i
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh : Yeni Endarwati
NIM B12165
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
iv
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An K Umur 3,5 tahun dengan Pneumonia RSUD Surakarta Tahun 2015“. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua Stikes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu RetnoWulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Stikes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Ika Budi Wijayanti SST, M.Sc selaku penguji I yang telah memberikan waktu luang untuk menguji dan memberikan bimbingan bagi penulis.
4. Ibu Tresia Umarianti ,S.ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis, 5. Ibu dra. Is Purwaningrum sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha di RSUD
Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.
6. Balita K yang telah bersedia untuk menjadi subyek dalam studi kasus.
7. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
v
selanjutnya. Semoga karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2015
vi
PADA BALITA K UMUR 3,5 TAHUN DENGAN PNEUMONIA
DI RSUD SURAKARTA TAHUN 2015
Xii + 77 Halaman + 13 Lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Data profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2012 menyebutkan bahwa cakupan penemuan pneumonia pada balita sebanyak 64.242 (24,74%), Data yang diperoleh dari bagian rekam medik RSUD Surakarta pada tahun 2014 menunjukkan dari 3200 balita sakit dari bulan September 2013 - September 2014 bahwa angka kejadian balita sakit dengan ISPA 2200 (68,8%), pneumonia adalah 65 (2,5%), Diare 400 (12,5%), Febris 420 (13,1%), Batuk 60 (1,9%), ISK 50 (0.15%). Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang yang menyerang alveoli paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme dan non dan ditandai dengan batuk serta kesukaran bernafas.
Tujuan : Mampu memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia dengan menggunakan Asuhan Kebidanan menurut Hellen Varney.
Metode : Metode yang digunakan adalah deskriptif, studi kasus ini di laksanankan pada tanggal 18 – 21 juni 2015 di RSUD Surakarta pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia dan dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil : Asuhan kebidanan yang di berikan pada balita K adalah pertahankan infus D5 ½ NS 14 tetes per menit makro sesuai advis dokter, O2 1 lpm, nebulizer (ventolin 1 resp/6jam), injeksi cefotaxim 250 mg/8 jam, injeksi antibiotik (gentamicin 50 mg/24 jam, ampicillin 375 mg/6jam), injeksi pamol 100 mg/6 jam, antipiretik (salbutamol syrup 3 x ½ cth per oral). Setelah dilakukan asuahan selama 3 hari keadaan umum baik, tidak rewel, suhu badan menurun, batuk berkurang, sudah tidak sesak nafas lagi.
Kesimpulan : Setelah diberikan asuhan kebidanan selama 4 hari dan di evaluasi maka diperoleh hasil yang maksimal pula dengan bukti tidak adanya komplikasi Ada kesenjangan antara teori dan praktek dilahan, namun tidak terlalu signifikan.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Balita, Pneumonia
vii
2. Jadikan orangtuamu sebagai penyemangatmu dalam menuntut ilmu, dan biasakan meminta restu sebelum aktivitas
3. Ketika anda tidak pernah melakukan kesalahan, itu berarti anda tidak pernah mencoba hal apapun
4. Ketika kehidupan memberi kita seribu tekanan untuk menangis, tunjukkan kita mempunyai sejuta alasan untuk tetap tersenyum
5. Jadikan omongan orang yang tidak enak itu buat pacuan kita untuk tetap semangat menjalani rutinitas kita, dan buktikan pada mereka kita BISA 6. Jatuh jangan terpuruk, jadikan itu pengalaman hidup untuk terus bangkit
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ini penulis persembahkan untuk: 1. Ayah, mama, adik, kakak dan saudaraku tercinta terimakasih atas kasih
sayang, doa restu, semangatnya dan dukungan selama ini.
2. “mamasku agung eko” terimakasih atas semua perhatian, dukungan, dan
batuannya ya….. semoga cepat nyusul skripsi
3. Ibu Tresia Umarianti, SST, M.Kes selaku Pembimbing KTI, Ibu Ika Budi Wijayanti, SST, M.Sc selaku Penguji 1, Ibu Riadini Wahyu Utami, SST selaku pembiming akademik terimakasih atas bimbingannya selama ini. 4. Teman-tamanku 1 almamater semuanya terutama tempat curhatan “yustika,
kartika”, penghuni kos “pak tarto”, terimakasih atas semangatnya.
ix
x
B. Teori ManajemenVarney ... 18
1. Pengertian Manajemen Varney ... 18
2. Proses Asuhan Kebidanan ... `18
3. Data Perkembangan ... 35
C. Landasan Hukum... 36
BAB III METODOLOGIPENELITIAN A. JenisStudi Kasus ... 37
B. LokasiStudi Kasus ... 37
C. Subyek Studi Kasus ... 37
D. WaktuStudi Kasus ... 38
E. Instrumen Studi kasus ... 38
F. Teknik PengumpulanData ... 38
G. Alat Yang Digunakan ... 42
H. Jadwal Penelitian ... 42
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. TinjauanKasus……… 44
B. Pembahasan……… 65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 73
B. Saran……….. 74 DAFTARPUSTAKA
xi
tanda gejala pneumonia ... 12
Tabel 2.2 Patofisiologi pneumonia ... `13
Tabel 2.3 Frekuensi adi rata-rata ... 24
Tabel 2.4 Suhu rata-rata ... 24
Tabel 2.5 Frekuensi respirasi rata-rata ... 25
Tabel 2.6 Berat badan normal ... 25
Tabel 2.7 Pemberian antibiotik sesuai etiologi ... 36
Tabel 4.1 Pemberian antibiotik ……….. . 68
xii
Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahah Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6 Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7 Surat Persetujuan Responden
Lampiran 8 Format Asuhan Kebidanan Balita Sakit Lampiran 9 Lembar Observasi
Lampiran 10 Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 11 leaflet
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak di prioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2011).
Angka kesakitan bayi dan balita menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan ini juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan, layanan petugas kesehatan, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial-ekonomi dan pendidikan ibu (Hidayat, 2011).
Gejala awal yang timbul biasanya berupa pilek, yang kemudian diikuti dengan napas yang cepat dan napas yang sesak. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, dan meninggal bila tidak segera diobati.
World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% per tahun pada golongan usia balita. Menurut WHO േ 13 juta balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh േ 4 juta anak balita setiap tahun (Depkes RI, 2000 dalam Asrun, 2006).
Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000 kelahiran hidup, sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat dini yaitu masa neonatal. Target MDGs tahun 2015 untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup memerlukan rangkaian strategi khususnya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan pada masa neonatal (Depkes RI, 2010).
