• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Kerangka Teori

Teori merupakan suatu landasan dalam membahas permasalahan yang akan diteliti

agar tidak melenceng dari topic yang akan diteliti. Teori juga merupakan salah satu dari

unsur penelitian yang sangat penting untuk menerangkan fenomena sosial yang akan di

11

proposisi yang saling kait mengkait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis

atau fenomena yang ada dengan menunjukan secara spesifik hubungan-hubungan

diantara variabel yang terkait dengan fenomena dengan tujuan memberikan eksplanasi

dan prediksi atas fenomena tersebut.4 Untuk menjelaskan permasalahan diatas maka peneliti menggunakan beberapa teori yaitu:

1. Konsep Kinerja

A. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering

diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi”.5 Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani “Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat

dinilai dari hasil kerjanya”.6

Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa

Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam

organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang

telah ditetapkan.

Berbeda dengan Bernardin dan Russel dalam Yeremias T. Keban

mengartikan kinerja sebagai the record of outcomes produced on a specified job

function or activity during a specified time period.7 Dalam definisi ini, aspek yang ditekankan oleh kedua pengarang tersebut adalah catatan tentang outcome

4

Zamroni. 1992. Pengantar pengembangan teori social. Yogyakarta. Tiara Wacana. Hal : 2. 5

Keban, Yeremias T. 2004. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: PT Refika Aditama. 6

Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta. Hal: 223

12

atau hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaa atau aktivitas dijalankan

selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian kinerja hanya mengacu pada

serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan

tidak termasuk karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.

Sedangkan Suyadi Prawirosentono mendefinisikan kinerja sebagai

performance, yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan

etika.8 Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas

atau prog ram yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta

sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam

jangka waktu tertentu.

B. Faktor yang mempengaruhi Kinerja Organisasi

Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau

aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai

tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan

dalam jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dalam Yeremias T. Keban untuk melakukan kajian secara lebih mendalam

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di

Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut:9

8 Prawirosentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.

9

13

a) Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk melakukan

penilaian secara benar dan tepat. Dalam kenyataannya, orang menilai secara

subyektif dan penuh dengan bias tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang

mengatur atau mengendaikan perbuatan tersebut.

b) Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses

yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja. Aturan main

menyangkut siapa yang harus menilai, kapan menilai, kriteria apa yang

digunakan dalam system penilaian kinerja sebenarnya diatur dalam

manajemen sumber daya manusia tersebut. Dengan demikian manajemen

sumber daya manusia juga merupakan kunci utama keberhasilan system

penilaian kinerja.

c) Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi

dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma yang dianut masih

berorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian selalu bias kepada

pengukuran tabiat atau karakter pihak yang dinilai, sehingga prestasi yang

seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan.

d) Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi public terhadap

pentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka selalu memberikan

komitmen yang tinggi terhadap efektivitas penilaian kinerja, maka para

penilai yang ada dibawah otoritasnya akan selalu berusaha melakukakan

14

Menurut Lusthaus(1999) factor-faktor yang mempengaruhi kinerja

organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:10

(1) Lingkungan Eksternal, dimensi kunci yang dapat mempengaruhi lingkungan adalah lingkungan eksternal yang terdiri dari lingkungan

adminstratif, aturan, kebijakan, budaya sosial, ekonomi, teknologi.

(2) Motivasi organisasi, hal yang memotivasi organisasi adalah sejarah, misi, budaya, insentif atau imbalan.

(3) Kapasitas organisasi, terdiri dari (a) Strategi kepemimpinan

(b) Sumber daya manusia

(c) Manajemen keuangan

(d) Proses organisasi

(e) Program manajemen

(f) Infrastruktur

(g) Rantai instusional

Namun menurt Salusu menyatakan bahwa ada dua kondisi yang dapat

mempengaruhi kinerja organisasi, yaitu kapabilitas organisasi dan lingkungan

eksternal, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

(1) Kapabilitas organisasi

Kapabilitas organisasi yaitu konsep yang dipakai untuk menunjuk pada

kondisi lingkungan internal yang terdiri atas dua faktor strategi, yaitu

kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah situasi dan kemampuan

10

Lusthaus, Charles, dkk. 1999. Enhancing Organizational Performance: AToolbox for Self-assessment. Canada: International Development Research Centre.

