• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEORI Model Input Output

Mempertimbangkan keterkaitan antar sektor perekonomian dalam perencanaan pembangunan di suatu wilayah sudah merupakan keharusan dan tidak dapat diabaikan. Hal ini disebabkan setiap perkembangan di suatu sektor akan terkait dengan sektor lainnya yang pada akhirnya berpengaruh pada perekonomian secara umum. Dengan demikian kebutuhan akan tersedianya informasi yang terpadu sebagai bahan untuk melihat keterkaitan antar sector ekonomi menjadi sangat penting bagi berbagai pihak terutama pemerintah sebagai pengambil kebijakan.

Model input output (I-O) merupakan salah satu model yang dapat memaparkan interakasi antar pelaku ekonomi. Model I-O pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Model I-O dapat menunjukkan besar aliran keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Memahami secara mendalam dan terinci interaksi antar sektor semakin penting pada saat ini terutama sejak analisis pembangunan ekonomi tidak lagi hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga mulai melihat pertumbuhan di antara faktor-faktor produksi. (Daryanto dan Hafizrianda, 2013 ; Nazara, 2005). Secara rinci menurut Leontief (1986) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2013) analisis I-O merupakan metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara sektor-sektor ekonomi dalam suatu suatu sistem perekonomian

22

suatu bangsa atau negara yang kompleks. Lebih lanjut Leontief juga memberikan perhatian pada konteks hubungan antar sektor dalam suatu wilayah dengan mendasarkannya analisisnya pada keseimbangan.

Berikut ini merupakan konsep dasar model I-O: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang saling terkait melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha, dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linear, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output dan output tersebut dihasilkan oleh suatu teknologi (Daryanto dan Hafizrianda, 2013 ; Nazara, 2005).

Dalam menyusun suatu Model I-O didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu (1) asumsi homogenitas, artinya suatu komoditas hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada substitusi output diantara berbagai sektor, (2) asumsi linieritas/proporsionalitas, yakni prinsip dimana fungsi produksi bersifat linear dan homogen. Dalam hal ini, perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional, (3) asumsi aditivitas yakni suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa semua pengaruh di luar sistem input output diabaikan (Daryanto dan Hafizrianda, 2013 ; Bappeda Kabupaten Cianjur, 2014).

Model input output memiliki keterbatasan, yakni karena koefisien input ataupun koefisien teknis diasumsikan konstan selama periode analisis atau proyeksi sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam produksi dianggap konstan. Dengan asumsi demikian maka perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Dengan asumsi tersebut, pengaruh teknologi tidak memiliki pengaruh (Daryanto dan Hafizrianda, 2013).

Model I-O mengklasifikasikan pengaruh interaksi ekonomi menjadi 3 (tiga) jenis yakni, pengaruh langsung (direct effect), pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total (total effect). Pengaruh langsung merupakan pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Pengaruh tidak langsung merupakan pengaruh tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari sektor yang bersangkutan. Pengaruh total merupakan pengaruh secara keseluruhan dalam perekonomian dimana sektor yang bersangkutan berada atau dapat disebut penjumlahan dari pengaruh langsung dan tidak langsung (Daryanto dan Hafizrianda, 2013).

Tabel Input Output

Tabel I-O merupakan suatu uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi penggunaan barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi. Tabel I-O memberikan gambaran menyeluruh tentang (1). Struktur perekonomian negara/wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing- masing sektor, (2). Struktur input antara yang mencakup transaksi penggunaan

23 barang dan jasa antar sektor-sektor produksi, (3). Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar, (4). Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor (Bappeda Kabupaten Cianjur, 2014).