Data yang diperoleh dari bagian rekam medik RSUD Surakarta pada tahun 2014 menunjukkan dari 3200 balita sakit dari bulan September 2013 - September 2014 bahwa angka kejadian balita sakit dengan ISPA 2200 (68,8%), pneumonia adalah 65 (2,5%), Diare 400(12,5%), Febris 420 (13,1%), Batuk 60 (1,9%), ISK 50 (0.15%).
Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi. Sehingga dalam penggunaannya peran bidan dalam memberikan promosi kesehatan perlu adanya kesadaran yang tinggi, baik dari masyarakat maupun petugas, terutama tentang beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan.
Dari pernyataan dan data di atas penulis tertarik untuk mengambil studi
kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An K Umur 3.5 Tahun Dengan PneumoniaDi RSUD Surakarta”
B. Perumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan kebidanan balita sakit pada balita K umur 3.5 tahun dengan pneumonia di RSUD Surakarta dengan menggunakan pendekatan management kebidanan 7 langkah Varney?
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia dengan menggunakan asuhan kebidanan menerut Helen Varney.
a. Penulis mampu
1) Melakukan pengkajian balita sakit pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan masalah, dan kebutuhan balita sakit pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia
3) Menentukan diagnose potensial yang timbul balita sakit pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia
4) Menerapkan tindakan segera balita sakit pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia
5) Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan balita sakit pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan balita sakit pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia sesuai pelayanan secara efisien dan aman
7) Mengevaluasi hasil evaluasi hasil asuhan kebidanan balita sakit pada balita K umur 3,5 tahun dengan pneumonia
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Memberikan kesempatan pada penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan terutama manajemen asuhan kebidanan pada balita K dengan pneumonia dalam situasi nyata. 2. Bagi Profesi
Tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat, cepat dan komprehensif terutama balita sakit dengan pneumonia.
3. Bagi Institusi
a. RSUD Kota Surakarta
Bidan dapat meningkatkan kualitas pemberian pelayanan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan pneumonia.
b. Pendidikan
Dapat sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya dalam asuhan kebidanan balita sakit dengan pneumonia.
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, penulis mendapatkan keaslian : 1. Syarifatul Fikriyah, dari Universitas Sebeleas Maret, tahun 2013 dengan
judul “Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An. A Umur 2 tahun 6 Bulan
Dengan Pneumonia Di RSUD Surakarta”. Asuhan kebidanan yang
D5 ½ NS 10 tpm, injeksi Ampicilin 300 mg / 6 jam secara IV, Injeksi Klorampenikol 200 mg / 6jam secara IV, Sy Parasetamol 4×1 dengan dosis 5ml, Sy Salbutamol 3×1 dengan dosis 5ml.
2. Stiani, Triorida tahun 2014 dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada Balita D Umur 3 Tahun Dengan Pneumonia Di RSUD Surakarta “. Asuhan
kebidanan yang diberikan yaitu: kolaborasi dengan dokter spesialis anak, lalu pasang infus D5 ½ 15 tpm sesuai advis dokter. Lalu, diberikan terapi: pasang O22 Ipm, Nebulizer bronkhodilator (Ventolin 1 resp/1 jam), injeksi antibiotik (Ampicilin 375 mg / 6 jam), injeksi antibiotik (Gentamicin 75 mg / 24 jam), antipiretik (Sy Parasetamol 120 mg / 5ml 4×2 sendok takar per oral), Sy Solvita 2×1 sendok takar per oral. Lalu, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Balita
a. Pengertian
Balita mempunyai rentang usia 1-5 tahun. Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran, sosial, emosional, dan inteligensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan selanjutnya (Nursalam dkk, 2013).
b. Tahapan tumbuh kembang balita
Pada dasarnya kehidupan manusia mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian dan menentukan di masa mendatang adalah pada masa anak.
1) Usia 1-3 tahun
Pertumbuhan fisik relatif lambat dari pada masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan cepat.
2) Usia 3-5 tahun
Pertumbuhan fisik relatif lambat. Pada masa ini rasa ingin tahu dan daya imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya tentang segala hal di sekelilingnya yang tidak diketahui. c. Kebutuhan Dasar Untuk Tumbuh Kembang
Seorang anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor genetik, herediter, konstitusi, dan faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang anak, maka perlu adanya kebutuhan dasar bagi tumbuh kembang balita
(Nursalam, 2013).
Menurut Nursalam 2013, kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Asah (Kebutuhan Stimulasi)
Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa perinatal, kemudian lahir dengan cara menyusui bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.
2) Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang) Meliputi sebagai berikut:
a) Kasih sayang orang tua b) Rasa aman
c) Harga diri
d) Dukungan / dorongan e) Mandiri
f) Rasa memiliki
3) Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis) Meliputi sebagai berikut:
(a) Nutrisai yang adekuat dan seimbang (b) Perawatan kesehatan dasar
(c) Pakaian (d) Perumahan
(e) Higiene diri dan lingkungan
(f) Kesegaran jasmani (olahraga, rekreasi) 2. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru-paru (Nursalam, 2013). Sedangkan menurut Nuratif, dkk (2013) pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang di sebabkan agen infeksius seperti: virus, bakteri mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.
Sedangkan menurun Somantri (2012) pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang yang menyerang alveoli paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme dan non-mikroorganisme dan ditandai dengan batuk serta kesukaran bernafas.
b. Klasifikasi
Berdasarkan Nursalam (2013), pneumonia dapat di klasifikasikan secara sederhana berdasarkan dengan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukan diagnosis medis, melainkan bertujuan untuk membantu petugas kesehatan yang berada dilapangan untuk menentukan tindakan yang perlu di ambil, sehingga anak tidak terlambat mendapat penanganan.
a) Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menyusu, selalu memuntahkan semuanya, seperti anak letargis / tidak sadar
b) Terdapat tarikan dinding dada kedalam saat bernafas c) Terdapat stridor (suara bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi)
2) Pneumonia
a) Anak usia 2-12 bulan, apabila frekuensi nafas 50 kali/menit atau lebih
b) Anak usia 12 bulan – 5 tahun, apabila frekuensi nafas 40 kali/menit atau lebih
3) Batuk bukan pneumonia
Menurut Hidayat ( 2011) apabila hanya ada keluhan batuk saja tidak menjurus ke gejala pneumonia.
c. Etiologi, Tanda dan Gejala
Jenis Pneumonia
Etiologi Faktor Resiko Tanda dan Gejala Sindroma
pneumonia dengan penyulit
b. Nyeri dada pleuritis
c. Batuk produktif, sputum hijau dan puluren serta mungkin mengandung bercak darah. Terkadang hidung kemerahan.
d. Retraksi interkostal, penggunaan otot aksesorius, dan bisa timbul sianosis.
