeriksaan suhu

Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila, dan oral yang di gunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan uniuk membantu menetukan dagnosis dini suatu penyakit.

Tabel 2.5 Suhu Rata-Rata

Usia Suhu (derajat celcius)

3 bulan 37,5

1 tahun 37,7

3 tahun 37,2

5 tahun 37,0

(c) Pemeriksaan Respirasi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan.

Tabel 2.6 Frekuensi Respirasi Rata-Rata Usia Frekuensi (nafas/menit)

0-1 bulan 35

1-11 bulan 30

2 tahun 25

6 tahun 21

Sumber : Wong 2003 dalam Marni 2014 4) Berat badan / tinggi badan

Tabel 2.7 Berat Badan Normal

Usia BB (kg) TB (cm)

0-6 bulan 6 60

7-12 bulan 8,5 71

1-3tahun 12 90

4-6 tahun 18 110

Pada kasus pneumonia biasanya terjadi penurunan berat badan dan anak terlihat kurus (Hidayat, 2010).

5) Lingkar kepala

Menurut hidayat (2011), pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar 6 bulan pertama, yaitu 35-43 cm. Pada usia-usia selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm, kemudian akan

bertambah 1 cm sampai dengan usia tahun ke-3 dan bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja.

b) Pemeriksaan sistematis (1) Kepala

Pemeriksaan meliputi rambut (warna, bentuk, kebersihan). Kepala ada kelainan atau tidak (Matondang, 2013).

(2) Muka

pada kasus yang berat biasanya ditemukan sianosis (Nurarif, 2013)

(3) Mata

Pemeriksaan meliputi simetris atau tidak, conjungtiva normal merah muda, sclera putih (Matondang, 2013) (4) Hidung

Adanya nafas cuping hidung pada keadaan sesak berat (Marni, 2014)

(5) Telinga

Meliputi bentuk, pengeluaran, hygiene terhadap telinga luar, palpasi terhadap nyeri tekan (Matondang, 2013)

(6) Mulut

Meliputi pemeriksaan warna (pucat, kemerahan, pecah-pecah), simetris atau tidak, gusi berdarah atau tidak (Matondang, 2013).

(7) Dada

Adanya retraksi dada dan bunyi ronkhi basah atau wheezing pada pemeriksaan (Marni, 2013)

(8) Perut

Pemeriksaan meliputi nyeri tekan, warna dan keadaan kulit abdomen, kembung atau tidak (Matondang, 2013) (9) Ekstremitas

Pemeriksaan meliputi kelengkapan, simetris, dan kelainan (Matondang, 2013)

(10) Genetalia

Pemeriksaan meliputi jika laki-laki, dapat di periksa dengan memperhatikan bentuk, ukuran, dan apakah testis sudah turun ke skrotum atau belu. Jika perempuan, apakah labia mayora sudah menutupi lania minora (Matondang, 20130

(11) Anus

Pemeriksaan anus meliputi umtuk mengkaji tonus otot atau kekuatan sfingter ani umtuk mengetahui reflek anal (Matondang, 2013).

c) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Tingkat perkembangan balita menurut Depkes (2008) adalah sebagai berikut:

(1) Motorik kasar

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar, seperti:

(a) Anak bisa berdiri

(b) Anak bisa berjalan sambil berpegangan (c) Anak bisa berjalan dengan bantuan (d) Anak bisa bermain bola

(e) Anak bisa naik tangga (2) Motorik halus

Aspek yang berhubungan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti:

(a) Anak bisa memasukkan benda kedalam wadah (b) Anak bisa bermain dengan mainan yang mengapung

di air

(c) Anak menyusun kotak atau balok (d) Anak bisa mengambar

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak bersosialisasi dan berintegrasi dengan lingkungannya dan sebagai contohnya:

(a) Anak bisa minum dari sebuah cangkir (b) Anak ikut makan bersama-sama

(c) Anak bisa menarik mainan yang letaknya agak jauh (4) Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, komunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya contohnya:

(a) Anak bisa bermain bola (b) Anak bisa berjalan sendiri (c) Anak bisa naik tangga (d) Anak bisa berbicara lancar (5) Pemeriksaan penunjang

(a) Foto rontgen dada

Foto rontgen dada (chest x-ray): teridentifikasi penyebaran, misalnya lobus, bronkial, dapat juga menunjukkan multipel abses atau infilitrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial), atau penyebaran ekstensif nodul infiltrat (sering kali viral) pada pneumonia

mycoplasma, gambaran chest x-ray mungkin bersih (Somantri, 2012).

(b) Pemeriksaan laboratorium Menurut Nursalam (2013):

1) Leukosit 18.000 – 40.000/mm3

2) Hitung jenis didapatkan geseran kekiri 3) LED meningkat

b. Langkah II : Interpretasi Data

Menurut (Sulistyowati, 2009) pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa, masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang di kumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosa atau masalah adalah pengolahan data dan analisa dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta.

1) Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan pada studi kasus ini adalah An. X Umur X tahun jenis kelamin perempuan dengan Pneumonia.

Adapun data dasar dari diagnosa kebidanan tersebut adalah : a) Data subyektif

Menurut Ridha (2014), data subyektif diperoleh dari hasil wawancara pada orang tua pasien. Keluhan pasien dengan pneumonia antara lain adalah sesak nafas, batuk, demam.

(1) Ibu mengatakan anaknya bernama An. X, berumur X tahun

(2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin perempuan (3) Ibu mengatakan anaknya sesak nafas, batuk grok-grok,

dan demam tinggi b) Data obyektif

(1) Hasil pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital (nadi, pernafasan, dan suhu) akan menunjukan peningkatan frekuensi nafas dan peningkatan suhu tubuh.

(a) Keadaan umum

Pada kasus pneuomonia ini keadaan umum biasanya adalah lemah (Hidayat, 2010).

(b) Kesadaran

Pada kasus pneumonia pasien sering mengalami penurunan kesadaran atau somnolen bahkan sopor (Hidayat, 2010).

(c) Tanda-tanda vital (1) Nadi

Menurut Nursallam (2013), pada pemeriksaan nadi mengalami peningkatan (takikardi).

(2) Respirasi

Pada usia 2-12 bulan ≥ 50 kali/menit

Pada usia 1-5 tahun ≥ 40 kali/menit

(3) Suhu

Menurut Nurarif (2013) peningkatan suhu pada kasus pneumoniaini ≥ 39,5 – 400 C

(2) Hasil pemeriksaa sistematis

(a) Muka : pada kasus yang berat biasanya ditemukan sianosis

(b) Hidung : adanya nafas cuping hidung pada keadaan sesak berat

(c) Dada : adanya retraksi dada dan bunyi ronkhi basah atau wheezing pada pemeriksaan

2) Masalah

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) Adalah permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.

Menurut Ridha (2014) masalah yang lazim muncul pada klien adalah :

a) Pola nafas tidak efektif b) Defisit volume cairan 3) Kebutuhan

Pada kasus pneumonia kebutuhan anak yang dapat dilakukan bidan menurut Hidayat (2006) adalah:

a) Mengatur posisi dengan kemungkinan maksimum dengan posisi semi fowler atau kepala agak tinggi berikan oksigenasi sesuai kebutuhan anak.

b) Melibatkan orang tua dalam memberikan perawatan sehingga anak merasakan ketenangan serta menjelaskan pada orang tua tentang kondisi anak.

c) Lakukan penghisapan sekresi jalan nafas d) Kompres dingin / panas pada daerah yang sakit c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Menurut (Sulistyowati, 2009) pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan akan dilakukan pencegahan. Pada diagnosa langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan stabil mengamati klien. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial pneumonia adalah gagal nafas.

d. Langkah IV : Antisipasi

Menurut (Sulistyowati, 2009) langkah ini mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan balita.

Pada kasus perlunya tindakan segera dari dr. Sp.A untuk dikonsultasikan dan ditandai dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

e. Langkah V : Rencana Tindakan

Menurut (Sulistyowati, 2009) pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi: pengetahuan, teori yang up to date, serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien.

MTBS dalam Nursalam tahun 2013 1) Beri antibiotik yang sesuai

2) Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang sesuai dan aman 3) Jika batuk lebih dari 3 minggu, maka lakukan rujukan untuk

mendapat pemeriksaan lanjutan 4) Nasehati kapan kembali

5) Kunjungan ulang 2 hari f. Langkah VI : Pelaksanaan

Menurut (Sulistyowati, 2009) pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, ataupun anggota keluarga yang lain.

1) Memberikan antibiotik yang sesuai

Tabel 2.9 Pemberian Antibiotik Sesuai Etiologi

Usia / BB

Kotrimoksazol

(trimetoprim + sulfametoksazol) beri 2 x selama 5 hari

Amoxcilin Beri 3 x selama 5

hari Tablet

Dewasa Tablet Anak sirup / per 5 ml Sirup / per 125mg 2-4 bulan (4 - < 6 kg) 1 / 4 1 2,5 ml 2,5 ml 4-12 bulan (6- < 10 kg) 1 / 2 2 5 ml 5 ml 1-5 tahun (10- < 19 kg) 1 3 7,5 ml 10 ml

Sumber : Menurut DepKes RI 1999 dalam Hidayat 2011 Keterangan:

a) Tablet dewasa terdiri dari 80 mg trimetoprim + 400 mg sulfametoksazol

b) Tablet anak terdiri dari 20 mg trimetoprim + 100 mg sulfatomeksazol

c) Sirup / per 5 ml terdiri dari 40 mg trimetoprim + 200 mg sulfatomeksazol

d) Sirup / per 125 mg per 5 ml

2) Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang sesuai dan aman

3) Jika batuk lebih dari 3 minggu, maka lakukan rujukan untuk mendapat pemeriksaan lanjutan