Tabel I-O terdiri dari kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang terdiri dari empat kuadran, dimana tiap kuadran mendeskripsikan hubungan tertentu. Horinsontal dari tabel I-O memperlihatkan bagaimana suatu output sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Bagian vertikal dari tabel I-O memperlihatkan penggunaan input antara maupun input primer yang disediakan sektor lain untuk kegiatan produksi sektor tertentu. Lebih rinci (Daryanto dan Hafizrianda, 2013) menjelaskan, misalkan, kita menotasikan nilai uang arus barang dari sektor i ke sektor j dengan zij, kemudian total output dari sektor i dinotasikan Xi, sedangkan total permintaan akhir dari sektor i adalah Yi, maka total output dari sektor i dapat dituliskan:

Xi = zi1 + zi2 + zi3 + ... + zin + Y1 ...(1) Oleh karena dalam suatu perekonomian terdapat n sektor produksi maka total output semua sektor dituliskan sebagai berikut:

X1 = z11 + z12 + z13 + ...+ z1n + Y1 X2 = z21 + z22 + z23 .... + z2n + Y2 . . . Xi = zi1 + zi2 + zi3 + ... + zin + Yi . . Xn = zn1 + zn2 + zn3 + ... znn + Yn ... (2) Persamaan 2 dapat dituliskan ke dalam bentuk umum sebagai berikut:

... (3) Gambaran yang lebih jelas tentang tabel I-O dapat diperlihatkan dengan ilustrasi sederhana dengan contoh, misalkan dalam suatu perekonomian terdapat tiga sektor produksi saja yaitu sektor 1, sektor 2, dan sektor 3.

Terdapat 3 (tiga) matriks dasar yang dapat dilihat pada tabel 8 yakni, (1). Matriks Z atau matriks transaksi input antara, (2). Matriks Y atau matriks permintaan akhir yang terdiri atas permintaan untuk konsumsi rumah tangga (C), pemerintah (G), investasi (I), dan ekspor (X), (3) Matriks V atau matriks input primer yang terdiri atas upah/gaji (W), surplus usaha (S), penyusutan (D), dan pajak tidak langsung/minus subsidi (T) (Daryanto dan Hafizrianda, 2013 ; Bappeda Kabupaten Cianjur, 2014).

Ilustrasi tabel I-O diatas menjelaskan bahwa pada garis horizontal atau baris, isian-isian angka memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand), sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (final demand) yang terdiri dari konsumsi, investasi dan ekspor. Garis vertikal atau kolom menunjukkan pemakaian input antara dan input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk pelaksanaan kegiatan produksi (Bappeda Kabupaten Cianjur, 2014).

24

Tabel 8 Model I-O untuk Tiga Sektor

Permintaan akhir Total Output 1 2 3 Sektor Produksi 1 z11 z12 z13 Y1 X1 2 z21 z22 z23 Y2 X2 3 z31 z32 z33 Y3 X3 Input Primer V V1 V2 V3 Total Input X X1 X2 X3

Selanjutnya, Daryanto dan Hafizrianda (2013) lebih rinci menjelaskan bahwa baris pertama pada sektor produksi 1, jika dibaca secara horisontal bahwa besarnya output sektor produksi 1 adalah X1, dimana dari total output tersebut sebagian dialokasikan untuk memenuhi permintaan input antara pada sektor 1 sebesar z11, sektor 2 sebesar z12, dan sektor 3 sebesar z13. Selain itu sebagian juga untuk memenuhi permintaan akhir sebesar Y1. Demikian juga dengan baris-baris lainnya, dibaca demikian. Secara keseluruhan distribusi output tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan ajabar sebagai berikut.

z11 + z12 + z13 + Y1 = X1 z21 + z22 + z23 + Y2 = X2

z31 + z32 + z33 + Y3 = X3 ... (4) Secara umum persamaan-persamaan diatas dapat dituliskan kembali menjadi:

... (5) dimana:

zij : Jumlah output sektor i yang dialokasikan sebagai input antara pada sektor j

Yi : Jumlah permintaan akhir terhadap sektor i

Xi : Jumlah output sektor i

Isi sel menurut garis vertikal (kolom) menggambarkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi. Sebagai contoh total input X1 jika dibaca secara kolom menunjukkan bahwa jumlah input yang digunakan oleh sektor produksi 1 adalah sebanyak X1 yang terdiri atas pemakaian input dari sektor 1 sebesar z11, sektor 2 sebesar z21,dan sektor 3 sebesar z31, dan sebagaian untuk pengeluaran input primer sebesar V1. Secara keseluruhan distribusi input ini dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut.