Sindroma
a. Onset bertahap 3-5 hari b. Malaise, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, dan batuk kering
c. Nyeri dada karena batul c.Mycoplasma campuran, mulanya onset perlahan.
b. Demam rendah, batuk c. Produksi sputum/ bau busuk d. Foto dada terlihat jaringan
interstital tergantung bagian paru-paru yang terkena Hematogen Terjadi bila kuman
patogen menyebar ke paru-paru melalui aliran darah, seperti
pada kuman
a. Gejala pulmonal timbul minimal dibanding gejala septikemi
b. Batuk non produktif dan nyeri pleuretik sama seperti yang terjadi pada emboli paru
Sumber : Somantri (2012)
Bagan 2.2 patofisiologi pneumonia
Sumber: Somantri 2012 e. Patogenesis
Inhalasi mikroba dengan jalan · Melalui udara
· Aspirasi organisme dari naso faring · hematogen Membran paru-paru meradang dan
berlubang Pleuritic pain
Bersihkan jalan
nafas tidak efektif SDM Red Blood Count (RBC), SDP White Blood Count (WBC), dan cairan keluar
masuk alveoli
Sekresi, edema, dan prochospasme Resiko penyebaran
Daerah paru menjadi padat
Penurunan ratio ventilasi-pervusi
Luas permukaan membran aspek respirasi
Kapasitas difusi menurun
Patogenesis pneumonia menurut Somantri (2012), secara umum berlangsung dalam menjadi 4 stadium, yaitu:
1) Stadium kongesti
Pada stadium ini, eksudat serosa masuk kedalam alveolus dari pembuluh darah yang bocor.
2) Stadium hepatitis merah
Pada stadium ini, paru-paru tampak merah dan tampak bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveolus.
3) Stadium hepatitis kelabu
Pada stadium ini, paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang. 4) Stadium resolusi
Pada stadium ini, eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali kepada struktur semula. f. Gejala klinis
Menurut Ridha (2014)
1) Gejala klinik tergantung dari penyebab pneumonia 2) Keluhan utama berupa batuk (80 %)
3) Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat) 4) Demam tinggi pada 5 – 10 hari pertama
5) Sesak nafas (lebih – lebih bila ada komplikasi)
7) Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah g. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2013) sebagai berikut:
1) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,50 C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2) Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3) Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4) Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
6) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7) Sumbatan nassal, passae nassal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
8) Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit (rinorea) atau kental dan puluren, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9) Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti hanya selama fase akut.
10)Bunyi pernafasan, seperti: batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi, krekels.
11)Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
12)Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau memuntahkan semua, kejang, letargis, atau tidak sadar, sianosis, distress peranafasan berat.
13)Disamping batu atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja:
B. Kerangka Teori Manajemen Varney
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Menurut Sulistyawati (2009), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.
2. Proses Asuhan Kebidanan
Proses asuhan manajemen kebidanan menurut Varney (2004) dalam Sulistyowati (2009), terdiri dari 7 langkah yaitu sebagai berikut:
a. Langkah 1 : Pengkajian
Pengkajian pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulka data dasar dan semua informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi klien. Pengkajian balita dengan pneumonia, antara lain:
1) Anamnesa (Data Subyektif)
Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi kejadian (Nursalam, 2013).
Adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan balita sakit dengan pneumonia (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Menurut Somantri (2012) adalah menggigil, demam 40 0 C, nyeri pleuritik, batuk, sputum berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru.
b) Riwayat kesehatan (1) Riwayat imunisasi
Menurut Ridha (2014 ), imunisasi yang tersedia yang sudah dilakukan ibu untuk mengimunisasikan anaknya antara lain : BCG pada umur < 2bulan (untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC), DPT pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan (untuk melindungi dari difteri, pertusis, tetanus), Polio pada umur 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
(2) Riwayat penyakit yang lalu
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, Hipertensi, Asma.
(3) Riwayat penyakit sekarang
Menurut Ambarwati dan wulandari (2010), data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang adad hubungannya dengan penyakit pneumonia.
(4) Riwayat penyakit keluarga
Menurut Ambarwati dan Wulandari ( 2010), data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien.
c) Riwayat sosial
Menurut Matondang (2013), riwayat sosial dapat diketahui dari:
(1) Yang mengasuh
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan balita. (2) Hubungan dengan anggota keluarga
(3) Hubungan dengan teman sebaya
Dikaji untuk mengetahui keharmonisan balita dengan teman sebayanya.
(4) Lingkungan rumah
Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan lingkungan sekitar rumah.
d) Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut Matondang (2013), pola kebiasaan sehari-hari yang perlu dfikaji diantaranya:
(1) Nutrisi
Dikaji tentang riwayat makan, seperti jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari
(2) Istirahat / tidur
Berapa lama anak tidur siang, malam, keadaan anak (tenang, atau gelisah), pasien dengan pneumonia cenderung gelisah dan menyebabkan anak susah tidur. (3) Pola Hygiene
Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan dan nilai kerentangan terhadap infeksi.
(4) Aktivitas
bagian-bagian tubuh tertentu, paisen dengan pneumonia pola aktivitasnya terganggu karena rewel.
(5) Eliminasi
Pengkajian tentang BAB dan BAK yang meliputi kondisi, frekuensi, dan warnanya.
2) Pemeriksaan fisik ( Data Obyektif )
Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara: a) Status generaslis
1) Keadaan umum
Menurut Sulistyowati (2009), untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria:
(a) Baik
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, sertasecara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. (b) Lemah
terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
Menurut Somantri (2012), biasanya pada kasus pneumonia keadaan umum anak masih baik, jika sudah pneumonia berat keadaan umum anak akan lemah.
2) Kesadaran
Menurut hidayat (2011), Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kesadaran anak, antara lain: composmentis (anak mengalami kesadaran penuh), somnolen (anak memiliki kesadaran yang lebih rendah dengan ditandai dengan anak tampak mengantuk, tidak responsif terhadap rangsangan ringan), apatis (anak acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya), sopor (anak tidak memberikan respon ringan maupun sedang, tetapi masih memberikan respon sedikit terhadap rangsangan yang kuat dengan adanya reflek pupil terhadap cahaya), koma (anak tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun).
Pada kasus pneumonia pasien sering mengalami penurunan kesadaran atau somnolen (Muttaqin, 2008). 3) Tanda-tanda vital
(a) Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Pemeriksaan nadi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya pulsus defisit yang merupakan denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan
Tabel 2.4 Frekuensi Nadi Rata-Rata
Usia Frekuensi Nadi Rata-Rata
0-1 bulan 140
Sumber : Hidayat 2011
(b) Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila, dan oral yang di gunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan uniuk membantu menetukan dagnosis dini suatu penyakit.
Tabel 2.5 Suhu Rata-Rata
Usia Suhu (derajat celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
(c) Pemeriksaan Respirasi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan.