15

internal yang bersifat positif, yang memungkinkan organisasi memiliki

keuntungan strategi dalam mencapai sasarannya; sedangkan

kelemahan adalah situasi dan ketidakmampuan internal yang

mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Kedua

faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Faktor yang perlu

diperhitungkan dalam melihat kemampuan internal organisasi antara

lain; struktur organisasi, sumberdaya baik dana maupun tenaga, lokasi,

fasilitas yang dimiliki, integritas seluruh karyawan dan integritas

kepemimpinan.

(2) Lingkungan eksternal

Kondisi yang kedua adalah lingkungan eksternal, yang terdiri atas dua

faktor strategi, yaitu peluang dan ancaman atau tantangan. Peluang

sebagai situasi dan faktor-faktor eksternal yang membantu organisasi

mencapai atau bahkan bisa melampaui pencapaian sasarannya;

sedangkan ancaman adalah faktor-faktor eksternal yang menyebabkan

organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Dalam mengamati

lingkungan eksternal, ada beberapa sektor yang peka secara strategi,

artinya bisa menciptakan peluang, atau sebaliknya merupakan

ancaman. Perkembangan teknologi misalnya, peraturan

perundangundangan, atau situasi keuangan, dapat saja memberi

keuntungan atau kerugian bagi organisasi (Salusu, 2001:53)

Dari bebapa pendapat yang disampai oleh beberapa ahli dapat disimpulkan

16

Dan faktor yang paling berpengaruh adalah faktor eksternal dan kapabilitas

organisasi pemerintah itu sendiri.

C. Kinerja Pemerintahan

Kinerja pemerintah dalam lingkup kajian organisasi adalah secara makro,

tujuan, dan cita-cita, dan harapan suatu organisasi yang diusahakan

pencapaiannya dan perwujudannya melalui organisasi tersebut. Bahwa

sekelompok orang yang memiliki kesetiaan kepentingan juga diusahakan

pencapaiannya melalui organisasi, sedangkan pada tingkat individu, berbagai

tujuan, keinginan, cita-cita, harapan, dan kebutuhannya hanya bisa tersalurkan,

terpenuhi, dan terpuaskan dengan menggunakan jalur organisasional.

Dikatakan sedemikian maksudnya adalah karena adanya hubungan

ketergantungan antara manusia dengan organisasi dalam arti bahwa manusia

tidak mungkin lagi mencapai berbagai tujuannya tanpa menggunakan jalur

organisasional dan sebagainya.

Sementara itu pengertian kinerja itu sendiri menurut Wibowo Berasal dari

pengertian „performance‟ yang memberikan pengertian sebagai hasil kerja atau prestasi kerja.11 Namun, sebenarnya Amstrong dan Baron menjelaskan bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan

tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi

pada ekonomi. Selanjutnya Sudarto menyatakan bahwa “Kinerja adalah sebagai hasil atau kerja dari suatu organisasi yang dilakukan oleh individu yang dapat

ditunjukkan secara nyata dan dapat diukur.”12

11

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal:7 12

17

Sejalan dengan pengertian kinerja di atas Mangkunegara menyatakan

sebagai berikut:13

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik pengertian bahwa kinerja

adalah perbuatan, penampilan, prestasi, daya guna dan unjuk kerja dari suatu

organisasi atau individu yang dapat ditunjukkan secara nyata dan dapat diukur.

Dengan adanya beberapa pengertian kinerja yang telah disebut diatas, kinerja

perseorangan harus lebih diperhatikan karena kinerja organisasi merupakan hasil

kumpulan kinerja perseorangan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai

mempunyai peranan yang penting dalam suatu organisasi, oleh karena itu

seorang pegawai negeri perlu berada pada kondisi yang unggul, artinya mampu

mewujudkan perubahan dengan secara inovatif dan proaktif.