z11 + z21 + z31 + V1 = X1 z12 + z22 + z32 + V2 = X2

z13 + z23 + z33 + V3 = X3 ... (6) Secara umum persamaan-persamaan diatas dapat dituliskan kembali menjadi:

25 ... (7) dimana:

zij : Jumlah input antara yang berasal dari sektor i yang digunakan oleh sektor j

Vj : Jumlah input primer yang digunakan oleh sektor j

Xj : Jumlah input sektor j

Berdasarkan persamaan 3 diperoleh koefisien input teknik, dimana koefisien input teknik menggambarkan jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Koefisien input teknik diperoleh dengan rumus:

... (8) dimana:

aij : Koefisien input teknik

Zij : Jumlah input antara yang berasal dari sektor i yang digunakan oleh

sektor j

Xj : Jumlah input sektor j

Untuk jumlah sektor sebanyak n, seluruh koefisien input aij dapat dinyatakan dalam sebuah matriks A. Matriks A merupakan matriks koefisien input atau matriks teknologi.

A= ... (9)

Selanjutnya, karena persamaan 6 dapat diubah menjadi zij = aij Xj, serta dengan ketentuan bahwa Xj = Xi, maka persamaan 2 dapat ditulis kembali dalam bentuk persamaan:

.

.

.

... (10) Persamaan 10 dapat diubah dalam bentuk sistem persamaan berikut:

X1– a11X1– a12X2 – a13X3– ... – a1nXn = Y1 X2– a21X1– a22X2– a23X3– ... – a2nXn = Y2

.

.

.

Xn–an1X1– an2X2– an3X3– ... – annXn = Yn ... (11)

26

Persamaan 11 dapat disederhanakan sebagai berikut: (1 – a11)X1– a12X2 – a13X3– ... – a1nXn = Y1 – a21X1 + (1- a22)X2– a23X3– ... – a2nXn = Y2

.

.

.

–an1X1– an2X2– an3X3– ... + (1 – ann)Xn = Yn ... (12) Sistem persamaan 11 dapat dituliskan dalam bentuk notasi matriks sebagai berikut:

(I – A)X = Y ... (13) dimana:

I : Matriks identitas berukuran n x n A : Matriks Koefisien input

X : Vektor kolom matriks output

Y : Vektor kolom matriks permintaan akhir Persamaan 12 juga dapat disederhanakan menjadi:

X = (I – A)-1 Y

X = Ma Y ... (14) dimana:

Ma : Matriks (I – A)-1 yang dikenal dengan matriks invers Leontif X : Vektor kolom matriks output

Y : Vektor kolom matriks permintaan akhir

Matriks invers Leontif merupakan kekuatan peramalan dalam model input output. Matriks invers Leontif dapat meramalkan perubahan setiap variabel eksogen dalam permintaan akhir, seperti pengeluaran pemerintah dan sistem perekonomian secara simultan. Matriks invers Leontif juga dapat memberikan banyak informasi tentang dampak keterkaitan antar sektor produksi, diantaranya dampak keterkaitan ke belakang dan dampak keterkaitan ke depan.

Keteraitan Antarsektor Ekonomi

Model I-O merupakan salah satu model yang dapat dijadikan sebagai alat pengambil keputusan dalam perencanaan pembangunan. Hasil analisis model I-O dapat memberikan petunjuk tentang sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor pemimpin. Sektor pemimpin dapat ditentukan berdasarkan hasil analisis model I- O dengan melihat kemampuan daya penyebaran dan daya kepekaan sektor. Sektor dengan daya penyebaran dan kepekaan yangg tinggi sehingga dapat memberikan efek yang bersifat berganda merupakan sektor pemimpin dalam suatu perekonomian (Daryanto dan Hafizrianda, 2013).