Tabel 2.6 Frekuensi Respirasi Rata-Rata Usia Frekuensi (nafas/menit)
0-1 bulan 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
6 tahun 21
Sumber : Wong 2003 dalam Marni 2014 4) Berat badan / tinggi badan
Tabel 2.7 Berat Badan Normal
Usia BB (kg) TB (cm)
0-6 bulan 6 60
7-12 bulan 8,5 71
1-3tahun 12 90
4-6 tahun 18 110
Pada kasus pneumonia biasanya terjadi penurunan berat badan dan anak terlihat kurus (Hidayat, 2010).
5) Lingkar kepala
bertambah 1 cm sampai dengan usia tahun ke-3 dan bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja.
b) Pemeriksaan sistematis (1) Kepala
Pemeriksaan meliputi rambut (warna, bentuk, kebersihan). Kepala ada kelainan atau tidak (Matondang, 2013).
(2) Muka
pada kasus yang berat biasanya ditemukan sianosis (Nurarif, 2013)
(3) Mata
Pemeriksaan meliputi simetris atau tidak, conjungtiva normal merah muda, sclera putih (Matondang, 2013) (4) Hidung
Adanya nafas cuping hidung pada keadaan sesak berat (Marni, 2014)
(5) Telinga
(6) Mulut
Meliputi pemeriksaan warna (pucat, kemerahan, pecah-pecah), simetris atau tidak, gusi berdarah atau tidak (Matondang, 2013).
(7) Dada
Adanya retraksi dada dan bunyi ronkhi basah atau wheezing pada pemeriksaan (Marni, 2013)
(8) Perut
Pemeriksaan meliputi nyeri tekan, warna dan keadaan kulit abdomen, kembung atau tidak (Matondang, 2013) (9) Ekstremitas
Pemeriksaan meliputi kelengkapan, simetris, dan kelainan (Matondang, 2013)
(10) Genetalia
Pemeriksaan meliputi jika laki-laki, dapat di periksa dengan memperhatikan bentuk, ukuran, dan apakah testis sudah turun ke skrotum atau belu. Jika perempuan, apakah labia mayora sudah menutupi lania minora (Matondang, 20130
(11) Anus
c) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan balita menurut Depkes (2008) adalah sebagai berikut:
(1) Motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar, seperti:
(a) Anak bisa berdiri
(b) Anak bisa berjalan sambil berpegangan (c) Anak bisa berjalan dengan bantuan (d) Anak bisa bermain bola
(e) Anak bisa naik tangga (2) Motorik halus
Aspek yang berhubungan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti:
(a) Anak bisa memasukkan benda kedalam wadah (b) Anak bisa bermain dengan mainan yang mengapung
di air
(c) Anak menyusun kotak atau balok (d) Anak bisa mengambar
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak bersosialisasi dan berintegrasi dengan lingkungannya dan sebagai contohnya:
(a) Anak bisa minum dari sebuah cangkir (b) Anak ikut makan bersama-sama
(c) Anak bisa menarik mainan yang letaknya agak jauh (4) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, komunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya contohnya:
(a) Anak bisa bermain bola (b) Anak bisa berjalan sendiri (c) Anak bisa naik tangga (d) Anak bisa berbicara lancar (5) Pemeriksaan penunjang
(a) Foto rontgen dada
mycoplasma, gambaran chest x-ray mungkin bersih (Somantri, 2012).
(b) Pemeriksaan laboratorium Menurut Nursalam (2013):
1) Leukosit 18.000 – 40.000/mm3
2) Hitung jenis didapatkan geseran kekiri 3) LED meningkat
b. Langkah II : Interpretasi Data
Menurut (Sulistyowati, 2009) pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa, masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang di kumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosa atau masalah adalah pengolahan data dan analisa dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta.
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan pada studi kasus ini adalah An. X Umur X tahun jenis kelamin perempuan dengan Pneumonia.
Adapun data dasar dari diagnosa kebidanan tersebut adalah : a) Data subyektif
(1) Ibu mengatakan anaknya bernama An. X, berumur X tahun
(2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin perempuan (3) Ibu mengatakan anaknya sesak nafas, batuk grok-grok,
dan demam tinggi b) Data obyektif
(1) Hasil pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital (nadi, pernafasan, dan suhu) akan menunjukan peningkatan frekuensi nafas dan peningkatan suhu tubuh.
(a) Keadaan umum
Pada kasus pneuomonia ini keadaan umum biasanya adalah lemah (Hidayat, 2010).
(b) Kesadaran
Pada kasus pneumonia pasien sering mengalami penurunan kesadaran atau somnolen bahkan sopor (Hidayat, 2010).
(c) Tanda-tanda vital (1) Nadi
Menurut Nursallam (2013), pada pemeriksaan nadi mengalami peningkatan (takikardi).
(2) Respirasi
Pada usia 2-12 bulan ≥ 50 kali/menit
Pada usia 1-5 tahun ≥ 40 kali/menit
(3) Suhu
Menurut Nurarif (2013) peningkatan suhu pada kasus pneumoniaini ≥ 39,5 – 400 C
(2) Hasil pemeriksaa sistematis
(a) Muka : pada kasus yang berat biasanya ditemukan sianosis
(b) Hidung : adanya nafas cuping hidung pada keadaan sesak berat
(c) Dada : adanya retraksi dada dan bunyi ronkhi basah atau wheezing pada pemeriksaan
2) Masalah
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) Adalah permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Menurut Ridha (2014) masalah yang lazim muncul pada klien adalah :
a) Pola nafas tidak efektif b) Defisit volume cairan 3) Kebutuhan
a) Mengatur posisi dengan kemungkinan maksimum dengan posisi semi fowler atau kepala agak tinggi berikan oksigenasi sesuai kebutuhan anak.
b) Melibatkan orang tua dalam memberikan perawatan sehingga anak merasakan ketenangan serta menjelaskan pada orang tua tentang kondisi anak.
c) Lakukan penghisapan sekresi jalan nafas d) Kompres dingin / panas pada daerah yang sakit c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Menurut (Sulistyowati, 2009) pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan akan dilakukan pencegahan. Pada diagnosa langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan stabil mengamati klien. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial pneumonia adalah gagal nafas.
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada kasus perlunya tindakan segera dari dr. Sp.A untuk dikonsultasikan dan ditandai dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V : Rencana Tindakan
Menurut (Sulistyowati, 2009) pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi: pengetahuan, teori yang up to date, serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien.