Sementara itu Mustopadidjaja menjelaskan bahwa untuk organisasi

pemerintahan, kinerja pemerintahan yang baik (good government performance)

bukan saja memerlukan kebijakan yang baik (good policy), tetapi juga system

dan proses pelaksanaan kebijakan yang baik (good policy implementation

system and process); dan kedua hal terakhir itu memerlukan system administrasi

pemerintahan negara yang baik (good publik administration system) yang

13

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ke Tujuh PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal: 67

18

mensyaratkan adanya sumberdaya manusia yang baik dan diindahkannya prinsip

"the right men and women and the right places".14 Kebijakan yang baik tidak akan menghasilkan kinerja yang baik apabila system dan proses pelaksanaannya

tidak baik, dan kesemuanya itu juga tergantung pada kompetensi sumberdaya

manusianya yang berperan dalam system dan proses kebijakan.

Pengertian ini mengisaratkan bahwa organisasi pemerintahan hendaknya

menjadi organisasi peduli (carring) yang menjadikan pertimbangan moral

menjadi dasar utama. Karakteristik dari organisasi ini adalah kepedulian kepada

individu sebagai makhluk yang memiliki nilai-nilai eksistensi, keuntungan

bukan merupakan tujuan utama tetapi lebih pada internalisasi kebutuhan dan

kehendak organisasi, memberikan dorongan untuk mengaktualisasi dan

mengembangkan potensi individu yang bermanfaat bagi tujuan organisasi.

D. Indikator Kinerja Organisasi

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan.15 Sementara menurut Lohman indikator kinerja adalah suatu variable yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektifitas dan

efisiensi proses dengan pedoman pada target-target dan tujuan organisasi.16 McDonald dan Lawton dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih

mengemukakan indikator kinerja antara lain: output oriented measures

14

AR. Mustopadidjaya. 2002. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi,Implementasi dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: LAN

15

Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Penerbit BPFE,Yogyakarta. Hal: 71 16

19

throughput, efficiency, effectiveness. Selanjutnya indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut: 17

a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam

penyelenggaraan pelayanan public

b. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun

misi organsiasi.

Winarsih mengemukakan indikator kinerja antar lain: economy, efficiency, effectiveness, equity. Secara lebih lanjut, indikator tersebut diuraikan sebagai berikut:18

a. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumber daya sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.

b.Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.

d.Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.

17

Ratminto & Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 18

20

Lenvinne dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih mengemukakan

indikator kinerja terdiri dari: responsiveness, responsibility, accountability. a. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap provider

terhadap harapan, keinginan, aspirasi serta tuntutan customers.

b. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik dilakukan dengan tidak

melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

c. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan

dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh

stakeholders, seperti nilai dan Norma yang berkembang dalam

masyarakat.19

Berdasarkan beberapa definisi diatas, indikator kinerja adalah kriteria

yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang

diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Untuk menilai kinerja organisasi ini

tentu saja diperlukan indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk

mengukurnya secara jelas, tanpa indikator yang jelas tidak akan ada arah yang

dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara

alternatif alokasi sumber daya yang berbeda, alternatif desain-desain organisasi

yang berbeda, dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang

yang berbeda.

19

21

2. Pemerintah Kota

A.Pengertian Pemerintahan Kota

Pemerintah secara etimologis dalam bahasa Inggris disebut government

atau dari bahasa Prancis disebut Gouvernement yang berasal dari bahasa latin

Gubernaculum atau dalam bahasa yunani Kubernan yang berarti kemudi, dalam

hal ini yang dimaksud adalah mengemudi jalannya negara untuk mencapai

tujuan negara.20

Menurut Mohammad Yamin, yang dikutip oleh Ateng Syafrudin,

Pemerintah ialah jawatan atau aparatur dalam susunan politik. Pemerintahan

ialah tugas kewajiban alat negara. Istilah penguasa dipakai berulang-ulang dan

berarti pemerintah yang berkuasa.21

Pengertian pemerintahan dalam arti luas adalah segala bentuk kegiatan

atau aktifitas penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh organ-organ atau alat

– alat perlengkapan negara yang memiliki tugas dan fungsi sebagaimana digariskan oleh konstitusi, yaitu dilakukan oleh Eksekutif, Legislatif dan

Yudikatif dalam suatu organisasi kekuasaan yang disebut negara.22

Pemerintahan dalam arti sempit yaitu aktifitas atau kegiatan yang

diselenggarakan oleh organ pemegang kekuasaan eksekutif sesuai dengan tugas

dan fungsinya yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Presiden ataupun Perdana

Menteri sampai dengan level birokrasi yang paling rendah tingkatannya.23

20

Pudyatmoko , Y Sri, dan Tjandra, W. Riawan. 1996. Peradilan Tata Usaha Negara sebagai Salah Satu Fungsi Kontrol Pemerintah. Penerbitan Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Hal: 25.