Sektor-sektor dalam perekonomian memiliki keterkaitan satu sama lain, baik langsung maupun tidak langsung. Input antara yang berasal dari output produksi lain dan penggunaan input primer membuat suatu sektor produksi menjadi terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya. Model I-O dapat merefleksikan hubungan antar sektor tersebut. Hubungan ini merupakan hubungan saling ketergantungan satu dengan lainnya, dimana output dari suatu sektor produksi merupakan input bagi sektor lainnya, sebaliknya juga demikian. Berdasarkan hubungan saling ketergantungan tersebut maka perubahan output suatu sektor

27 akan mempengaruhi output produksi lainnya. Hirschman merinci hubungan saling ketergantungan/ keterkaitan antarsektor tersebut menjadi keterkaitan langsung ke belakang , keterkaitan langsung ke depan, daya sebar ke depan, dan daya sebar ke belakang (Daryanto dan Hafizrianda, 2013).

Keterkaitan Tidak Langsung Kedepan

Keterkaitan Tidak Langsung Kebelakang Sumber: Daryanto dan Hafizrianda (2013)

Gambar 3 Ilustrasi Keterkaitan Antarsektor

Ilustrasi keterkaitan antarsektor dalam perekonomian dapat dilihat pada gambar 2. Diasumsikan hanya terdapat 3 sektor dalam suatu perekonomian, yakni sektor 1, sektor 2, dan sektor 3. Sektor 2 membutuhkan output dari sektor 1 sebagai faktor produksinya, sedangkan sektor 3 dalam produksinya membutuhkan input dari output sektor 2. Keterkaitan sektor 2 dengan sektor 1 disebut dengan sektor 2 mempunyai keterkaitan ke belakang secara langsung dengan sektor 1. Hubungan sektor 2 dengan sektor 3 disebut dengan keterkaitan ke depan secara langsung dengan sektor 3. Oleh karena output sektor 3 dibeli sektor 2 sementara sektor 2 membeli output sektor 1 sebagai inputnya, maka sektor 3 memiliki keterkaitan ke belakang secara tidak langsung dengan sektor 1. Demikian juga dengan sektor 1, karena output sektor 1 dijual kepada sektor 2, sementara output sektor 2 dijual kepada sektor 3, maka sektor 1 memiliki keterkaitan ke depan secara tidak langsung dengan sektor 3 (Daryanto dan Hafizrianda, 2013).

Keterkaitan Langsung Keterkaitan Langsung Kedepan Kedepan

Kedepan

Keterkaitan Langsung Keterkaitan Langsung Kebelakang Kebelakang menjual ke membeli dari menjual ke membeli dari SEKTOR 1 SEKTOR 2 SEKTOR 3

28

Keterkaitan ke Belakang dan Keterkaitan ke Depan

Model I-O merupakan suatu alat yang tepat untuk menganalisis keterkaitan antar sektor dalam suatu perkonomian. Perumusan perencanaan pembangunan memandang penting analisis keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan. Peningkatan output suatu sektor dalam perekonomian akan mendorong peningkatan output sektor-sektor lain. Peningkatan output sektor-sektor lain tersebut terjadi melalui 2 (dua) cara yang dapat dilihat dari sumbernya, yakni mekanisme penggunaan input dan mekanisme penawaran output.

Peningkatan output suatu sektor misalkan i akan meningkatkan permintaan input sektor i itu sendiri. Input sektor i dapat berasal dari sektor i itu sendiri atau dari sektor lain (misalnya sektor j). Sektor i akan akan meminta output sektor j lebih banyak dari sebelumnya. Dengan demikian harus ada peningkatan output sektor j. Peningkatan sektor j ini akan berdampak pada peningkatan permintaan input sektor j, yang berarti harus ada peningkatan output sektor-sektor lainnya untuk kebutuhan sektor j. Demikian selanjutnya saling terkait antar sektor akan saling mempengaruhi. Keterkaitan seperti ini disebut dengan keterkaitan ke belakang (backward linkage), keterkaitan tersebut bersumber dari mekanisme penggunaan input (Nazara, 2005).