MTBS dalam Nursalam tahun 2013 1) Beri antibiotik yang sesuai
2) Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang sesuai dan aman 3) Jika batuk lebih dari 3 minggu, maka lakukan rujukan untuk
mendapat pemeriksaan lanjutan 4) Nasehati kapan kembali
5) Kunjungan ulang 2 hari f. Langkah VI : Pelaksanaan
1) Memberikan antibiotik yang sesuai
Tabel 2.9 Pemberian Antibiotik Sesuai Etiologi
Usia / BB
Kotrimoksazol
(trimetoprim + sulfametoksazol) beri 2 x selama 5 hari
Sumber : Menurut DepKes RI 1999 dalam Hidayat 2011 Keterangan:
2) Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang sesuai dan aman
3) Jika batuk lebih dari 3 minggu, maka lakukan rujukan untuk mendapat pemeriksaan lanjutan
g. Langkah VII : Evaluasi
Menurut (Sulistyowati, 2009) pada langkah ini untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang bidan berikan kepada pasien. 1) Pola nafas anak telah membaik
2) Gejala klinik dari pneumonia yang meliputi demam, nyeri dada, dispnea, dan takipnea telah teratasi.
3. Data Perkembangan
Data perkembangan yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah SOAP menurut Sulistyowato (2009) yang meliputi:
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis
1. Ibu mengatakan anaknya bernama An X, berumur X tahun 2. Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin perempuan
3. Ibu mengatakan anaknya sesak nafas, batuk grok-grok, dan demam tinggi
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.
3. Dada : adanya retraksi dada dan bunyi ronkhi basah atau wheezing pada pemeriksaan
A : Assasment
Menggunakan pendokumentasian hasil analisis interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi yang meliputi:
An . X umur X tahun, jenis kelamin ..., dengan pneumonia P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan berdasarkan assesment.
1. Memberikan antibiotik yang sesuai
2. Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang sesuai dan aman
3. Jika batuk lebih dari 3 minggu, maka lakukan rujukan unutk mendapat pemeriksaan lanjutan
4. Menasehati ibu kapan harus kembali 5. Menganjurkan ibu kunjungan ulang 2 hari
C. Landasan Hukum
1. Pelayanan kesehatan anak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 poin b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan pra sekolah.
2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 11 ayat (1) poin c, e, dan f berwenang untuk:
38 BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Pada penyusunan karya tulis ilmiah ini menggunakan bentuk laporan studi kasus dengan menggunakan metode diskriptif. Laporan studi kasus adalah laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggul (Notoatmodjo, 2012).
Metode deskriptif adalah suatu metode studi kasus yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan pada balita K umur 3,5 tahun dengan pnemonia di RSUD Surakarta.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat yang akan di gunakan penulis untuk pengambilan laporan kasus dilaksanakan sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmojo, 2012). Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di RSUD Surakarta.
C. Subyek Studi Kasus
D. Waktu
Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini dilaksanakan pada tanggal 18 - 21 Juni 2015.
E. Instrument Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian.Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara obyaktif (Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format pengkajian menrutu Hellen Varney yang meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013).
Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu: 1. Data Primer
a. Pemeriksaan fisik
Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara:
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman, sebagai alat untuk mengumpulkan data. Pada kasus pneumonia inspeksi dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran, gerakan yang ekstrim dan ketegangan otot.
2) Palpasi
Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba, tangan dan jari adalah instrumen yang paling sensitif dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran.
3) Perkusi
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh.Pada kasus pneumonia dilakukan untuk untuk menilai kecepatan pernafasan, irama dan denyut jantung dengan jelas dan teratur.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian, atau bertatap-tatap muka (face to face) (Notoatmodjo, 2012). Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan bidan dan ibu balita X di RSUD Surakarta untuk menilai keadaan suatu masalah pasien
c. Observasi
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang di dapat tidak secara langsung dari obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang di kumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder di peroleh dengan cara sebagai berikut:
a. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Pada laporan kasus ini penulis mendokumentasikan setiap tahapan asuhan kebidanan pada balita dengan system SOAP (Nursallam, 2013). Pengambilan studi kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang ada di RSUD Surakarta.
b. Studi Kepustakaan
D. Alat-alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang di butuhkan dengan teknik pengumpulan data, antara lain: 1. Alat dan bahan untuk wawancara
a. Format pengkajian pada balita sakit b. Alat tulis (buku dan bolpoin) c. Buku registrasi
2. Alat dan bahan untuk observasi a. Timbangan berat badan b. Alat pengukur tinggi badan c. Pita pengukur lingkar lengan atas d. Stetoskop
e. Thermometer
E. Jadwal penilitian
44 BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal : Kamis, 18 juni 2015 Pukul : 09.50 WIB a. Identitas
1) Identitas Anak a) Nama : An. K b) Umur : 3.5 tahun c) Anak ke : Ke dua
d) Alamat : Sekip 03/08 Kadipiro, Surakarta 2) Identitas Ibu Identitas Ayah
b. Anamnesa (Data Subyektif) 1) Alasan datang RS :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya, karena anaknya batuk grok-grok, pilek, mual, dan sering panas tinggi tiba-tiba sejak minggu sore.
2) Riwayat kesehatan a) Imunisasi
(1) BCG
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi BCG pada umur 1 bulan.
(2) DPT 1
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 1 pada umur 2 bulan
(3) DPT 2
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 2 pada umur 3 bulan
(4) DPT 3
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisai DPT 3 pada umur 4 bulan
(5) Polio 1
(6) Polio 2
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 2 umur 2 bulan
(7) Polio 3
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 3 umur 3 bulan
(8) Polio 4
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 4 umur 4 bulan
(9) Hepatitis B 1
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Hepatitis B 1 pada umur 2 bulan
(10)Hepatitis B2
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Hepatitis B 2 pada umur 3 bulan
(11) Hepatitis B 3
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Hepatitis B 3 pada umur 4 bulan
(12) Campak
(13) Imunisasi lain
Ibu mengatakan anaknya belum pernah mendapatkan imunisasi yang lainnya
b)Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah mengalami sakit apapun sebelumnya seperti: flu, batu, demam, daire.
c) Riwayatpenyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya sedang batuk grok-grok, panas d) Riwayat penyakit keluarga / menurun
Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada ang memiliki riwayat penyakit menuru (asma, DM, hipertensi) menahun (jantung, ginjal), menular (TBC, Epilepsi, Hepatitis). 3) Riwayat sosial
a) Yang mengasuh
Ibu mengatakan yang mengasuh anaknya adalah ibu sendiri b) Hubungan dengan anggota keluarga.
Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga lain baik dan harmonis.
c) Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan anaknya aktif bermain dengan teman sebayanya.
d) Lingkungan rumah
4) Pola kebiasaan sehari-hari a) Nutrisi
Sebelum sakit : ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya adalah nasi dengan telur, sayur sop, frekuensinya 3x sehari, minumnya 3xsehari, minum air putih ± 2-3 gelas, sesuai dengan keinginan balita dan susu botol 3-4 botol dalam sehari.