21

Ateng Syafrudin. 1976. Pengaturan Koordinasi Pemerintahan di Daerah.Tarsito, Bandung. Hal: 3 22

Handoyo, B.Hestu Cipto. 2009. Hukum Tata Negara Indonesia. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Hal: 119 23

22

Pemerintahan dalarn arti luas berarti kewenangan untuk kedamaian dan

keamanan, baik ke dalam maupun ke luar. Oleh sebab itu, sebuah negara harus

memiliki kekuasaan militer atau kemampuan untuk mengendalikan angkatan

perang. Sebuah Negara juga harus memiliki kekuasaan legislatif, dalam artian

kemampuan membuat dan merancang undang-undang. Bukan itu saja, sebuah

negara juga harus mempunyai kekuatan finansial atau kemampuan untuk

memenuhi keuangan masyarakat dalam rangka membiayai ongkos keberadaan

negara dalam penyelenggaraan peraturan.24

Pemerintah Kota pada prinsipnya merupakan pemerintah yang

menggunakan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah kota. Dengan demikian peran pemerintah kota adalah segala sesuatu yang

dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam rangka melaksanakan otonomi

daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pemerintah

daerah/kota adalah suatu sistem totalitas dari dari bagian-bagian yang saling

ketergantungan dan saling berhubungan yang unsur utamanya terdiri dari kepala

daerah dan DPRD yang secara formal mempunyai kewajiban dan hak untuk

mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya.

Melihat penjelasan mengenai pemerintah daerah/kota, maka dapat

dikatakan kota merupakan dari gabungan beberapa kecamatan yang ada

disekitarnya. Pemerintahan Kota (Pemkot) dipimpin oleh seorang walikota.

Kabupaten merupakan daerah bagian langsung dari provinsi. Kabupaten/Kota

24

23

dipimpin oleh Bupati/Walikota yang dibantu oleh seorang Wakil Walikota dan

perangkat daerah lainnya. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap

Kabupaten/Kota dibekali dengan hak dan kewajiban.25 B.Asas – Asas Pemerintahan Daerah

Asas–Asas Umum Pemerintahan Yang Baik atau disingkat AAUPB merupakan asas – asas umum pemerintahan yang lahir dari praktek penyelenggaraan negara dan pemerintahan sehingga bukan produk formal suatu

lembaga negara seperti undang – undang Hotma Sibuea.26 Asas – asas umum pemerintahan yang baik lahir sesuai dengan perkembangan zaman untuk

meningkatkan perlindungan terhadap hak – hak individu. Fungsi dari Asas – Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, lebih lanjut menurut Hotma Sibuea

didalam bukunya, adalah sebagai pedoman atau penuntun bagi pemerintah atau

pejabat administrasi negara dalam rangka pemerintahan yang baik (good

governance).

Menurut Ni‟matul dalam Pemerintahan Daerah terdapat asas – asas yang menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Ada 3 (tiga) asas

dalam pemerintahan daerah, yaitu: 27 (1)Asas desentralisasi

Beberapa pakar memberikan pendapat dan pemahaman tentang

desentralisasi, namun pada dasarnya Dilihat dari pelaksanaan fungsi

pemerintahan, desentralisasi atau otonomi itu menunjukkan : satuan –

25

Arsyad Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ke Empat. Yogyakarta. STIY YKPN 26

P. Sibuea, Hotma. 2010. Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik. Jakarta : Erlangga. Hal: 151

27

24

satuan desentralisasi (otonom), lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai

perubahan yang terjadi dengan cepat, satuan – satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas dengan efektif dan lebih efisien, satuan – satuan desentralisasi lebih inovatif, serta satuan – satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, komitmen yang

lebih tinggi dan lebih produktif

(2)Asas dekonsentrasi

Amrah Muslimin mengartikan dekonsentrasi yaitu pelimpahan sebagian

dari kewenangan pemerintah pusat kepada alat – alat pemerintah pusat yang ada di daerah.