Peningkatan output i yang diberikan ke sektor-sektor lain akan seiring dengan peningkatan output i. Peningkatan output ini mendorong produksi, misalkan peningkatan proses produksi sektor j akan menggunakan input yang lebih banyak dan akan menghasilkan output yang lebih banyak. Peningkatan output tersebut akan di distribusikan ke sektor lain sehingga akan terjadi peningkatan output lebih lanjut. Keterkaitan seperti ini disebut dengan keterkaitan ke depan (forward linkage), keterkaitan tersebut bersumber dari mekanisme penawaran output (Nazara, 2005).

Daya Penyebaran Dan Derajat Kepekaan

Rasmussen menyatakan dua jenis ukuran indeks untuk melihat keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang dari suatu sektor dalam suatu perekonomian. Indeks tersebut yaitu kemampuan penyebaran (power of dispersion) dan kepekaan penyebaran (sensitivity of dispersion). Daya penyebaran dan derajat kepekaan pada prinsipnya merupakan perbandingan dampak ke belakang maupun ke depan terhadap rata-rata seluruh dampak sektor. Indeks tersebut dapat memberikan panduan untuk menentukan sektor pemimpin dengan melihat perbandingan derajat keterkaitan antarsektor. (Daryanto dan Hafizrianda, 2013).

Daya penyebaran (power of dispersion) dan derajat kepekaan (sensitivity of dispersion) merupakan analisis lanjutan dengan menggunakan matriks kebalikan. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi menunjukkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang strategis untuk pertumbuhan perekonomian. Sektor dengan derajat kepekaan yang tinggi menunjukkan sektor tersebut memiliki kemampuan untuk mensuplai sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis ini maka dalam perencanaan pembangunan akan dapat ditentukan sektor-sektor strategis yang harus dikembangkan untuk pembangunan perekonomian (Bappeda Kabupaten Cianjur, 2014).

29

Angka Pengganda

Analisis angka pengganda pada prinsipnya memberikan gambaran perubahan yang terjadi pada variabel-variabel endogen yaitu output sektoral, akibat perubahan variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir dalam perekonomian. Terdapat tiga angka pengganda yakni angka pengganda output, angka pengganda rumah tangga dan angka pengganda lapangan pekerjaan (Nazara, 2005).

Angka pengganda output menunjukkan nilai total dari output yang dihasilkan dalam perekonomian untuk memenuhi perubahan satu unit permintaan akhir. Angka pengganda output identik dengan koefisien keterkaitan ke belakang menurut metode Rasmussen. Angka pengganda pendapatan rumah tangga (household income) atau efek pendapatan (income effect) menunjukkan peningkatan permintaan akhir dalam bentuk pendapatan rumahtangga. Peningkatan output akan meningkatkan permintaan tenaga kerja yang akan mempengaruhi pendapatan rumahtangga yang bersumber dari balas jasa tenaga kerja. Hubungan antara balas jasa tenaga kerja tersebut dengan total output setiap sektor ditunjukkan oleh upah pada matriks primer. Angka pengganda tenaga kerja (employment multiplier) atau efek lapangan pekerjaan (employment effect) merupakan efek total perubahan lapangan pekerjaan akibat adanya satu unit perubahan permintaan akhir di suatu sektor tertentu. Peningkatan permintaan akhir suatu sektor akan mengakibatkan peningkatan output di sektor lain, selanjutnya akan terjadi juga peningkatan permintaan tenaga kerja di sektor tersebut. Untuk menghitung angka pengganda lapangan pekerjaan, dibutuhkan data jumlah tenaga kerja di masing-masing sektor. (Nazara, 2005 ; Daryanto dan Hafizrianda, 2013).

3

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peranan sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan November – Desember 2015.

Jenis Dan Sumberdata

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Tabel I-O Kabupaten Cianjur tahun 2013. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan software microsoft office excel 2007.

Metode Analisis

Analisis Struktur Permintaan dan Penawaran

Dalam suatu perekonomian negara/daerah, pada periode tertentu, jumlah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa akan mencapai jumlah tertentu.