Selama sakit : ibu mengatakan dalam sehari anaknya tidak mau makan kecuali makan biskuit dan tidak mau minum susu hanya minum air putih dan susu.
b) Istirahat / Tidur
Sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya tidur siang 1-2 jam, tidur malam 8-9 jam.
Selama sakit : ibu mengatakan anaknya tidur siang 1-2 jam, tidur malam 7-8 jam dan sering terbangun karena rewel.
c) Mandi
Selama sakit : ibu mengatakan selama sakit ini anaknya hanya disibin 2 kali sehari, dang anti baju 2 kali sehari.
d) Aktifitas
Sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya aktif bermain dengan teman sebayanya.
Selama sakit : ibu mengatakan anaknya tampah lemah dan tidak mau bermain.
e) Eliminasi
Sebelum sakit : ibu mengatakan sehari anaknya BAB 1 kali dalam sehari konsistensinya lembek, BAK 5-6 kali sehari warnanya kuning jernih. Selama sakit : ibu mengatakan sehari anaknya BAB 1 kali
konsistensinya keras, dan BAK 3-4 kali sehari warna kuning pekat
c. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF) 1) Status generalis
a) Keadaan umum : Sedang b) Kesadaran : Somnolen
e) LIKA / LILA : 44 cm / 16 cm 2) Pemeriksaan sistematis
a) Kepala : Tidak ada cephal hematoma, tidak ada caput succaedenum
b) Ubun-ubun : Berdenyut
c) Muka : Muka tampak pucat, tidak ada sianosis, tidak odem
d) Mata : Simetris, conjungtiva pucat, kelopak mata tampak cekung
e) Telinga : simetris, tidak ada serumen f) Hidung : Simetris, ada sekret lendir g) Mulut : Pucat
h) Leher : Tidak ada pembesaran limfe, tidak ada pembesaran tyroid
i) Dada : Ada retraksi j) Perut : kembung k) Tali pusat : bersih
l) Punggung : simetris, normal, tidak ada spina bivida m) Ekstremitas : simetris, jari lengkap
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan a) Motorik kasar
(1) Anak bisa berdiri di atas satu kaki, melompat (2) Anak bisa mengendarai sepeda roda tiga b) Motorik halus
(1) Anak bisa menyusun balok-balok (2) Anak bisa menggambar dan menulis c) Perkembangan sensorik
(1) Makan pakai sendok garpu (2) Mencuci tangan dan kaki d) Perkembangan kognitif
Anak sudah bisa berbicara lancer 4) Pemeriksaan penunjang lain
a) Pemeriksaan laboratorium darah (1) Leukosit : 3,5 – 10.000/mm3 (2) Trombosit : 150 – 450.000/mm3
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 18 juni 2015 Pukul: 09.55 WIB a. Diagnosa Kebidanan
An K umur 3,5 tahun, jenis kelamin perempuan dengan pneumonia Data Dasar:
Data Subyektif :
2. Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin perempuan
3. Ibu mengatakan anaknya sering batuk grok-grok, pilek, mual, dan sering tiba-tiba panas tinggi sejak hari minggu
Data Obyektif :
1. Keadaan umum : Sedang 2. Kesadaran : Somnolen 3. TTV : R : 42 x/menit
N : 102 x/menit S : 38,5 0C 4. BB / TB : 10,6 kg / 90 cm 5. LIKA / LILA : 44 cm / 16 cm 6. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : simetris, conjungtiva pucat, kelopak mata tampak cekung
b. Hidung : simetris, ada sekret lendir c. Mulut : pucat
d. Lidah : kotor e. Dada : simetris f. Perut : kembung b. Masalah
Ada gangguan pernafasan c. Kebutuhan
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Gagal nafas
4. ANTISIPASI
Kolaborasi dengan dr Sp.A untuk pemberian terapi obat Pasang O2 1 lpm (liter per menit), Nebulizer bronchodilator (ventolin 1 respirasi/6 jam), Injeksi cefotaxim 250 mg/8 jam IV, Injeksi parasetamol 100 mg/ 4 x 6 jam, Injeksi antibiotik (ampicillin 375 mg/6 jam), Injeksi antibiotik (gentamicin 50 mg/24 jam), Antipiretik (salbutamol syrup 3 x ½ cth)
dan observasi vital sign anak
5. PERENCANAAN
Tanggal : 18 Juni 2015 pukul : 10.00 WIB
a. Bersihkan jalan nafas anak b. Posisikan semi fowler
c. Observasi batuk dan sesak nafas
d. Pertahankan infus D5 1 / 2 NS 14 tetes per menit makro e. Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam
f. Jelaskan tentang penyakit yang di derita anak pada ibu dan keluarga serta anjurkan untuk rawat inap di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi anak
g. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman pada anak dengan menganjurkan orang tua untuk mendampingi anaknya
i. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit makanan
j. Anjurkan pada orang tua untuk memberikan makanan yang mengandung zat besi pada anak
k. Dokumentasi asuhan yang di berikan
6. PELAKSANAAN
Tanggal : 18 Juni 2015 pukul : 10.03 WIB
a. Membersihkan jalan nafas anak dengan cara mengeluarkan lendir dan kotoran dari hidung apabila terdapat lendir dan kotoran
b. Memposisikan semi fowler dengan cara memposisikan kepala lebih tinggi dari badan dan kaki dengan di ganjal bantal kurang lebih 30 derajat
c. Melakukan observasi batuk dan sesak nafas, apabila terjadi peningkatan batuk dan sesak nafas
d. Mempertahankan ifus D5 ½ NS 14 tetes per menit (tpm) makro sesuai advis dokter
e. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ysang meliputi nadi, respirasi, dan suhu
f. Menjelaskan tentang penyakit yang di derita anak pada ibu, bahwa anaknaya menderita penyakit pneumonia yaitu suatu penyakit yang menyerang paru-paru yang di tandai dengan batuk dan sesak nafas serta menganjurkan untuk rawat inap di rumah sakit untuk
g. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman pada anak dengan menganjurkan orang tua untuk mendampingi anaknya selama di rawat. h. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi yaitu:
1) Pasang O2 1 lpm (liter per menit)
2) Nebulizer bronchodilator (ventolin 1 respirasi/6 jam) 3) Injeksi cefotaxim 250 mg/8 jam IV
4) Injeksi parasetamol 100 mg/ 4 x 6 jam 5) Injeksi antibiotic (ampicillin 375 mg/6 jam) 6) Injeksi antibiotic (gentamicin 50 mg/24 jam) 7) Antipiretik (salbutamol syrup 3 x ½ cth)
i. Melakukan kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit makanan dengan tinggi kalori tinggi protein serta menganjurkan orang tua untuk memberikan makanan yang di sediakan rumah sakit pada anak agar kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi.
j. Menganjurkan orang tua untuk memberikan makanan yang
mengandung zat besi seperti: biji-bijian yang di perkaya zat besi dan sereal, daging merah, kuning telur, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna kuning, buah-buahan, tomat dan memperbanyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C karena dapat membantu penyerapan zat besi dalam tubuh serta menghindari
k. Melakukan dokumentasi tindakan.