(3)Asas Tugas Pembantuan

Menurut Joeniarto, disamping pemerintah lokal yang berhak mengatur

dan mengurus urusan rumah tangganya, dapat juga diberikan tugas – tugas pembagian pembantuan. Tugas pembantuan ialah tugas untuk ikut

melaksanakan urusan pemerintah pusat atau pemerintah lokal yang

berhak mengatur dan mengurus rumah tangga tingkat atasannya.28 C.Hak dan Kewajiban Pemerintah Daerah/Kota

Adapun hak-hak setiap daerah ialah sebagai berikut:

(1) Mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahnya

(2) Memilih pemimpin daerah

(3) Mengelola aparatur daerah

(4) Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah

28

25

(5) Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

(6) Mengelolah kekayaan daerah

(7) Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.

(8) Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber

daya lainnya yang berada di daerah.29

Adapun kewajiban setiap daerah ialah sebagai berikut:

(1) Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan , dan kerukunan

nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Meningkatkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

(3) Mengembangkan kehidupan demokrasi.

(4) Mewujudkan keadilan dan pemerataan.

(5) Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.

(6) Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.

(7) Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.

(8) Mengembangkan sistem jaminan sosial.

(9) Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.

(10) Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.

(11) Melestarikan lingkungan hidup.

(12) Mengelolah administrasi kependudukan.

(13) Melestarikan nilai sosial budaya.

(14) Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan kewenangannya.

29

26

(15) Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.30

Pada praktiknya bahwa hak dan kewajiban daerah diwujudkan dalam

bentuk rencana kerja pemerintah daerah. Rencana kerja tersebut dijabatkan

dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah (RAPBD). Kemudian

dikelola dalam system pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah kabupaten/kota

memiliki kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Pemerintah daerah terdiri atas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Kepala daerah dibantu oleh seorang Wakil Kepala daerah. Kepala daerah

Provinsi disebut Gubernur, dan wakilnya disebut Wakil Gubernur. Sementara

itu, kepala Daerah Kabupaten/Kota disebut Bupati/Walikota dan wakilnya

disebut Wakil Bupati/Wakil Walikota. Dalam menjalankan tugasnya Wakil

Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Wakil kepala daerah

dapat menggantikan kepala daerah apabila kepala daerah tidak dapat

menjalankan tugasnya selama 6 bulan berturut-turut

D.Tugas, Fungsi serta Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (1) Tugas dan Fungsi

Pada prinsipnya dengan tugas dan fungsi pemerintah kepada publik

akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pemberdayaan akan

mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan menciptakan

kemakmuran dalam masyarakat.

Selanjutnya mengenai fungsi pemerintahan tersebut kemudian

digolongkan menjadi 2 (dua) macam fungsi, yaitu:

1)Pemerintah mempunyai fungsi primer atau fungsi pelayanan (service),

30 Ibid

27

sebagai provider jasa publik yang baik diprivatisasikan dan layanan sipil termasuk layanan birokrasi,

2)Pemerintah mempunyai fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan

(empowerment), sebagai penyelenggara pembangunan dan melakukan program pemberdayaan.

Dengan luasnya dan kompleksnya tugas dan fungsi pemerintahan,

menyebabkan pemerintah harus memikul tanggung jawab yang sangat besar.

Untuk mengemban tugas yang berat itu, selain diperlukan sumber daya,

dukungan lingkungan, dibutuhkan institusi yang kuat yang didukung oleh

aparat yang memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang

berlaku di dalam masyarakat dan pemerintahan. Langkah ini perlu

dilakukan oleh pemerintah, mengingat dimasa mendatang

perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan semakin menambah

pengetahuan masyarakat untuk mencermati segala aktivitas pemerintahan

Dokumen terkait