4) Menasehati ibu kapan harus kembali 5) Menganjurkan ibu kunjungan ulang 2 hari

g. Langkah VII : Evaluasi

Menurut (Sulistyowati, 2009) pada langkah ini untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang bidan berikan kepada pasien. 1) Pola nafas anak telah membaik

2) Gejala klinik dari pneumonia yang meliputi demam, nyeri dada, dispnea, dan takipnea telah teratasi.

3. Data Perkembangan

Data perkembangan yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah SOAP menurut Sulistyowato (2009) yang meliputi:

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis

1. Ibu mengatakan anaknya bernama An X, berumur X tahun 2. Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin perempuan

3. Ibu mengatakan anaknya sesak nafas, batuk grok-grok, dan demam tinggi

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.

1. Muka : pada kasus yang berat biasanya ditemukan sianosis 2. Hidung : adanya nafas cuping hidung pada keadaan sesak berat

3. Dada : adanya retraksi dada dan bunyi ronkhi basah atau wheezing pada pemeriksaan

A : Assasment

Menggunakan pendokumentasian hasil analisis interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi yang meliputi:

An . X umur X tahun, jenis kelamin ..., dengan pneumonia P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan berdasarkan assesment.

1. Memberikan antibiotik yang sesuai

2. Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang sesuai dan aman

3. Jika batuk lebih dari 3 minggu, maka lakukan rujukan unutk mendapat pemeriksaan lanjutan

4. Menasehati ibu kapan harus kembali 5. Menganjurkan ibu kunjungan ulang 2 hari

C. Landasan Hukum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, yaitu Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

1. Pelayanan kesehatan anak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 poin b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan pra sekolah.

2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 11 ayat (1) poin c, e, dan f berwenang untuk:

Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah, pemberian konseling dan penyuluhan.

38 BAB III METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus

Pada penyusunan karya tulis ilmiah ini menggunakan bentuk laporan studi kasus dengan menggunakan metode diskriptif. Laporan studi kasus adalah laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggul (Notoatmodjo, 2012).

Metode deskriptif adalah suatu metode studi kasus yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan pada balita K umur 3,5 tahun dengan pnemonia di RSUD Surakarta.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat yang akan di gunakan penulis untuk pengambilan laporan kasus dilaksanakan sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmojo, 2012). Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di RSUD Surakarta.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengmabilan kasus (Notoatmojo, 2012). Subyek yang digunakan dalam kasus ini adalah balita K dengan pneumonia.

D. Waktu

Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini dilaksanakan pada tanggal 18 - 21 Juni 2015.

E. Instrument Studi Kasus

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian.Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara obyaktif (Notoatmodjo, 2012).

Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format pengkajian menrutu Hellen Varney yang meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013).

Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu: 1. Data Primer

Data primer adalah secara langsung diambil dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Ridwidikdo, 2013). Data primer dalam penelitian ini meliputi:

a. Pemeriksaan fisik

Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara:

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman, sebagai alat untuk mengumpulkan data. Pada kasus pneumonia inspeksi dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran, gerakan yang ekstrim dan ketegangan otot.

2) Palpasi

Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba, tangan dan jari adalah instrumen yang paling sensitif dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran.

3) Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan jari perawat (sebagai alat untuk menghasilkan suara) ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dan yang kanan, bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran bentuk, dan konsistensi jaringan. Pada kasus pneumonia dilakukan untuk mengetahui penafasan balita tersebut.

4) Auskultasi

Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh.Pada kasus pneumonia dilakukan untuk untuk menilai kecepatan pernafasan, irama dan denyut jantung dengan jelas dan teratur.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian, atau bertatap-tatap muka (face to face) (Notoatmodjo, 2012). Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan bidan dan ibu balita X di RSUD Surakarta untuk menilai keadaan suatu masalah pasien

c. Observasi

Observasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi: melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012) . Pada kasus pneumonia observasi dilakukan dengan mengobservasi keadaan umum tanda-tanda vital (nadi, respirasi, suhu), intake dan output cairan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di dapat tidak secara langsung dari obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang di kumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder di peroleh dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Pada laporan kasus ini penulis mendokumentasikan setiap tahapan asuhan kebidanan pada balita dengan system SOAP (Nursallam, 2013). Pengambilan studi kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang ada di RSUD Surakarta.

b. Studi Kepustakaan

Bahan pustaka merupakan hal yang penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2013). Studi kasus ini di ambil dari buku-buku referensi tentang balita dengan Pneumonia.

Dokumen terkait