7. EVALUASI
Tanggal : 18 Juni 2015 pukul : 10.20 WIB
a. Jalan nafas sudah bebas dari lendir dan kotoran b. Balita sudah di posisikan semi fowler
c. Observasi batuk dan sesak nafas telah di lakukan
d. Infus D5 ½ NS terpasang pada anak pukul 10.30 WIB dengan 15 tpm e. Observasi keadaan umum dan vital sign tiap 6 jam
f. Orang tua telah mengetahui tentang penyakit yang di derita anaknya dan bersedia untuk rawat inap agar kondisi anaknya pulih kembali.
g. Orang tua selalu mendamingi anaknya
h. Kolaborasi dengan dr. SpA telah di lakukan untuk pemberian terapi i. Kolaborasi dengan tim gizi telah di lakukan dengan pemberian nasi,
sayur, dan lauk dengan diit tinggi kalori dan tinggi protein. Dan orang tua memberi makan anaknya dengan makanan yang telah di sediakan rumah sakit.
j. Orang tua bersedia memberikan makanan yang mengandung zat besi pada anak.
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 19 Juni 2015 Pukul : 12.00 WIB
S : Subyektif
1. ibu mengatakan anaknya masih batuk berdahak dan pilek 2. ibu mengatakan anaknya masih sesak nafas
O : Obyektif
1. keadaan umum : baik
2. kesadaran : composmentis 3. TTV, N : 104 x/m
R : 42 x/m S : 36,90 C
4. BB/TB : 10 kg / 90 cm
5. LIKA / LILA : 44 cm / 16 cm 6. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Conjungtiva pucat
b. Hidung : Simetris, ada sekret, ada kotoran c. Mulut : Pucat, pecah-pecah
d. Lidah : Kotor
e. Dada : Ada retraksi
f. Perut : Kembung
A : Assasement
P : Planning
Tanggal : 19 Mei 2015 Pukul : 12.03 WIB
1. Pukul 12.03 WIB Menganjurkan ibu untuk meminumkan air hangat pada anaknya
2. Pukul 12.05 WIB Memonitor Respirasi, Sp02 3. Pukul 12.07 WIB Memberikan terapi obat
a. Injeksi cefotaxim 250 mg/8 jam IV b. Injeksi parasetamol 100 mg/ 4 x 6 jam c. Injeksi antibiotic (ampicillin 375 mg/6 jam) d. Injeksi antibiotic (gentamicin 50 mg/24 jam) e. Antipiretik (salbutamol syrup 3 x ½ cth) f. Azithromycin 1 x ¾ cth (H-I)
g. Azithromycin 1 x 2 cc (H-II s/d V)
4. Pukul 12.10 WIB Menganjurka ibu untuk membantu anaknya minum obat
5. Pukul 12.12 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi
kebutuhan nutrisi seperti makanan yang sudah di sediakan di rumah sakit ataupun buah, dan cairan seperti minum air putih, susu pada anak
6. Pukul 12.14 WIB Menganjurkan ibu untuk memantau istirahat anak selama perawatan
EVALUASI
Tanggal : 20 Juni 2015 Pukul : 12.20 WIB
1. Ibu bersedia untuk meminumkan air hangat pada anaknya 2. Sudah dilakukan monitor
a. Respirasi : 42 x/m b. Sp02 : 98 %
3. Anak sudah mendapat terapi obat
4. Ibu bersedia untuk membantu anaknya minum obat
5. Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan pada anaknya
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 20 Juni 2015 Pukul : 10.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak panas lagi 2. Ibu mengatakan anaknya masih batuk
O : Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis 3. TTV, N : 104 x/m
R : 40 x/m S : 370 C
4. BB / TB : 10,6 kg / 90 cm 5. LIKA / LILA : 44 cm / 16 cm 6. Pemeriksaan fisik
a. Mata : conjungtiva merah muda b. Hidung : Simetris, lendir berkurang c. Mulut : Tidak pucat
d. Dada : Tidak ada retraksi e. Perut : Tidak kembung
A : Assasement
P : Planning
Tanggal : 20 Mei 2015 Pukul : 10.12 WIB
1. Pukul 10.12 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan 2. Pukul 10.15 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi
kebutuhan nutrisi dan cairan pada anaknya 3. Pukul 10.18 WIB Memberika terapi obat
a. Injeksi cefotaxim 250 mg/8 jam IV b. Injeksi parasetamol 100 mg/ 4 x 6 jam c. Injeksi antibiotic (ampicillin 375 mg/6 jam) d. Injeksi antibiotic (gentamicin 50 mg/24 jam) e. Antipiretik (salbutamol syrup 3 x ½ cth)
4. Pukul 10.23 WIB Menganjurkan ibu untuk memantau istirahat anaknya selama dirawat
5. Pukul 10.25 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan ruang perawatan anaknya agar anaknya bisa nyaman.
EVALUASI
Tanggal : 20 Juni 2015 Pukul : 12.32 WIB 1. Ibu sudah mengetahui keadaan anaknya
2. Ibu bersedia untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan pada anaknya
3. Anak sudah mendapat terapi obat
4. Ibu bersedia untuk memantau istirahat anaknya
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 21 Juni 2015 Pukul : 10.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak panas lagi, tidak sesak nafas 2. Ibu mengatakan anaknya masih batuk tetapi tidak berdahak
O : Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV, N : 102 x/m
R : 36 x/m S : 36,40 C 4. BB / TB : 10,7 kg / 90 cm 5. LIKA / LILA : 44 cm / 16 cm 6. Pemeriksaan fisik
a. Mata : conjungtiva merah muda b. Hidung : Simetris, lendir berkurang c. Mulut : Tidak pucat
d. Dada : Simetris, tidak ada retraksi e. Perut : Tidak kembung
A : Assasement
P : Planning
Tanggal : 21 Juni 2015 Pukul : 10.12 WIB
1. Pukul 10.12 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan a. R : 36 kali/menit
b. S : 36,40 C
c. Batuk sudah berkurang dan tidak terdengar wheezing
2. Pukul 10.15 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan pada anaknya
3. Pukul 10.16 WIB Meminta orangtua agar sementara tidak merokok di depan anak
4. Pukul 10.17 WIB Memberitahu ibu bahwa nanti anaknya sudah di perbolehkan pulang sesuai advis dokter
5. Pukul 14.00 WIB melepas infus D5 ½ NS 14 tetes per menit
EVALUASI
Tanggal : 21 Juni 2015 Pukul : 14.10 WIB
1. Ibu sudah mengetahui keadaan anaknya
2. Ibu bersedia untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan pada anaknya
3. Orangtua bersedia untuk sementara tidak merokok di depan anaknya selama di rumah
4. Ibu sangat senang anaknya sudah di perbolehkan pulang 5. Infus sudah di lepas
B. PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan yang terjadi antara teori yang ada dan praktek dilahan pada Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada Balita K Dengan Pneumonia Di RSUD Surakarta. Pelaksanaan syudi kasus ini menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney yang terdiri dari : Pengkajian, Interpretasi Data, Diagnosa Potensial, Antisipasi, Tindakan Segera, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi. Dibawah ini akan diuraikan mengenai pembahasan dan alternative pemecahan masalah antara teori dan praktek dilahan.