30

Jumlah permintaan tersebut akan digunakan oleh sektor produksi untuk kegiatan produksinya (permintaan antara) dan untuk memenuhi konsumsi akhir domestik (rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan perubahan stok) dan selebihnya untuk ekspor. Model sisi penawaran dapat dilihat dari barang dan jasa yang ditawarkan di suatu negara/daerah bisa berasal dari produksi domestik dan impor. Dalam skala Kabupaten bisa berasal dari Kabupaten/Propinsi lain. Berdasarkan struktur permintaan dan penawaran pada setiap sektor dapat dilihat produsen utama untuk suatu produk tertentu, misalnya berdasarkan nilai outputnya. Perbandingan atau selisih antara jumlah dan permintaan dan besaran penawaran dapat ditelusuri lebih lanjut subsektor/komoditi mana mengalami surplus, yang pada akhirnya akan menentukan besaran ekspor/impor (BPS, 2008). Rumus yang digunakan untuk untuk analisis struktur permintaan dan penawaran adalah sebagai berikut:

... (15) dimana:

: Hasil bagi nilai transaksi antara dengan total output xij : Penggunaan output sektor i oleh sektor j

Xj : Total input sektor j

Analisis Struktur Output

Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dalam suatu negara/daerah. Analisis struktur output akan memberikan gambaran sektor-sektor mana yang memberikan sumbangan yang besar dalam membentuk output secara keseluruhan di Kabupaten Cianjur. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

... (16) dimana:

xi : Total input sektor i

Xj : Total input sektor j

Analisis Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta oleh proses produksi. Dalam tabel I-O, nilai tambah dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha (sewa, bunga dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung neto. Besarnya nilai tambah ditentukan oleh besarnya output (nilai produksi) yang dihasilkan dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Analisis struktur nilai tambah bruto berguna untuk melihat peranan masing-masing sektor dalam menciptakan nilai tambah bruto. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

31 ... (17) dimana:

Vj : input primer dari sektor j

Vij : jumlah output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j Analisis Struktur Permintaan Akhir

Barang dan jasa selain dipergunakan oleh sektor produksi dalam rangka proses produksi (permintaan antara) juga digunakan untuk memenuhi permintaan oleh konsumen akhir seperti rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal, ekspor serta perubahan stok. Permintaan akhir merupakan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dalam perekonomian yang langsung dipergunakan. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

... (18) dimana:

Fi : Permintaan akhir sektor i

Fij : Banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh

sektor j

Analisis Keterkaitan Langsung ke Belakang

Analisis keterkaitan langsung ke belakang digunakan untuk mengukur akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

... (19) dimana:

BLj : Keterkaitan langsung ke belakang dari sektor j aij : Koefisien input dari sektor j ke sektor i

Analisis Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang untuk mengukur akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut baik langsun maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung ini juga menunjukkan kemampuan suatu sektor tertentu untuk menarik pertumbuhan sektor-sektor lain yang menyediakan input bagi sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

32 dimana:

BLTLj : Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor j aij : Unsur matriks kebalikan Leontief

Analisis Keterkaitan Langsung ke Depan

Analisis keterkaitan langsung ke depan digunakan untuk menunjukkan kemampuan suatu sektor tertentu untuk menyediakan input bagi sektor-sektor lain secara langsung per unit kenaikan permintaan akhir atau kemampuan suatu sektor tertentu untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

... (21) dimana:

FLi : Keterkaitan langsung ke depan dari sektor i bij : Koefisien output dari sektor i ke sektor j

Analisis Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan digunakan untuk menunjukkan kemampuan suatu sektor tertentu untuk menyediakan input bagi sektor-sektor lain secara langsung dan tidak langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung juga dapat disebutkan sebagai kemampuan suatu sektor tertentu untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung per unit kenaiakan permintaan akhir. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

... (22) dimana:

FLTLi : Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i aij : Unsur matriks kebalikan Leontief

Analisis Daya Penyebaran

Daya penyebaran merupakan perbandingan dampak ke belakang terhadap rata-rata seluruh dampak sektor. Daya penyebaran menggambarkan distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Jika nilai indeks daya penyebaran sektor j lebih besar dari satu, maka secara relatif permintaan akhir sektor j dalam mendorong pertumbuhan produksi lebih besar dari rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor j merupakan sektor yang strategis dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Dokumen terkait