1. Pengkajian
Pengkajian dengan mengumpulkan data dasar merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan yang dilaksanakan dengan wawancara dan observasi. Hasil pengkajian pada tanggal 18 Juni 2015 diperoleh : ibu mengatakan batuk grok-grok, pilek, mual, dan sering panas tinggi tiba-tiba sejak minggu sore dan pemeriksaan fisik: Keadaan umum: Sedang, Kesadaran somnolen, tanda-tanda vital (R: 42 x /menit, N: 102 x /menit, S : 38,5 0 C),
Sedangkan menurut Nursallam (2013) dikatakan pneumonia jika pada anak usia 12 bulan –5 tahun pernafasannya ≥ 40 kali/menit, dan
ada retraksi dan ada bunyi stridor saat batuk, menurut Somantri (2012)
berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru.
Maka dapat di simpulkan pada pengkajian ini ada kesenjangan antara teori dan preaktek di lahan.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data dalam asuhan kebidanan pada kasus ini terdapat diagnosa kebidanan yaitu Balita K umur 3,5 tahun jenis kelamin perempuan dengan pneumonia, dan muncul masalah yaitu gangguan masalah pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi.
Menurut Somantri (2012) dalam langkah interpretasi data untuk menegakkan diagnosa kebidanannya biasanya keluhan utama pasien adalah demam tinggi suhu ≥ 400 C, batuk, nyeri pleuritik, takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru. Sedangkan menurut Ridha (2014) masalah yang muncul adalah pola nafas tidak efektif dan devisit volume cairan. Sedangkan menurut Hidayat (2006) kebutuhan dari pasien tersebut adalah: memposisikan pasien semi fowler, melibatkan orang tua selama perawatan, lakukan penghisapan lendir dari jlan nafas, dan memenuhi kebutuhan cairan pada pasien.
Pada kasus di atas tidak di temukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lahan.
3. Diagnosa Potensial
Pada kasus ini diagnose potensial yang terjadi adalah gagal nafas, pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.
4. Tindakan Segera
Menurut Varney (2004), langkah ini mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera unutk kepentingan keselamatan balita. Antisipasi yang dilakukan oleh bidan adalah dengan melakukan observasi vital sign pada anak. Menurut Nurarif (2013), perlunya tindakan segera dari dokter spesialis anak untuk di konsultasikan dan di tandai dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Pada kasus An. K dengan pneumonia, tindakan segera yang harus di lakukan adalah kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi obat berupa antibiotik (ampicillin 375 mg/6 jam, gentamicin 50 mg/24 jam), bronchodilator, antipiretik (salbutamol syrup 3 x ½ cth), injeksi cefotaxim 250 mg/8 jam IV, injeksi parasetamol 100 mg/ 4 x 6 jam, dan kolaborasi dengan tim gizi untuk diit makanan.
Pada kasus di atas tidak di temukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lahan.
5. Perencanaan
Menurut Nursallam (2013), perencanaan asuhan untuk pasien pneumonia adalah:
6) Beri antibiotik yang sesuai
Usia / BB
Kotrimoksazol
(trimetoprim + sulfametoksazol) beri 2 x selama 5 hari
Sumber : Menurut DepKes RI 1999 dalam Hidayat 2011
7) Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang sesuai dan aman 8) Jika batuk lebih dari 3 minggu, maka lakukan rujukan untuk
mendapat pemeriksaan lanjutan 9) Nasehati kapan kembali
10) Kunjungan ulang 2 hari
Sedangkan perencanaan asuhan dilahan adalah: a. Bersihkan jalan nafas anak
b. Posisikan semi fowler
c. Observasi batuk dan sesak nafas
d. Pertahankan infus D5 ½ NS 15 tetes per menit makro e. Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam
g. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman pada anak dengan menganjurkan orang tua untuk mendampingi anaknya
h. Kolaborasi dengan dokter spesiais anak untuk pemberian terapi i. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit makanan
j. Anjurkan pada orang tua untuk memberikan makanan yang mengandung zat besi pada anak
k. Dokumentasi asuhan yang di berikan
Pada kasus ini, pada langkah perencanaan terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lahan
6. Pelaksanaan
Menurut Nursalam (2013) pelaksanaan asuhan kebidanannya adalah: a. Memberikan antibiotik yang sesuai
Tabel 4.2 Pemberian Antibiotik Sesuai Etiologi
Usia / BB
Kotrimoksazol
(trimetoprim + sulfametoksazol) beri 2 x selama 5 hari
Amoxcilin
Sumber : Menurut DepKes RI 1999 dalam Hidayat 2011
b. Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang sesuai dan aman
d. Menasehati ibu kapan harus kembali e. Menganjurkan ibu kunjungan ulang 2 hari
Sedangkan pelaksanaan asuhan kebidanan di lahan adalah:
a. Membersihkan jalan nafas anak dengan cara mengeluarkan lendir dan kotoran dari hidung apabila terdapat lendir dan kotoran
b. Memposisikan semi fowler dengan cara memposisikan kepala lebih tinggi dari badan dan kaki dengan di ganjal bantal kurang lebih 30 derajat
c. Melakukan observasi batuk dan sesak nafas, apabila terjadi peningkatan batuk dan sesak nafas
d. Mempertahankan ifus D5 ½ NS 15 tetes per menit (tpm) makro sesuai advis dokter
e. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ysang meliputi nadi, respirasi, dan suhu
f. Menjelaskan tentang penyakit yang di derita anak pada ibu, bahwa anaknaya menderita penyakit pneumonia yaitu suatu penyakit yang menyerang paru-paru yang di tandai dengan batuk dan sesak nafas serta menganjurkan untuk rawat inap di rumah sakit untuk memperbaiki kondisi anak.